PEMBAHASAN Hubungan skor pufa, deft dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, total subjek yang didapatkan adalah 330 anak di PAUD dan TK di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor. Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin 162 49,18 laki-laki dan 168 50,9 perempuan. Kelompok usia 3 tahun 98 anak 29,7 4 tahun 118 anak 35,8 dan 5 tahun 114 anak 34,5 Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor deft pada kelompok I sebesar 2,36 dengan rerata skor decayed 2,31 skor extracted 0,02 skor filling 0,01. Kelompok II sebesar 8,66 dengan rerata skor decayed 8,47 skor extracted 0,16 skor filling 0,03. Kelompok III sebesar 10,13 dengan rerata skor decayed 9,99 skor extracted 0,19 skor filling 0,02 Tabel 3. Terlihat bahwa rerata skor decayed dari masing-masing kelompok merupakan komponen terbesar pada keseluruhan skor deft. Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Dawani N di Pakistan, rerata skor dmft pada anak usia 3-6 tahun 4,08 dengan rerata skor decayed 3,83 missing 0,19 dan filling 0,04. 38 Data menggambarkan bahwa sebagian besar anak yang memiliki karies gigi tidak dilakukan perawatan. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya gigi sulung, adanya anggapan gigi sulung akan digantikan gigi permanen menyebabkan kesadaran untuk merawat gigi sulung rendah. Orang tua memegang peran penting dalam membentuk kebiasaan anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, seperti kebiasaan menyikat gigi, kontrol berkala, dan pola makan. Faktor biaya restorasi yang mahal, juga menjadi pemicu bagi orang tua untuk cendrung memilih pencabutan dibandingkan restorasi. 38 Berbeda dengan hasil survei di Amerika, rerata skor decayed 2,1 missing 0,64 dan filling mencapai 2,46. 6 Perbedaan ini dapat disebabkan karena sistem pelayanan kesehatan, dokter dan dokter gigi memberikan edukasi kepada orang tua untuk menjaga oral higiene anak sejak lahir, mengatur pola makan, serta anjuran kontrol berkala ke dokter gigi sejak usia 1 tahun. 6 Karies gigi merupakan penyakit Universitas Sumatera Utara mulifaktorial, perbedaan distribusi komponen deft di berbagai negara dipengaruhi oleh kondisi sosioekonomi, flouridasi air minum, sistem pelayanan kesehatan yang memadai, pola makan, kebiasaan dalam menjaga oral hygiene, motivasi orang tua dan anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut akan memengaruhi distribusi masing-masing komponen deft. 24 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rerata skor pufa sebesar 4,65 berarti rata-rata gigi yang mengalami karies yang tidak dirawat adalah 5 gigi per anak. Rerata skor p yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 4,43 merupakan komponen terbanyak, f sebesar 0,07 a sebesar 0,1 dan tidak ditemukan komponen u pada penelitian ini. Menurut Baginska J komponen u pada mukosa memang sangat jarang dijumpai. 8 Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Yani RWE di Jember, melaporkan rerata pufa pada anak usia 3-5 tahun 4,49. 4 Hal ini dapat disebabkan kesadaran orang tua terhadap pentingnya menjaga kesehatan gigi sulung sangat rendah, umumnya orang tua akan membawa anak ke dokter gigi apabila sudah memiliki gejala yang parah, seperti nyeri karena pulpitis dan abses. Berbeda dengan yang diperoleh Grund K di Jerman, rerata pufa pada anak usia 5 tahun 0,1±0,5 yang keseluruhannya merupakan komponen p. 39 Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok anak memiliki pufa 28,2 subjek dengan IMT kategori kurus 67,3 subjek dengan IMT kategori normal dan 4,5 subjek dengan IMT kategori gemuk. Perbedaan ini secara statistik signifikan p0,001 Tabel 4. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Benzian H, 27 subjek dengan IMT kategori di bawah normal dan hanya 1 subjek yang memiliki IMT di atas normal. Hal ini menggambarkan bahwa kelompok anak dengan karies mencapai pulpa memiliki peningkatan risiko terhadap IMT di bawah normal. 17 Berdasarkan hasil analisis statistik, skor pufa memiliki korelasi yang signifikan dengan indeks massa tubuh p0,001 dengan koefisien korelasi -0,340 Tabel 5. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yani RWE, skor pufa memiliki korelasi yang signifikan dengan indeks massa tubuh, dengan koefisien korelasi -0,579. 