Keramik Berpori Bahan Baku Keramik .1 Kaolin

hingga campuran beberapa fasa kompleks. Hampir semua keramik merupakan senyawa-senyawa antara unsur elektropositif dan elektronegatif. Keramik memiliki sifat-sifat antara lain mudah pecah dan getas. Kekuatan dan ikatan keramik menyebabkan tingginya titik lebur, tahan korosi, rendahnya konduktivitas termal, dan tingginya kekuatan kompresif dari material tersebut. Secara umum keramik mempunyai senyawa-senyawa kimia antara lain: SiO 2 , Al 2 O 3 , CaO,Na 2 O, TiC, UO 2 , PbS, MgSiO 3 dan lain-lain Sembiring,2010.

2.2 Keramik Berpori

Keramik berpori merupakan keramik yang memiliki pori-pori dengan distribusi ukuran tertentu dan porositas yang relatif tinggi. Secara luas keramik berpori telah digunakan untuk keperluan insulasi termal dan sebagai bahan bangunan. Penggunaan keramik berpori yang semakin meningkat dewasa ini adalah sebagai filter dan membran. Keramik dengan ukuran pori sekitar 10-800 µ m dapat digunakan sebagai filter Purbasari, 2005. Kualitas suatu produk keramik berpori ditentukan oleh jenis, komposisi, ukuran partikel dan suhu pembakarannya. Adapun sifat-sifat keramik berpori yang diamati meliputi sifat fisis, mekanik, termal dan analisis mikrostruktur strukturnya. Pembuatan keramik berpori yang telah dilakukan P. Sebayang, Muljadi, serta Anggito P. Tetuko 2009 dengan bahan baku zeolit alam dan arang sekam sekam padi dengan suhu pembakaran 900 o C dan 1000 o C dengan penahanan selama 2 jam. Dari penelitian mereka didapatkan bahwa = 2,16 gcm³, susut bakar = 35,94, porositas = 66,05, penyerapan air = 31,10, kuat patah = 7,47 MPa, kuat tekan = 4,38 MPa. Tiar Delimawati Tambunan 2008 telah melakukan penelitian dengan membuat keramik berpori menggunakan aditif karbon aktif sebagai filter gas buang kendraan bermotor. Dari hasil penelitiannya tersebut semakin besar penambahan karbon aktif maka semakin besar harga porositasnya dan besarnya daya absorbsi terhadap gas radikal sebanding dengan banyaknya porositas pada keramik berpori. Universitas Sumatera Utara 2.3 Bahan Baku Keramik 2.3.1 Kaolin Kaolin merupakan salah satu mineral tanah liat lempung yang mengandung beberapa lapis aluminium silikat. Kaolin adalah jenis tanah liat berifat lunak, halus dan berwarna putih. Proses terbentuknya kaolin terjadi melalui pelapukan dan proses hidrotermal alterasi batuan beku feldspartik. Kaolin dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1. Kaolin yang bearsal dari proses hidrotermal, yaitu pengikisan yang terjadi akibat pengaruh air panas yang terdapat pada retakan, patahan dan daerah permeabel lainnya dalam batuan. 2. Kaolin yang berasal dari proses pelapukan sedementasi yaitu proses pelapukan batuan beku dan batuan metamorphic. Sifat kaolin yaitu plastis, mempunyai daya hantar termal dan listrik yang rendah. Kaolin digunakan untuk bahan baku keramik, bahan obat, pelapis kertas, sebagai aditif pada makan dan pada pasta gigi. Bahan kaolin ketika sudah dibakar maka terjadi perubahan fase bila diamati pola difraksinya seperti amorf.

