Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Pilihan Politik Masyrakat (Studi Kasus: Pemilu Politik Pada Masyarakat Toba Samosir Tahun 2014

(1)

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penulis tepat pada waktunya dengan judul “Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Pilihan Politik Masyrakat (Studi Kasus: Pemilu Politik Pada Masyarakat Toba Samosir Tahun 2014”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Sebagai manusia yang masih jauh dari kesempurnaan, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan, maka dengan segala hormat dimohon kepada pembaca agar sudi kiranya memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

Demi kelancaran penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moril dan materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepa6da:

1. Bapak Prof.Dr. Badaruddin, MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak selaku Ketua Program Studi S1 Admininstrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Tonny P. Situmorang, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingannya dengan penuh kesabaran, memberikan waktu, perhatian, saran serta arahan selama penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Staf dan Karyawan Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Administrasi dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

5. Secara khusus kepada kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayangi Ayahanda Harapan Sitorus dan Ibunda Manginar Barimbing, terimakasih atas doa dan perhatiannya selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada teman-teman, terima kasih atas dukungan dan bantuan selama pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak.

Medan, Agusuts 2014 Penulis

Renold R. Sitorus


(4)

ABSTRAK

PENGARUH JEJARING SOSIAL TERHADAP PILIHAN POLITIK MASYARAKAT (Studi Kasus Pemilu Politik Pada Masyarakat Toba

SamosirTahun 2014) Nama : Renold R. Sitorus NIM : 080906045 Prodi : Ilmu Politik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Tonny P. Situmorang, MSi

Situs jejaring sosial telah menjadi media yang populer untuk berbagi konten dan informasi dengan orang lain, sebuah layanan yang memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang lain di seluruh dunia. Jejaring sosial saat ini dimanfaatkan oleh para politik untuk mencari dukungan dari masyrakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh jejaring sosial terhadap pilihan politik masyarakat Toba Samosir tahun 2014

Bentuk penelitian dapat mengacu pada penelitian kuantitatif atau kualitatif.. Data penelitian diperoleh dari observasi, daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel jejaring sosial adalah 0,261 yang berarti semakin baik jejaring sosial pada daerah Toba Samosir maka pilihan politik masyarakat juga akan semakin baik. Nilai t-hitung variabel bebas jejaring sosial adalah sebesar 3,133, sedangkan nilai t-tabel 5 % adalah 1,98. Nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Hipotesis yang menyatakan jejaring sosial berpengaruh signifikan terhadap pilihan politik masyarakat pada masyarakat Toba Samosir dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %. Sebesar 30,20 % dari perubahan pilihan politik masyarakat dapat dijelaskan oleh perubahan variabel jejaring sosial. Sedangkan sisanya 69,80 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan agar sebaiknya masyarakat memperbaiki hubungannya dengan para politik dengan memberikan kritik dan saran yang sangat dibutuhkan para politik. Masyarakat perlu berupaya agar memperluas jejaring sosial yang telah tersedia di internet untuk lebih memperluas pengetahuan tentang aktivitas para politik.


(5)

ABSTRACT

EFFECT OF SOCIAL NETWORK ON THE POLITICAL CHOICE (Political Election Case Study In Toba Society SamosirTahun 2014)

Name: Renold R. Sitorus NIM: 080906045 Prodi: Political Science

Faculty: Social Sciences and Political Science Advisors: Drs. Tony P. Situmorang, Msi

Social networking sites have become a popular medium to share content and information with others, a service that allows us to connect with others around the world. Social networking is currently utilized by the politics to seek the support of the community. The purpose of this study was to determine the influence of social networks on people's political choice Toba Samosir 2014

Form of research can refer to quantitative or qualitative research .. The data were obtained from observations, questionnaires and documentation studies. The analytical method used is simple linear regression.

Based on the results of research conducted in the field showed that the social network variable regression coefficient is 0.261, which means the better social networking in the area of Toba Samosir political choice community will also be better. T-test value of social networking is the independent variable of 3.133, while the t-table value of 5% is 1.98. T-count value is greater than t-table value 5% so it was decided to reject H0 and accept H1. Hypothesis that social networks significantly influence people's political choice in public Toba Samosir acceptable at 95% confidence level. Amounted to 30.20% of the change in society's political choice can be explained by changes in social network variables. While the remaining 69.80% is explained by other variables not included as a variable in the study.

Based on the above conclusions, it is suggested that the society should improve political relations with the criticism and suggestions are needed the political. Society should seek to expand the social network that has been available on the internet to further expand the knowledge of political activity.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Kerangka Teori ... 6

1.5.1. Tinjauan Tentang Jejaring Sosial ... 6

1.5.1.1. Pengertian Jejaring Sosial ... 6

1.5.1.2. Jenis-jenis Jejaring Sosial ... 9

1.5.2. Tinjauan Tentang Tingkah Laku Pemilih ... 11

1.5.2.1. Politik dan Partai Politik ... 11

1.5.2.2. Politik Masyarakat ... 13

1.5.2.3. Pendidikan Politik ... 17

1.5.2.4. Pengertian Tingkah Laku Pemilih... 21

1.5.2.5. Karakteristik Pemilih ... 22

1.5.2.6. Kandidat yang Diharapkan... 24

1.5.3. Pilihan Politik Masyarakat ... 25

1.5.4. Kerangka Konseptual ... 26

1.5.5. Hipotesis ... 27

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 29

2.1. Bentuk Penelitian ... 29

2.2. Populasi dan Sampel ... 29

2.3. Teknik Pengumpulan Data ... 32


(7)

2.5. Teknik Penentuan Skor ... 33

2.6. Teknik Analisis Data ... 33

2.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

2.6.2. Uji Asumsi Klasik ... 33

2.7. Metode Analisis Data ... 35

2.7.1. Persamaan Regresi ... 35

2.7.2. Uji t ... 36

2.7.3. Koefisien Determinasi... 36

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 38

3.1. Sejarah Singkat Kabupaten Toba Samosir ... 38

3.2. Struktur Organisasi Kabupaten Toba Samosir ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Hasil Penelitian ... 44

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 59

4.3. Uji Asumsi Klasik ... 64

4.4. Uji Hipotesis ... 66

4.5. Pembahasan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Definisi Konsep ... 27 Gambar 3.1. Struktur Organisasi Kabupaten Toba Samosir ... 43


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Distribusi Populasi Berdasarkan Fungsi ... 31 Tabel 2.2. Definisi Operasional ... 32 Tabel 2.3. Karakteristik Responden ... 33 Tabel 4.1. Tanggapan Responden Atas Pernyataan: Jejaring sosial umum

seperti facebook dapat merubah pribadi seseorang untuk memilih

caleg yang sebelumnya bukan pilihannya ... 45 Tabel 4.2. Tanggapan Responden Atas Pernyataan: Pelayanan multimedia

sharing dapat digunakan para politik karena pengguna media ini

dapat menambah konten dan memberi komentarnya ... 45 Tabel 4.2. Tanggapan Responden Atas Pernyataan: Pelayanan multimedia

sharing dapat digunakan para politik karena pengguna media ini


(10)

ABSTRAK

PENGARUH JEJARING SOSIAL TERHADAP PILIHAN POLITIK MASYARAKAT (Studi Kasus Pemilu Politik Pada Masyarakat Toba

SamosirTahun 2014) Nama : Renold R. Sitorus NIM : 080906045 Prodi : Ilmu Politik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Tonny P. Situmorang, MSi

Situs jejaring sosial telah menjadi media yang populer untuk berbagi konten dan informasi dengan orang lain, sebuah layanan yang memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang lain di seluruh dunia. Jejaring sosial saat ini dimanfaatkan oleh para politik untuk mencari dukungan dari masyrakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh jejaring sosial terhadap pilihan politik masyarakat Toba Samosir tahun 2014

Bentuk penelitian dapat mengacu pada penelitian kuantitatif atau kualitatif.. Data penelitian diperoleh dari observasi, daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel jejaring sosial adalah 0,261 yang berarti semakin baik jejaring sosial pada daerah Toba Samosir maka pilihan politik masyarakat juga akan semakin baik. Nilai t-hitung variabel bebas jejaring sosial adalah sebesar 3,133, sedangkan nilai t-tabel 5 % adalah 1,98. Nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Hipotesis yang menyatakan jejaring sosial berpengaruh signifikan terhadap pilihan politik masyarakat pada masyarakat Toba Samosir dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %. Sebesar 30,20 % dari perubahan pilihan politik masyarakat dapat dijelaskan oleh perubahan variabel jejaring sosial. Sedangkan sisanya 69,80 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan agar sebaiknya masyarakat memperbaiki hubungannya dengan para politik dengan memberikan kritik dan saran yang sangat dibutuhkan para politik. Masyarakat perlu berupaya agar memperluas jejaring sosial yang telah tersedia di internet untuk lebih memperluas pengetahuan tentang aktivitas para politik.


(11)

ABSTRACT

EFFECT OF SOCIAL NETWORK ON THE POLITICAL CHOICE (Political Election Case Study In Toba Society SamosirTahun 2014)

Name: Renold R. Sitorus NIM: 080906045 Prodi: Political Science

Faculty: Social Sciences and Political Science Advisors: Drs. Tony P. Situmorang, Msi

Social networking sites have become a popular medium to share content and information with others, a service that allows us to connect with others around the world. Social networking is currently utilized by the politics to seek the support of the community. The purpose of this study was to determine the influence of social networks on people's political choice Toba Samosir 2014

Form of research can refer to quantitative or qualitative research .. The data were obtained from observations, questionnaires and documentation studies. The analytical method used is simple linear regression.