4 Dua R pada penelitiannya menemukan korelasi yang signifikan antara pufa dengan Universitas Sumatera Utara IMT dengan koefisien korelasi -0,259. 13 Korelasi negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi skor pufa yang dimiliki individu, maka indeks massa tubuh akan semakin rendah. Karies dengan melibatkan pulpa dapat menimbulkan rasa nyeri, gangguan fungsi mastikasi sehingga asupan makanan menjadi berkurang, secara terus-menerus hal ini akan berdampak pada penurunan berat badan. Acs melaporkan bahwa anak usia 3 tahun dengan karies mencapai pulpa memiliki berat badan 1 kg lebih ringan dibandingkan dengan anak tanpa karies. 40 Rasa nyeri yang menyebabkan gangguan tidur anak akan memengaruhi sekresi hormon pertumbuhan dan glukosteroid. 4,16,39 Berdasarkan penelitian Duijister di Filipina setelah dilakukan perawatan pada gigi dengan karies mencapai pulpa, pola tidur anak menjadi tidak terganggu, setelah dilakukan observasi secara bertahap terjadi peningkatan berat badan. 34 Inflamasi kronis, seperti pulpitis atau abses akan memicu gangguan metabolisme yang di modulasi oleh sitokin dan mediator inflamasi lainnya. Interleukin IL-1 merupakan salah satu mediator inflamasi yang dapat menghambat proses eritropoesis. 41 Pembentukan eritrosit yang terhambat akan memicu terjadinya anemia dan fungsi eritrosit sebagai suplai nutrisi ke seluruh tubuh menjadi tidak optimal. 41 Korelasi skor deft dengan indeks massa tubuh berupa korelasi negatif, semakin tinggi skor deft anak maka semakin rendah indeks massa tubuh. Secara statistik signifikan, dengan p=0,011 p0,05 serta koefisien korelasi -0,171 korelasi antara deft dengan indeks massa tubuh sangat lemah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Floyd di Taiwan bahwa semakin tinggi skor deft maka semakin rendah indeks massa tubuh. 15 Penelitian yang dilakukan oleh Yani RWE juga mendapatkan hasil yang sama. 4 Pada penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Kay tahun 2010, anak usia 61 bulan yang memiliki karies gigi akan mengalami pertambahan berat badan yang lambat. 5 Locker melaporkan bahwa anak-anak yang tidak memiliki penyakit sistemik, tapi pertumbuhan yang lambat berkemungkinan memiliki jumlah karies yang banyak. 5 Berbeda dengan penelitian Martins RJ, ia menemukan korelasi positif antara skor deft dengan indeks massa tubuh, semakin tinggi skor karies, semakin tinggi Universitas Sumatera Utara indeks massa tubuh. 39 Anak dengan karies yang banyak diasumsikan memiliki asupan gula yang tinggi. Faktor yang dapat menimbulkan perbedaan ini adalah indeks karies yang digunakan berbeda. Indeks massa tubuh anak tidak hanya dipengaruhi oleh adanya karies. Faktor –faktor lain yang memengaruhi adalah sosioekonomi, demografi, sanitasi, dan sumber daya alam yang memadai. 17 Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pengalaman karies. Merujuk pada teori perempuan memiliki pengalaman karies yang lebih tinggi dibandingkan dari pada laki-laki, karena pola erupsi gigi pada anak perempuan cendrung lebih dulu dibandingkan laki-laki, sehingga gigi akan terpapar lingkungan kariogenik lebih lama. 21,26,27 Berbeda dengan hasil penelitian ini, rerata skor pufa pada anak laki-laki lebih tinggi 4,68 dan perempuan 4,55 walaupun secara statistik hubungan jenis kelamin dengan skor pufa tidak signifikan dengan p=0,719 p0,05. Penelitian Baginska J rerata skor pufa pada laki-laki 2,51 sedikit lebih besar dibanding perempuan 2,13. 8 Berdasarkan penelitian Grund K di Jerman, rerata skor pufa secara signifikan lebih tinggi pada laki-laki 0,1±0,7 dibandingkan perempuan 0,0±0,2. 39 Berdasarkan faktor usia yang sangat muda, anak usia 3-5 tahun umumnya tidak termotivasi untuk menjaga oral higiene dan kesehatan gigi dan mulut, sebagian besar anak-anak pada usia ini bergantung pada orang tua dalam menjaga oral higiene dan kesehatan gigi dan mulut. 38 Berbeda dengan penelitian Gracia di Mexico, perempuan memiliki pengalaman karies yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini terjadi karena sampel pada penelitian yang dilakukan oleh Gracia tidak representatif berdasarkan usia dan jenis kelamin. 40 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN