EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

(1)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang pelaksanaan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang dilaksanakan oleh LPTK FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Masalah yang diteliti berkaitan dengan latar belakang PPG PAI di UIN Sunan Kalijaga, persiapan PPG, proses PPG serta pengaruh PPG dalam meningkatkan dan mengembangkan kompetensi personal dan profesionalisme guru PAI yang berlangsung dalam jangka waktu satu tahun. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan evaluatif mode CIPP (context, input, proses, dan product) pendekatan ini dapat mengevaluasi program secara komperhensif kepada seluruh aspek yang diobservasi seperti peserta, pengajar, dan pelaksana program PPG tersebut.

Hasil penelitian ini adalah peningkatan kompetensi peserta PPG baik secara personal maupun profesional. Meningkatnya wawasan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatnya kompetensi dalam mempersiapkan segala aspek yang berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti membuat perangkat pembelajaran, media pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dan pengelolaan manajemen administrasi sekolah. Sedangkan secara personal meningkatnya rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru yang bertugas mengajar dan membimbing peserta didik.

Pelaksanaan program pendidikan profesi guru menghasilkan guru-guru pendidikan agama Islam yang mempunyai kompetesi personal yang baik sehingga dapat menjadi contoh bagi peserta didik serta memiliki kompetensi profesional yang membanggakan sehingga mampu bersaing dengan guru-guru mata pelajaran lainnya.

Kata kunci : Pendidikan Profesi Guru, Kompetensi Personal, Kompetensi Profesional


(2)

vii

ABSTRACT

This research aims to examine the implementation of Program PendidikanProfesi Guru (PPG)conducted by LPTK FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. The problems observed are associated to the background of LPTK FITK UIN Sunan Kalijaga, the preparation of PPG, the process of PPG and the effects of PPG to the improvement and the development of the personal and professional competencies to the teacher of Islamic Education study program (PAI) in a period of one year. This research employs a qualitative approach by utilizing the evaluative models of CIPP (context, input, process, and product). This approach is able to comprehensively evaluate the program from all the aspects that are being observed; such as the participants, the teachers, and the implementers of PPG.

The result of the research is the improvement of PPG participants’competencies on personal level and professional level. The improvement of perception about science and technology as well as the abilityto prepareall the aspects related to the teaching and learning process;the production of learning device and learning media, the employment of wide variations of learning method and the management of the school administration. While onpersonal level is the improvement of the sense of responsibility to carry out their dutyas teachers to teach and guide the students.

The implementation of PendidikanProfesi Guru Program (PPG) produces Islamic Education (PAI) teachers that have good personal competencies so that they can be the role model to their students, as well as great professional competencies so that they can compete with the teacher from the other subjects.

Keyword: PendidikanProfesi Guru, personal competencies, professional competencies.


(3)

viii

KATA PENGANTAR

ﻢﻴﺣﺮلا ﻦﻤﺮلا ﷲا ﻢﺴ�

�ﻜﺴلا لﺰﻧا يﺬا �ﻤﺎﻌﻟا بر ﷲ ﺪﻤﺤا

ة

ﻼﺼلا �ﻨﻣﺆﻤا بﻮﻠﻗ ﻲ

ة

مﻼﺴلاو

ﻢﺗﺎﺧ ﻰ

ءﺎﻴبﻧﻷا

�ﻌﻤا ﻪﺑﺎﺤﺻاو ﻪا ﻰو �ﻠﺳﺮﻤاو

:ﺪﻌﺑ ﺎﻣا

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehinga penyusun dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam semoga senantisa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah pembawa rahmat untuk sekalian alam yang telah memberikan pencerahan kepada umat manusia sampai nanti di akhir zaman. Dalam kesempatan ini penyusun banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini, ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta beserta seluruh Stafnya. 2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

beserta seluruh stafnya yang telah memberikan fasilitas dan bantuan selama proses kuliah di pasca sarjana.

3. Ketua Prodi Magister Studi Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr Arif Budi Raharjo, MSi beserta staffnya.

4. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Dr. Tasman Hamami yang telah mengijinkan


(4)

ix

peneliti untuk melakukan penelitian di tempat tersebut, sekaligus sebagai pembimbing dalam penelitian tersebut.

5. Ibu Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran guna membimbing tesis saya ini sampai selesai. 6. Seluruh Dosen Pasca Sarjana yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya

kepada saya selama menempuh kuliah di Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Bapak Kepala Sekolah dan semua Bapak Ibu Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah Nitikan Yogyakarta yang telah mendorong dan ikut serta mendoakan saya dalam kuliah di Pasca Sarjana sampai pada tahap ahkir penyususnan tesis ini hingga selesai.

8. Keluarga tercinta Ibunda Murtinah, Ayahanda Darsono Afandi serta saudara-saudaraku d yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga menambah semangat dan kekuatan untuk menyelesaikan tesis ini.

Dengan demikian semoga Allah Swt. berkenan menganugerahkan balasan pahala yang melebihi kebaikan bapak, ibu, saudara dan semua pihak yang telah banyak membantu penyusun dalam menyelesaiakn tesis ini. Dengan penuh kerendahan hati, penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan tesis ini tidak lepas dari kesalahan, kekurangan disana sini dan bahkan mungkin jauh dari kesempurnaan, yang semua itu tidak lain dikarenakan keterbatasan kemampuan penyusun. Oleh karena itu sudilah kiranya kepada semua pihak terutama Bapak Pembimbing memberikan petunjuk dan menambah bila ada kekurangan. Penyusun juga mengharapkan kepada para pembaca yang budiman


(5)

x

untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Akhirnya dengan mengharap ridha Allah Swt semoga tesis ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pembaca yang budiman pada umumnya. Amin.

Yogyakarta, 30 Juni 2016

Penyusun


(6)

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI


(7)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

NOTA DINAS ... iv

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 13

B. Tinjauan Teori ... 49

C. Kerangka Berpikir ... 52

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... 54

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 54

C. Sumber Data ... 55


(8)

xiii

E. Teknik Analisis Data ... 58 BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Program PPG PAI ... 63 B. Persiapan Program PPG PAI ... 65 C. Proses Pelaksanaan Program PPG PAI ... 77 D. Keberhasilan Program PPG PAI dalam Mengembangkan

Kompetensi Profesional Guru ... 89 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... ... 130 B. Saran ... ... 132 DAFTAR PUSTAKA ... ... 133 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(9)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data populasi PPG PAI ... 55

Tabel 2. Daftar dosen pengajar PPG PAI B ... 66

Tabel 3. Daftar jumlah peserta PPG ... 71

Tabel 4. Daftar peserta PPG PAI A ... 71

Tabel 5. Daftar peserta PPG PAI B ... 72

Tabel 6. Daftar pengelola PPG UIN Sunan Kalijaga ... 76

Tabel 7. Daftar jadwal kuliah semester I PPG PAI B ... 78

Tabel 8. Daftar prosentase penilaian PPG ... 82

Tabel 9. Daftar observasi proses pembelajaran ... 92

Tabel 10. Daftar observasi kepada dosen pengajar ... 93

Tabel 11. Daftar observasi pengamat kesiapan penyelenggara PPG ... 94

Tabel 12. Daftar observasi terhadap peserta PPG ... 96


(10)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Suasana pelaksanaan Uji Kompetensi Guru ... 80

Gambar 2. Praktek manajemen sekolah ... 81

Gambar 3. Suasana pembelajaran ... 96

Gambar 4. Simulasi praktek pembelajaran ... 102

Gambar 5. Praktek pembelajaran dengan metode ‘Macth a Make’.. 103


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembangan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kualitas mutu pendidikan secara umum ditentukan oleh beberapa faktor atau elemen pendukungnya. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan pendidikan.1 Kesemua elemen tersebut saling terkait dan berhubungan dalam menunjang keberhasilan dalam meningkatkan dan menentukan mutu pendidikan.

Pendidikan sangat penting dalam mencetak generasi penerus bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi yang berkualitas pula. Untuk mencetak generasi yang berkualitas diperlukan pula tenaga pendidik yang berkualitas. Guru merupakan ujung tombak proses pendidikan, guru bukan saja seorang pengajar namun juga seorang pemimpin didalam kelas. Guru harus mampu memberikan contoh yang baik pada peserta didiknya dan menjadi inspirasi pembentukan karakter peserta didiknya. Secara kuantitatif pendidikan di Indonesia telah mengalami kemajuan. Indikator keberhasilan pendidikan dapat dilihat pada kemampuan baca tulis masyarakat yang mencapai 67,24%. Hal ini akibat dari program pemerataan pendidikan pada masa orde baru. Namun, dari segi kualitas pendidikan Indonesia belum berhasil membangun karakter bangsa yang cerdas dan kreatif, apalagi yang unggul. Oleh sebab itu diperlukan seorang guru untuk mengatasi kualitas pendidikan di Indonesia.

