5.1.3.5 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Status Pernikahan
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Status Pernikahan
Status Pernikahan
Sindrom Depresif Total
Tidak Depresi
Depresi Ringan
Depresi Sedang
Depresi Sedang-
Berat n
n n
n n
Menikah 28
63,6 11
25 4
9,1 1
2,3 44
100 Total
28 63,6
11 25
4 9,1
1 2,3
44 100
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden yang menikah mengalami depresi ringan 11 orang 25, depresi sedang 4 orang 9,1, dan
depresi sedang-berat 1 orang 2,3.
5.1.3.6 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Lama Menderita Penyakit
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Lama Menderita
Penyakit
Tahun Sindrom Depresif
Tidak Depresi
Depresi Ringan
Depresi Sedang
Depresi Sedang-
Berat Total
n n
n n
n 5
15 34,1
2 4,5
1 2,3
18 40,9
≥ 5 13
29,5 9
20,5 3
6,8 1
2,3 26
59,1 Total
28 63,6
11 22,9
4 9,1
1 2,3
48 100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden dengan lama menderita penyakit ≥ 5 tahun lebih banyak menderita depresif, dengan sindrom
depresif ringan 9 orang 20,5, depresi sedang 3 orang 6,8, dan depresi sedang berat 1 orang 2,3.
5.2 Pembahasan
Dari tabel 5.2 dapat kita lihat bahwa sindrom depresif ringan paling banyak pada penderita diabetes melitus tipe 2. Secara keseluruhan dapat kita lihat
bahwa dari 44 penderita diabetes melitus tipe 2 yang mengalami sindrom depresif berjumlah 16 orang. Sementara Palizgir et al yang meneliti depresif pada
penderita diabetes melitus tipe 2 mendapat hasil dari 184 penderita diabetes melitus tipe 2, 130 menderita gangguan depresi. Habtewold et al 2013
melaporkan bahwa dari 264 penderita diabetes melitus tipe 2 didapati depresi ringan sebanyak 75 orang, depresi sedang 32 orang, sedang-berat 7 orang, dan
depresi berat 4 orang. Perbedaan yang dijumpai dari hasil penelitian ini dengan penelitian Palizgir et al 2013 dikarenakan oleh penggunaan kuisioner yang
berbeda dimana penelitian ini menggunakan kuisioner PHQ-9, sedangkan Palizgir et al 2013 menggunakan Beck Depression Inventory BDI. Sedangkan pada
penelitian Habtewold et al 2013 menggunakan kuisioner yang sama dengan penelitian ini yaitu Patient Health Questionnare-9 PHQ-9, sehingga hasil yang
diperoleh tidak jauh berbeda dengan penelitian ini. Berdasarkan umur responden, didapat bahwa sindrom depresif paling
banyak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2 kelompok umur 56-65 tahun 9,1. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulana et al
2014 yang menyatakan bahwa kejadian depresi terbanyak adalah pada kelompok umur 51-61 tahun. Sementara pada penelitian Palizgir et al 2011, dikatakan
bahwa responden yang menderita diabetes melitus tipe 2 yang mengalami depresi terdapat pada usia muda. Kejadian depresi lebih rentan terjadi pada usia lanjut, hal
ini dikarenakan adanya penurunan konsentrasi norepinefrin dan serotonin, serta peningkatan konsentrasi metabolit 5-hidroksiindolasetatacid 5-HIAA yang
terjadi akibat bertambahnya usia seseorang Maulana et al, 2012. Selain itu
Universitas Sumatera Utara