Proses pembelian tiket pada maskapai penerbangan Lion Air Uraian tentang kasus wanprestasi yang dilakukan pihak maskapai Lion Air

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI YANG DILAKUKAN

PIHAK MASKAPAI YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN KEPADA PIHAK PENUMPANG

A. Proses pembelian tiket pada maskapai penerbangan Lion Air

Pembelian tiket pada awalnya dilakukan secara manual yaitu penumpang mendatangi agen perjalanan travel agent untuk membeli tiket pesawat maskapai penerbangan Lion Air. Biro jasa perjalanan disebut juga sebagai distributor atau penjual produk, yaitu menjual tiket pesawat udara dari maskapai penerbangan dan maskapai penerbangan yaitu pihak yang disebut sebagai produsen sebenarnya karena disini merekalah yang membuat produk untuk dipasarkan kepada konsumen, pihak maskapai penerbangan ini memerlukan bantuan biro jasa perjalanan untuk memasarkan tiket pesawat kepada konsumen. Calon penumpang memberikan keterangan tentang tanggalwaktu keberangkatan, jumlah calon penumpang, tujuan penumpang, lalu pihak agen perjalanan akan mencarikan tiket yang tersedia. Apabila calon penumpang setuju dengan harga yang diberikan maka harus dibayarkan harga sejumlah tiket kepada agen perjalanan dan jual beli telah dilakukan. Dalam hal ini, hubungan hukum antara agen perjalanan dengan penumpang telah selesai dan selanjutnya penumpang hanya memiliki hubungan hukum dengan maskapai penerbangan. Namun, seiring perkembangan teknologi tiket maskapai penerbangan Lion Air kini dapat dibeli melalui internet maupun aplikasi yang dapat di install di Universitas Sumatera Utara telepon genggam. Calon penumpang dapat membuka aplikasi penjualan tiket pesawat lalu mengisikan data pada kolom yang terdapat di aplikasi tersebut. Apabila calon penumpang setuju dengan harga dan persyaratannya, maka calon penumpang kemudian melakukan pembayaran yang dilakukan dengan cara transfer melalui ATM Anjungan Tunai Mandiri. Dengan demikian jual beli telah terjadi setelah penumpang melakukan pembayaran.