1

Veithzal Riva’i. 2010. Education Management. Jakarta: Rajawali Pers. h. 12


(12)

Pendidik atau guru adalah salah satu elemen yang menentukan kualitas mutu pendidikan, bahkan ada sebagian orang yang menganggap bahwa ditangan seorang gurulah keberhasilan sebuah pendidikan ditentukan.Seorang guru harus selalu update dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu yang didapat untuk menunjang keprofesionalannya dalam mengajar dan mendidik siswanya sesuai dengan kebutuhan zaman. Guru juga harus belajar meningkatkan kreatifitas dirinya, perkembangan zaman yang semakin maju memungkinkan siswa mendapatkan informasi yang beragam dari berbagai sumber dan media, siswa bisa lebih cerdas dan kritis. Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama kaitannya dalam proses belajar mangajar.

Guru sebagai salah satu bagian dari pendidik profesional memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam melaksanakan tugasnya guru menerapkan keahlian, kemahiran yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu yang diperolehnya melalui pendidikan profesi.

Profesi guru masih dihadapkan kepada banyak permasalahan, karena profesi guru merupakan suatu profesi yang menuntuk seorang guru harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat dan luas, menurut Roestiyah tugas guru adalah: mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian, dan pengalaman empirik kepada para muridnya; membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan nilai dasar negara; mengantarkan anak didik menjadi warga negara yang baik,


(13)

menjadikan diri sebagai media dan perantara bagi anak didik; mengarahkan dan membimbing anak didik sehingga memiliki kedewasaan dalam berbicara, bertindak, dan bersikap; mefungsikan diri sebagai penghubung antara sekolah dan lingkungan masyarakat; mampu mengawal dan menegakkan disiplin baik untuk dirinya, maupun murid dan orang lain; mefungsikan diri sebagai administrator dan sekaligus sebagai manager yang disenangi; melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi; guru diberi tanggung jawab paling besar dalam hal perencanaan dan pelaksanaan kurikulum serta evaluasi keberhasilannya; membimbing anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapi muridnya; dan guru harus dapat merangsang anak didik untuk memiliki semangat yang tinggi dalam belajar dan memperkaya pengalaman.2

Tugas dan jawab guru bukan sekedar menstransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik, melainkan lebih dari itu, yakni guru juga berkewajiban membentuk watak anak didik yaitu ajaran agama, ideologi, dan lain sebagainya. Dalam melaksanakan tugasnya guru bukanlah sekedar kata-kata, akan tetapi juga dalam bentuk prilaku, tindakan dan contoh-contoh. Sikap dan tingkah laku jauh lebih efektif dibanding dengan perkataan yang tidak dibarengi dengan tindakan.

Peran guru yang demikian ini, akan membentuk karakteristik anak didik atau lulusan yang beriman, berakhlak mulia, cakap, mandiri, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa, terutama untuk kehidupannya yang akan datang. Untuk mencetak SDM yang mampu bersaing dengan negara maju, diperlukan guru dan tenaga kependidikan yang profesional.

Murphy menyatakan bahwa keberhasilan pembaharuan sekolah sangat ditentukan oleh gurunya, karena guru adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus

2

Sagala, Saiful.2013. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. h. 12


(14)

merupakan pusat inisiatif pembelajaran. Karena itu guru harus senantiasa mengembangkan diri secara mandiri serta tidak bergantung kepada inisiatif kepala sekolah dan supervisor.3

Seorang guru yang sungguh-sungguh menjadi manusia pembelajar harus belajar bertanggung jawab menjadi diri sendiri dan menggunakan kesempatan yang diperolehnya dengan sebaik-baiknya.4 Seorang guru diharapkan memiliki inisiatif , untuk menunjukkan tanggung jawabnya terhadap setiap gagasan, kata, tindakan, dan konsekuensi yang ditimbulkannya kerena guru merupakan faktor yang membentuk lingkungan bukan faktor yang dibentuk oleh lingkungan.

Kompetensi profesional seorang guru adalah adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat melaksanakan tugasnya dengan berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh ketiganya selain kemampuannya mengajar.5

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 menyatakan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi yang berlaku secara nasional. Standar kualifikasi guru tersebut berupa standar kompetensi pedagodik, standar kompetensi sosial, dan standar kompetensi profesional. Profesionalisme adalah faham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang profesional adalah orang yang memiliki profesi.6 Selanjutnya orang yang memiliki profesi menurut Muchtar Lutfi harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Profesi harus mengandung keahlian

3

Mulyasa.2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. h. 8 4

Harefa,Andrias. 2000. Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: Kompas. h. 118

5

Ibid. h. 119 6

Ahmad Tafsir. 2004. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya. h. 107


(15)

2. Profesi harus merupakan penggilan hidup dan dikerjakan sepenuh waktu 3. Profesi memiliki teori-teori baku dan universal

4. Profesi berguna untuk masyarakat bukan untuk diri sendiri

5. Profesi harus dilengkapi kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif 6. Pemegang profesi memiliki kewenangan otonomi

7. Profesi harus memiliki klien.7

Dari penegrtian diatas tentang profesionalisme, maka bisa disimpulkan bahwa guru profesional adalah orang yang melaksanakan pembimbingan dan pembelajaran dengan dibekali ilmu pengetahuan yang relevan dan dikerjakan dengan sepenuh hati.

Pendidikan Profesi Guru atau PPG dimaksudkan untuk membina dan mendidik guru supaya menjadi guru yang profesional dengan memiliki empat kompetensi yang menunjang didalamnya, serta satu kompetensi tambahan yang diberikan oleh Kementrian Agama yaitu kompetensi leadership. Program PPG juga bermaksud untuk mempersiapkan guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga para guru dapat memperoleh sertifikasi pendidikan.

Program PPG berlangsung selama satu tahun, dalam satu tahun tersebut seorang guru diajarkan berbagai macam materi dan juga berbagai macam pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Peserta PPG juga akan mendapatkan pengalaman praktek kerja lapangan disekolah yang ditunjuk oleh pengelola. Dengan PPG diharapkan output yang dihasilkan dapat maksimal sesuai harapan, yaitu guru yang berkompetensi atau guru yang profesional, akan tetapi berhasil tidaknya seorang guru tidak hanya bergantung kepada individunya saja, melainkan juga beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan PPG.

7

Ahmad Tafsir. 2004. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya. h. 107


(16)

Pengelola program PPG, dosen, sarana prasarana, media pembelajaran juga dapat menjadi faktor pendukung keberhasilan atau kegagalan seorang guru dalam menjalani program PPG, untuk itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang evaluasi program PPG PAI yang dikelola oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dalam pelaksanaan PPG, mahasiswa tidak hanya dituntut aktif mengikuti perkuliahan selama satu semester. Mereka juga harus menyiapkan segalanya, dari jasmani agar selalu dapat mengikuti perkuliahan yang berlangsung dari pagi hingga sore beserta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Mereka juga harus menyiapkan mental guna menghindari rasa tertekan saat mengikuti padatnya jadwal perkuliahan.

Selain perkuliahan yang dilaksanakan selama satu semester mahasiswa PPG juga harus menjalankan praktek pengalaman lapangan kependidikan atau PPLK di sekolah-sekolah yang telah ditunjuk oleh pengelola. Selama menjalani PPLK, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan teori-teori yang telah didapat pada masa perkuliahan, dan mengaplikasikannya dilapangan sesuai dengan keadaan sekolah tujuan PPLK. Pada pelaksanaan PPLK mahasiswa PPG juga diwajaibkan melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Peserta yang mengikuti PPG diharapkan mampu menjadi guru yang memiliki kompetensi, yaitu : kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi pribadi, dan kompetensi profesional. Dalam penelitian ini peniliti lebih mefokuskan pada kompetensi profesional. Seberapa jauh PPG yang diikuti peserta berdampak pada keprofesionalan mereka setelah PPG berakhir.

Kompetensi guru merupakan syarat utama dalam proses pembelajaran, memiliki pengetahuan, ketrampilan, yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, dan


(17)

kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya. Dalam PP nomer 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan pasal 28 dan 29.

Kompetensi Profesional yang harus dimiliki oleh pendidik diantaranya adalah penguasaan bidang studi, pengelolaan kelas, pengelolaan media serta sumber belajar dan lain sebagainya. Seorang guru juga harus dapat memahami karakter-karakter anak didiknya pula, sehingga akan lebih mudah dalam mengajarkan materi yang akan kita sampaikan.