Based on the results of research conducted in the field showed that the social network variable regression coefficient is 0.261, which means the better social networking in the area of Toba Samosir political choice community will also be better. T-test value of social networking is the independent variable of 3.133, while the t-table value of 5% is 1.98. T-count value is greater than t-table value 5% so it was decided to reject H0 and accept H1. Hypothesis that social networks significantly influence people's political choice in public Toba Samosir acceptable at 95% confidence level. Amounted to 30.20% of the change in society's political choice can be explained by changes in social network variables. While the remaining 69.80% is explained by other variables not included as a variable in the study.

Based on the above conclusions, it is suggested that the society should improve political relations with the criticism and suggestions are needed the political. Society should seek to expand the social network that has been available on the internet to further expand the knowledge of political activity.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini jejaring sosial sangat cepat berkembang di kalangan masyarakat luas. Jejaring sosial sendiri terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring sosial sebenarnya bentuk baru komunitas di internet yang saling berhubungan dengan cepat. Jejaring sosial yang banyak digunakan masyarakat saat ini antara lain Facebook, Twitter, Blogger, AIM, Skype, My Space dan lain-lain. Dalam penggunaannya pun beragam macam, ada yang untuk hal positif ada pula yang menggunakannya dalam ranah negatif.

Situs jejaring sosial telah menjadi media yang populer untuk berbagi konten dan informasi dengan orang lain, sebuah layanan yang memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang lain di seluruh dunia. Ada berbagai alasan untuk menggunakan situs jejaring sosial tertentu, misalnya untuk persahabatan, mencari teman lama, bermain game, chatting, dating, sarana iklan, berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta masih banyak lagi.

Terlepas dari efek positif atau negatif sebagai akibat dari penggunaan situs jejaring sosial, sampai sekarang semakin banyak orang yang mencintai situs ini, dari anak-anak, kalangan remaja, hingga orang tua, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Kebanyakan orang memilih jenis tertentu dari situs jejaring sosial yang disesuaikan dengan preferensi dan kepentingan masing-masing.


(13)

Pemanfaatan situs jejaring sosial sebagai media kampanye politik adalah suatu alternatif untuk menarik perhatian dan dukungan dari masyarakat melalui dunia maya. Para politisi dapat memanfaatkan berbagai macam situs yang ada diinternet. Melalui situs jejaring sosial, para politisi dapat menarik dukungan dari berbagai lapisan masyarakat tanpa ada batas waktu dan tempat sehingga ini mempermudah bagi masyarakat untuk lebih mengenal profil politisi yang mereka dukung dan hal ini sangat menguntungkan bagi para politisi karena mereka dapat mengumpulkan banyak dukungan dari masyarakat melalui situs jejaring sosial.

Para politisi di Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan situs jejaring sosial sebagai media kampanye politik secara positif. Melalui situs jejaring sosial para politisi seharusnya dapat mendengarkan aspirasi rakyat tidak hanya mengubar janji dengan bahasa langit tetapi juga dapat merealisasikan visi dan misi mereka saat kampanye karena rakyat butuh bukti bukan janji.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 31 tahun 2002 tentang Partai Politik tercantum bahwa “Partai Politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum”. Banyak orang beranggapan bahwa politik itu kotor. Tetapi sesungguhnya politik adalah sebuah cara dan strategi untuk mencapai tujuan. Sepanjang tujuan yang ingin dicapai adalah baik dan dengan cara yang baik pula, maka tidak akan ada alasan untuk alergi dan menganggap politik itu kotor. Tidak dapat dipungkiri bahwa


(14)

dalam realisasinya, banyak cara-cara kotor yang dilakukan oleh oknum-oknum politik dan dengan tujuan yang kurang atau sama sekali tidak berpihak pada rakyat. Ketika money politics makin akut; penggunaan kekuasaan untuk memobilisasi pemilih, termasuk cara-cara represif oleh militer dan milisia seperti di Aceh dan Papua, masih terjadi, wakil-wakil rakyat yang terpilih seakan tuli, dan buta akan keadaan masyarakat yang serba sulit, itulah yang menumbuhsuburkan anggapan masyarakat bahwa politik adalah suatu hal yang kotor. Partai politik hanyalah dianggap sebuah jembatan untuk meraup kekuasaan, dimana fungsionaris dan elit-elit partai mulai ramah ketika menjelang proses pemilu. Partai Politik melalui pendidikan politik memiliki peran dan nilai strategis dalam pembangunan karakter bangsa karena semua partai politik memiliki dasar yang mengarah pada terwujudnya upaya demokratisasi yang bermartabat.

Melalui situs jejaring sosial maka masyarakat luas dengan sendirinya akan menerima pendidikan politik. Pendidikan politik itu merupakan proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika dikaitkan dengan partai politik, pendidikan politik bisa diartikan sebagai usaha sadar dan tersistematis dalam mentransformasikan segala sesuatu yang berkenaan dengan perjuangan partai politik tersebut kepada massanya agar mereka sadar akan peran dan fungsi, serta hak dan kewajibannya sebagai manusia atau warga negara.

Kampanye online membutuhkan tim manajemen online yang tidak kalah jagonya dibandingkan tim manajemen kampanye konvensional. Di Indonesia, rata-rata kampanye online masih ditangani oleh orang


(15)

awam, bahkan ada yang menggabungkan pemenangan online dan konvensional. Internet adalah media komunikasi. Jadi bukan sekedar kecanggihan fiturnyayang diperlukan. Lebih dari itu, kekuatan strategi komunikasilah yang menjadi dasar utamanya. Yang juga wajib dicatat, berkampanye melalui dunia maya jauh lebih keras jika dibandingkan dengan membuat iklan di media lain. Para politisi harus bersiap menghadapi kritik pedas, caci maki hingga argumen cerdas yang mungkin dapat mematahkan argumen politisi tersebut yang diberikan, yang dapat membuat politik yang semula simpati menjadi antipati pada politisi tersebut. Inilah realita komunitas online, yang memang terbiasa dengan komunikasi yang transparan,terbuka, logis, dan tanpa basa basi. Di media online kecerdasan para politisi benar-benar diuji. Untuk mengantisipasi itu sangat ceroboh jika seorang politisi masuk ke media online tanpa disertai strategi dan pemahaman mendalam tentangkomunitas online. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul Pengaruh Jejaring Sosial terhadap Pilihan Politik Masyarakat (Studi Kasus: Pemilu Politik pada Masyarakat Toba Samosir Tahun 2014).

1.2. Rumusan Masalah Menurut Nazir bahwa:

Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada. 5

5) Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cetakan Keenam, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, hal. 111.


(16)

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan pemasalahan penelitian: ”Bagaimana pengaruh jejaring sosial terhadap pilihan politik masyarakat Toba Samosir tahun 2014 ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh jejaring sosial terhadap pilihan politik masyarakat Toba Samosir tahun 2014,

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan adanya latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, penulis juga ingin menuliskan manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi penulis, menambah pengetahuan mengenai pengaruh jejaring sosial terhadap pilihan politik masyarakat.

2. Bagi pemerintahan, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan pilihan politik masyarakat.

3. Bagi akademis, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya disamping sebagai sarana untuk menambah wawasan.


(17)

1.5. Kerangka Teori

1.5.1. Tinjauan Tentang Jejaring Sosial 1.5.1.1. Pengertian Jejaring Sosial

Menurut Dhaneswara (2013) bahwa:

Jejaring sosial adalah suatu simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan.” Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut. Bisa terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa jaringan jejaring sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari memegang peranan penting dalam menentukan cara memecahkan masalah, menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai tujuannya.6

Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan jejaring sosial adalah peta semua ikatan yang relevan antar simpul yang dikaji. Jaringan tersebut dapat pula digunakan untuk menentukan

)

digambarkan dalam diagram jaringan sosial yang mewujudkan simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya.

Menurut Hermawan:

Selain memperluas jaringan informasi tentunya jejaring sosial dapat memperluas jaringan pertemanan ataupun perluasan channel. Semisal karena seuniversitas namun berbeda asal daerah tentunya akan berdampak positif. Semakin banyak relasi yang kita dapatkan semakin banyak informasi yang kita dapatkan.7

6) Rininda Dhaneswara, 2012. http://www.scribd.com/doc/78363152/Pengaruh- Jejaring-Sosial-Pelajar, Diakses tanggal 10 Maret 2014.

7) Hermawan. 2010, http://wartawarga.gunadarma.ac.id/pengertian-jejaring-sosial-2. Diakses tanggal 12 Februari 2014.

)


(18)

Banyak cara yang dapat mempererat persahabatan salah satunya adalah mealalui jejaring sosial misalnya Facebook semakin banyak teman yang kita dapatkan semakin banyak informasi yang dapat kita peroleh begitupun juga Blogger semakin banyak channel atau group yang kita ikuti domain lain akan banyak memberikan peluang forum diskusi yang bermanfaat mengenai pendidikan, komunikasi, maupun tentang politik yang berkembang di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu tentunya jejaring sosial membawa dampak negatif juga. Tidak semua orang menggunakan jejaring sosial seperti yang diharapkan. Tetapi mereka menggunakan untuk hal-hal yang kurang baik. Bahkan bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Dimana pun segala di aktifitas apapun akan ada dampak negatif maupun dampak positif. Dampak negatif dari jejaring sosialpun mengiringi perjalanan masyarakat. Misalnya dampak negatif dari penggunaan jejaring sosial bagi para pelajar antara lain dapat mengurangi tingkat prestasi pelajar, karena mereka lebih fokus bermain dengan account (akun) mereka daripada mereka belajar. Sehingga tingkt prestasi mereka turun meskipun tidak drastis atau secara berkala atau bertahap.

Dewasa ini jejaring sosial tidak hanya semacam pengikat pertemanan namun dapat menjadi jerat sosial. Banyaknya kejahatan yang terjadi akibat jejaring sosial banyak macamnya. Terutama di Facebook belum lama ini ada yang menjadi korban facebook. Banyak sekali yang tertipu akibat bisnis nakal yang bertujuan untuk menipu konsumen dengan iming-iming barang dagangan yang sangat berkualitas.