2.3.2 Alumina Al

2 O 3 Alumina Al 2 O 3 adalah senyawa terdiri dari aluminium dan oksigen, sehingga alumina disebut juga senyawa oksida logam. Alumina diperoleh secara komersial dari bauksit dan pada prinsipnya digunakan untuk pembuatan keramik, bahan penggosok dan kromatografi. Keramik alumina yang sering digunakan umumnya mempunyai fasa corundum α-Al 2 O 3 dengan struktur tumpukan heksagonal Hexagonal Closed Packed, HCP.Alumina Al 2 O 3 tergolong salah satu jenis bahan keramik oksida yang aplikasinya cukup luas baik dalam bidang elektronik dan bidang mekanik. Alumina memiliki sifat dapat meningkatkan ketahanan kimiawi, menurunkan koefisien muai dan meningkatkan ketahanan terhadap kekuatan mekanik. Alumina memiliki sifat-sifat antara lain titk lebur sekitar 2050 o C, sangat keras, kekuatan mekanik tinggi dan sifat isolator listrik. Alumina memiliki beberapa karakterisasi : Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Karakterisasi Alumina Densitas 3,96 grcm 3 Koefisien Termal Ekspansi 8 × 10 −6 − 9 × 10 −6 Kekuatan Patah 350 MPa Sifat daya hantar panas Konduktor Kekerasan Hv 1500-1800 kgfmm 2 Titik lebur 2050 o C Ketangguhan 4,9 MPa Senyawa alumina secara komersial dihasilkan melalui proses ekstraksi bayer process dari bahan alam yaitu mineral bauksit. Mineral tersebut mengandung Al 2 O 3 bervariasi pada kisaran 40-60 berat dan sisanya bahan ikutan misalnya : SiO 2 , Fe 2 O 3 , dan TiO 2 Maghfirah, 2007. Bentuk struktur yang lain dari alumina, dan , akan dijelaskan ketika berhubungan dengan bahan-bahan ini, agar tidak menghilangkan titik dimana hanya ada satu bentuk bahan murni. Tidak ada yang polimorf dari alumina murni. Itu sudah cukup pada tahap ini untuk mengatakan bahwa -Al 2 O 3 terjadi sebelum pembentukan α selama kalsinasi dari gipsit, sementara -Al 2 O 3 hasil dari reaksi Al 2 O 3 dengan Na 2 CO 3 sekitar 1100 o C McColm, 1983.

2.3.2 Debu Vulkanik Gunung Sinabung

Gunung Sinabung adalah gunung api di dataran tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Gunung Sinabung bersama gunung Sibayak adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi di provinsi itu. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter. Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi sejak September 2013 dan berlangsung hingga kini. Gunung Sinabung terletak pada kordinat 3 o 10’12” LU dan 98 o 23’31” BT Wikipedia, 2015. Beberapa tahun belakangan ini aktivitas gunung Sinabung meningkat setelah kurang lebih 400 tahun tertidur. Peningkatan aktivitas ini pertama kali Universitas Sumatera Utara terjadi pada tanggal 27 Agustus 2010. Peningkatan aktivitas ditandai dengan keluar material dari perut gunung Sinabung berupa asap dan debu vulkanik yang keluar melalui awan panas ataupun guguran lava. Debu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Debu vulkanik dapat jatuh hingga puluhan kilometer dari pusat letusan. Dampak dari debu vulkanik ini sangat besar diantaranya merusak lahan pertanian, mencemari sumber mata air, mengganggu kesehatan dan juga mengganggu penerbangan. Gambar 2.1 Erupsi Gunung Sinabung 31 Desember 2013 Dokumentasi Pribadi Debu vulkanik gunung Sinabung mengandung unsur hara seperti : Nitrogen N 0,13, Kalium K 2 O 0,55, Karbon C-Organik 0,54, Phosfor P 2 O 5 0,55, Silika SiO 2 59,92, Belerang S 0,18, Besi Fe 16,11 Sinuhaji,2011. Albert Daniel S. 2012 dalam penelitiannya menyatakan debu vulkanik gunung Sinabung memiliki senyawa silikon oksida SiO 2 yang dominan dengan struktur heksagonal. Debu vulkanik gunung Sinabung memiliki struktur kristal yang secara mikroskopis terlihat tajam-tajam dipinggir seperti pecahan kaca yang tidak beraturan hal ini yang menyebabkan debu vulkanik gunung Sinabung sangat berbahaya bagi penduduk sekitar gunung terutama pada kesehatan yang mengakibatkan sesak nafas atau Bronchitis selain itu dapat menimbulkan iritasi mata.

2.3.3 Karbon Aktif

Karbon aktif adalah karbon yang telah diaktifasi sehingga pori-porinya terbuka sehingga daya serapnya lebih besar dari karbon biasa. Karbon aktif Universitas Sumatera Utara bebentuk amorf disusun oleh atom-atom karbon yang berikatan secara kovalen dalam kisi heksagonal. Dengan menghilangkan hidrokarbon maka daya serapnya semakin besar Surest,2008. Karbon aktif dapat dibuat dari bahan karbon berpori yang diperoleh dari bahan padat pertanian seperti sekam padi, tempurung kelapa, tempurung kemiri, tempurung kelapa sawit dan yang lainnya. Karbon aktif digunakan secara luas sebagai absorben dalam proses menghilangkan pengotor, terutama yang berhubungan dengan zat warna, pengolahan limbah, pemurnian air, obat-obatan yang biasanya digunakan dalam bentuk absorben. Kelebihan dari karbon aktif: 1. Dapat berfungsi sebagai filter. 2. Dapat mengurangi gas beracun. 3. Dapat menyerap emisi gas folmaldehida dari formalin. 4. Dapat menetralisir dari keracunan. 5. Dapat meningkatkan presentase pertumbuhan tanaman. 6. Dapat digunakan sebagai pengawet makanan Pari, 2012.

2.4 Pembentukkan Keramik