46
30 : 70 dan 40 : 60 terjadi karena keseragaman campuran serbuk tempurung kelapa dengan poliester mengalami penurunan. Hal ini mungkin disebabkan
karena semakin banyaknya pengisi yang ditambahkan, matriks tidak dapat terdistribusi dengan baik untuk menutup seluruh permukaan pengisi.
4.5 HASIL ANALISA FTIR KOMPOSIT POLIESTER BERPENGISI STK
Karakteristik FTIR komposit poliester berpengisi serbuk tempurung kelapa dengan ukuran serbuk 70 mesh dan perbandingan pengisi serbuk
tempurung kelapa dan poliester adalah 20 : 80 dapat dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini.
Gambar 4.6 Grafik Hasil Uji FTIR Komposit dengan perbandingan STK : UPR 20: 80
Dari Gambar 4.1 dan 4.2 dapat dibandingkan hasil analisa FTIR dengan Gambar 4.6. Yang mana pada gugus fungsi –OH pada bilangan gelombang
dibawah angka 4050,51 cm
-1
, gugus fungsi ester C = O pada bilangan gelombang 1751,36 cm
-1
dan regang C-H pada bilangan gelombang 2985,81 cm
-1
pada Gambar 4.1 dan pada Gambar 4.2 terlihat bahwa serbuk tempurung kelapa memiliki gugus – gugus fungsi –OH yang ditandai pada bilangan gelombang
3371,57 cm
-1
, gugus ester C=O pada bilangan gelombang 1735,93 cm
-1
, dan C- H pada bilangan gelombang 2924,09 cm
-1
. Sedangkan pada komposit Gambar 4.6 terlihat memiliki gugus – gugus fungsi –OH yang ditandai dengan bilangan
Panjang Gelombang T
r a
n s
m i
t a
n
Universitas Sumatera Utara
47
gelombang 3441,01 cm
-1
, gugus ester C=O pada bilangan gelombang 1751,36 cm
-1
, dan C-H pada bilangan gelombang 2978,09 cm
-1
Tabel 4.3 hasil data FTIR dari komposit UPR berpengisi STK
.
Dari Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa tidak ada puncak baru yang muncul bila dibandingkan dengan karakteristik FTIR poliester tak jenuh dan STK. Hal ini
menunjukkan tidak terdapat reaksi kimia baru pada komposit yang dihasilkan. Ada tiga faktor yang mempengaruhi ikatan yakni: penjangkaran mekanik
mechanical anchoring, ikatan kimia antara serat alam dan resin dimana gugus hidroksil -OH pada rantai belakang resin poliester menyediakan sebuah daerah
untuk mengadakan ikatan hidrogen terhadap serat alam yang mengandung banyak gugus hidroksil dalam struktur kimianya. dan gaya molekular atraktif gaya van
der Waals dan ikatan hidrogen [33]. Pada Gambar 4.6 di atas terlihat hanya terjadi interaksi ikatan hidrogen antara gugus hidroksil pada resin dengan gugus
hidroksil pada serat serbuk tempurung kelapa. No.
Frekuensi Vibrasi cm
-1
Ikatan yang Menyerap Inframerah
1 2
3 4
5 6
7 8
3750-3000 3300-3000
3000-2700 2400-2100
1900-1650 1675-1500
1200-1000 1000-650
REGANG: O-H, N-H REGANG C-H: C
≡C-H,C=C-H,Ar-H REGANG C-H: CH
3 -
, -CH
2
REGANG : C ≡C, C ≡ N
-, ≡C-H,-CHO
REGANG :C=O REGANG: C=C, C=N
REGANG: C-O-C TEKUK C-H : C=C-H, Ar-H
Universitas Sumatera Utara
48
4.6 ANALISA PENGARUH KOMPOSISI SERBUK TEMPURUNG