(19)

Selain menjadi jerat sosial, jejaring sosial dapat juga menjadi pemicu kurangnya waktu atau intensitas belajar khususnya siswa, sehingga mereka terlalu terlena dengan dunia barunya dalam aktivitas jejaring sosial. Waktu belajar pun jadi korban, sehingga mereka membuat diri mereka rugi akan waktu. Banyak materi yang tertinggal. Memang jejaring sosial sangat memuaskan sehingga penggunanya mudah di perdaya oleh kemajuan teknologi satu ini. Setidaknya mereka menyadari bahwa menggunakan hal yang kurang ada manfaatnya dan menyita waktu belajar hendaknya di hindari agar prestasi tetap terjaga dan tidak menurun hanya karena terlalu fokus pada dunia atau aktivitas jejaring sosial.

Selain sebagai sumber informasi bagi siswa jejaring sosial juga digunakan para politisi untuk berkampanye, yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam memilih siapa yang menjadi pavoritnya. Para politisi dapat memanfaatkan berbagai macam situs yang ada diinternet seperti blog, friendster, facebook, myspace, multiply, dan lain sebagainya layanan komunikasi yang ada di internet. Menurut Anwar bahwa ”Melalui situs jejaring sosial, para politisi dapat menarik dukungan dari berbagai lapisan masyarakat tanpa ada batas waktu dan tempat sehingga ini mempermudah bagi masyarakat untuk lebih mengenal profil politisi yang mereka dukung”.8) Hal ini sangat menguntungkan bagi para politisi karena mereka dapat mengumpulkan banyak dukungan dari masyarakat melalui situs jejaring sosial.

8) H. Anwar, 2004. Komunikasi Politik dan Per Pancasila, Cetakan Kelima, Yayasan Media Sejahtera, Jakarta, hal. 63.


(20)

1.5.1.2. Jenis-jenis Jejaring Sosial

Situs jejaring sosial telah menjadi media yang populer untuk berbagi konten dan informasi dengan orang lain, sebuah layanan yang memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang lain di seluruh dunia. Ada berbagai alasan untuk menggunakan situs jejaring sosial tertentu, misalnya untuk persahabatan, mencari teman lama, bermain game, chatting, dating, sarana iklan, berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta masih banyak lagi.

Terlepas dari efek positif atau negatif sebagai akibat dari penggunaan situs jejaring sosial, sampai sekarang semakin banyak orang yang mencintai situs ini, dari anak-anak, kalangan remaja, hingga orang tua, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Kebanyakan orang memilih jenis tertentu dari situs jejaring sosial yang disesuaikan dengan preferensi dan kepentingan masing-masing. Jenis-jenis situs jejaring sosial yang ada di dunia maya meliputi :

1. Jejaring Sosial Umum

Layanan untuk berhubungan dengan orang lain, biasanya berdasarkan pada kesamaan latar belakang dan kepentingan pengguna. Fasilitas yang disediakan cukup banyak, terdiri dari profil, forum komunitas, chatting, berbagi multimedia, dan bahkan untuk bermain game bersama-sama. Situs jejaring sosial yang paling populer saat ini adalah Facebook, di mana paling banyak pengunjungnya setiap bulan.

2. Multimedia Sharing

Layanan yang memungkinkan para penggunanya untuk berpartisipasi dengan menambahkan konten, komentar, dan mengunduh berbagai media seperti


(21)

gambar atau foto, musik, dan video. Beberapa situs populer adalah YouTube, MySpace, Flickr, Instagram, dan Picasa.

3. Microblog

Layanan ini terfokus pada pembaruan singkat yang memungkinkan penggunanya untuk mengirim pembaruan melalui pesan teks, antarmuka web, atau cara lainnya. Dunia memiliki kemampuan untuk menyajikan aktivitas pengguna berdasarkan timeline, sehingga setiap pengguna dapat memberitahu kegiatan yang ia lakukan pada saat itu dan juga dapat melihat aktivitas orang lain. Situs yang populer antara lain Twitter dan Plurk.

4. Bookmarking

Layanan yang mengutamakan fasilitas untuk menyimpan, mentransfer, dan mengelola artikel link ke berbagai situs dan sumber daya di internet. Melalui situs ini, berita bisa dilihat oleh lebih banyak orang. Situs populer adalah StumbleUpon, Delicious, Digg, dan Reddit.

5. Bisnis (Profesional)

Layanan yang biasa digunakan untuk berhubungan dengan orang lain di bisnis online atau peluang bisnis lainnya. Banyak para pelaku bisnis yang menggunakan situs-situs jenis ini untuk bertukar informasi, ide, dan peluang. Salah satu situs yang populer adalah LinkedIn.

Jejaring sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberikan kontribusi secara terbuka dan umpan balik, komentar, berkomunikasi, dan berbagi informasi secara cepat dan tak terbatas. Sejalan dengan semakin majunya teknologi gadget dan internet, jaringan sosial juga


(22)

mengalami pertumbuhan yang pesat. Bahkan saat ini, untuk mengakses situs jejaring sosial dapat dilakukan dimana dan kapan saja.

1.5.2. Tinjauan Tentang Tingkah Laku Pemilih

Sebelum diterangkannya tentang tingkah laku pemilih maka penulis terlebih dahulu menjelaskan teori tentang politik dan partai politik menurut para ahli.

1.5.2.1. Pengertian Politik dan Partai Politik

Politik adalah wilayah laki-laki (maskulin). Wilayah ini adalah wilayah yang dicirikan dengan warna konflik, perebutan kekuasaan, agresifitas, negosiasi, superioritas dan ciri-ciri lain yang “cocok” dengan sifat laki-laki. Ciri lain yang menonjol dari ranah politik adalah penampakannya yang bersifat publik.

Peran serta politik masyarakat didasarkan kepada politik untuk menentukan suatu produk akhir. Komunikasi politik adalah suatu komunikasi yang mempunyai konsekuensi politik baik secara aktual maupun potensial, yang mengatur kelakuan manusia dalam keberadaan suatu konflik. Komunikasi politik antara pemerintah dan rakyat sebagai interaksi antara dua pihak yang menerapkan etika.

Komunikasi merupakan sarana menyampaian informasi dari sumber berita kepada penerima berita. Oleh karena itu komunikasi politik sangat penting, dengan komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat akan mampu meningkatkan partisipasi politik masyarkat itu sendiri. Maka dengan itu komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat sangatlah penting, baik komunikasi langsung maupun komunikasi tidak langsung.


(23)

Sebuah partai politik adalah organisasi tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Menurut Budiardjo (2008:159) bahwa “Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik - (biasanya) dengan cara konstitusionil - untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka”.9

1. Carl J. Friedrich: Partai Politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasan pemerintah bagi pemimpin Partainya, dan berdasarkan penguasan ini memberikan kepada anggota Partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materil.

)

Partai politik adalah sarana politik yang menjembatani elit-elit politik dalam upaya mencapai kekuasaan politik dalam suatu negara yang bercirikan mandiri dalam hal finansial, memiliki platform atau haluan politik tersendiri, mengusung kepentingan-kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut menyumbang political development sebagai suprastruktur politik.

Dalam rangka memahami partai politik sebagai salah satu komponen infra struktur politik dalam negara, berikut beberapa pengertian mengenai Partai Politik dalam buku Budiardjo, yakni :

2. Sigmund Neumann: Partai Politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis Politik yang berusaha untuk menguasai kekuasan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan golongan-golongan lain yang tidak sepaham. 10

Sedangkan menurut Budiardjo (2008:403) bahwa: )

9) Miriam Budiarjo, 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Cetakan Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. hal. 159.


(24)

Partai Politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya), dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. 11

Partisipasi politik masyarakat merupakan hal terpenting dalam pembangunan desa, yaitu akan menjadi wahana political education yang sangat baik. Sedangkan menurut Conyers “pertama, partisipasi politik masyarakat sebagai alat guna memperoleh suatu informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat yang tanpa kehadirannya program pembangunan desa serta proyek akan gagal; kedu, masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan di desa, jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya dalam pengambilan keputusan terhadap prioritas pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, karena akan lebih mengetahui seluk-beluk

)

1.5.2.2. Politik Masyarakat

Partispasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahap kebijakan, mulai sejak dari pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan. Partisipasi politik masyarakat dalam rencana pembangunan desa harus sudah dimulai sejak saat perencanaan kemudian pelaksanaan dan seterusnya pemeliharaan. Kegiatan masyarkat yang disebut partisipasi politk adalah perilaku politik lembaga dan para pejabat pemerintah yang bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan menegakkan keputusan politik, perilaku politik masyarakat (individu/kelompok) yang berhak mempengaruhi lembaga dan pejabat pemerintah dalam pengambilan keputusan politik, karena menyangkut kehidupan masyaraka.

Menurut Alexander Abe dalam Tjokroamidjojo (2005:36) mengemukakan partisipasi politik:


(25)

proyek dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek; dan Ketiga, yang mendorong partisipasi umum dibanyak Negara karena timbul anggapan bahwa hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat.” Katz” Partisipasi politik masyarakat diwujudkan melalui partisipasi politik dalam proses pembuatan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi. 12

Hantington dan Nelson: ”partisipasi politik adalah kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untukmempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah”.

)

Dalam politik moderen partisipasi merupakan sebuah permasalahan yang penting. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memimpin kepala Negara, dan secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah public policy).

13

Konvensional

)

Ada juga yang mendefenisikan partai politik hanya sebagai kegiatan warga Negara preman (private cityzen) yang bertujuan mempengaruhi mempengaruhi pengambilan keputusan oleh.

Ada 2 bentuk partisipasi politik dalam terminologi politik : Tabel 1.1

Bentuk Partisipasi Politik

Inkonvesional

- Pemilu - Demonstrasi

- Diskusi Politik - Huru-Hara

- Kampanye - Teror

Sumber: Taliziduhu Ndaraha (2000:102).

