Tarebia Sermyla Branchiura Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Siombak Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

f. Melanoides

Genus ini memiliki bentuk cangkang yang memanjang, berbentuk kerucut dan biasanya berwarna cokelat terang, ditandai dengan bintik-bintik karat berwarna. Ukuran tubuh berkisar antara 20 - 27 mm atau 30 - 36 mm dan memiliki 5 - 10 lingkaran dicangkangnya Gambar 13. Gambar 13. Melanoides

g. Tarebia

Genus ini memiliki ukuran tubuh berkisar 5 – 25 mm dengan memiliki dua bentuk warna yaitu satu memiliki cokelat pucat pada lingkaran cangkangnya serta berwarna gelap dipuncak cangkangnya dan pada cangkang sepenuhnya berwarna coklat tua sampai hampir hitam Gambar 14. Gambar 14. Tarebia Universitas Sumatera Utara

h. Sermyla

Genus ini memiliki panjang berkisar antara 1 - 2,5 cm, tipe cangkang memanjang dengan bagian ulir utama agak membesar, cangkang memiliki warna putih, permukaan cangkang bergelombang membentuk garis-garis vertikal, memiliki apeks runcing dengan lekuk sifon lebar dan tumpul Gambar 15. Gambar 15. Sermyla

i. Branchiura

Genus ini memiliki panjang tubuh berkisar 38 – 185 mm dengan warna kuning kemerahan yang menyala. Memiliki rambut setae yang pendek sebanyak 1 – 3 pada bagian atas depan tubuh, 11 – 12 setae pada ujung yang bercabang. Biasanya meiliki satu gigi yang belum sempurna bahkan tidak ada. Pada bagian ventral tubuh terdapat 10 – 11 setae yang bercabang Gambar 16. Gambar 16. Branchiura Universitas Sumatera Utara Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK Makrozoobentos pada Setiap Stasiun Penelitian Berdasarkan analisis data diperoleh nilai Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK makrozoobentos pada setiap stasiun penelitian seperti terlihat pada tabel 7 sebagai berikut : Tabel 7. Nilai Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK makrozoobentos pada setiap stasiun penelitian Kepadatan Populasi K Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Branchiura 0,33 - - - 16 Melanoides 99 46 35,33 62 115 Mytilus 31 19 12 127 364,33 Neripteron - 1,33 1 0,66 0,66 Planaxis 3 8 10,66 3,66 10,33 Pomacea - 0,66 - - - Sermyla 19,66 39,33 7 81,66 58,66 Sphaerassiminea 9,33 10,33 5,66 5,33 9 Tarebia 1 0,33 - - 0,33 Total 163,32 124,98 71,65 280,31 574,31 Universitas Sumatera Utara Kepadatan Relatif KR Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Branchiura 0,20 - - - 2,78 Melanoides 60,61 36,80 49,30 22,11 20,02 Mytilus 18,98 15,20 16,74 45,30 63,43 Neripteron - 1,06 1,39 0,23 0,11 Planaxis 1,83 6,40 14,87 1,30 1,79 Pomacea - 0,52 - - - Sermyla 12,03 31,46 9,76 29,13 10,21 Sphaerassiminea 5,71 8,26 7,89 1,90 1,56 Tarebia 0,61 0,26 - - 0,05 Frekuensi Kehadiran FK Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Branchiura 3,70 - - - 29,62 Melanoides 88,88 74,07 77,77 92,59 88,88 Mytilus 62,96 14,81 33,33 37,03 66,66 Neripteron - 14,81 7,40 7,40 7,40 Planaxis 18,51 29,62 44,44 33,33 29,62 Pomacea - 7,40 - - - Sermyla 59,25 29,62 37,03 74,07 66,66 Sphaerassiminea 51,85 51,85 25,92 33,33 44,44 Tarebia 7,40 3,70 - - 3,70 Universitas Sumatera Utara Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H’ dan Indeks Kemerataan JenisIndeks Evenness E Makrozoobentos Berdasarkan analisis data diperoleh nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H’ dan Indeks Kemerataan JenisIndeks Evenness E makrozoobentos pada setiap stasiun penelitian seperti terlihat pada tabel 8 sebagai berikut : Tabel 8. Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H’ dan Indeks Kemerataan JenisIndeks Evenness E makrozoobentos pada setiap stasiun penelitian Indeks Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Keanekaragaman 1,148 1,480 1,410 1,193 1,091 Shannon-Wiener H’ Kemerataan 0,590 0,711 0,787 0,666 0,524 JenisEvennes Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kelima stasiun penelitian di Perairan Danau Siombak Kecamatan Medan Marelan Kota Medan diperoleh nilai rata-rata parameter fisika kimia perairan pada tabel 9 sebagai berikut : Tabel 9. Nilai Rata-rata Faktor Fisika Kimia Perairan yang Diukur pada Setiap Lokasi Pengambilan Sampel Parameter Kondisi Air Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Fisika Suhu °C Pasang 29 29,3 29,6 29,6 28,6 Normal 29,3 29 31 29 29,3 Surut 29,6 29 30 29 29 Universitas Sumatera Utara Salinitas ‰ Pasang 10 10,3 11 10 11 Normal 9,6 10 10,3 9,3 10,6 Surut 9,3 8,6 9,6 9,6 10,3 Penetrasi Pasang 70 76,6 80 70 83,3 Cahaya cm Normal 56,6 60 56,6 60 56,6 Surut 66,6 70 66,6 60 56,6 Kimia pH Pasang 7,1 7 7,1 6,9 6,7 Normal 7,1 6,7 7,2 6,8 6,9 Surut 7,1 6,9 7,2 6,9 7 BOD 5 mgl Pasang 3,4 3,4 3,2 3,4 3,4 Normal 3,3 3,4 3,3 3,3 3,4 Surut 3,3 3,5 3,4 3,4 3,3 COD mgl Pasang 27,4 28,3 27,3 29 28,2 Normal 30,6 27,7 30,9 28,8 27,6 Surut 25,9 28,4 28,4 29,2 25 DO mgl Pasang 7,3 6,8 7,1 7,3 7,1 Normal 7,3 7,7 7,1 7,2 6,9 Surut 6,7 6,6 6,7 6,9 6,8 Nitrat mgl Pasang 2,7 2,4 2,6 2,8 2,4 Normal 1,9 2,7 1,4 2,2 3,6 Surut 2,7 2,6 2,7 3,3 1,5 Universitas Sumatera Utara Fosfat mgl Pasang 1,31 1,37 1,43 1,35 1,51 Normal 1,21 1,42 1,13 1,32 1,05 Surut 1,12 1,28 1,18 1,35 1,17 Tabel 10. Hasil Substrat yang Didapat pada Setiap Lokasi Pengambilan Sampel Substrat I Parameter Tekstur Hydrometer Pasir Debu Liat Tekstur Stasiun 1 52,40 39,28 8,32 Lp Stasiun 2 72,40 17,28 10,32 Lp Stasiun 3 88,40 3,28 8,32 Pl Stasiun 4 78,40 5,28 16,32 Lp Stasiun 5 72,40 15,28 12,32 Lp Substrat II Parameter Tekstur Hydrometer Pasir Debu Liat Tekstur Stasiun 1 46,84 21,28 32,32 Llip Stasiun 2 52,84 17,28 30,32 Llip Stasiun 3 54,84 11,28 34,32 Llip Stasiun 4 64,84 11,28 24,32 Llip Stasiun 5 84,84 7,28 8,32 Pl Keterangan : Lempung berpasir : Lp Lempung liat berpasir : Llip Pasir berlempung : Pl Universitas Sumatera Utara Sifat Fisika dan Kimia Perairan Danau Siombak Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Berdasarkan Metode Storet Sifat fisika dan kimia air yang terdapat di Perairan Danau Siombak Kecamatan Medan Marelan Kota Medan dihubungkan dengan kriteria metode Storet yang tercantum pada tabel 11. Tabel 11. Kondisi Fisika dan Kimia Air yang Terdapat di Perairan Danau Siombak Berdasarkan Metode Storet Metode Storet No Parameter Satuan Baku Mutu St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 Air Gol. I Skor Skor Skor Skor Skor 1. Suhu °C Deviasi 3 0 0 2. pH 6 – 9 0 0 3. BOD mgl 2 -10 -10 -10 -10 -10 4. COD mgl 10 -10 -10 -10 -10 -10 5. DO mgl 6 0 0 6. Fosfat mgl 0,2 -10 -10 -10 -10 -10 7. Nitrat mgl 10 0 0 Jumlah -30 -30 -30 -30 -30 Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Universitas Sumatera Utara Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika dan Kimia Perairan dengan Indeks Keanekaragaman Makrozoobentos Berdasarkan pengukuran faktor fisika dan kimia perairan yang telah dilakukan pada setiap stasiun penelitian dan dikorelasikan dengan indeks keanekaragaman maka diperoleh nilai indeks korelasi yang dapat dilihat pada tabel 12 sebagai berikut. Tabel 12. Nilai Analisis Korelasi Pearson Antara Keanekaragaman dan Kepadatan Makrozoobentos dengan Sifat Fisika dan Kimia Perairan Danau Siombak Medan Keanekaragaman Analisis Korelasi KriteriaTingkat Makrozoobentos H’ Pearson r Hubungan Korelasi Suhu 0,479 Sedang Salinitas - 0,219 Rendah Penetrasi cahaya 0,846 Sangat kuat pH 0,078 Sangat rendah BOD5 0,707 Kuat COD 0,474 Sedang DO - 0,234 Rendah Nitrat - 0,374 Rendah Fosfat 0,458 Sedang Universitas Sumatera Utara Pembahasan Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK Makrozoobentos pada Setiap Stasiun Penelitian Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 7 nilai kepadatan populasi K, kepadatan relatif KR dan frekuensi kehadiran FK makrozoobentos yang didapat pada setiap stasiun menunjukkan perbedaan yang tidak merata antar genus makrozoobentos. Kepadatan populasi K pada stasiun 1, 2 dan 3 terdapat jenis makrozoobentos yang dominan yaitu melanoides dengan nilai kepadatan populasi K pada stasiun 1 yaitu 99 individum², stasiun 2 yaitu 46 individum², dan stasiun 3 yaitu 35,33 individum². Sementara pada stasiun 4 dan 5 didominasi oleh makrozoobentos jenis mytilus dengan nilai kepadatan populasi K pada stasiun 4 yaitu 127 individum² dan stasiun 5 yaitu 364,33 individum². Total nilai kepadatan populasi K tertinggi terdapat pada stasiun 5 dengan jumlah yaitu 574,31 individum² sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 3 dengan jumlah yaitu 71,65 individum². Hal ini didukung oleh literatur Siregar 2011 yang menyatakan analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan melihat hubungan kelimpahan atau kepadatan populasi tiap jenisnya. Kepadatan populasi K pada jenis lainnya hampir mengalami perbedaan yang jauh pada jumlah masing-masing jenis atau tidak merata. Pada jenis branchiura hanya terdapat pada stasiun 1 dan stasiun 5, jenis pomacea hanya terdapat pada staiun 2 serta jenis tarebia terdapat pada stasiun 1, stasiun 2 dan stasiun 5. Kondisi ini berpengaruh terhadap perbedaan habitat atau jenis substrat dasar masing-masing jenis makrozoobentos, sesuai dengan literatur Riniatsih dan Kushartono 2009 yang menyatakan bahwa jenis substrat dan jenis partikel merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi hewan Universitas Sumatera Utara makrozoobentos karena masing-masing jenis makrozoobentos mempunyai cara hidup yang berbeda atau disesuaikan dengan jenis substrat dasar habitatnya. Nilai kepadatan relatif KR makrozoobentos yang didapat dipengaruhi oleh nilai kepadatan populasi KP. Dalam hal ini, jenis makrozoobentos yang perkembangannya sesuai dengan habitat perairan Danau Siombak terdapat pada jenis melanoides dengan nilai kepadatan relatif KR pada stasiun 