Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Doa Nabi Ibrahim (Telaah Tafsir Ar-Rāzī dan At-Ṭabarī pada Surat Ibrahim Ayat 35-41).

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pokok dan landasan agama Islam adalah akidah. Pendidikan akidah menjelaskan tentang hakikat manusia yang sebenarnya dan tujuan diciptakannya manusia di permukaan bumi ini. Potensi dan fitrah yang dimiliki manusia dalam beragama menuntun pada kesadaran mereka untuk bertuhan atau menuhankan sesuatu. Banyaknya bukti historis dan antropologis menunjukkan bahwa manusia- manusia terdahulu yang tidak pernah mendapatkan informasi mengenai Tuhan, ternyata mempercayai adanya wujud Tuhan. Mereka meyakini Tuhan sebatas pada khayalan mereka yang berupa benda-benda alam misterius di sekeliling mereka, seperti pohon besar yang berusia ratusan tahun, batu besar dan sebagainya. Mereka menyembahnya, menjaganya dan mempercayai adanya kekuatan dalam benda-benda alam tersebut, kepercayaannya disebut dengan dinamisme. Pada perkembangan selanjutnya kekuatan misterius dari benda-benda alam itu tergantikan oleh istilah roh yang memiliki karakter, yang kepercayaannya disebut dengan animisme. Lalu masih ada lagi kepercayaan politeisme, yaitu suatu kepercayaan ketika roh-roh itu dipersonifikasikan berbentuk dewa yang berjumlah banyak dan masing-masing memiliki kekuatan khusus. 3 Kenyataan-kenyataan tersebut tidak lain menunjukkan bahwa pada diri manusia terdapat potensi yang sangat besar untuk bertuhan. Namun dikarenakan potensi yang tidak diarahkan, manusia cenderung mengambil bentuk keyakinan 3 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2002, hlm. 16-19. yang bermacam-macam sehingga keadaannya serba relatif. Dalam situasi tersebut, Allah mengutus para Nabi dan Rasul kepada mereka untuk mengajarkan bahwa Tuhan yang mereka cari sesungguhnya adalah Allah yang memiliki sifat-sifat sebagaimana yang tertulis dalam kitab yang dibawa para Nabi dan Rasul. 4 Saat ini manusia memiliki kemampuan yang sangat besar untuk menguasai alam dan luar angkasa. Manusia telah melakukan loncatan-loncatan besar dalam bidang sains, teknologi, ilmu-ilmu sosial dan pendidikan. Manusia memperoleh kenikmatan dan kenyamanan dari alat-alat yang mempermudah mereka untuk mencapai segala kebutuhannya. Kemampuan untuk menguasai sumber-sumber energi dari atom, matahari, ombak, laut serta angin, kini bukanlah merupakan suatu khayalan belaka, tetapi benar-benar telah menjadi realitas dalam kehidupan manusia di jaman ini. Akan tetapi banyak pemikir yang merasa resah atas semua realitas zona nyaman ini. Mereka memikirkan situasi dimana kekuatan-kekuatan fisik serta pengetahuan ilmiah dan kebudayaan manusia berbanding terbalik dengan pencapaian kepentingan individu untuk memecahkan persoalan-persoalan kehidupan dari segi moral. Hal tersebut tidak lain terjadi karena pengetahuan dan science terpisah dari nilai. Manusia telah memperluas jangkauan dan kuantitas pengetahuan, tetapi belum bisa memahami tujuan, cita-cita perseorangan dan realisasi diri self-realization. Manusia telah memperoleh keamanan dan kenikmatan, tetapi pada waktu yang sama, mereka merasa tidak aman, 4 Rosihon Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009, hlm. 115. dikarenakan tidak adanya keyakinan akan arti kehidupan dan tidak adanya sebuah arah yang benar dalam kehidupan mereka. 5 Pada saat yang lain, sebagian umat muslim tidak dapat mengambil makna dan hikmah dari ibadah-ibadah yang dilakukannya, yang disebabkan oleh pemahaman akidah yang kurang atau terdapat penyimpangan dari pemahaman akidah yang benar. Ketika seseorang mengerjakan suatu ibadah, seharusnya ia tidak lagi merasakan kekeringan spiritual dalam hidupnya karena ibadah yang dilakukan dengan khusyuk tidak mungkin menimbulkan kebosanan. Nilai-nilai akidah yang kurang pada kehidupan spiritual seorang muslim telah menyebabkan sikap, penghayatan, dan daya spiritualitas yang kurang pula. Ilmu akidah yang tidak difahami dengan baik juga membuat kebanyakan kaum muslimin terjebak pada pengamalan agama formalistik, yakni mengamalkan ibadah dengan susah payah akan tetapi tidak bermakna, sehingga membuatnya tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya terkandung di dalam ibadah tersebut. 6 Umat Islam membutuhkan petunjuk yang benar dan bernilai mutlak untuk meraih kepuasan dan kebahagiaan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat. Maka di samping akal, Allah juga membekali keistimewaan lain yang akan membimbing gerak akal, yaitu agama Islam. Agama Islam adalah agama yang fitrah, sehingga pokok-pokok isi ajaran Islam tentunya sesuai dengan fitrah manusia. Sebagai agama fitrah, substansi ajaran Islam akan tumbuh dan berkembang secara serasi bersama dengan perkembangan fitrah manusia tersebut dan beradaptasi serta 5 Abuddin Nata, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, Jakarta: Rajawali Pers: 2005, hlm. 1-4. 6 Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historitas?, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 65-69. berinteraksi dengan setiap sistem hidup dan lingkungan budaya yang dijumpai umat Islam sesuai dengan jamannya. 