B. Uraian tentang kasus wanprestasi yang dilakukan pihak maskapai Lion Air

Perkara bermula pada tanggal 03 Juni 2014 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 04 Juni 2014, dibawah Register Nomor : 260 Pdt. G 2014 PN. Penggugat yang bernama Hari Sunaryadi yang beralamat Jalan Jati Bunder dalam No. 2, RT. 013 RW. 014, Kebun Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Pemegang KTP No. 3171071011730008, dalam hal ini diwakili oleh Kuasanya : Rolas Budiman Sitinjak, SH., MH, Sri Sugiati, SH., MH, Purgatorio Siahaan, SH, Arifin Rudi Nababan, SH, Agus Riyanto, SH, Rihard Burton SH, Priber Sitinjak, SH ANTONI, SH, masing-masing sebagai Advokat-Penasihat Hukum yang berkantor di LAW FIRM RBS PARTNERS, Advocat IP Consultan, beralamat di Jalan Jatinegara Barat Nomor : 181-A, Jakarta 13310, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 21 April 2014 dan telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada tanggal 04 Juni 2014, dibawah nomor 1269Leg.Srt.KuasaPN.JKT.PST dan tergugat yaitu Direktur PT. LION AIR yang beralamat di Jalan Gajah Mada No. 7, Jakarta Pusat 10130. Universitas Sumatera Utara Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 03 Juni 2014 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 04 Juni 2014, dibawah Register Nomor : 260Pdt. G 2014 PN.JKT.PST, telah mengemukakan pada pokoknya sebagai berikut. Tanggal 17 Oktober 2011, Penggugat telah membeli tiket Elektronik dengan Nomor Tiket TE. 9902170216630, untuk Penerbangan Manado-Jakarta dengan Nomor Penerbangan JT. 743L, 19 Oktober 2011, Lion Air, atas nama Penggugat sendiri atas nama Hari Mr. Penggugat harus kembali dari Manado pada tanggal 19 Oktober 2011 ke Jakarta, untuk mempersiapkan Meeting dengan beberapa kolega Penggugat pada tanggal 20 Oktober 2011 pukul 08.30 WIB. Pada tanggal 19 Oktober 2011, pukul 17.45 WITA Penggugat tiba di bandara Samratulangi Manado untuk melakukan Check in atas Tiket miliknya setelah beberapa lama mengantri, tiba giliran Penggugat untuk check in, namun saat itu Penggugat mendapat pemberitahuan dari Petugas yang melayaninya bahwa Pesawat telah Overseat atau melebihi kapasitas dan kemudian diminta untuk kembali esok paginya selanjutnya Penggugat diminta oleh Petugas untuk mengumpulkan E-Tiket bersama-sama dengan beberapa penumpang lain yang gagal terbang, namun Penggugat menolak untuk mengumpulkan tiketnya. Penggugat bersama dengan Penumpang-Penumpang lain sangatlah berkeberatan dan kecewa atas kejadian ini, oleh karenanya Penggugat tidak menerima kompensasi apapun dari Tergugat, walaupun Penggugat dialihkan ke penerbangan pada keesokan harinya. Karena gagal diberangkatkannya Penggugat ke Jakarta dari Manado dengan JT 743 Lion Air, tanggal 19 Oktober 2011, Universitas Sumatera Utara Penggugat meminta keterangan secara tertulis dari Perwakilan Tergugat yang bertugas disana, dan dikeluarkanlah Surat Keterangan kepada Penggugat mengenai bahwasannya Penggugat tidak dapat diberangkatkan karena alasan Operasional. Penggugat beserta para Penumpang lainnya meminta Tergugat untuk memberikan kompensasi yang sangat manusiawi sesuai dengan ketentuan Undang-undang Perlindungan Konsumen, namun Tergugat tidak memahami hal- hal tersebut. Penggugat kembali ke Jakarta pada ke esokan harinya dengan menggunakan Maskapai Sriwijaya yang dibeli sendiri, dengan Penerbangan No. SJ0269, tertanggal 20 Oktober 2011. Tergugat juga terlebih dahulu sudah diperingatkan oleh Penggugat, yakni Penggugat menegur secara lisan kepada Tergugat untuk memenuhi kewajibannya namun atas teguran Penggugat tersebut, Tergugat tidak merespon. Tanggal 28 Desember 2011 Penggugat mengajukan permohonan penyelesaian sengketa konsumen ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Propinsi DKI Jakarta, untuk menyelesaikan persoalan tidak diberangkatkannya Penggugat oleh Tergugat. dari hasil sidang di BPSK pada tanggal 20 Maret 2012, tidak tercapai kata sepakat antara para pihak yang bersengketa atas kejadian ini, Penggugat merasa disepelekan oleh Tergugat, karena hak-hak Penggugat selaku Konsumen tidak dihormati oleh Tergugat, dan, atas dasar inilah Penggugat melakukan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum pasal 1365 KUH Perdata kepada Tergugat. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan dalil-dalil yang telah Penggugat uraikan tersebut, Penggugat memohon dengan hormat kepada Pengadilan Jakarta Pusat agar berkenan memeriksa dan mengadili, serta memutuskan sebagai berikut; 1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk Seluruhnya 2. Menyatakan secara hukum Tergugat bersalah melakukan perbuatan melawan hukum onrechmatigedaad 3. Menyatakan kerugian yang dialami Penggugat merupakan akibat tindakan dari Tergugat. 4. Menghukum Tergugat untuk membayar kerugian materiil sebesar Rp. 5.107.700,- lima juta seratus tujuh ribu tujuh ratus rupiah 5. Menghukum Tergugat membayar kerugian immateriil yang dialami Penggugat akibat, tersitanya waktu dan tenaga untuk mengurus perkar ini yang tidak dapat dinilai, dan apabila dinilai tidak kurang dari Rp. 50.000 lima puluh ribu rupiah. Berdasarkan gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah mengajukan jawabannya tertanggal 13 Agustus 2014 yakni sebagai berikut 1. Tergugat menolak secara tegas seluruh dalil Penggugat kecuali apa yang secara tegas diakui oleh Tergugat 2. Gugatan Daluwarsa. Bahwa sesuai degan nomor perkara gugatan ini Penggugat mengajukan dan mendaftarkan Gugatan ini di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 3 Juni 2014. Sedangkan dalil Gugatan Penggugat menyatakan bahwa yang menjadi pokok masalah adalah apa yang dialami Penggugat-sehubungan dengan penerbangan Tergugat-terjadi pada tanggal 17 dan 19 Oktober 2011. Jadi terdapat selisih waktu 2 tahun 8 bulan antara kejadian yang dialami Penggugat dan saat diajukan Gugatan ini 3. Subjek Hukum yang digugat oleh Penggugat salah keliru, karena Tergugat bernama PT. Lion Mentari bukan Lion Air. Dengan demikian terbukti Gugatan Penggugat Kabur Universitas Sumatera Utara 4. Gugatan Penggugat seharusnya mengenai Wanprestasi, karena Penggugat mendalilkan bahwa Penggugat telah membeli tiket untuk penerbangan dengan pesawat Tergugat dengan Nomor Tiket TE. 9902170216630 untuk penerbangan tanggal 19 Oktober 2011. Sedangkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan Pasal 1 angka 27 menyatakan bahwa ” tiket adalah dokumen berbentuk cetak, melalui proses elektronik, atau bentuk lainnya, yang merupakan salah satu alat bukti adanya perjanjian angkutan udara antara penumpang dan pengangkut, dan hak penumpang untuk menggunakan pesawat udara atau diangkut dengan pesawat udara. Tergugat tanggal 19 Oktober 2011 gagal atau tidak memberangkatkan Penggugat ke Jakarta dengan JT 743 . Dengan demikian peristiwa hukum yang terjadi antara Penggugat dan Tergugat adalah ingkar janji atau wanprestasi bukan Perbuatan Melawan Hukum, namun terbukti Penggugat telah mengajukan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum terhadap Tergugat, dengan demikian terbukti gugatan Penggugat kabur obscuur libel.

