Indonesia kaya akan berbagai flora yang dapat dijadikan sumber pewarna alami. Salah satunya adalah flora yang sering tumbuh di lingkungan sekitar kita,
yaitu jati Tectona grandis L. f.. Daun jati muda mengandung komposisi pigmen β-karoten, pheophitin, pelargonidin 3-glukosida, pelargonidin 3,7-diglukosida,
klorofil, dan dua pigmen lain yang belum diidentifikasi Ati, dkk., 2006. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk
memanfaatkan pewarna alami yang berasal dari daun jati untuk digunakan sebagai pewarna pada sediaan lipstik. Dilakukan ekstrasi zat warna daun jati yang
kemudian dilanjutkan pada formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan zat warna alami dari ekstrak daun jati.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: a.
Apakah ekstrak daun jati dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi sediaan lipstik?
b. Apakah formulasi sediaan lipstik menggunakan pewarna ekstrak daun jati
yang dibuat, stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar? c.
Apakah formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak daun jati sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi saat digunakan?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
a. Ekstrak daun jati dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi
sediaan lipstik.
Universitas Sumatera Utara
b. Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak daun jati sebagai pewarna
stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar. c.
Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak daun jati sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: a.
Untuk membuat formula lipstik menggunakan zat warna yang diekstraksi dari daun jati.
b. Untuk mengetahui kestabilan sediaan lipstik menggunakan ekstrak daun
jati dalam penyimpanan pada suhu kamar. c.
Untuk mengetahui sediaan lipstik menggunakan ekstrak daun jati tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa ekstrak daun jati dapat digunakan sebagai pewarna alami yang dapat menggantikan penggunaan pewarna
sintesis pada formulasi sediaan lipstik.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun Jati
Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman yang mempunyai nama ilmiah Tectona grandis linn. F. secara historis, nama tectona
berasal dari bahasa portugis tekton yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Di Negara asalnya, tanaman jati ini dikenal dengan banyak nama
daerah, seperti ching-jagu di wilayah Asam, saigun Bengali, tekku Bombay, dan kyun Burma. Tanaman ini dalam bahasa jerman dikenal dengan nama teck
atau teakbun, sedangkan di Inggris dikenal dengan nama teak Sumarna, 2004.
2.1.1 Morfologi Tumbuhan
Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30-45 m dengan pemangkasan, batang yg bebas cabang dapat mencapai
antara 15–20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan
pendek dan bercabang sekitar 4. Daun berbentuk jantung membulat dengan ujung meruncing, berukuran panjang 20-50 cm dan lebar 15–40 cm, permukaannya
berbulu. Daun muda petiola berwarna hijau kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna hijau tua keabu-abuan.
Tanaman jati tergolong tanaman yang menggugurkan daun pada saat musim kemarau, antara bulan nopember hingga januari. Setelah gugur, daun akan
tumbuh lagi pada bulan januari atau maret. Tumbuhnya daun ini juga secara umum ditentukan oleh kondisi musim Sumarna, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Sistematika Tumbuhan
Berdasarkan hasil identifikasi sampel daun jati yang dilakukan di Herbarium Medanense, diperoleh klasifikasi tumbuhan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotylodonae
Ordo : Solanales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis L.f.
2.1.3 Kandungan Zat Warna Daun Jati Muda
Daun jati muda memiliki kandungan pigmen alami yang terdiri dari pheophiptin,
β-karoten, pelargonidin 3-glukosida, pelargonidin 3,7-diglukosida, klorofil dan dua pigmen lain yang belum diidentifikasi Ati, dkk., 2006
2.2 Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini
merupakan penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah, ungu, dan biru dalam daun bunga, daun, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara
kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan
atau pengurangan gugus hodroksil atau dengan metilisasi atau glikosilasi. Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin
dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum sampai saat ini ialah
Universitas Sumatera Utara
sianidin yang berwarna merah lembayung Warna jingga disebabkan oleh pelargonidin yang gugus hidroksilnya kurang satu dibandinkan sianidin,
sedangkan warna merah senduduk, lembayung dan biru umumnya disebabkan oleh delfinidin yang gugus hidroksilnya lebih satu dibandingkan sianidin
Harborne, 1987. Antosianin terdapat dalam semua tumbuhan tingkat tinggi, banyak
ditemukan dalam bunga dan buah, tetapi ada juga yang ditemukan dalam daun, batang, dan akar. Antosianin sebagian besar ditemukan di luar lapisan sel. Bagi
tumbuhan, antosianin memiliki banyak fungsi yang berbeda, misalnya sebagai antioksidan, pelindung untuk melawan sinar UV, sebagai mekanisme pertahanan
terhadap serangga, dan penting pada proses penyerbukan dan reproduksi. Antosianin telah digunakan untuk mewarnai makanan sejak zaman dahulu.
Warna antosianin bergantung pada struktur dan keasaman. Sebagian besar antosianin berwarna merah pada kondisi asam dan berubah menjadi biru pada
kondisi asam yang kurang. Selain itu, warna antosianin juga terpengaruh oleh suhu, oksigen dan sinar UV anonim, 2011.
2.3 Ekstraksi