7 Faktor lain yang menyebabkan seorang Muslim harus memahami ajaran akidah ialah kehidupannya yang senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari luar. Tantangan dari dalam diri dapat berupa dorongan hawa nafsu, adapun tantangan dari luar dapat berupa bisikan setan yang berbentuk jin dan manusia, yang membentuk rekayasa-rekayasa dan upaya-upaya untuk memalingkan dirinya agar menjauh dari Allah. Tantangan lain bagi seorang Muslim untuk berakidah dengan baik dan benar adalah orang-orang kafir. Mereka dengan sukarela mengeluarkan biaya, tenaga dan pikiran yang dimanifestasikan dalam bentuk kebudayaan, yang di dalamnya mengandung misi agar umat islam tidak lagi menjalankan ketaatan pada agamanya. Oleh karena itu, pemahaman serta pendidikan akidah yang benar wajib ditanamkan pada diri setiap muslim sebagai upaya pembentengan dirinya dari pemikiran akidah yang menyimpang dan tantangan kehidupan yang semakin meningkat. 8 Salah satu usaha menyimpangkan akidah tersebut adalah pendidikan orientalis barat, yang dalam mengajarkan studi Islam selalu mengangkat citra bahwasanya Islam senantiasa penuh dengan perbedaan dan konflik. Para ulama digambarkan tidak pernah sepakat dalam hal-hal pokok ajaran Islam. Selalu ada perbedaan dan perselisihan pendapat dalam berbagai masalah seperti akidah, sumber hukum Islam, maupun dalam aspek politik. Mereka berusaha membuat kesan bahwasanya Islam tidak satu dan memiliki banyak macam sehingga tidak 7 Sahilun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, Jakarta: Rajawali Pers, 1996, hlm. 11-12. 8 Murtadha Muthahhari, Perspektif Al-Quran tentang Manusia dan Agama, Bandung: Penerbit Mizan, 1990, hlm. 56-57. perlu meyakini satu paham Islam tertentu. Keadaan semacam ini sengaja dibuat agar umat Islam digiring untuk menerima relativisme tafsir akidah dan relativisme kebenaran. Gambaran orientalis tentang Islam yang semacam itu akan berujung pada sikap skeptis terhadap kebenaran yang dibawa oleh Islam. 9 Ulama kaum muslimin telah berhasil menepis tuduhan tersebut, salah satunya adalah ulama tafsir al-mufassir ūn. Mereka berusaha untuk menjelaskan kebenaran kepada umat Islam seiring dengan munculnya berbagai macam problematika kehidupan. Hal ini menimbulkan kesadaran mengenai urgensi memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam ayat-ayat al- Qur‟an. Oleh karena itu lahirlah berbagai macam tafsir al-Qur‟an yang dikembangkan oleh para mufasir. Metode-metode tersebut dikembangkan untuk menghasilkan penafsiran al- Qur‟an yang representatif, yang diharapkan akan menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh kaum muslimin dan sebagai pemecahan dari masalah-masalah kontemporer yang sedemikian kompleks. 10 Berdasarkan berbagai masalah dalam diri dan lingkungan yang terjadi sepanjang sejarah manusia di atas, peneliti melihat pentingnya pendidikan akidah Islam sebagai solusi. Salah satu sumber yang sarat akan nilai-nilai pendidikan akidah adalah ibrah dari perjalanan hidup Nabi Ibrahim AS, berupa doa-doa yang beliau panjatkan kepada Allah. Nabi Ibrahim merupakan sosok yang bertaqwa, sabar, teguh pada pendirian, dan memiliki sifat ideal lainnya yang sudah 9 Hasan Abdul Rauf, Abdurrahman Ghirah, penj. H Andi Subarkah, Orientalisme dan Misionarisme. Menelikung Pola Pikir Umat Islam, Bandung: Rosda, 2008, hlm. 18-21. 10 Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, hlm. 56-58. seharusnya melekat pada diri setiap muslim. Secara eksplisit Nabi Ibrahim disebutkan oleh Allah sebagai suri teladan bagi umat muslim di seluruh dunia, sebagaimana dalam firman-Nya:          “Sesungguhnya, telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Nabi Ibrahim dan orang- orang yang bersama dengannyaṬ” QSṬ al-Mumtahanah: 4 Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh nilai-nilai pendidikan akidah yang terkandung dalam salah satu doa Nabi Ibrahim dalam al- Qur‟an, yaitu pada surat Ibrahim ayat 35-41. Peneliti merumuskan nilai-nilai pendidikan akidah apa saja yang terdapat pada ayat tersebut setelah menelaah dua buah kitab tafsir. Peneliti memilih untuk menelaah dua kitab tafsir mutaqoddimin, yaitu Tafsir ar- R z yang merupakan at-tafs r bi ar-ra ‟yi dan Tafsir at- abar yang merupakan at-tafs r bi al-ma‟ ur. Kedua kitab tafsir tersebut merupakan kitab tafsir besar dan monumental, yang penafsirannya menggunakan metode tahlili analitis, sehingga pembahasannya sangat terperinci serta mencakup banyak hal. Peneliti mencari penafsiran ayat dengan menelaah lebih dalam dua kitab tafsir menggunakan metode perbandingan, yaitu metode muqarin atau komparatif. Peneliti melihat adanya kelebihan dalam menggunakan metode komparatif tersebut, yaitu memberikan wawasan yang lebih luas dibandingkan metode tafsir yang lainnya. Peneliti berharap penelitian ini akan mendatangkan solusi bagi problematika di kalangan umat muslim terutama mengenai pendidikan akidah.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Aktualisasi Pendidikan Akhlak Anak Dalam Keluarga Nabi Ibrahim As (Suatu Kajian Tafsir Berdasarkan Qs. Ibrahim : 37, Qs. As Shofaat : 102 Dan Qs. Al Baqarah : 132)