12) Tjokroamidjojo, 2005, Menuju Masyarakat Pjartisipatif, Cetakan Keempat, Kanisus, Yogyakarta, hal. 36.

13) Samuel P. Hatington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik Dinegara Berkembang, Rineka Cipta, 1998, hal. 6.


(26)

Partisipasi politik dapat dianggap sebagai tolak ukur dalam menilai apakah proyek yang bersangkutan merupakan proyek pembangunan desa. Jika masyarakat desa tidak berkesempatan untuk berpartisipasi politik dalam pembangunan suatu proyek didesanya. Proyek tersebut pada hakekatnya bukanlah proyek pembangunan desa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat 2011) yaitu:

“ 1. Faktor Sosial Ekonomi 2. faktor Politik

3. Faktor Fisik Individu dan Lingkungan 4. Faktor Nilai Budaya” 14

14) Bernad Ardin, 2011.

)

1. Faktor Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jumlah keluarga. Kondisi sosial ekonomi masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat karena ketika ada masalah yang menyangkut sosial ekonomi maka masyarakat akan protes terhadap pemerintah. Bentuk protes seperti apapun yang datang dari masyarakat adalah sebuah partisipasi politik.

2. Faktor Politik

Peran serta politik masyarakat didasarkan kepada politik untuk menentukan suatu produk akhir. Faktor politik meliputi komunikasi politik, kesadaran politik, pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan dan kontrol masyarakat terhadap kebijakan politik.


(27)

3. Faktor Fisik Individu dan Lingkungan

Faktor fisik individu sebagai sumber kehidupan termasuk fasilitas serta ketersediaan pelayanan umum. Faktor lingkungan adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan, kondisi dan makhluk hidup, yang berlangsungnya berbagai kegiatan interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta lembaga dan pranatanya.

4. Faktor Nilai Budaya

Nilai budaya politik atau civic culture merupakan basis yang membentuk demokrasi, hakekatnya adalah politik baik etika politik maupun teknik atau peradapan masyarakat. Faktor nilai budaya menyangkut persepsi, pengetahuan, sikap, dan kepercayaan politik.

1.5.2.3. Pendidikan Politik

Menurut Koesnadi bahwa ”Pendidikan politik itu merupakan proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara”.15

15) Hardjosoemantri Koesnadi, 2002, Pengantar Ilmu Politik, Cetakan Ketiga, Seruling Massa, Jakarta, hal. 45.

)

Jika dikaitkan dengan partai politik, pendidikan politik bisa diartikan sebagai usaha sadar dan tersistematis dalam mentransformasikan segala sesuatu yang berkenaan dengan perjuangan partai politik tersebut kepada massanya agar mereka sadar akan peran dan fungsi, serta hak dan kewajibannya Sebagai manusia atau warga negara.


(28)

Pendidikan politik sebagai aktifitas yang bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan orientasi-orientasi poltik pada individu. Ia meliputi keyakinan konsep yang memiliki muatan politis, meliputi juga loyalitas dan perasaan politik, serta pengetahuan dan wawasan politik yang menyebabkan seseorang memiliki kesadaran terhadap Persoalan politik dan sikap politik.

Disamping itu, menurut Wahab bahwa ”Pendidikan politik bertujuan agar setiap individu mampu memberikan partisipasi politik yang aktif di masyarakatnya”.16

16) Wahab, A. Azis. 2001. Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model

Pendidikan, Grasindo, Jakarta, hal. 126.

)

Pendidikan politik merupakan aktifitas yang terus berlanjut sepanjang hidup manusia dan itu tidak mungkin terwujud secara utuh kecuali dalam sebuah masyarakat yang bebas.Dengan demikian pendidikan politik memiliki tiga tujuan : membentuk kepribadian politik, kesadara politik, dan parsisipasi politik. Pembentukan kepribadian politik dilakukan melalui metode tak langsung, yaitu pelatihan dan sosialisasi, serta metode langsung berupa pengajaran politik dan sejenisnya. Untuk menumbuhkan kesadaran politik ditempuh dua metode : dialog dan pengajaran instruktif. Adapun partisispasi politik, ia terwujud ndengan keikutsertaaan individu-individu secara sukarela dalam kehidupan politik masyarakatnya. Pendidikan politik dalam masyarakat manapun mempunyai institusi dan perangkat yang menopangnya. Yang paling mendasar adalah keluarga, sekolah, partai-partai politik dan berbagai macam media penerangan. Pendidikan politik juga memiliki dasar dasar ideologis, sosisal dan politik . bertolak dari situlah tujuan-tujuannya dirumuskan. Jika yang


(29)

dimaksud dengan “Pendidikan” adalah proses menumbuhkan sisi- sisi kepribadian manusia secara seimbang dan integral, maka “Pendidikan Politik” dapat dikategorikan sebagai dimensi pendidikan, dalam konteks bahwa manusia adalah makhluk politik. Sebagaimana halnya bahwa pendidikan mempunyai fungsi-fungsi pemikiran moral, dan ekonomi, maka pendidikan politik juga mempunyai fungsi politik yang akan direalisasikan oleh lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan politik itulah yang akan menyiapkan anak bangsa untuk mengeluti persoalan sosial dalam medan kehidupan dalam bentuk atensi dan partisipasi, menyiapkan mereka untuk mengemban tanggung jawab dan memberi kesempatan yang mungkin mereka bisa menunaikan hak dan kewajibannya. Hal itu menuntut pendidikan anak bangsa untuk menggeluti berbagai persoalan sosial dalam medan kehidupan mereka dalam bentuk atensi dan partisipasinya secara politik, sehingga mereka paham terhadap ideology politik yang dianutnnya untuk kemudian membelanya dan dengannya mereka wujudkan cita-cita diri dan bangsanya.

Pendidikan politik inilah yang mentransfer nilai-nilai dan ideology politik dari generasi ke generasi, dimulai dari usia dini dan terus berlanjut sepanjang hayat. Pendidikan politik merupakan kebutuhan darurat bagi masyarakat, karena berbagai factor yang saling mempengaruhi, dengan demikian pendidikan politiklah yang dapat membentuk perasaan sebagai warga Negara yang benar , membangun individu dengan sifat-sifat yang seharusnya, lalu mengkristalkannya sehingga menjadi nasionalisme yang sebenarnya. Ialah yang akan menumbuhkan perasaan untuk senantiasa barafiliasi, bertanggung jawab dan berbangga akan jati diri bangsa. Tuntunan ini demikian mendesak dan sangat dibutuhkan oleh


(30)

masyarakat kita, mengingat bahwa penumbuhan perasaan seperti itu menjadikan seorang warga Negara serius mengetahui hak dan kewajibannya, serta berusaha memahami berbagai problematika masyarakat.

Menurut Budimansyah (2009:38) bahwa ”di era reformasi ini tentunya arus globalisasi dan perkembangan IPTEKS yang pesat akan membawa pengaruh yang ada kalanya tidak baik. Sehingga Pembangunan watak (character building) amat penting”.17

Pendidikan politik dalam UU No. 2 tahun 2008 pada BAB I Pasal 1 ayat 4 diharapkan dapat membentuk warga negara yang berkepribadian utuh, berketerampilan, sekaligus juga berkesadaran yang tinggi sebagai warga negara yang baik (good citizen), sadar akan hak dan kewajiban serta memiliki tanggung jawab yang dilandasi oleh nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Proses pencapaian tujuan pendidikan politik tersebut tidak dapat dilihat secara langsung namun memerlukan waktu yang cukup lama, hal ini

)

Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berakhlak berbudi pekerti, dan berperilaku baik. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demikian dapat dicapai apabila masyarakat yang baik (good society). Dan masyarakat idaman seperti ini dapat kita wujudkan manakala manusia-manusia Indonesia adalah manusia yang berakhlak dan berwatak baik, manusia yang bermoral dan beretika baik, serta manusia yang bertutur dan berperilaku baik pula.

17) D. Budimansyah, 2009. Membangun Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi


(31)

disebabkan karena pendidikan politik berhubungan dengan aspek sikap dan perilaku seseorang.

1.5.2.4. Pengertian Tingkah Laku Pemilih

Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau paling cocok. Secara umum teori tentang perilaku memilih dikategorikan kedalam dua kubu menurut Edi Kusumayadi yaitu: ”Mazhab Colombia dan Mazhab Michigan”.18

18) Edi Kusumayadi, Perilaku Pemilih, www.blogspot.com,/2011/04/perilaku-politikpemilih.html. Diakses tanggal 14 Mei 2014.

)

Mazhab Colombia menekankan pada faktor sosiologis dalam membentuk perilaku masyarakat dalam menentukan pilihan di pemilu. Model ini melihat masyarakat sebagai satu kesatuan kelompok yang bersifat vertikal dari tingkat yang terbawah hingga yang teratas. Penganut pendekatan ini percaya bahwa masyarakat terstruktur oleh norma-norma dasar sosial yang berdasarkan atas pengelompokan sosiologis seperti agama, kelas ( status sosial ), pekerjaan, umur, jenis kelamin dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk perilaku memilih. Oleh karena itu preferensi pilihan terhadap suatu partai politik merupakan suatu produk dari karakteristik sosial individu yang bersangkutan.

Kelemahan mazhab ini antara lain;

a. Sulitnya mengukur indikator secara tetap tentang kelas dan tingkat pendidikan karena kemungkinan konsep kelas dan pendidikan berbeda antara Negara satu dengan lainnya;


(32)

b. Norma sosial tidak menjamin seseorang menentukan pilihannya tidak akan menyimpang.

Mazhab Michigan menekankan pada faktor psikologis pemilih artinya penentuan pemilihan masyarakat banyak dipengaruhi oleh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya yang merupakan akibat dari proses sosialisasi politik. Sikap dan perilaku pemilih ditentukan oleh idealisme, tingkat kecerdasan, faktor biologis, keinginan dan kehendak hati.