C. Akibat Hukum yang Timbul Dalam Kasus Wanprestasi Pihak Maskapai

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Atas Pensertifikatan Tanah yang Berasal dari Hak Ulayat (Studi Kasus Putusan MA No. 274/K/PDT/2005)

3 52 113

Akibat hukum jual beli tanah agunan oleh Bank tanpa ijin pihak debitur ( studi putusan Mahkamah Agung nomo 1726/pdt/1986

0 25 53

Pidana ganti kerugian pada kecelakaan kendraan bermotor yang mengakibatkan tewasnya korban (suatu tinjauan hukum positif dan hukum pidana Islam

1 8 89

Analisis pengaruh asset, dana pihak ketiga dan kredit yang diberikan terhadap kinerja efisiensi Bank Persero di Indonesia

0 6 139

Hadis-hadis tentang praktek-praktek yang terlarang dalam jual beli

2 13 74

Tinjauan hukum terhadap penerapan harga tiket pesawat udara pada maskapai Garuda Indonesia untuk penerbangan domestik (analisis peraturan Mentri Perhubungan No. 26 Tahun 2010)

21 123 120

Pengaruh dana pihak ketiga dan tingkat suku bunga terhadap kredit yang diberikan : (studi kasus pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

8 49 75

Pengendalian yang berorientasi pada persaingan dengan cara pemisahan wewenang antara pihak yang memberi dana dan yang melaksanakan tugas;

0 1 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. a. Dyer dan McHugh (1975) Meneliti profil ketepat

0 0 22

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Jasa Jasa didefinisikan sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat Intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan se

0 1 15