Motivasi peserta PPG dalam menjalankan program PPG PAI juga sangat mempengaruhi kelancaran selama menjalankan kegiatan tersebut. Beragamnya latar belakang peserta PPG juga turut mempengaruhi kinerja peserta PPG selama menjalankan perkuliahan. Motivasi yang tinggi akan mempengaruhi hasil akhir dari PPG begitu pula sebaliknya jika motivasi rendah maka akan rendah pula hasilnya.Motivasi dalam mengerjakan tugas, berangkat kuliah maupun ketikan mengikuti kuliah sangat mempengaruhi hasil PPG.

Selain motivasi selama mengikuti PPG yang berpengaruh dengan hasil PPG juga kendala-kendala yang dihadapi peserta PPG selama mengikuti program PPG selama satu tahun. Apakah kendala tersebut mempengaruhi hasil PPG sehingga dapat menghasilkan lulusan PPG yang memiliki kompetensi profesional yang dapat diandalkan.

Program Pendidikan Profesi Guru yang diselenggarakan oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berlatar belakang adanya kuota yang tersisa dari program PPG PGMI yang kedua. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Sumarni selaku panitia pengelola PPG di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Berikut kutipan wawancara dengan ibu Sumarmi :

“PPG PAI dilatarbelakangi adanya kuota yang masih tersisa dari PPG PGMI, dan mengingat masih banyaknya guru PAI yang belum melaksanakan PLPG dan sudah memenuhi syarat untuk PLPG, maka kami memberikan kesempatan tersebut kepada para guru PAI yang telah memenuhi syarat untuk PLGP.”8

8

Hasil wawancara dengan Ibu Sumarmi pengelola PPG UIN Sunan Kalijaga Yogykarta.


(18)

Pelaksanaan PPG membuat sebagian peserta PPG mengeluhkan tentang padatnya kegiatan PPG dan juga banyaknya materinya yang harus dipelajari dalam perkuliahan semester satu. Sehingga terkadang membuat motivasi peserta PPG menurun. Kurangnya sarana dan prasarana juga menjadi salah satu penyebab menurunnya motivasi peserta PPG. Banyak peserta PPG saling berkeluh kesah tentang kegiatan perkuliahan tersebut, sehingga keluh kesah dari peserta PPG tersebut menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian terhadap program PPG tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. LPTK penyelenggara PPG belum maksimal dalam menyelenggarakan PPG, ini terbukti dari :

a. Media yang disediakan tidak optimal. b. Ruang kelas yang belum memadai.

c. Pemberitahuan jadwal kegiatan PPG yang kadang sering mendadak.

2. Peserta tidak maksimal dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan PPG, ini terbukti dari :

a. Kelengkapan PPG yang belum terpenuhi oleh sebagian peserta PPG. b. Kurangnya semangat mengikuti pembelajaran hingga sore hari. c. Tugas yang tidak terselesaikan tepat waktu.

d. Padatnya jadwal kegiatan PPG di semester satu.

e. Lamanya waktu jeda anatar kegiatan satu dengan yang kegiatan yang lain disemester dua.


(19)

g. Proses belajar mengajar yang cenderung monoton, hampir semua dosen menerapkan metode yang sama.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, dan identifikasi yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Apa yang melatarbelakangi program Pendidikan Profesi Guru PAI?

2. Bagaimana kesiapan program Pendidikan Profesi Guru PAI ditinjau dari aspek program, pendidik, serta peserta didik?

3. Bagaimana proses pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru PAI?

4. Sejauhmana keberhasilan program PPG PAI dalam mengembangkan kompetensi profesional guru?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliatian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi pelaksanaan program Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam.

2. Untuk mengetahui persiapan program Pendidikan Profesi Guru PAI. 3. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru PAI.

4. Untuk mengetahui keberhasilan program PPG PAI dalam mengembangkan kompetensi profesional guru.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berguna untuk peneliti pada khususnya yaitu selain menambah wawasan bagi peniliti, penelitian ini juga berguna


(20)

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan keilmuan bidang Pendidikan Profesi Guru khususnya Pendidikan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait seperti :

a. Peserta PPG

Penelitian ini dapat sebagai masukan bagi peserta PPG selanjutnya supaya bisa mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental ketika mengikuti PPG sehingga dapat mengikuti PPG dengan baik.

b. Dosen

Penelitian ini dapat sebagai masukan bagi dosen pengajar program PPG supaya bisa memberikan pembelajaran yang lebih variatif lagi bagi peserta PPG.

c. LPTK Peyelenggara

Penelitian ini dapat sebagai masukan LPTK penyelenggara program PPG supaya ddapat melaksanakan program PPG lebih baik lagi, sehingga dapat menghasilkan lulusan guru profesional seperti yang diharapkan.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Evaluasi

Evaluasi merupakan penentuan nilai suatu hal, yang meliputi pengumpulan informasi yang digunakan untuk memutuskan nilai keberhasilan suatu program, produk, prosedur, tujuan atau manfaat yang pada desain pendekatan alternatif untuk mempertahankan tujuan khusus. Pendapat tersebut mengimplikasikan adanya kriteria tertentu yang digunakan untuk menentukan nilai (worth) serta adanya sesuatu yang dinilai. Kriteria yang dimaksud adalah kriteria keberhasilan pelaksanaan program, dan hal yang dinilai berupa dampak atau hasil yang dicapai atau prosesnya itu sendiri.

Menentukan keberhasilan suatu program sangat ditentukan dari proses evaluasi yang dilakukan karena menjadi bagian yang intergal dari keseluruhan program pendidikan yang tidak dapat dipisahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam Ensiklopedi Pendidikan, evaluasi mengandung tiga pengertian yaitu: (a) suatu proses menetapkan nilai atau jumlah dari suatu taksiran yang sama, (b) suatu proses untuk menetapkan kepentingan relatif dari fenomena-fenomena dari jenis yang sama atau dasar suatu standar tertentu, dan (c) perkiraan kenyataan atas dasar ukuran nilai tertentu dan dalam rangka situasi yang khusus dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.1

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentuan nilai dan harga dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan sebagai rekomendasi dalam membuat 1

Poerbakawatdja,Soegarda. 1976. Ensiklopedi Pendidikan. Jakatra: Gunung Agung. Hlm 83


(22)

keputusan, membantu mempertanggungjawabkan dan meningatkan pemahaman terhadap fenomena. Sehingga evaluasi dapat berarti penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja atau produktivitas dalam bidang pendidikan yaitu individu, yang dilihat dari unsur prestasi belajar yang dicapai kelompok atau kelas. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang tingkat ketercapaian program.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi, yang dilakukan secara sistematis melalui suatu pengukuran, untuk selanjutnya infomasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, evaluasi itu merupakan suatu kegiatan yang komplek dan terus-menerus untuk mengetahui manfaat dari suatu kegiatan atau objek untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan suatu keputusan. Berikut adalah jenis-jenis evaluasi program, yaitu :

a. Model Evaluasi CIPP

Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Nama model CIPP berasal dari konteks, masukan, proses, dan hasil. Menurut Eko Putro Widyodoko, evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang seperti pendidikan, manajemen, perusahaan, dan sebagainya serta dalam berbagai jenjang baik itu proyek, program, maupun institusi.2 Dalam bidang pendidikan digolongkan atas empat dimensi yaitu context, input, process, dan product, sehingga disebut evaluasi CIPP.

2

Eko Potro Widyodoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 181


(23)

Model evaluasi CIPP merupakan salah satu kerangka kerja untuk merancang evaluasi CIPP. Ini termasuk dimensi dari tipe-tipe evaluasi, kegunaan evaluasi dan langkah-langkah dalam evaluasi proses. Evaluasi menyediakan informasi untuk pembuatan keputusan dan sebagai bahan pertanggungjawaban. Proses evaluasi CIPP termasuk tiga langkah utama dari menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan.

Evaluasi konteks menilai berbagai kebutuhan, masalah-masalah, kesempatan sebagai dasar untuk mendifinisikan tujuan dan prioritas dan menentukan hasil. Evaluasi input menilai pendekatan alternatif untuk menentukan alat yang diperlukan dalam perancangan program dan sumber daya yang dibutuhkan. Evaluasi proses menilai implementasi dari program yang merupakan kerangka kerja dan kemudian membantu menjelaskan dampak dari program. Evaluasi produk bermaksud mengenai dan dampak yang tidak diharapkan keduanya membantu menjaga agar proses tidak keluar dari program yang telah ditetapkan dan menentukan keefektifan dari suatu program. Berikut komponen evaluasi model CIPP :

1) Context Evaluation ( evaluasi konteks )

Tujuan evaluasi kontek yang utama adalah untuk mengetahui kekutan dan kelemahan yang dimilki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan. Evaluasi kontek adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.