1.5.2.5. Karakteristik pemilih

Terdapat beberapa daerah/wilayah yang merupakan kumpulan komunitas masyarakat yang terbentuk atas dasar sistim kekerabatan dan paguyuban berdasarkan keturunan (gemeinschaft by blood), dan yang menjadi pemuka masyarakat tersebut berasal dari keluarga / kerabat asli keturunan dari orang yang dipandang terkemuka dari segi sosial ekonomi atau terkemuka karena ketokohannya, sehingga warga masyarakat seringkali menyandarkan diri dan sikapnya terhadap pemuka/tokoh masyarakat tersebut. Sikap ini mencerminkan adanya dominasi ketokohan yang berperan untuk menentukan sikap dan perilaku serta orientasi warga bergantung pada pemuka masyarakat tersebut. Paternalisme sikap dan perilaku warga masyarakat secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya tidak pernah berubah, meskipun terdapat berbagai perubahan dalam kondisi sosial ekonomi, namun hal tersebut tidak menjadi faktor yang mempengaruhi adanya perubahan sosial budaya masyarakat setempat. Kecenderungan untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berbagai kehidupan sosial ekonomi, sosial politik maupun sosial budaya, terbatas


(33)

pada adanya sistem ide atau gagasan dari pemuka masyarakat untuk memodifikasi sistem sosial dan sistem budaya yang sudah mapan dalam kehidupan masyarakat disesuaikan dengan kondisi dan dinamika masyarakat. Faktor ini menjadi kendala bagi kandidat atau calon legislatif untuk menerobos masuk ke dalam komunitas masyarakat tersebut dalam rangka sosialisasi atau sekedar silaturahmi. Jika calon legislatif berhasil masuk ke dalam komunitas masyarakat tersebut, hanya sebatas etika pergaulan masyarakat yaitu menerima setiap tamu yang bersilaturahmi, tetapi tidak akan mengikuti apa yang diinginkan oleh kandidat/calon legislatif yang bersangkutan.

Ikatan primordialisme keagamaan dan etnis menjadi salah satu alasan penting dari masyarakat dalam menyikapi terhadap elektabilitas calon legislatife. Jika seorang kandidat memiliki latar belakang ikatan primordialisme yang sama dengan ikatan primordialisme masyarakat, maka hal tersebut menjadi alternatif pilihan masyarakat. Ikatan emosional tersebut menjadi pertimbangan penting bagi masyarakat untuk menentukan pilihannya. Ikatan emosional masyarakat tidak hanya didasarkan atas sistim kekerabatan semata, akan tetapi agama menjadi pengikat ikatan emosional, asal daerah atau tempat tinggal, ras/suku, budaya, dan status sosial ekonomi, sosial budaya juga menjadi unsur penting dalam ikatan emosinal komunitas masyarakat tertentu. Hal tersebut terlihat pada basis komunitas masyarakat di daerah pemilihan, daerah/wilayah atau kantong-kantong basis massa yang ditandai dengan adanya simbol-simbol partai yang memberikan gambaran dan sekaligus sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut merupakan kantong basis massa partai tertentu.


(34)

Komunitas masyarakat yang heterogen cenderung lebih bersifat rasional, pragmatis, tidak mudah untuk dipengaruhi, terkadang memiliki sikapambivalen, berorientasi ke materi. Sikap dan pandangan untuk memilih atau tidak memilih dalam proses politik lebih besar, sehingga tingkat kesadaran dan partisipasi politiknya ditentukan oleh sikap dan pandangan individu yang bersangkutan, tidak mudah untuk dipengaruhi oleh tokoh atau ikatan primordialisme tertentu. Kondisi sosial masyarakat pada strata demikian diperlukan adanya kandidat / calon yang memiliki kapabilitas yang tinggi baik dari aspek sosiologis (memiliki kemampuan untuk mudah beradaptasi dengan kelompok masyarakat dan mampu mempengaruhi sikap dan orientasi komunitas masyarakat tersebut), atau popularitas dan reputasi tinggi pada kelompok masyarakat tersebut. Jika hal tersebut mampu dilakukan oleh seorang kandidat, maka sangat terbuka perolehan suara pemilih didapat dari komunitas masyarakat tersebut.

1.5.2.6. Kandidat yang diharapkan

Keterpilihan seorang kandidat idealnya harus memenuhi standar yang diinginkan pemilih, artinya pemilih akan menentukan pilihannya didasarkan atas seberapa besar kontribusi dan partisipasi kandidat terhadap pemilih atau kelompok pemilih. Seberapa besar syarat-syarat kandidat terpenuhi secara umum seperti ; kapabilitas intelektual, kapabilitas kepemimpinan, kapabilitas etika dan moral. Kejelasan tentang visi dan misi serta program yang disampaikan kandidat, apakah pemilih memahami akan visi dan misi dan program yang disampaikan/ dilakukan seorang kandidat sesuai dengan aspirasi, kebutuhan dan kepentingan


(35)

masyarakat banyak atau tidak. Jika hal tersebut di atas tidak dipenuhi oleh seorang kandidat, maka pemilih pada suatu saat akan beralih sikap dan orientasinya ke kandidat lain.

1.5.3. Pilihan Politik Masyarakat

Berlakunya Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 13 tahun 2013, tentang Zonasasi Kampanye membuat calon anggota legislatif (caleg), tidak bisa lagi bebas melakukan sosialisasi dengan menebar atribut kampanye seperti dulu. Keterbatasan ini, membuat caleg mulai melirik dunia maya, terutama jejaring sosial seperti facebook, twitter, Friendster, kakaotalk, wechat untuk menggaet pemilih. Apalagi jejaring persahabatan tersebut, banyak digemari kalangan pelajar dan mahasiswa yang termasuk pemilih pemula.

Banyak calon legislatif (caleg) yang memanfaatkan dunia maya untuk mensosialisasikan visi, misi dan program kerjanya. Dengan alasan lebih murah dan efektif, maka dari bersosialisasi di jejaring sosial menjadi salah satu senjata para caleg. Para caleg hanya merogoh kocek antara Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Itu karena, dikelola secara pribadi. Berkampanye melalui teknologi seperti ini, lebih efektif jika dibandingkan dengan cara-cara tradisonal dengan menyebarkan alat peraga seperti spanduk, baleho dan lainnya.

Namun tidak semua kalangan yang mengakses jejaring sosial. Pemilih yang sering berselancar di dunia maya tersebut, umumnya adalah pemilih pemula dan pemilih yang berpendidikan dan tinggal di daerah perkotaan. Sementara pemilih yang tinggal di pelosok pedesaan, tidak memahami dan mengerti dengan kemajuan teknologi tersebut. Oleh karena itu, caleg juga harus tetap berkampanye


(36)

menggunakan cara-cara konvensional, dan turun langsung untuk bersosialisasi dengan masyarakat.

1.5.4. Kerangka Konseptual

Untuk mengarahkan penulisan skripsi diperlukan kerangka pemikiran yang menunjukkan adanya hubungan teoritis antara variabel yang diteliti. Menurut Sugiyono bahwa “kerangka pemikiran atau juga sering disebut kerangka berfikir adalah merupakan model konseptual tentang teori hubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting.”19

19) Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Administrasi, Edisi XII, CV Alfabeta, Bandung, hal. 36.

)

Kampanye online membutuhkan tim manajemen online yang tidak kalah jagonya dibandingkan tim manajemen kampanye konvensional. Di Indonesia, rata-rata kampanye online masih ditangani oleh orang awam, bahkan ada yangmenggabungkan pemenangan online dan konvensional. Internet adalah media komunikasi. Jadi bukan sekedar kecanggihan fiturnya yang diperlukan. Lebih dari itu, kekuatan strategi komunikasilah yang menjadi dasar utamanya. Yang juga wajib dicatat, berkampanye melalui dunia maya jauh lebih keras jika dibandingkan dengan membuat iklan di media lain. Dengan adanya jejaring sosial maka akan memberikan pendidikan politik kepada masyarakat sehingga masyarakat memiliki kesadaran terhadap persoalan politik dan sikap politik.


(37)

Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

1.5.5. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Menurut Nazir bahwa ”Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris”.20

20) Moh. Nazir, Op.Cit, hal. 151.

)

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha: Jejaring sosial berpengaruh signifikan terhadap pilihan politik masyarakat Toba Samosir Tahun 2014.

Jejaring Sosial (X)

Pilihan Politik Masyarakat (Y)


(38)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian dapat mengacu pada penelitian kuantitatif atau kualitatif. Kerangka acuan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yang akan menggunakan baik metode analisis deskriptif maupun metode analisis induktif (inferensial). Kedua metode analisis tersebut akan digunakan secara bertahap, diawali dengan statistik deskriptif yang berfungsi untuk menyusun, mengelompokkan, menggambarkan sekumpulan data dan selanjutnya melakukan analisis untuk membuat kesimpulan tentang sekelompok data (sampel). Pada tahap berikutnya, dengan mengacu pada hasil analisis statistik deskriptif, digunakan metode statistik induktif (inferensial), yaitu suatu metode analisis statistik yang diarahkan untuk membuat kesimpulan yang berlaku umum atau kesimpulan tentang populasi.