1 6 94

Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kisah Nabi Ibrahim (Kajian Tafsir Qs. Ash-Shaffat Ayat 100-110)

10 102 76

TAFSIR SURAT IBRAHIM AYAT 18 SURAT AL-BAQARAH AYAT 68 DAN SURAT YUSUF AYAT 41 (Kajian Metode Amtsal dalam Pembelajaran Agama Islam)

0 7 104

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKIDAH DALAM DOA NABI IBRAHIM Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Doa Nabi Ibrahim (Telaah Tafsir Ar-Rāzī dan At-Ṭabarī pada Surat Ibrahim Ayat 35-41).

0 4 15

DOA NABI IBRAHIM (Telaah Tafsir Ar-Rāzī dan At-Ṭabarī pada Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Doa Nabi Ibrahim (Telaah Tafsir Ar-Rāzī dan At-Ṭabarī pada Surat Ibrahim Ayat 35-41).

0 5 19

DAFTAR PUSTAKA Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Doa Nabi Ibrahim (Telaah Tafsir Ar-Rāzī dan At-Ṭabarī pada Surat Ibrahim Ayat 35-41).

0 3 5

STRATEGI KEBERHASILAN NABI IBRAHIM BAGI PENDIDIKAN ANAK DAN RELEVANSINYA DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN Strategi Keberhasilan Nabi Ibrahim Bagi Pendidikan Anak Dan Relevansinya Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Telaah atas Tafsir Surat ash-Shaffat ayat

0 4 16

PENDAHULUAN Strategi Keberhasilan Nabi Ibrahim Bagi Pendidikan Anak Dan Relevansinya Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Telaah atas Tafsir Surat ash-Shaffat ayat 99-113).

0 2 27

IBRAH DARI KISAH NABI IBRAHIM DAN AYAHNYA : STUDY PENAFSIRAN TENTANG AYAT-AYAT KISAH NABI IBRAHIM DAN AYAHNYA.

2 17 74

samudra doa nabi ibrahim

0 0 44