(24)

Evaluasi input atau masukan sangat membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerjanya untuk mencapai tujuan. Komponen evaluasi masukan meliputi :

a) Sumber daya manusia b) Sarana dan prasarana c) Dana dan anggaran

d) Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. 3) Process Evaluation ( evaluasi proses )

Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. 4) Product Evaluation ( evaluasi hasil )

Evaluasi produk diharapkan dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program. Evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan. Dari pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpuan bahwa, evaluasi produk merupakan penilaian yang


(25)

dilakukan guna untuk melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan.

b. Evaluasi model Countenance Stake

Model Countenance Stake adalah evaluasi progran keseluruhan. Model ini disebut model evaluasi pertimbangan, maksudnya evaluator mempertimbangkan program dengan membandingkan kondisi hasil evaluasi program dengan yang terjadi di program lain, dengan objek sasaran yang sama dan membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang ditentukan oleh program tersebut.

Tujuan dari model Stake adalah melengkapi kerangka untuk pengembangan suatu rencana penilaian. Perhatian utama Stake adalah hubungan antara tujuan penilaian dengan keputusan berikutnya yang berdasarkan sifat data yang dikumpulkan. Dalam hal ini Stake menekankan peran evaluator dalam mengembangkan tujuan menjadi tujuan khusus dan terukur. Model Stake terdiri atas dua matrik yaitu description (gambaran) dan judgement (pertimbangan). Matrik pertimbangan baru dapat dikerjakan oleh evaluator setelah matrik diskripsi diselesaikan.

Matrik diskripsi terdiri atas kategori rencana (intent) dan observasi. Matrik pertimbangan terdiri atas kategori standar dan pertimbangan. Pada setiap kategori terdapat tiga fokus yaitu :

1) Antecedents yaitu sebuah kondisi yang ada sebelum instruksi yang mungkin berhubungan dengan hasil, contohnya : latar belakang, sumber daya alam.


(26)

2) Transaction yaitu pertemuan dinamis yang merupakan proses instruksi (kegiatan, proses,dll) contoh : interaksi guru dengan siswa.

3) Outcomes yaitu efek dari pengalaman pembelajaran ( pengamatan dan hasil tenaga kerja), contoh : performa guru, peningkatan kerja.

Model evaluasi Stake dapat membawa dampak yang cukup besar dalam penelitian, dan merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Dalam model ini evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara satu program dengan program lain yang dianggap standar. Untuk melakuakan evaluasi model Stake dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut :

1) Pengeumpulan data.

Evaluator mengumpulkan dat mengenai apa yang diinginkan pengembang program baik yang berhubungan dengan kondisi awal, transaksi, dan hasil. Data dapat dikumpulkan melalui studi dokumen dapat pula melalui wawancara.

2) Analisis data

Analisis data yang dilakukan meliputi analisis logis dan empirik. Analisis logis diperlukan dalam memberikan pertimbangan mengenai keterkaitan antara prasyarat awal, transaksi, dan hasil dari kotak-kotak tujuan. Analisis empirik adalah dasar bekerja sama dengan analisis logis tapi data yang digunakan adalah ata empirik.

3) Analisis congruence

Analisis congruence merupakan analisis dimana evaluator membandingkan antara apa yang dikemukan dalam tujuan dengan apa yang terjadi dalam kegiatan (observasi). Dalam hal ini evaluator menganalisis apakah yang


(27)

direncanakan dalam tujuan sesuai dengan pelaksanaan dilapangan atau terjadi penyimpangan.

4) Pertimbangan hasil

Tugas evaluator berikutnya adalah memberikan pertimbangan mengenai program yang dikaji .

Adapun kelebihan dari evaluasi model Stake adalah evaluator memasukkan data latar belakang program, proses, dan hasil yang merupakan perluasan ruang lingkup evaluasi. Evaluator memegang kendali dalam evaluasi juga memutuskan cara yang paling tepat untuk hadir dan menggambarkan hasil. Memiliki potensi besar untuk menambah wawasan baru dan teori-teoti lapangan dan program yang akan di evaluasi. Sedangkan kelemahannya adalah pendekatan yang dilakukan secara subyektif, terjadinya kemungkinan dalam meminimalkan pentingnya instrumen pengumpulan data dan evaluasi kuantitatif.

c. Evaluasi model Alkin

Menurut Alikin, evaluasi adalah suatu proses menyakinkan keputusan , memilih informasi yang tepat, mengumpulkan, dan menganalisa informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Model ini digunakan untuk menilai program. Dalam merumuskan model evaluasi program yang disusunnya, Alkin membuat batasan konstruk evaluasi sebagai suatu proses penentuan area yang akan di evaluasi, pemilihan informasi yang cocok untuk di evaluasi, pengumpulan dan analisis informasi serta penyusunan laporan atau ringkasan data yang berguna bagi pengambil keputusan dalam memilih alternatif yang berguna yang tepat dari berbagi alternatif yang ada.


(28)

1) Sistem assesment, yaitu memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem.

2) Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program. Dalam program planning dapat dilakukan melalui evaluasi internal dan evaluasi eksternal. Evaluasi internal dilakukan dengan cara menilai ketepatan, kesesuaian dan kebermaknaan sub-sub program yang dirumuskan dalam kaitannya dengan tujuan program yang dinilai, baik dari segi konstruksi, kepraktisan dan biaya. Sedangkan evaluasi eksternal adalah evaluasi yang dilakukan sesudah suatu program diimplementasikan.

3) Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.

4) Program improvment, yaitu program yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, apakah dalam menuju pencapaian tujuan ada hal-hal atau masalah-masalah baru yang muncul. Dengan kata lain evaluator mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul, mengumpulkan dan menganalisis data serta menyerahkan pada pengambil keputusan untuk melakukan perbaikan pelaksanaan program dengan segera.

5) Program certification, yang memberikan informasi tentang nilai atau guna program. Dalam contoh penerapan metode pembelajaran, model ini dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah metode yang diterapkan memberikan dampak positif.


(29)

Adapun kelebihan dari model Alkin adalah keterkaitan dengan sistem dengan seksama melalui variabel-variabel yang ada dalam komponen masukan, proses, dan keluaran. Sedangkan kelemahan model Alkin adalah keterbatasannya dalam fokus kajian tertentu saja.

d. Evaluasi model Kirkpatrick

Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal dengan istilah Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model. Empat level evaluasi tersebut adalah :

1) Evaluasi reaksi. Mengevaluasi terhadap reaksi peserta training berarti mengukur kepuasan peserta. Program training dianggap efektif apabila proses training dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta training, sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih. Kepuasan peserta dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu : materi yang diberikan, fasilitas yang tersedia, strategi penyampaian materi yang digunakan oleh instruktur, media pembelajaran yang digunakan, waktu pelaksanaan pembelajaran, hingga gedung tempat pembelajaran dilaksanakan.

2) Evaluasi belajar

Ada tiga hal yang diajarkan dalam program training, yaitu: pengetahuan, sikap maupun ketrampilan. Peserta training dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan. Penilaian program evaluasi belajar dengan penilaian hasil (output) belajar. Mengukur hasil belajar lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan dengan mengukur reaksi. Untuk menilai hasil belajar dapat dilakukan dengan kelompok pembanding. Kelompok yang


(30)

ikut pelatihan dan kelompok yang tidak ikut pelatihan diperbandingkan perkembangannya dalam periode tertentu.

3) Evaluasi perilaku. Penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan tingkah laku peserta setelah selesai mengikuti pembelajaran. Sehingga penilaian tingkah laku lebih bersifat eksternal. Karena yang dinilai adalah perubahan perilaku setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan kembali ke lingkungan mereka maka evaluasi ini dapat disebut sebagai evaluasi terhadap outcomes dari kegiatan pelatihan. Evaluasi perilaku dapat dilakuan dengan membandingkan perilaku kelompok kontrol dengan perilaku peserta training, atau dengan membandingkan perilaku sebelum dan sesudah mengikuti training.

4) Evaluasi hasil. Evaluasi hasil difokuskan pada hasil akhir yang terjadi karena telah mengikuti suatu program. Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupun membangun teamwork yang lebih baik. dibandingkan dengan model evaluasi yang lain, model ini memiliki beberapa kelebihan seperti lebih komperhensif, obyek evaluasi tidak hanya hasil belajar semata tapi juga mencakup proses, output, dan outcomes serta mudah diterapkan. Namun, model ini juga memiliki keterbatasan seperti kurang memperhatikan input, untuk mengukur impact sulit dilakukan karena selain sulit tolok ukurnya juga sudah diluar jangkauan.

2. Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi

Kompetensi dalam kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai arti kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan suatu hal.3 Kompetensi menurut

3

Suharso dan Retnoningsih, Ana. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya. h. 259.


(31)

Fullan tersebut cenderung pada apa yang dapat dilakukan seseoarang atau masyarakat daripada apa yang mereka ketahui. Menurut Littrell kompetensi adalah kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau ketrampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik-praktik.4

Seseorang yang dinyatakan kompeten dibidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan. Spencer, membagi lima karakteristik kompetensi, yaitu : 1) Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan

sesuatu.

2) Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi.

3) Konsep diri, yaitu sikap, nilai, image, diri seseorang dalam bidang tertentu. 4) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu. 5) Ketrampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan

dengan fisik dan mental.5 b. Kompetensi Guru

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen berisi: “profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.6Maka dapat disimpulkan profesi guru merupakan satu pekerjaan yang membutuhkan kemampuan profesional dalam setiap tugas-tugas dan tanggung jawab yang dilakukan oleh guru.

4

Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. h. 62. 5

Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. h. 63 6

Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. h. 45


(32)

Makoto Akiba dan Gerald dalam jurnal Comparative Education Review menyatakan bahwa “the importance of teacher qualifications, working condition, and profesional learning opportunities as key contributors to teacher quality are all acknowledge”. Tiga aspek penting sebagai dasar diakuinya seorang guru adalah: kualifikasi guru, kondisi kerja, dan pendidikan profesional guru untuk meningkatkan kualitas guru.

Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Ace Suryadi mengemukakan bahwa untuk mencapai taraf kompetensi, seorang guru memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Status kompetensi yang profesional tidak diberikan oleh siapapun, tetapi harus dicapai dalam kelompok profesi yang bersangkutan. Awalnya, tentu harus dibina melalui penguatan landasan profesi.7

Menurut Soedijarto guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain :

1) Disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran 2) Bahan ajar yang diajarkan.

3) Pengetahuan tentang karakteristik siswa.

4) Pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan.

5) Pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar. 6) Penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran.

7) Pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna kelancaran proses pendidikan.8

c. Macam-macam Kompetensi Guru 1) Kompetensi Pedagogik

7

Suryadi,Ace. 1999. Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan Isu Teori dan Aplikasi. Jakarta: Balai Pustaka. h. 298

8

Soedijarto. 1993. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia. h. 60.


(33)

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik menurut Suparno adalah kemampuan dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa metodologi mengajar yang sesuai dengan bahan dan perkembangan siswa, serta menguasai sistem evaluasi yang tepat dan baik yang pada gilirannya semakin meningkatkan kemampuan siswa.9 Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut :

a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b) Pemahaman terhadap peserta didik

c) Pengembangan kurikulum atau silabus d) Perancangan pembelajaran

e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

9

Suparno. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. h. 52


(34)

f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran g) Evaluasi hasil belajar

h) Pengembangan potensi peserta didik10 2) Kompetensi Kepribadian

Pribadi guru sangat memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Oleh karena itu kompetensi pribadi memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia, serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.

Guru tidak hanya dituntuk untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi juga pembentukan dan perbaikan pribadi peserta didik seperti kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif, disiplin, jujur, berwibawa, berakhalak mulia sehingga bisa menjadi teladan bagi peserta didik.

Guru yang dewasa akan menampilkan kemandirian dalam bertindak dan memiliki etos kerja yang tinggi. Sementara itu guru yang arif akan mampu melihat manfaat pembelajaran bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat, menunjukkan sikap terbuka dalam berfikir dan bertindak. Berwibawa mengandung makna bahwa guru memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan perilaku yang disegani.

Komponen utama dalam aspek kepribadian adalah berakhlak mulia. Ia dapat menjadi teladan dan bertindak sesuai norma agama (iman, dan taqwa), jujur, ikhlas dan suka menolong serta memiliki perilaku yang dapat dicontoh.

10

Mulyasa. 2007. Standar dan Kompetensi Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 75


(35)

Maka, guru yang berkepribadian harus memiliki nilai, etika, sopan santun, dan perilaku yang mencerminkan insan religi.

3) Kompetensi Profesional

Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Ruang lingkup yang mencakup kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut :

a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

b) Mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

c) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.

d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media, dan

sumber belajar yang relevan.

f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. g) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik. 4) Kompetensi Sosial

Guru sebagai makhluk sosial, yang kehidupannya tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki


(36)

kompetensi sosial yang memadai. Kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain sebagai berikut adalah :

a) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, maupun isyarat dengan baik. b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua atau wali peserta didik. d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. d. Kompetensi Profesional

Undang-Undang No 14 tahun 2005 pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai seorang profesional, guru harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengejaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.

Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang studi, terdiri dari Sub-Kompetensi (1) memahami mata pelajaran dipersiapkan untuk mengajar, (2) memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yang tertera dalam peraturan menteri serta bahan ajar yang ada dalam kurikulum, (3) memahami struktur, konsep, metode keilmuan yang menaungi materi ajar, (4) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, (5) menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.11

11

Sagala,Syaiful. 2008. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. h. 39


(37)

Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus, sebagai profesi maka haruslah memenuhi kriteria profesional sebagai berikut :

1) Fisik

Seorang guru profesional haruslah sehat jasmani dan rohani. 2) Mental/kepribadian

Seorang guru profesional haruslah berkepribadian, memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama, berakhlak mulia, tanggung jawab, disiplin, kreatif, memiliki rasa humor, inovatif, terbuka terhadap suatu perubahan, serta mencintai profesinya.

3) Pengetahuan

a) Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi

b) Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkannya dalam tugas sebagai pendidik.

c) Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan.

d) Memiliki yang cukup tentang bidang-bidang yang lain. e) Senang membaca buku-buku ilmiah.

f) Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi.

g) Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.

4) Ketrampilan


(38)

b) Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi.

c) Mampu menyusun garis besar program pengajaran.

d) Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.

e) Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan.

f) Memahami dan mampu melakasanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah.12

Guru yang memiliki kompetensi profesional harus mampu memilah dan memilih serta mengelompokkan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan jenisnya, memilik ketepatan, sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik, mempunyai relevansi dengan kehidupan sehari-hari, menarik, serta bermanfaat bagi peserta didik.

Selain itu salah satu unsur pembentuk kompetensi profesional guru adalah komitmennya terhadap profesi. Adapun ciri-ciri dari guru yang berkomitmen rendah adalah:

a) Perhatian yang disisihkan untuk memerhatikan siswanya sangat sedikit. b) Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya hanya

sedikit.

c) Perhatian utama guru hanyalah jabatannya.

Sedangkan, guru yang mempunyai komitmen tinggi ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut :

a) Perhatiannya terhadap siswa cukup tinggi

12

Hamalik,Oemar. 2002. Pendidikan Guru. Jakarta: Bumi Aksara. h. 37


(39)

b) Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya banyak.

c) Mampu bekerja untuk kepentingan orang lain.13

Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat diidentifikasi tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut :

a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan biak filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

c) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya.

d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. e) Mampu mengembangkan dan menggunakan alat, media dan sumber

belajar yang relevan.

f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. g) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.14

Sedangkan secara lebih khusus, kompetensi profesional guru dapat dijabarkan sebagai berikut :

a) Memahami Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi: (1) Standar isi.

(2) Standar proses.

(3) Standar kompetensi lulusan.

13

Imron,Ali. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya. h. 78 14

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. h. 136.


(40)

(4) Standar kependidikan dan tenaga kependidikan. (5) Standar sarana dan prasarana.

(6) Standar pengelolaan. (7) Standar pembiayaan.

(8) Standar penilaian pendidikan.

b) Mengembangkan Kurikulum, yang meliputi: (1) Memahamin kompetensi dasar.

(2) Mengembangkan silabus.

(3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

(4) Melaksanakan pembelajara dan pembentukan kompetensi peserta didik.

(5) Menilai hasil belajar.

c) Menguasai materi standar, yang meliputi: (1) Menguasai bahan pembelajaran. (2) Menguasai bahan pendalaman.

d) Mengelola program pembelajaran, yang meliputi: (1) Merumuskan tujuan.

(2) Menjabarkan kompetensi dasar.

(3) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran. (4) Memilih dan menyusun prosedur pembelajaran. (5) Melaksanakan pembelajaran.

e) Mengelola kelas, yang meliputi:

(1) Mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran. (2) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.


(41)

f) Menggunakan media dan sumber pelajaran, yang meliputi: (1) Memilih dan menggunakan media pembelajaran. (2) Membuat alat-alat pembelajaran.

(3) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka pembelajaran.

(4) Mengembangkan laboratorium.

(5) Menggunakan perpustakaan dalam rangka pembelajaran. (6) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

(7) Menguasai landasan-landasan kependidikan, yang meliputi: (a) Landasan filosofi.

(b) Landasan psikologis. (c) Landasan sosiologis.

g) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, yang meliputi:

(1) Memahami fungsi pengembangan peserta didik.

(2) Menyelenggarakan ekstra kurikuler dalam rangka pengembangan peserta didik.

(3) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling dalam rangka mengembangkan peserta didik.

h) Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, yang meliputi: (1) Memahami penyelenggaraan administrasi sekolah.

