Kesimpulan Pengertian Keramik Pembuatan Dan Karakterisasi Keramik Berpori Dengan Bahan Baku Kaolin, Alumina, Debu Vulkanik Gunung Sinabung Dan Karbon Aktif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pengujian terhadap sampel keramik berpori yang telah dibuat, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Kandungan senyawa debu vulkanik gunung Sinabung didominasi senyawa silika SiO 2 yaitu sebesar 87,19 sehingga debu vulkanik gunung Sinabung dapat dimanfaat sebagai bahan baku pengganti kuarsa dalam pembuatan keramik. Dengan penambahan debu vulkanik gunung Sinabung nilai densitas dari keramik berpori meningkat 1,57-2,12 grcm 3 , hal ini sejalan dengan kuat tekan keramik berpori yang telah dibuat 8,63-38,40 MPa dan kekerasan 37- 87,14 MPa dikarenakan kerapatan sampel dan ikatan antara atom-atom juga meningkat. 2. Penambahan karbon aktif dalam pembuatan keramik berpori berpengaruhi dengan terbentuknya pori. Dengan menggunakan SEM-EDS terlihat jejak pori yang terbentuk, karbon aktif yang ditambahkan menguap saat dilakukan proses pembakaran sampel pada suhu 1100 o C. Nilai porositasnya meningkat dari 12,19-31,24.

5.2 Saran

1. Sebaiknya menambah komposisi karbon aktif pada keramik berpori hingga mencapai nilai porositas yang lebih tinggi. 2. Sebaiknya melakukan pengujian XRD dan SEM untuk mengetahui struktur kristal dan analisis mikrostruktur dari keramik berpori. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keramik

Keramik dapat didefinisikan sebagai campuran padat yang dibentuk oleh perlakuan panas dan tekanan, terdiri dari setidaknya satu unsur logam dan satu unsur padat non logam, campuran setidaknya dua unsur padat non logam, atau sebuah campuran setidaknya dua unsur padat non logam dan satu non logam. Kebanyakan orang mengasosiasikan kata keramik dengan gerabah, patung, peralatan sanitasi, ubin dan lainnya. Dan sedangkan pendapat ini tidak benar, tidak lengkap rasanya karena hanya mempertimbangkan secara tradisional, atau berbasis silika, keramik.Sekarang bidang ilmu keramik atau rekayasa meliputi lebih dari silika dan dapat dibagi menjadi keramik tradisional dan keramik maju. Keramik tradisional sebagian besar berbasis silika mikrostruktur berpori yang cukup kasar, tidak merata, dan multifase. Biasanya dibentuk dengan mencampur tanah liat dan feldspar, dibentuk baik dengan slip casting atau roda tembikar, pembakaran dalam tungku api untuk menyinternya, dan akhirnya glasir. Dalam perkembangannya, keramik lain yang bukan tanah liat atau berbasis silika tergantung pada bahan baku yang lebih canggih, seperti oksida biner, karbida, perovskit, dan bahkan bahannya sepenuhnya sintetis yang sama dengan bahan alami. Mikrostruktur keramik maju setidaknya kekuatannya lebih kuat dan lebih homogen dan lebih sedikit pori dibandingkan keramik tradisional. Sebagai klasifikasi, keramik keras, tahan aus, rapuh, rentan terhadap panas berlebih, tahan api, isolator listrik dan termal, sebagian transparan, non magnetik, secara kimiawi stabil, dan tahan oksidasi. Karena secara umum, akan ada pengecualian, beberapa keramik elektrik dan termal yang cukup konduktif, sementara yang lain bahkan superkonduktor Barsoum,1997. Bahan keramik terdiri dari fasa kompleks yang merupakan senyawa unsur logamdan non logam yang terikat secara ionik maupun kovalen. Keramik pada umumnya mempunyai struktur kristalin dan sedikit elektron bebasnya. Susunan kimia keramik sangat bermacam-macam yang terdiri dari senyawa yang sederhana Universitas Sumatera Utara hingga campuran beberapa fasa kompleks. Hampir semua keramik merupakan senyawa-senyawa antara unsur elektropositif dan elektronegatif. Keramik memiliki sifat-sifat antara lain mudah pecah dan getas. Kekuatan dan ikatan keramik menyebabkan tingginya titik lebur, tahan korosi, rendahnya konduktivitas termal, dan tingginya kekuatan kompresif dari material tersebut. Secara umum keramik mempunyai senyawa-senyawa kimia antara lain: SiO 2 , Al 2 O 3 , CaO,Na 2 O, TiC, UO 2 , PbS, MgSiO 3 dan lain-lain Sembiring,2010.

2.2 Keramik Berpori