mempelajari aspek saling ketergantungan antara organisme dengan faktor-faktor abiotiknya maka akan diperoleh gambaran tentang kualitas suatu perairan. Faktor
abiotik fisika dan kimia perairan yang mempengaruhi kehidupan makrozoobentos, antara lain :
a. Suhu
Kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktivitas biologis dan fisiologis di dalam ekosistem sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen di dalam air, apabila suhu air naik maka kelarutan oksigen di dalam air menurun. Bersamaan dengan
peningkatan suhu juga akan mengakibatkan peningkatan aktivitas metabolisme akuatik, sehingga kebutuhan akan oksigen juga meningkat Sastrawijaya, 2000.
Setiap organisme air mempunyai kisaran toleransi yang berbeda terhadap nilai suhu air. Terdapat organisme yang mempunyai kisaran toleransi yang luas
euryterm dan ada jenis yang mempunyai kisaran toleransi yang sempit stenoterm. Suhu juga sangat mempengaruhi laju pertumbuhan dari organisme air
Barus, 2004. Kisaran suhu di lingkungan perairan lebih sempit dibandingkan dengan
lingkungan daratan, maka kisaran toleransi organisme akuatik terhadap suhu juga relatif sempit dibandingkan dengan organisme daratan. Berubahnya suhu suatu
badan air besar pengaruhnya terhadap komunitas akuatik. Naiknya suhu perairan dari yang biasa, karena pembuangan limbah pabrik misalnya dapat menyebabkan
organisme akuatik terganggu sehingga dapat mengakibatkan struktur komunitasnya berbeda Suin, 2002.
Universitas Sumatera Utara
b. Salinitas
Salinitas merupakan nilai yang menunjukkan jumlah garam-garam terlarut dalam satuan volume air yang biasanya dinyatakan dengan satuan promil ‰
Barus, 2004. Berdasarkan perbedaan salinitas, dikenal biota yang bersifat stenohaline
dan euryhaline. Biota yang mampu hidup pada kisaran yang sempit disebut sebagai biota bersifat stenohaline dan sebaliknya biota yang mampu hidup
pada kisaran luas disebut sebagai biota euryhaline Supriharyono, 2000. Keadaan salinitas akan mempengaruhi penyebaran organisme, baik secara vertikal maupun
horizontal. Menurut Barnes 1980 pengaruh salinitas secara tidak langsung mengakibatkan adanya perubahan komposisi dalam suatu ekosistem.
c. Penetrasi Cahaya
Penetrasi cahaya mengalami penghilangan atau pengurangan yang semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Cahaya merupakan sumber
energi utama dalam ekosistem perairan Jeffries dan Mills, 1996 diacu oleh Effendi, 2003. Kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda pada setiap ekosistem
air yang berbeda. Pada batas akhir penetrasi cahaya disebut sebagai titik kompensasi cahaya, yaitu titik pada lapisan air dimana cahaya matahari mencapai
nilai minimum yang menyebabkan proses asimilasi dan respirasi berada dalam keseimbangan Barus, 2004.
Perairan dangkal cenderung memiliki keanekaragaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan perairan yang lebih dalam. Pada kondisi perairan yang
dangkal, intensitas cahaya matahari dapat menembus seluruh badan air sehingga mencapai dasar perairan, daerah dangkal biasanya memiliki variasi habitat yang
lebih besar daripada daerah yang lebih dalam sehingga cenderung mempunyai
Universitas Sumatera Utara
makrozoobentos yang beranekaragam dan interaksi kompetisi lebih kompleks. Pada musim hujan perairan cenderung lebih dalam jika dibandingkan dengan saat
musim kemarau. Hal tersebut dapat mempengaruhi kepadatan makrozoobentos di dasar suatu perairan Setiawan, 2008.
d. Disolved Oxygen DO