1 yaitu 60,61 , stasiun 2 yaitu 36,80 , stasiun 3 yaitu 49,30 , stasiun 4 yaitu 22,11 dan stasiun 5 yaitu 20,02 , jenis mytilus dengan nilai kepadatan relatif KR pada stasiun 1 yaitu 18,98 , stasiun 2 yaitu 15,20 , stasiun 3 yaitu 16,74 , stasiun 4 yaitu 45,30 dan stasiun 5 yaitu 63,43 , jenis planaxis dengan nilai kepadatan relatif KR hanya pada stasiun 3 yaitu 14,87 dan jenis sermyla dengan nilai kepadatan relatif KR pada stasiun 1 yaitu 12,03 , stasiun 2 yaitu 31,46 , stasiun 4 yaitu 29,13 dan stasiun 5 yaitu 10,21 . Hal ini sesuai dengan literatur Barus 2004 yang menyatakan bahwa suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu organisme, apabila nilai KR 10 . Nilai frekuensi kehadiran FK makrozoobentos yang diperoleh berpengaruh terhadap jumlah kehadiran suatu jenis dalam tempat pengambilan sampel yang telah ditentukan dengan habitat yang sesuai atau tidaknya bagi perkembangan makrozoobentos tersebut. Jenis makrozoobentos yang dapat dikategorikan ke dalam kehadiran sering atau absolut hanya terdapat pada jenis melanoides dengan nilai frekuensi kehadiran FK pada stasiun 1 yaitu 88,88 , stasiun 3 yaitu 77,77 , stasiun 4 yaitu 92,59 dan stasiun 5 yaitu 88,88 , kemudian jenis makrozoobentos yang dapat dikategorikan ke dalam kehadiran sedang terdapat pada beberapa jenis yaitu melanoides dengan nilai frekuensi Universitas Sumatera Utara kehadiran FK pada stasiun 2 yaitu 74,07 , mytilus dengan nilai frekuensi kehadiran FK pada stasiun 1 dan stasiun 5 yaitu 62,96 dan 66,66 , sermyla dengan nilai frekuensi kehadiran FK pada stasiun 1, stasiun 4 dan stasiun 5 yaitu 59,25 , 74,07 dan 66,66 , serta sphaerassiminea dengan nilai frekuensi kehadiran FK yang sama pada stasiun 1 dan 2 yaitu 51,85 . Selanjutnya jenis makrozoobentos yang dapat dikategorikan ke dalam kehadiran jarang terdapat pada beberapa jenis yaitu branchiura dengan nilai frekuensi kehadiran FK pada stasiun 5 yaitu 29,62 , mytilus dengan nilai frekuensi kehadiran FK pada stasiun 3 dan 4 yaitu 33,33 dan 37,03 , planaxis dengan nilai frekuensi kehadiran FK pada stasiun 2, stasiun 3, stasiun 4 dan stasiun 5 yaitu 29,62 , 44,44 , 33,33 dan 29,62 , sermyla dengan nilai frekuensi kehadiran FK pada stasiun 2 dan stasiun 3 yaitu 29,62 dan 37,03 , serta sphaerassiminea dengan nilai frekuensi kehadiran FK pada stasiun 3, stasiun 4 dan stasiun 5 yaitu 25,92 , 33,33 dan 44,44 . Nilai frekuensi kehadiran FK tersebut didukung oleh literatur Barus 2004 yang menyatakan bahwa suatu habitat dikatakan sesuai bagi perkembangan suatu organisme apabila nilai FK 25 . Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H’ dan Indeks Kemerataan JenisIndeks Evenness E Makrozoobentos Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 8 nilai indeks keanekaragaman H’ makrozoobentos yang didapat pada setiap stasiun penelitian yaitu berkisar 1,091 – 1,480. Hasil ini menunjukkan bahwa kondisi perairan Danau Siombak memiliki keanekaragaman makrozoobentos yang rendah. Hal ini sesuai dengan literatur Krebs 1989 yang mengklasifikasikan nilai indeks keanekaragaman H’ sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 0 H’ 2,302 = Keanekaragaman rendah 2,302 H’ 6,907 = Keanekaragaman sedang H’ 6,907 = Keanekaragaman tinggi Hasil ini memungkinkan adanya indikasi pencemaran yang terjadi pada perairan Danau Siombak sehingga mempengaruhi kondisi habitat dan kualitas makrozoobentos yang terdapat dalam perairan tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Astirin, dkk. 2002 yang menyatakan bahwa pencemaran dapat mengubah struktur ekosistem dan mengurangi jumlah spesies dalam suatu komunitas, sehingga keragamannya berkurang. Selanjutnya dipertegas oleh literatur Tobing 2009 yang menyatakan bahwa semakin buruk kondisi suatu perairan akan menyebabkan keanekaragaman jenis bentos akan semakin kecil karena akan semakin sedikit spesies yang dapat toleran dan beradaptasi terhadap kondisi perairan tersebut, karena setiap spesies mempunyai rentang atau daya toleransi tersendiri dalam beradaptasi terhadap kualitas perairan. Hasil indeks kemerataan jenisindeks Evenness E pada setiap stasiun penelitian yang dapat dilihat pada tabel 7 yaitu berkisar 0,524 – 0,787. Hasil ini menunjukkan bahwa jenis makrozoobentos yang didapat pada setiap stasiun penelitian memiliki jumlah masing-masing individu yang sangat jauh berbeda atau tidak merata. Hal ini sesuai dengan literatur Fachrul 2007 yang mengklasifikasikan sebagai berikut : E = 0, kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda. E = 1, kemeratan antar spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama. Universitas Sumatera Utara Hasil ini menandakan bahwa adanya bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan sehingga mempengaruhi kelangsungan hidup organisme makrozoobentos yang tidak merata karena makrozoobentos merupakan biota air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik bahan pencemar kimia maupun fisik. Hal ini sesuai dengan literatur Sastrawijaya 2000 yang menyatakan bahwa banyaknya bahan pencemar dalam perairan dapat memberikan dua pengaruh terhadap organisme perairan, yaitu dapat membunuh spesies tertentu dan sebaliknya dapat mendukung perkembangan spesies lain. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan a. Suhu Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa suhu air pada lima stasiun penelitian berkisar antara 28,6 - 31°C. Suhu pada lima stasiun tersebut relatif sama, tidak mengalami fluktuasi, karena keadaan cuaca pada saat pengukuran suhu relatif sama, sehingga suhu tidak mengalami perubahan yang signifikan. Secara umum kisaran suhu tersebut merupakan kisaran yang tidak normal bagi laju pertumbuhan makrozoobentos. Hal ini sesuai dengan literatur Barus 2004 yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan pada bentos umumnya akan berlangsung selama 3 minggu pada suhu 15°C, sedangkan pada suhu 24°C berlangsung hanya dalam waktu 1 minggu saja. Kenaikan suhu air dengan demikian akan berakibat pada percepatan masa perkembangan bentos sampai 3 kali lipat, sesuai dengan hukum Van’t Hoffs . Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, nilai suhu di perairan Danau Siombak termasuk ke dalam kelas dua yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasaranasarana rekreasi air, peternakan dan layak untuk Universitas Sumatera Utara digunakan sebagai kegiatan perikanan tambak karena masih mencakup batas tolerir.

b. Salinitas