1. Alam Pikir DESKRIPSI SUBYEK PENELITIAN POLITIK IDENTITAS JAWA-CINA Kajian Atas Ungkapan Tradisional “Jawa Safar Cina Sajadah” Yang Terdapat Pada Tradisi Lisan Jawa.

digunakan. Misalkan saja Feng Shui, Eight Triagram, Shio, Akupuntur dan lain sebagainya. Dalam bidang kajian lain, Phi π telah dikira oleh ahli matematik Zu Chongzhi hingga hitungan ketujuh. Sistem decimal bahkan telah digunakan sejak awal abad 14. Sementara segitiga Pascal telah ditemukan oleh oleh ahli matematik Liu Ju-Hsieh, bahkan sebelum Pascal lahir.

B. 1. Alam Pikir

137 Tidak seperti alam pikir Barat dan Timur yang ekstrem dalam hal ini diwakili oleh India, alam pikir Cina cenderung bersikap ‘netral’. Posisi ini diterima tidak sebagaimana Barat memiliki ‘kehendak’ mengakui dunia ini ataupun macam India yang ‘mengingkari dunia ini’. Alam pikir Cina mendorong masyarakatnya untuk ‘mengakui dunia ini’, bahkan kadang muncul lebih tajam lagi yakni untuk ‘mereguk dunia ini’. Gagasan ini menyiratkan jika dinamika kehidupan haruslah dapat dimaknai sebagai proses naturalitas, tidak saja sebagai jalan kodrati melainkan juga secara etis untuk bersikap wajar. Oleh karena itu keinginan yang memuaskanpun adalah tindakan yang tidak terlarang. Relasi timbal balik antara aktivitas dan pasivitas diatur oleh saat. Sudah pasti jika pandangan dipengaruhi oleh paham Tao, karena bagaimanapun ide yin-yang akan selalu mendudukkan posisi harmoni sebagai sentral kehidupan. 137 Bagian ini dipetik dari studi F. Budi Hardiman 2003: 72-89, “Modernisasi Sebagai Proses Pembebasan” dalam, Melampaui Positivisme dan Modernitas. Waktu dalam alam pikir Cina diorientasikan pada masalah kekinian, sehingga perubahan selalu dimaknai sebagai sebuah putaran kenyataan yang tidak dapat ditolak. Berangkat dari paham ini, terhadap materipun alam pikiran Cina tidak sekedar mengidealkan produksi melainkan harus dapat menikmati hasil produksi itu. Secara mentalitas, posisi ini dekat dengan apa yang disebut Weber sebagai etos Protestan yang menjadi semangat dari kapitalisme modern. Dalam sebuah penelitian dikatakan jika masyarakat Cina di Malaysia memiliki semangat partisipasi yang lebih tinggi dalam pengembangan modernisasi ketimbang masyarakat India atau Melayu. Penelitian ini memperlihatkan jika ada keterkaitan intrinsik antara kesuksesan ekonomi yang mereka capai dengan faktor filosofis yang menekankan kesejahteraan hidup di ‘dunia ini’ selain berkenaan dengan pandangan agama mereka. Dengan demikian dapat disimpulkan jika Cina menjadi lebih sukses karena struktur penataan masyarakatnya ditunjang oleh alam pikir terutama menyangkut keterarahannya dengan ‘dunia ini’. Untuk melihat klasifikasi ketiga alam pikir itu tengok bagan di bawah ini yang dibuat F. Budi Hardiman. Klasifikasi pada bagan ini yang merupakan rangkuman dari studi komparasi Radhakrishnan dan Archie Bahm tentang alam pikir Barat, India dan Cina. Pembacaan berangkat dari dua aspek daya manusia, yakni kehendak serta pengenalan. Masing-masing dianalisis berdasar sifat pengemban filsafat tersebut. Tabel. 5 Alam Pikir Barat, India dan Cina F. Budi Hardiman, 2003: 79

B. 2. Sistem Kepercayaan