2.2. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah pemilih tetap yang telah terdaftar di KPU Kabupaten Toba Samosir, yaitu berjumlah 127.020 jiwa


(39)

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sugiyono (2005:91) mengatakan bahwa ”Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.”21

2

) (

1 N e

N n + = )

Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan metode berstruktur (proporsional random sampling) berdasarkan fungsi, untuk penentuan jumlah sampel digunakan rumus Slovin, sebagai berikut:

Di mana :

n = Jumlah sampel N = Ukuran populasi e = Standar error

Standar error ditentukan sebesar 10 %. Dari rumus tersebut di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel sebagai berikut:

( )

orang n n 100 92 , 99 1 , 0 127920 1 920 . 127 2 ≈ = + =

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang terdiri dari 16 kecamatan. Kemudian dicari pengambilan sampel berstrata dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(40)

n N N

n i

i =

Dimana : ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya

i

N = jumlah populasi menurut stratum

N = jumlah pupulasi seluruhnya

Dengan menggunakan rumus tersebut maka jumlah sampel per stratum berdasarkan fungsi tertera pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Distribusi Populasi Berdasarkan Fungsi

Kecamatan Populasi (orang) Sampel (orang)

ibata 5.526 4

alige 26.589 21

onatua Lunasi 3.985 3

orbor 4.896 4

abinsaran 11.021 9

guboti 13.701 11

umban Julu 6.275 5

assau 5.661 4

rmaksian 6.787 5

ntu Pohan Meranti 4.960 4

rsea 9.287 7

antar Narumonda 4.403 3

gumpar 5.354 4

laen 10.224 8

mpahan 3.151 2

uan 6.100 5

otal 127.920 100


(41)

2.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi (observation), yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap

kegiatan yang dilakukan para pegawai perusahaan.

2. Kuisioner (questionaire) yang diberikan, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan daftar pertanyaan yang telah disusun secara terstruktur diberikan kepada karyawan yang dijadikan sampel.

3. Studi dokumentasi (document study), yaitu mengumpulkan dan mempelajari data yang diperoleh melalui data-data dari Usaha Jasa Penjahit Simpatik Jalan Sutomo Medan.

2.4. Definisi Operasional

Untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksanaan penelitian, diberikan definisi variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 2.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Variabel Skala

Ukuran Jejaring Sosial

(X)

Suatu simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik.

Skala Likert

Pilihan Politik Masyarakat (Y)

Prilaku masyarakat terhadap keinginan untuk terlibat dalam polik melalui pemilihan umum.

Skala Likert


(42)

2.5. Teknik Penentuan Skor

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert sebagai alat mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala ordinal, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberikan skor. Skor yang diberikan adalah:

Tabel 2.3

Instrumen Skala Likert

No Pernyataan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

2.6. Teknik Analisis Data

2.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas 2.6.1.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Metode yang akan digunakan untuk melakukan uji validitas adalah dengan melakukan korelasi antar skor butir


(43)

pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Butir pernyataan dikatakan valid apabila rhitung > 0,3.

2.6.1.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Uji reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan fasilitas SPSS, yakni dengan uji statistic Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika Cronbach Alpha > 0,60.

2.6.2. Uji Asumsi Klasik 2.6.2.1. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk menunjukkan simetris tidaknya distribusi data. Uji normalitas akan dideteksi melalui analisa grafis yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Dasar pengambilan keputusan yaitu :

- Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model tersbut tidak memenuhi asumsi normalitas.


(44)

2.6.2.2. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah group mempunyai varians yang sama diantara group tersebut yang disebut homoskedastisitas atau tidak mempunyai varians yang sama yang disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedasitas atau dengan kata lain tidak terjadi heterokedastisitas.

2.6.2.3. Autokorelasi

Serial korelasi atau autokorelasi apabila galat dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa galat berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila: Var(ei,ej) = 0 untuk i ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah serial correlation/autocorrelation.

Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan serial autokorelasi, yaitu dengan uji: Durbin Watson (uji D – W). Uji Durbin-Watson dilakukan dengan membandingkan DWhitung dengan DWtabel. Jika terdapat autokorelasi maka galat tidak lagi minim sehingga penduga parameter tidak lagi efisien.

2.7. Metode Analisis Data 2.7.1. Persamaan Regresi

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh jejaring sosial terhadap pilihan politik masyarakat adalah metode regresi linier sederhana dengan persamaan umum:

^

Y = a + b X + e


(45)

a = Intersep X = Jejaring sosial b = Koefisien regresi

e = error

2.7.2. Uji t

Untuk melihat pengaruh dari X terhadap Y dilakukan Uji-t sebagai berikut, dengan kriteria pengujian:

(1) Jika t-hitung > t-tabel Ho ditolak, H1diterima, artinya variabel X berpengaruh nyata terhadap variabel Y.

(2) Jika t-hitung ≤ t -tabel Ho diterima, H1ditolak, artinya variabel X tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y.

2.7.3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R² pada intinya mengukur kadar pengaruh (dominasi) variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1 atau 0 < R2 < 1. Nilai koefisien determinasi yang kecil, berarti kemampuan variabel bebas dalam `menjelaskan variasi variabel tidak bebas terbatas. Nilai koefisien determinasi yang mendekati 1, berarti variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memperkirakan variasi pada variabel tidak bebas.


(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah Singkat Kabupten Toba Samosir

Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara setelah menjalani waktu yang cukup lama dan melewati berbagai proses, pada akhirnya terwujud menjadi kabupaten baru dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten DATI II Toba Samosir dan Kabupaten DATI II Mandailing Natal di Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Kabupaten Toba Samosir diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999 bertempat di Kantor Gubernur Sumatera Utara oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid atas nama Presiden Republik Indonesia sekaligus melantik Drs. Sahala Tampubolon selaku Penjabat Bupati Toba Samosir. Pada saat itu, sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten adalah Drs. Parlindungan Simbolon.

Setelah Kabupaten Toba Samosir diresmikan diangkat Ketua DPRD Sementara adalah M.P. Situmorang, selanjutnya dilakukan pemilihan yang hasilnya adalah Ketua Drh. Unggul Siahaan dan Wakil Ketua M.A. Simanjuntak dan Wakil Ketua Drs. L.P. Sitanggang. Pada tahun 1999, dilaksanakan pemilihan umum di Indonesia, dengan hasil menetapkan 35 anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir, serta menetapkan pimpinan DPRD Kabupaten Toba Samosir masa bhakti 1999 – 2004 yaitu : Ketua Ir. Bona Tua Sinaga dan Wakil Ketua masing – masing adalah Sabam Simanjuntak, Drs. Vespasianus Panjaitan dan Letkol W. Nainggolan. Pada tahun 2000 diadakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Toba


(47)

Samosir, dengan hasil pemilihan, menetapkan Drs. Sahala Tampubolon sebagai Bupati dan Maripul S. Manurung, SH., sebagai wakil Bupati Toba Samosir, masa bhakti 2000 – 2005, pelantikan dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2000 di Balige.

Pada awal pembentukannya, kabupaten ini terdiri atas 13 (tiga belas) kecamatan, 5 (lima) kecamatan pembantu, 281 desa dan 19 kelurahan, dengan batas wilayah adminisrasi adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun Sebelah Timur : Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhanbatu Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Utara Sebelah Barat : Kabupaten Dairi.

Seiring dengan perjalanan pemerintahan di kabupaten ini jumlah kecamatan mengalami perubahan secara bertahap. Pada awal tahun 2002 dibentuk 5 kecamatan baru yakni pendefinitifan 4 (empat) kecamatan pembantu mejadi 4 (empat) kecamatan defenitif dan pembentukan 1 (satu) kecamatan baru. Kelima kecamatan tersebut adalah Kecamatan Ajibata, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kecamatan Uluan, Kecamatan Ronggur Ni Huta dan Pembentukan Kecamatan Borbor yang dimekarkan dari Kecamatan Habinsaran.

Kondisi pemekaran kecamatan berlanjut hingga pada akhir tahun 2002, dimana adanya aspirasi masyarakat yang cukup kuat dalam menyuarakan pemekaran Kecamatan Harian menjadi 2 (dua) kecamatan yakni Kecamatan Harian dan Kecamatan Sitiotio sebagai kecamatan pemekaran baru. Kuatnya aspirasi pembentukan kecamatan ini disikapi dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Toba Samosir karena didukung fakta – fakta permasalahan di masyarakat baik kondisi geografis wilayah dan lain sebagainya, hingga akhirnya


(48)

Pemerintah Kabupaten Toba Samosir menetapkan Keputusan Bupati Toba Samosir tentang Pembentukan Kecamatan Sitiotio mendahului Peraturan Daerah, setelah mendapatkan izin prinsip dari DPRD Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2002. Keputusan Bupati ini dikuatkan dengan penetapan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kecamatan Sitiotio di Kabupaten Toba Samosir. Perkembangan dan pembentukan wilayah tidak sampai disini saja, perubahan – perubahan lain semakin banyak terjadi seperti issu pemekaran kembali Kabupaten Toba Samosir menjadi 2 (dua) kabupaten. Issu ini berkembang seiring dengan situasi dan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang berkembang pada saat itu. Perkembangan kondisi sosial, ekonomi, dan politik dimasyarakat menginginkan Kabupaten Toba Samosir dimekarkan kembali menjadi Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Samosir (meliputi seluruh kecamatan yang ada di Pulau Samosir dan sebagian pinggiran Danau Toba di Daratan Pulau Sumatera) dengan tujuan untuk mempercepat pembangunan guna mengejar ketertinggalan dari daerah lain. Aspirasi yang berkembang di masyarakat ini tidak menunggu waktu yang begitu lama, hingga pada tahun 2003 Kabupaten Toba Samosir dimekarkan menjadi Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Samosir yang ditetapkan dengan Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara dan diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004. Sejak peresmian ini, wilayah Kabupaten Toba Samosir berkurang karena seluruh wilayah kecamatan yang ada di Pulau Samosir dan sekitarnya sebagaimana diatur dalam Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2003 tersebut masuk menjadi


(49)

Kabupaten Samosir. Dan sejak tanggal 7 Janurai 2004, Kabupaten Toba Samosir dari 20 Kecamatan, 281 Desa dan 19 Kelurahan mengalami perubahan baik jumlah kecamatan, desa dan kelurahan, jumlah penduduk, luas wilayah, dan batas – batas wilayah secara signifikan yakni menjadi 11 Kecamatan 179 Desa dan 13 Kelurahan. Sedangkan Kabupaten Samosir terdiri dari 9 Kecamatan, 102 Desa dan 6 Kelurahan.