(2) Menyelenggarakan administrasi sekolah.

i) Memahami peneliti dalam pembelajaran, yang meliputi: (1) Mengembangkan rancangan penelitian


(42)

(3) Menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

j) Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran. (1) Memberikan contoh perilaku keteladanan.

(2) Mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran. k) Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan.

(1) Mengembangkan teori-teori kepribadian yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.

(2) Mengembangkan konsep-konsep dasar kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.

l) Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual, yang meliputi:

(1) Memahami strategi pembelajaran individual. (2) Melaksanakan pembelajaran individual.15 e. Kompetensi Kepemimpinan

Berdasarkan Perataturan Menteri Agama No 16 tahun 2010 bahwa guru PAI sekolah dasar dan menengah wajib memiliki 5 kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi kepemimpinan.16 Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membina, membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu) dengan tujuan agar

15

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 136 16

Peraturan Menteri Agama RI No 16 Tahun 2010 . tentang Pengelolaan Pendidikan Agama Pada Sekolah. Pasal 16. h. 9-11.


(43)

manusia sebagai bagian dari organisasi mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan diri sendiri maupun organisasi secara efektif dan efisien.17

Indikator kompetensi kepemimpinan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Agama RI No 16 tahun 2010 adalah sebagai berikut :

1) Kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengalaman ajaran agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian dari proses pembelajaran agama.

2) Kemampuan mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara sistematis untuk mendukung pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah.

3) Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing, dan konselor dalam pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah.

4) Kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah dan menjaga keharmonisan hubungan antar pemeluk agama dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia.18

3. Indikator Kompetensi Personal

Kompetesi kepribadian atau kompetensi personal merupakan kompetensi yang berkaitan dengan guru. Kepribadian terdiri dari unsur psikis dan fisik. Menurut Undang-undang RI no 14 tahun 2005 yang dimaksud kompetensi personal guru adalah kemampuan kepribadian mantap, berakhlak mulia, arif dan bijak sana, serta menjadi teladan bagi peserta didik. Menurut permendiknas no 16 tahun 2016 tentang

17

Ari Hidayat dan Imam Mahali. 2012. Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam

Mengelola Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: Kaukata. h. 76-77

18

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 16 tahun 2010. Tentang Pengelolaan Pendidikan Agama

Pada Sekolah. Pasal 16 . h. 9-11


(44)

standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, kompetensi kepribadian terdiri dari :

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional. b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi

peserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan pribadi yang mantab dan stabil, dewasa, arif dan berwibawa. d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru

dan rasa percaya diri.

e. Menjunjung kode etik profesi guru.

Kompetensi personal harus dimiliki guru dalam menjalankan fungsinya sebagai pribadi yang menunjang tugas guru yang diembannya. Dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan dikemukakan bahwa kompetensi personal adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian : a. Mantab dan stabil yang memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan

norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku. Sifat inilah yang membantu guru dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik dan profesional.

b. Dewasa, berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru dan sadar akan tanggungjawabnya sebagai guru. Ciri pribadi dewasa adalah mampu mengenal resiko dari perbuatannya dan mampu bertanggung jawab atas perbuatannya. Guru yang bertanggung jawab akan memberikan pelayanan penuh kepada murid-muridnya.

c. Arif dan bijaksana, yaitu perilaku yang menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat.


(45)

d. Berwibawa, yaitu perilaku yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik,.

e. Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik. Guru harus mampu menjadi panutan bagi peserta didik dalam kesehariannya.

Menurut Djam’an, dkk. Kompetensi personal guru yang perlu dimiliki adalah : a. Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk

meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

b. Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.

c. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam dari peserta didik. Guru harus bisa menyikapi perbedaan tersebut dengan interaksi yang baik.

d. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh kembangkan budaya berfikir kritis di masyarakat, saling menerina dalam perbedaan pendapat dan menyepakatinya untuk mencapai tujuan bersama. Maka guru dituntut memiliki sifat demokratis, menerima gagasan-gagasan baru, terbuka dan tidak menutup diri dari hal-hal yang berada diluar dirinya.

e. Guru diharapkan memiliki sifat sabar, tekun, dan ulet dalam proses mendidik peserta didik.

f. Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang profesinya.


(46)

g. Guru mampu menghayati tujuan pendidikan baik secara nasional, kelembagaan, kurikuler sampai tujuan mata pelajaran yang diebrikan.

h. Guru memiliki sifat saling menghormati dan menghargai antar sesama dalam bermasyarakat.

i. Guru dapat memahami berbagai aspek dirinya baik yang positif maupun yang negaitf.

j. Guru mampu melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan profesinya sebagai inovator dan kreator.

Kepribadian guru adalah faktor terpenting yang akan menentukan apakah guru akan menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi siswanya, menjadi sosok yang selalu menjadi idola yang setiap saat diperhatikan siswanya sehingga guru harus berlaku sesuai dengan aturan agama dan norma yang berlaku. Kepribadian adalah unsur yang menentukan interaksi guru dengan siswa sebagai salah satu pengembangan kepribadian yang baik bagi siswa. Kompetensi personal juga memiliki peran menjadikan guru sebagai pembimbing, pendidik , dan pengajar bagi peserta didik. Guru juga sebagai motivator bagi siswa dalam belajar, dan mengembangkan bakatnya.

4. Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang Program Profesi Guru, dan berbagai peraturan perundangan lainnya, menegaskan peranan strategisguru dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru merupakan jabatan profesional dan karena itu seorang guru harus disiapkan melalui pendidikan profesi.


(47)

Sesuai pasal 1 ayat 2 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan agar guru menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik profesional pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.Program PPG merupakan satu kesatuan dan kelanjutan dari program akademik S1.

a. Landasan Penyelenggaraan Program PPG.

1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2) Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

4) Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru.

5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2010 tentang Program Pendidikan Profesi bagi Guru dalam Jabatan

b. Tujuan Program PPG

Mengacu pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tujuan umum program PPG adalah menghasilkan guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi guru agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(48)

Tujuan khusus program PPG seperti yang tercantum dalam pasal 2 Permendiknas Nomor 8 Tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1) Menghasilkan guru profesional yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, menghasilkan dan menilai pembelajaran.

2) Menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik.

3) Mampu melakukan penelitian dan mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan.

c. Peserta Program Pendidikan Profesi Guru

Peserta Program Pendidikan Profesi Guru adalah Guru Pendidikan Agama Islam jenjang SD sampai SMU diwilayah DIY dan Jawa Tengah yang sudah memenuhi syarat sertifikasi. peserta PPG dinyatakan lolos dalam uji kompetensi awal.

d. Pelaksanaan Program Pendidikan Profesi Guru

Pelaksanaan program PPG menggunakan pola blok yang terdiri dari:

1) PPG dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam jabatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

2) Rombongan belajar atau rombel PPG diupayakan satu bidang keahlian atau mata pelajaran dengan jumlah peserta maksimal 30 orang.

3) Pendidikan bidang studi yang mencakup standar kompetensi, materi, strategi, metode, media, dan evaluasi.

4) Praktik pengalaman lapangan kependidikan (PPLK), yang terdiri dari: pembekalan PPLK, observasi dan pembekalan di madrasah mitra, praktik pembelajaran, kegiatan manajeman madrasah, penelitian tindakan kelas, dan uji kompetensi kinerja menggunakan instrumen penilaian kinerja guru (IPKG).


(49)

5) Penentuan kelulusan peserta PPG dilakukan secara obyektif dan didasarkan pada acuan penilaian yang telah ditentukan.

6) Pelaksanaan ujian diatur oleh LPTK penyelenggara, bagi peserta yang belum lulus diberikan kesempatan mengulang hingga dua kali.

e. Materi Program Pendidikan Profesi Guru

Materi PPG disusun dengan memperhatikan empat kompetensi guru yaitu pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Standar kompetensi dirinci dalam materi PPG ditentukan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi.

f. Instruktur Program Pendidikan Profesi Guru

Instruktur PPG direkrut dan ditugaskan oleh ketua Rayon LPTK peyelenggara dengan syarat-syarat sebagai berikut :

1) Warga Indonesia yang berstatus sebagai dosen pada Rayon LPTK peyelenggara sertifikasi.

2) Sehat jasmani/rohani dan memiliki komitmen, kinerja yang baik, serta sanggup melaksanakan tugas.

3) Berpendidikan minimal S2 (dapat S1 dan S2 kependidikan, atau S1 kependidikan dan S2 nonkependidikan, atau S1 nonkependidikan dan S2 kependidikan ).

4) Memiliki pengalaman mengajar yang relevan.

5) Instruktur peer teaching diutamakan yang memiliki nomer induk asesor dan memiliki pengalaman menjadi instruktur, narasumber, atau fasilitator pada bidang yang relevan.

g. Standar Kompetensi Kelulusan


(50)

2) Penguasaan bidang studi secara keilmuan dan kependidikan, yaitu kemampuan mengemas materi pembelajaran kependidikan.

3) Kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik yang meliputi : a) Perancangan pembelajaran

b) Pelaksanaan pembelajaran

c) Penilaian proses dan hasil pembelajaran

d) Pemanfaatan hasil penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran sebagai pemicu perbaikan secara berkelanjutan

4) Pengembangan profesionalitas berkelanjutan. 5) Tinjauan Teori

Penelitian “Profesionalisme Guru PAI SMP Islam Al-Fajar Kedaung Pemalang” oleh Bakrudin dari FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatakan bahwa sebagian besar guru PAI SMP Islam Al-Fajar kuramh profesional, karena banyaknya kekurangan dari beberapa komponen-komponen yang harus dikuasai. Guru PAI masih sedikit yang memanfaatkan teknologi pembelajaran, masih cenderung mengandalkan sistem pembalajaran tradisional dan konvensional yang berbasis pada guru. Meskipun menguasai materi yang mendalam tetapi tidak didukung dengan kemampuan dalam mengembangkan pembelajaran, maka mata pelajaran tersebut tidak akan membuat peserta didik tertarik. Oleh karena itu guru dianjurkan menguasai dan menyiapkan materi pembelajaran, media serta alat pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran sehingga akan tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan tidak hanya berbasis pada guru lagi melainkan pembelajaran yang berbasis pada siswa.

Agus Sri Mulyanto dalam penelitiaanya yang berjudul “Hubungan antara Kompetensi Profesional Guru dan Konsep Diri Guru Dengan Kinerja Guru di SDN Grogol Kabupaten Sukoharjo” menyatakan bahwa kinerja guru dapat mempengaruhi


(51)

aspek kompetensi profesional dan konsep diri guru. Berkaitan dengan hal tersebut perlu adanya perhatian dari pelaku pendidikan seperti guru, kepala sekolah, instansi terkait maupun sarana dan prasarana penunjang proses belajar mengajar. Dalam menjalani pekerjaannya hendaklah seorang guru mempunyai kompetensi profesional agar selalu terdorong untuk dapat bekerja secara maksimal dan lebih baik dari sebelumnya, sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif yang disukai oleh peserta didik. Penelitian “Studi Evaluatif Terhadap Profesionalisme Guru PAI Pasca Sertifikasi di SMP N 1 Sewon Bantul” oleh Laily Fauziah dari Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitiaanya terhadap guru PAI di SMP N 1 Sewon telah memiliki standar kompetensi minimal yaitu kompetensi Pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial, serta kompetensi kepemimpinan yang rata-rata baik. Faktor yang menjadi kekuatan tersebut meliputi kualifikasi akademik guru pasca sertifikasi serta adanya pembelajaran yang menggunakan sistem lesson study. Faktor kelemahannya meliputi sarana prasarana pembelajaran yang kurang memadai, beban kerja yang berlebih, kurangnya pembinaan yang diikuti oleh guru PAI dan kebijakan pemerintah yang sering berubah-ubah dalam bidang pendidikan. Peningkatan terhadap profesionalisme guru PAI di SMP N 1 Sewon agar selalu mengupdatekompetensi yang telah dimilikinya sehingga dengan adanya ilmu yang selalu berkembang maka kualitas guru juga semakin baik pula.

Restu Nur Aptasari dalam penelitiaannya yang berjudul “Kompetensi Profesional Guru PAI di SMU Kolombo Sleman” adalah penelitian kualitatif dengan mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru PAI di SMU Kolombo belum secara keseluruhan memenuhi indikator dalam kompetensi profesional. Namun, ada beberapa indikator yang sudah terpenuhi dengan baik. Usaha untuk meningkatkan kompetensi tersebut denganmemberdayakan guru PAI untuk mengikuti diklat-diklat atau


(52)

seminar yang diadakan ditinggat kabupaten maupun propinsi, studi banding kesekolah lain yang dianggap lebih maju, serta melengkapisarana dan prasarana yang dapat menunjang proses pembelajaran sehingga dapat menghidupkan suasana kelas dan mendorong minat siswa dalam proses belajar mengajar.

Penelitian yang dilakukan Ikhda Aniroh yang berjudul “Kompetensi Profesional Guru Bersertifikat Di MI se-Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas” adapun hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut : penulis menemukan guru MI yang telah bersertifikat tidak mempunyai kualifikasi akademik yang sesuai dengan tugas mengajarnya sebagai guru kelas. Hal ini berpengaruh pada profesional guru bersertifikat. Dari sepuluh guru yang lulus sertifikasi hanya 40% yang menguasai lima mata pelajaran. Guru bersertifikasi belum mengembangkan profesionalisme melalui refleksi kinerjanya dan juga belum memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, dikarenakan sarana yang belum mereka miliki dan kurangnya perhatian mereka terhadap pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi tersebut.

Drs. Sarjono dalam penelitiaanya yang berjudul “Kompetensi Profesional Guru PAI SMP di Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul” menyatakan bahwa: fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan guru PAI SMP di Playen yang sudah lulus sertifikasi termasuk kategori baik dalam kaulifikasi akademik, pengalaman mengajar, pendidikan dan pelatihan, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi pendidikan, organisasi sosial dan penghargaan yang relevan. Sedangkan dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran rata-rata belum mencapai kategori baik. Adapun bagi guru PAI yang belum lulus sertifikasi keadaan kualifikasi akademik, pengalaman mengajar, pendidikan dan pelatihan, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi kependidikan, organisasi sosial, dan penghargaan yang relevan, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran masih dalam kategori kurang baik.


(53)

6) Kerangka Berpikir

Program PPG merupakan jenjang pendidikan profesional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga pendidik yang profesional pula. PPG diselenggarakan oleh Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beberapa masalah yang terdeteksi dalam pelaksanaan program PPG antaranya yaitu : 1. Input peserta program PPG PAI, Pendidikan Profesi Guru atau PPG PAI akan sangat

terpengaruhi dari dari segi input baik peserta, dosen maupun kesiapan tim pelaksana PPG. Input yang baik sangat mempengaruhi terhadap hasil yang diinginkan oleh penyelenggara. Oleh karena itu ada beberapa kriteria atau syarat bagi para peserta, dosen maupun dari pihak penyelenggara. Syarat tersebut harus dipenuhi oleh peserta PPG, dosen PPG, dan juga pihak penyelenggara PPG.

2. Proses pembelajaran yang berangsung selama PPG, baik dari unsur mahasiswa maupun dosen pengajar pada program PPG. Dosen sebagai salah satu kunci penentu keberhasilan program PPG yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi. Dalam proses pembelajaran banyak hal yang bisa diamati dari sikap peserta dalam mengikuti perkuliahan, kompetensi dosen mengajar, dan lain sebagainya.

3. Sarana dan prasarana sebagai perlengkapan yang sangat diperlukan keberadaannyauntuk menunjang kelancaran proses pembelajaran PPG. Ketersediaan fasilitas yang lengkap dan kondisi memenuhi syarat serta kemanfaatan fasilitas yang efektif akan memungkinkan untuk memberikan ketrampilan guru profesional yang diharapkan. Selain kelengkapan sarana dan prasarana kesiapan LPTK penyelenggara juga perlu diperhatikan, karena tanpa kesiapan yang matang dari LPTK penyelenggara maka program PPG tidak akan berjalan dengan lancar.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung dilapangan untuk memperoleh data yang diperlukan. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yanitu yang mengasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang (subyek) itu sendiri.1

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan evaluatif model CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam, singkatan dari context, input, proses, dan product. Dengan pendekatan ini dapat mengevaluasi suatu program secara komperhensif kepada seluruh aspek yang harus di observasi seperti kualifikasi akademik guru PAI pasca PPG, seperti kinerja guru, aktifitas guru, kualitas guru dan kompetensi yang dimiliki guru.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.2 Populasi merupakan keseluruhan subyek yang ada diwilayah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua dosen dan mahasiswa PAI peserta PPG UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjumlah 36 peserta dan 16 pengajar, terbagi menjadi dua kelompok yaitu PPG PAI A dan PPG PAI B. PPG PAI A berjumlah 20 dan PPG PAI B berjumlah 16. Subyek penelitian terdiri dari dosen yang berjumlah 8 dan PPG PAI B yang berjumlah 16 karena penelitian dilakukan di

1

Lexi.J.Moleong. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. h. 13.

2

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. h.


(1)

C. Hasil dan Pembahasan

Latar belakang adanya program PPG PAI yang pertama adalah untuk memenuhi kuota dari PPG PGMI serta untuk menjadikan guru PAI yang mempunyai empat kompetensi serta satu kompetensi tambahan sehingga dapat bersaing dengan guru-guru pada umumnya. Program PPG berbeda dengan progrma PLPG yang hanya dilaksanakan selama tujuh sampai sepuluh hari. Program PPG dilaksanakan selama satu tahun yang terdiri dari semester satu untuk teori atau perkuliahan dan semester dua untuk workshop serta PPLK.

Persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan yaitu : 1) menyiapkan pengajar yang memiliki Nomer Induk Asesor, berpendidikan minimal S2, berpengalaman selama 10 tahun serta relevan dibidangnya. 2) peserta program PPG harus memiliki kualifikasi yang harus dipenuhi seperti : lulusan S1, telah mengajar di sekolah atau madrasah, mempunyai ijazah yang telah di legalesir, jam kerja guru minimal 24 jam pelajaran, memiliki NUPTK, mendapat ijin dari sekolah, berkelakuan baik, sehat jasmani dan rohani, serta lulus seleksi penerimaan peserta PPG. 3) pengelola program PPG PAI, penyelenggara program PPG PAI adalah LPTK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Karena LPTK tersebut telah memiliki kualifikasi sebagai berikut : memiliki program studi rumpun agama, terakreditasi minimal B, memiliki minimal dua dosen tetap yang bergelar doktor, memiliki sarana dan prasarana penunjang kualitas kompetensi guru, serta memiliki program dan jaringan kemitraan dengan sekolah aatau madrasah yang terakreditasi minimal B dan memenuhi syarat untuk pelaksanaan PPL.

Proses pelaksanaan program PPG PAI selama setahun dan terbagi dalam dua semester. Tahapan dari pelaksanaan PPG PAI adalah :

1. Kuliah dan workshop. Kuliah dan workshop dilaksanakan pada semester satu. Jadwal dan materi maupun dosen pengajar sudah ditentukan oleh penyelenggara PPG.Tim pengajar program PPG diambilkan dari dosen-dosen yang mengajar di FITK UIN Sunan


(2)

Kalijaga Yogyakarta yang memenuhi kualifikasi sebagai pengajar PPG. Materi kuliah adalah materi yang dapat mendukung dan meningkatkan kompetensi profesional seorang guru, seperti materi yang membahas perangkat pembelajaran, strategi belajar mengajar, metode belajar pengajar, membuat media pembelajaran, dan evaluasi. Perkuliahan dilaksanakan dari hari Senin hingga Jum’at.

2. Peer Teaching, adalah praktek mengajar yang dilaksanakan peserta PPG dihadapan peserta lainnya dan guru pembimbing. Penilaian diambil dari kelengkapan RPP, proses belajar mengajar, penguasaan kelas serta media pembelajaran yang digunakan.

3. Praktik Pengalaman Lapangan Kependidikan (PPLK). Pada semester kedua peserta PPG wajib melaksanakan PPLK pada sekolah yang telah ditunjuk oleh penyelenggara. Adapun kegiatan PPLK adalah : pembekalan, obervasi, pembekalan di sekolah mitra, praktik pembelajaran sebanyak delapan kali, kegiatan manajemen sekolah, penelitian tindakan kelas, dan uji kompetensi kinerja.

4. Studi lapangan, studi lapangan bertujuan memberikan pengalaman riil mahasiswa Pendidikan Profesi Guru dalam melaksanakan pembelajaran dan atau menyelenggarakan pendidikan terbaik melalui observasi lapangan, kuliah umum, small group discussion, dan refleksi.

5. Post test. Post test atau ujian akhir dilaksanakan setelah semua kegiatan PPG selesai. Ujian akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan mengingat materi yang disampaikan ketika masa perkuliahan serta mengukur sejauhmana pengetahuan yang diserap selama mengikuti perkuliahan program PPG.

Keberhasilan program PPG PAI dalam mengembangkan kompetensi profesional guru. Peserta PPG PAI mampu meningkatkan kemampuan dalam bidang pengelolaan kelas, proses belajar mengajar, penggunaan media pembelajaran, menentukan strategi belajar, penilaian, serta pembuatan RPP. Selaian hal diatas tersebut peserta PPG juga bertambah


(3)

wawasan karena tidak hanya hal yang terkait dengan pembelajaran saja yang diajarkan melainkan wawasan secara umum untuk meningkatkan pengetahuan peserta PPG. Peningkatan dalam bidang teknologi juga meningkat sangat signifikan, disebabkan tuntutan yang mengharuskan setiap peserta menggunakan IT dalam setiap pembelajaran dikelas maupun di tempat PPLK. Peserta PPG juga mampu membuat RPP baik berdasarkan kurikulum KTSP 2006 maupun Kurikulum 2013 serta menentukan sistem evaluasinya.

D. Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan dan analisis data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Latar belakang program PPG PAI adalah meningkatkat kualitas guru PAI disemua kompetensi dari kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi leadership.

2. Persiapan pelaksanaan program PPG PAI dari peserta, pengajar dan pelaksana sudah cukup baik terbukti dengan kualitas pengajar yang telah memenuhi syarat sebagai pengajar PPG, peserta yang antusias dalam mengikuti program PPG selama satu tahun dan ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung program PPG meskipun belum maksimal namun tidak menghambat dalam pelaksanaan PPG. 3. Proses pelaksanaan PPG secara keseluhan terbagi menjadi dua

semester dimana semester pertama adalah peskuliahan dan semester kedua diisi dengan PPLK (Praktik Pengalaman Lapangan Kependidikan) selama tiga bulan, work shop, peer teaching, outbond, study banding serta post test. Proses tersebut berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala yang dapat menghambat proses PPG selama satu tahun tersebut.

4. Program PPG sangat besar pengaruhnya bagi dalam meningkatkan dan mengembangkan kompetensi profesionalisme guru. Terbukti dengan meningkatnya wawasan dan ilmu pengetahuan serta


(4)

meningkatnya wawasan dalam penggunaan IT. Meningkatnya wawasan dalam mengelola manajemen dan administrasi sekolah yang dipelajari ketika peserta PPG melaksanakan PPLK di sekolah-sekolah yang telah ditunjuk serta bertambah kemampuan dalam berbicara didepan publik.

Rekomendasi yang dapat penulis sampaikan tentang kaitannya dengan program PPG PAI adalah :

1. Penyelenggaraan PPG PAI hendaknya diagendakan sendiri,

pelaksanaannya tidak karena adanya sisa kuota PPG PGMI.

2. Peserta PPG sebaiknya diseleksi kelengkapan administrasinya sebelum mengikuti PPG, sehingga pada waktu PPG peserta tersebut tidak perlu mencari kelengkapan administrasi yang belum terpenuhi.

3. Penyelanggara PPG hendaknya mempersiapkan terlebih dahulu

peserta PPG dengan sebaik mungkin dengan tes administrasi hingga tes potensi akademik sehingga yang masuk program PPG sudah benar-benar terseleksi. LPTK pelaksana PPG juga sebaiknya menyiapkan perlengkapan dan kelengkapan yang menunjang pembelajaran atau kegiatan selama PPG, sehingga jadwal kegaiatan jelas waktu dan tanggal pelaksanaannya.

4. Pembuatan jadwal perkuliahan dan kegiatan PPG setelahnya dibuat se-efektif mungkin dengan pemadatan jadwal dan agenda kegiatan PPG selama satu tahun, sehingga tidak banyak waktu kosong yang tidak diisi dengan kegiatan PPG.

5. LPTK pelaksana hendaknya banyak mengikutsertakan atau

mengadakan workshop atau seminar yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi guru.

Demikian kesimpulan dan rekomendasi yang dapat penulis sampaikan berdasarkan data dan analisis diatas.


(5)

E. Daftar Pustaka

Ari Hidayat dan Imam Mahali. 2012. Pengelolaan Pendidika; Konsep,

Prinsip, dan Aplikasi Dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah.

Yogyakarta: Kaukata.

Burhan, Bangun. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif; Pemahaman,

Filosofi, dan Metodologi Kearah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru. Jakarta: Bumi Aksara. Harefa, Andrias. 2000. Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: Kompas. Idris, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya. Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexi J. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. 2007. Standar dan Kompetensi Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nawawi, Hadari. 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama Pada Sekolah. Pasal 16.

Poerbakawatdja. Soegarda. 1976. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

Ridwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rivai, Veithzal. 2010. Education Management. Jakarta: Rajawali Press.

Sagala, Saiful. 2013. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga


(6)

Soedijarto. 1995. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia.

Soetjipto. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Suharso dan Ana Retnoningsih. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya.

Sukarjo. 2006. Kumpulan Materi Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana.

Suparno. 2004. Guru Demokrasi Era Reformasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Suryadi, Ace. 1999. Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Balai Pustaka.

Sutrisno, Hadi. 1998. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offest. Tafsir, Ahmadi. 2004. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wilcox, Lynn. 2012. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: IRCiSoD Winardi. 2004. Motivasi dan Motivision Dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.