BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah
digunakan oleh manusia yang hidup pada zaman dahulu. Saat ini, kosmetik menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, jumlah kosmetik yang
digunakan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk setiap tahun Mitsui, 1997
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik, dinyatakan bahwa definisi
kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik BPOM RI, 2003. Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk
mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Sediaan pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk,
seperti cairan, krayon, dan krim. Pewarna bibir modern yang disukai adalah jenis sediaan pewarna bibir yang jika dilekatkan pada bibir akan memberikan selaput
yang kering. Dewasa ini, pewarna bibir cair dan krim tidak banyak dijumpai
Universitas Sumatera Utara
dalam peredaran, yang banyak digunakan adalah pewarna bibir dalam bentuk krayon. Pewarna bibir krayon lebih dikenal dengan sebutan lipstik.
Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat stick terdiri dari zat pewarna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari
lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Hakikat fungsinya
adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, semerah delima merekah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik Ditjen POM,
1985. Dalam daftar lampiran Public WarningPeringatan No.
KH.00.01.432.6081 tanggal 1 Agustus 2007 tentang kosmetika mengandung bahan berbahaya dan zat warna yang dilarang tercantum bahwa bahan pewarna
merah K.10 Rhodamin B merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik dapat menyebabkan kanker. Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada hati Anonim, 2007. Penggunaan pewarna alami dalam formulasi lipstik merupakan salah satu
solusi untuk menghidari penggunaan pewarna sintetik yang berbahaya. Pewarna alami adalah zat warna pigmen yang diperoleh dari tumbuhan,hewan, atau dari
sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah sejak dahulu digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang penggunaannya secara umum dianggap
lebih aman daripada zat warna sintetis.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia kaya akan berbagai flora yang dapat dijadikan sumber pewarna alami. Salah satunya adalah flora yang sering tumbuh di lingkungan sekitar kita,
yaitu jati Tectona grandis L. f.. Daun jati muda mengandung komposisi pigmen β-karoten, pheophitin, pelargonidin 3-glukosida, pelargonidin 3,7-diglukosida,
klorofil, dan dua pigmen lain yang belum diidentifikasi Ati, dkk., 2006. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk
memanfaatkan pewarna alami yang berasal dari daun jati untuk digunakan sebagai pewarna pada sediaan lipstik. Dilakukan ekstrasi zat warna daun jati yang
kemudian dilanjutkan pada formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan zat warna alami dari ekstrak daun jati.
1.2 Perumusan Masalah