Pemekaran wilayah selanjutnya terjadi pada Kecamatan Silaen dengan melahirkan Kecamatan Sigumpar sesuai Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004. Banyak alasan yang mempengaruhi terjadinya pemekaran wilayah kecamatan di Kabupaten Toba Samosir, antara lain : kondisi luas wilayah, jarak ke ibu kota kabupaten, letak geografis, dikaitkan juga dengan kondisi ketertinggalan dan dorongan keinginan serta tuntutan masyarakat itu sendiri. Ada beberapa hal yang memperlihatkan kuatnya keinginan dan aspirasi masyarakat untuk maju, antara lain terlihat pada masyarakat Kecamatan Borbor dimana permintaan pemekaran diikuti dengan penyerahan lahan lokasi perkantoran dan penyediaan sarana gedung kantor kecamatan baru secara swadaya oleh masyarakat. Kondisi ini dinilai pemerintah sebagai bukti kesungguhan masyarakat yang mendambakan wilayahnya dimekarkan menjadi kecamatan baru.

Sejalan dengan dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati Toba Samosir, Bapak Pandapotan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu, SH., M.Si., untuk melaksanakan Visi Pemerintah Kabupaten Toba Samosir 5 (lima) tahun ke depan yaitu : “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Toba Samosir yang memiliki rasa Kasih, Peduli, dan Bermartabat” sebagaimana telah ditetapkan dengan Peraturan


(50)

Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Kabupaten Toba Samosir Tahun 2012 – 2015.

3.2. Struktur Organisasi Perusahaan

Kabupaten Toba Samosir sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara dipimpin oleh seorang bupati yang mengepalai wilayah kabupaten, yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu oleh seorang wakil bupati dan para staf yang dibagi sesuai dengan tugas dan pokok dan fungsi kabupaten. Struktur organisasi Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada Gambar 3.1.


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Jejaring Sosial

Situs jejaring sosial sebagai media kampanye politik adalah suatu alternatif untuk menarik perhatian dan dukungan dari masyarakat melalui dunia maya. Para politisi dapat memanfaatkan berbagai macam situs yang ada diinternet. Melalui situs jejaring sosial, para politisi dapat menarik dukungan dari berbagai lapisan masyarakat tanpa ada batas waktu dan tempat sehingga ini mempermudah bagi masyarakat untuk lebih mengenal profil politisi yang mereka dukung dan hal ini sangat menguntungkan bagi para politisi karena mereka dapat mengumpulkan banyak dukungan dari masyarakat melalui situs jejaring sosial. Situs-situs yang biasanya dapat dimanfaatkan masyarakat adalah facebook, sharing, microblog, bookmarking dan layanan bisnis. Berikut ini adalah tanggapan responden mengenai jejaring sosial pada masyarakan Toba Samosir, disajikan dalam Tabel 4.1 - Tabel 4.5.


(52)

Tabel 4.1

Tanggapan Responden Atas Pernyataan:

Jejaring sosial umum seperti facebook dapat merubah pribadi seseorang untuk memilih caleg yang sebelumnya bukan pilihannya

Frekuensi

Jawaban Orang Persen

Sangat setuju 33 33.00

Setuju 32 32.00

Kurang setuju 19 19.00

Tidak setuju 7 7.00

Sangat tidak setuju 9 9.00

Total 100 100.00

Sumber: Angket

Dari Tabel 4.1 terlihat sebagian besar responden menyatakan facebook dapat merubah pribadi seseorang untuk memilih caleg yang sebelumnya bukan pilihannya. Jejaring sosial merupakan media yang semakin populer untuk berbagi konten dan informasi dengan orang lain, sebuah layanan yang memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang lain di seluruh dunia. Facebook adalah situs yang sangat populer karena fasilitas yang disediakan cukup banyak, terdiri dari profil, forum komunitas, chatting, berbagi multimedia. Facebook digunakan calon legislatif untuk meminta masyarakat di Toba Samosir mengetahui profil yang dimilikinya, agar masyarakat menjadi terpengaruh dengan apa yang dilihatnya karena di situs tersebut caleg berusaha untuk meminta dukungan dari masyarakat bahwasanya caleg-caleg yang memanfaatkan media tersebut berkeinginan duduk di kursi DPRD, DPD dan DPR atas pilihan dari masyarakat. Melihat banyaknya yang menyatakan setuju dengan adanya situs facebook ini menandakan masyarakat dapat terpengaruh dengan adanya tampilan caleg di dunia maya,


(53)

sehingga pilihan masyarakat yang sebelumnya sudah ada tetapi dapat berubah memilih caleg lain yang dilihatnya melalui situs facebook.

Memang jejaring sosial sangat memuaskan sehingga penggunanya mudah di perdaya oleh kemajuan teknologi satu ini. Setidaknya mereka menyadari bahwa menggunakan hal yang kurang ada manfaatnya dan menyita waktu. Jejaring sosial juga digunakan para politisi untuk berkampanye, yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam memilih siapa yang menjadi pavoritnya. Melalui situs jejaring sosial, para politisi dapat menarik dukungan dari berbagai lapisan masyarakat tanpa ada batas waktu dan tempat sehingga ini mempermudah bagi masyarakat untuk lebih mengenal profil politisi yang mereka dukung. Hal ini sangat menguntungkan bagi para politisi karena mereka dapat mengumpulkan banyak dukungan dari masyarakat melalui situs jejaring sosial.

Lamanya masyarakat menggunakan internet untuk membuka situs facebook antara 4 – 6 jam. Terkadang mereka hanya sebentar saja membuka situs tentang partai politik, selebihnya membuka situs diluar tentang politik, misalnya hiburan.


(54)

Tabel 4.2

Tanggapan Responden Atas Pernyataan:

Pelayanan multimedia sharing dapat digunakan para politik karena pengguna media ini dapat menambah konten dan memberi komentarnya

Frekuensi

Jawaban Orang Persen

Sangat setuju 8 8.00

Setuju 19 19.00

Kurang setuju 42 42.00

Tidak setuju 21 21.00

Sangat tidak setuju 10 10.00

Total 100 100.00

Sumber: Angket

Dari Tabel 4.2 terlihat sebagian besar responden menyatakan pelayanan multimedia sharing tidak dapat menambah konten dan memberi komentarnya. Ini menandakan masyarakat Toba Samosir malas untuk memberi komentar-komentar atas kiprah yang telah digeluti oleh caleg-caleg yang masuk ke dalam situs sharing. Masyarakat cenderung hanya membaca situs-situs tanpa memberi komentar, sehingga pilihan politik masyarakat hanya di dasarkan dari membaca dan mengetahui kiprah dari para politikus yang terlibat. Dengan demikian situs sharing tidak menambah nilai positif bagi terpilihnya caleg. Politikus sebenarnya sangat mengharapkan agar mereka diberi saran dan kritik agar dapat mengetahui apa yang menjadi kelebihannya dan apa yang menjadi kekurangannya. Kelebihan yang dimilikinya akan terus dipertahankan sedangkan yang menjadi kekurangan akan segera diperbaiki, sehingga politikus benar-benar milik rakyat karena dari awalnya saja sudah dapat berkomunikasi dengan masyarakat, apalagi setelah


(55)

menjadi anggota DPRD, berarti akan ada kemajuan bila ada saling komunikasi sebelum dan sesudah menjadi anggota DPRD.

Tabel 4.3

Tanggapan Responden Atas Pernyataan:

Para politik dapat menggunakan microblog untuk memberitahu kegiatan yang telah ia lakukan di dalam arena perpolitikan

Frekuensi

Jawaban Orang Persen

Sangat setuju 7 7.00

Setuju 23 23.00

Kurang setuju 41 41.00

Tidak setuju 20 20.00

Sangat tidak setuju 9 9.00

Total 100 100.00

Sumber: Angket

Dari Tabel 4.3 terlihat sebagian besar responden menyatakan bahwa para politik jarang menggunakan microblog untuk memberitahu kegiatan yang telah ia lakukan di dalam arena perpolitikan. Ini menunjukkan politikus tidak transparan kepada masyarakat memberitahukan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukannya selama berkecimpung di arena perpolitikan. Padahal sangat diperlukan oleh masyarakat agar mereka transparan, agar diketahui bahwa para politikus tersebut bukan politikus siluman, yang artinya timbul tenggelam kiprahnya yang hanya mengandalkan politik uang agar dipilih. Politik uang memang sudah terkenal di daerah penelitian ini, para politik berusaha mencari dukungan dengan modal uang yang diberikan per orang di dalam satu rumah tangga yang sudah bisa memilih. Misalnya kemampuan caleg bisa Rp. 200.000 per orang, jika di dalam suatu rumah tangga terdapat 3 orang yang bisa memilih maka caleg akan mengeluarkan


(56)

Rp. 600.000 per rumah tangga. Hal inilah yang menyebabkan para caleg tidak mau transparan di dalam jejaring microblog yang sudah tersedia agar masyrakat mengetahui kegiatan-kegiatan mereka.

Secara otomatis kegiatan-kegiatan yang sudah diketahui oleh masyarakat menjadi tidak berguna untuk mempengaruhi pilihan politik masyarakat karena sudah dipengaruhi oleh politik uang.

Tabel 4.4

Tanggapan Responden Atas Pernyataan:

Layanan bookmarking dapat memberikan harapan yang tinggi kepada para politik karena situs dapat dilihat oleh lebih banyak orang

Frekuensi

Jawaban Orang Persen

Sangat setuju 19 19.00

Setuju 33 33.00

Kurang setuju 24 24.00

Tidak setuju 14 14.00

Sangat tidak setuju 10 10.00

Total 100 100.00

Sumber: Angket

Dari Tabel 4.4 terlihat sebagian besar responden menyatakan bahwa layanan bookmarking dapat memberikan harapan yang tinggi kepada para politik karena situs dapat dilihat oleh lebih banyak orang. Secara otomatis memang bila para politik banyak dilihat orang maka ada kemungkinan pilihan terhadap dirinya juga semakin besar, sehingga mereka banyak memanfaatkan layanan bookmarking. Layanan bookmarking merupakan fasilitas untuk menyimpan, mentransfer, dan mengelola artikel link ke berbagai situs dan sumber daya di internet. Artinya kemunculan mereka disini dapat disimpan oleh orang yang sudah


(57)

membaca kemudian disimpannya, lalu ditransfernya ke orang-orang yang dirasanya perlu untuk mengetahui berita dari caleg yang dia ketahui. Demikian seterusnya berita-beritanya akan mengganda diketahui masyarakat karena masyarakat itu sendiri turut menginformasikannya kepada orang lain. Hal inilah yang mendorong layanan bookmarking lebih disukai para politikus.

Intensitas penggunaan internet oleh masyarakat yang tinggi akan memberikan harapan bahwa keberadaan mereka di dunia maya akan memperbesar kemungkinan untuk menjadi pilihan masyarakat. Oleh karena itu banyak para politikus menggunakan situs ini.

Tabel 4.5

Tanggapan Responden Atas Pernyataan:

Pengguna jaringan bisnis memungkinkan para politikus dapat berhubungan dengan masyarakat dengan menawarkan informasi, ide dan peluang

Frekuensi

Jawaban Orang Persen

Sangat setuju 23 23.00

Setuju 35 35.00

Kurang setuju 22 22.00

Tidak setuju 11 11.00

Sangat tidak setuju 9 9.00

Total 100 100.00

Sumber: Angket

Dari Tabel 4.5 terlihat sebagian besar responden menyatakan pengguna jaringan bisnis memungkinkan para politikus dapat berhubungan dengan masyarakat dengan menawarkan informasi, ide dan peluang. Walaupun nilai yang diperoleh menyatakan setuju berselisih sedikit dengan yang menyatakan tidak setuju, tetapi tetap dikatakan yang menyatakan setuju lebih unggul. Jejaring bisnis


(58)

ini digunakan para politikus untuk berhubungan dengan masyarakat yang juga memiliki usaha bisnis, sehingga ketertarikan masyarakat untuk memilihnya bisa bertambah sehingga terpengaruh untuk memilih caleg tersebut. Jaringan bisnis dimanfaatkan para politikus dengan menawarkan ide-ide yang bisa menambah wawasan masyarakat agar menjadi sukses dengan mengikuti kiat-kiat yang dimiliki politikus tersebut. Sehingga ada kemungkinan terjalin komunikasi yang baik antara politikus maupun masyarakat yang mengikuti jejaring sosial layanan bisnis ini.

Jejaring sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberikan kontribusi secara terbuka dan umpan balik, komentar, berkomunikasi, dan berbagi informasi secara cepat dan tak terbatas. Sejalan dengan semakin majunya teknologi gadget dan internet, jaringan sosial juga mengalami pertumbuhan yang pesat. Bahkan saat ini, untuk mengakses situs jejaring sosial dapat dilakukan dimana dan kapan saja.

Ini berarti walaupun masyarakat tidak memberikan ide maupun komentar di dalam situs-situs yang mereka baca tetapi setidaknya mereka juga dapat terpengaruh. Karena ada saja masyarakat walaupun sudah mendapat uang dari tim kampanye suatu parpol tertentu tetapi hanya mereka yang tahu apa yang mereka pilih.


(1)

dan preferensi) masyarakat mengenai daerahnya yang akan diberikan sebagai mandat kepada pemimpin baru. Suara masyarakat lokal itulah yang dipertemukan dalam kontrak sosial dengan visi calon kepala daerah melalui kampanye yang lebih beradab dan dialogis. Akses berkaitan dengan peluang masyarakat masuk terlibat dalam proses pemiliahan legislatif secara terbuka. Masyarakat harus memperoleh informasi yang memadai dan terbuka tentang siapa kandidat, track record masing-masing kandidat, dan proses seleksi hingga penentuan daftar calon. Kandidat maupun partai politik mempunyai kewajiban menyampaikan informasi (sosialisasi) setiap kandidatnya secara terbuka kepada publik. Di sisi lain, partai juga harus terbuka menerima kritik dan gugatan terhadap kandidat yang dinilai tidak berkualitas oleh masyarakat. Sedangkan kontrol adalah ruang dan kapasitas masyarakat yang terorganisir melakukan pemantauan terhadap proses pemilihan dari awal sampai akhir.

Integritas berkaitan dengan moralitas dan visi kepribadian kandidat calon legislatif yang bersangkutan. Orang yang terbukti punya integritas tinggi bila terbukti bermoral yang adiluhung, jujur, mempunyai visi ideal tentang kemasyarakatan dan kenegaraan, berkiprah sebagai pejuang kebenaran dan keadilan yang benar-benar teruji. Sebaliknya publik bisa menilai seberapa besar integritas para politisi karbitan yang secara instan masuk menjadi kandidat. Kandidat yang terbukti sebagai preman atau penjahat jelas tidak mempunyai integritas tinggi, dan karena itu harus dihindari oleh partai politik, apalagi oleh

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(2)

masyarakat. Legitimasi berarti pengakuan (penerimaan) dari masyarakat, karena memang kandidat yang bersangkutan mempunyai kandidat dan integritas. Sama seperti legitimasi, popularitas berarti kandidat yang bersangkutan benar-benar mengenal dan dikenal oleh berbagai komunitas masyarakat. Popularitas di sini tidak hanya berbicara “siapa” tetapi juga “apa” yang dilakukan oleh siapa itu. Banyak orang populer, dikenal luas oleh masyarakat, karena sebagai selebritis atau sebagai penghibur masyarakat. Yang kita harapkan adalah popularitas karena kapasitas, integritas dan legitimasi. Dengan demikian peranan jejaring sosial harus dapat dimanfaatkan oleh kandidat legislatif dan masyarakat dalam pelaksanaan pemilihan umum.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan evalusasi dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Koefisien regresi variabel jejaring sosial adalah 0,261 yang berarti semakin baik jejaring sosial pada daerah Toba Samosir maka pilihan politik masyarakat juga akan semakin baik. Nilai t-hitung variabel bebas jejaring sosial adalah sebesar 3,133, sedangkan nilai t-tabel 5 % adalah 1,98. Nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Hipotesis yang menyatakan jejaring sosial berpengaruh signifikan terhadap pilihan politik masyarakat pada masyarakat Toba Samosir dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %. 2. Sebesar 30,20 % dari perubahan pilihan politik masyarakat dapat

dijelaskan oleh perubahan variabel jejaring sosial. Sedangkan sisanya 69,80 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(4)

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan agar:

1. Sebaiknya masyarakat memperbaiki hubungannya dengan para politik dengan memberikan kritik dan saran yang sangat dibutuhkan para politik. 2. Masyarakat perlu berupaya agar memperluas jejaring sosial yang telah

tersedia di internet untuk lebih memperluas pengetahuan tentang aktivitas para politik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ardin, berna

Diakses tanggal 12 Februari 2014.

Budiardjo, Miriam, 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Cetakan Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Budimansyah, D. 2009. Membangun Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi dan Gerakan Demokrasi, Rineka Cipta, Jakarta.

Dhaneswara, Rininda, 2012. http://www.scribd.com/doc/78363152/Pengaruh- Jejaring-Sosial-Pelajar, Diakses tanggal 10 Maret 2014.

Hatington, Samuel P. dan Joan Nelson, 2002. Partisipasi Politik Dinegara Berkembang, Rineka Cipta, Jakarta.

Hermawan. 2010, http://wartawarga.gunadarma.ac.id/pengertian-jejaring-sosial-2. Diakses tanggal 12 Februari 2014.

Koesnadi, Hardjosoemantri, 2002, Pengantar Ilmu Politik, Cetakan Ketiga, Seruling Massa, Jakarta.

Kusumayadi, Edi, Perilaku Pemilih, www.blogspot.com,/2011/04/perilaku-politikpemilih.html. Diakses tanggal 14 Mei 2014.

Nazir, Moh., 2005. Metode Penelitian, Cetakan Kelima, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ndaraha, Taliziduhu, 2000. Demensi-Demensi Pemerintahan Desa: Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Administrasi, Edisi XII, CV Alfabeta, Bandung.

Wahab, A. Azis. 2001. Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model Pendidikan, Grasindo, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(6)

I. Variabel Jejaring Sosial (X)

No Pertanyaan SS S KS TS STS

1 Jejaring sosial umum seperti facebook dapat

merubah pribadi seseorang untuk memilih caleg yang sebelumnya bukan pilihannya.

2 Pelayanan multimedia sharing dapat

digunakan para politik karena pengguna media ini dapat menambah konten dan memberi komentarnya.

3 Para politik dapat menggunakan microblog

untuk memberitahu kegiatan yang telah ia lakukan di dalam arena perpolitikan.

4 Layanan bookmarking dapat memberikan

harapan yang tinggi kepada para politik karena situs dapat dilihat oleh lebih banyak orang.

5 Pengguna jaringan bisnis memungkinkan

para politikus dapat berhubungan dengan masyarakat dengan menawarkan informasi, ide dan peluang.

II. Variabel Pilihan Politik Masyarakat (Y)

No Pertanyaan SS S KS TS STS

1 Masyarakat Tobasa bersedia melungkan

waktu untuk membuka situs di internet melihat aktivitas para politik.

2 Masyarakat Tobasa bersedia memberikan

saran dan ide yang berhubungan dengan pilihan politiknya melalui media internet.

3 Masyarakat Tobasa terlibat memberikan

dukungan dalam Pemilu 2014.

4 Masyarakat Tobasa bersedia menyediakan

dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Pemilu 2014.