Kaitan Antara Duty of Loyalty dengan Duty of Care

Direksi agar Direksi dapat melakukan tindakan hukum yang diperlukan. Atau kewenangan pengurusan dipercayakan kepada Direksi agar Direksi dengan itikad baik senantiasa bertindak semata-mata demi kepentingan dan tujuan Perseroan duty of loyalty 55 Salah satu tolak ukur untuk memutuskan apakah suatu kerugian tidak disebabkan oleh keputusan bisnis business judgment yang tidak tepat sehingga dapat menghindar dari pelanggaran prinsip duty of care adalah: Pertama, memiliki informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa informasi tersebut benar. Kedua, tidak memiliki kepentingan dengan keputusan dan memutuskan dengan itikad baik. Ketiga, memiliki dasar rasional untuk . Jadi dengan fiduciary duty ini, di pihak Direksi harus mempunyai itikad baik yang tinggi dan loyalitas tinggi dalam menjalankan tugasnya, sementara dipihak perusahaan harus mempunyai kepercayaan yang besar kepada Direksinya.

C. Kaitan Antara Duty of Loyalty dengan Duty of Care

Duty of Care tugas memperdulikan yang diharapkan Direksi adalah duty of care sebagaimana dimaksud dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum, dalam arti Direksi diharapkan untuk berbuat secara hati-hati sehingga terhindar dari perbuatan kelalaian yang merugikan pihak lain. 55 I. G. Rai Widjaya, Op.Cit, hal 222 Universitas Sumatera Utara mempercayai bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi perusahaan. 56 Pada dasarnya Direksi hanya berhak dan berwenang untuk bertindak atas nama dan untuk kepentingan Perseroan dalam batas-batas yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan anggaran dasar Perseroan. setiap tindakan yang dilakukan oleh Direksi di luar kewenangan yang diberikan tersebut tidak mengikat Perseroan. ini berarti Direksi memiliki limitasi dalam bertindak atas nama dan untuk kepentingan Perseroan. sehubungan dengan hal tersebut, Paul L. Devies dalam Gower’s Principles of Modern Company Law, Menyatakan: Prinsip fiduciary duty berlaku bagi Direksi dalam menjalankan tugasnya, baik dalam menjalankan fungsinya sebagai manajemen maupun sebagai representasi dari Perseroan. 57 1. That directors must act in good faith in what they believe to be the best interest of the company. In appliying that general equitable principle to company directors, four separate rules have emerged. These are: 2. That they must not exercise the powers conferred upon them for purpose different from those foe which they were conferred. 3. That they must not fetter their discretion as to how they shall act. 4. That, without the informed consent of the company, they must not place themselves in a position in which their personal interest or duties to other persons are liable to conflict with their duties. 56 Detlev, F. Vagts., Basic Corporation Law Material-Cases Text, New York: The Foundation Press Inc, 1989, hal 212. Bahwa, Business Judgment Rule adalah “a presumption that in making a business decision, the director of corporation acted on an informed basis in good faith and in the honest belief that the action was taken in the best interest of the company”. 57 Paul L. Devies, Gower’s Principles of Modern Company Law, London: Sweet Maxwell, 1997 hal 601 dikutip dalam buku Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003 Universitas Sumatera Utara Keempat prinsip tersebut pada hakekatnya menunjukkan bahwa Direksi Perseroan, dalam menjalankan tugas pengurusannya harus senantiasa: 1. Beritikad baik. 58 2. Senantiasa memperhatikan kepentingan Perseroan dan bukan kepentingan pemegang saham semata. 3. Kepengurusan Perseroan harus dilakukan dengan baik, sesuai dengan tugas dan kewenangan yang diberikan kepadanya dengan tingkat kecermatan yang wajar 59 4. Tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan benturan kepentingan antara kepentingan Perseroan dengan kepentingan Direksi. , dengan ketentuan bahwa Direksi tidak diperkenankan untuk memperluaskan maupun mempersempit ruang lingkup geraknya sendiri. 60 Keempat hal tersebut menjadi penting artinya, oleh karena keempat hal tersebut mencerminkan, bahwa antara Direksi dan Perseroan terdapat suatu bentuk hubungan saling ketergantungan, dimana: 61 1. Perseroan bergantung pada Direksi sebagai organ yang dipercayakan untuk melakukan pengurusan Perseroan 58 Lihat Fred BG. Tumbuan, Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris serta RUPS Perseroan Terbatas menurut Undang-undang No.1 Tahun 1995, Makalah Kuliah S2 Fakultas Hukum UI T.A 2001-2002, hal 7 dalam buku Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 59 Ibid 60 Ketentuan mengenai benturan kepentingan ini dapat kita jumpai dalam Pasal 99 UUPT 61 Lihat Fred BG. Tumbuan, Op.Cit, hal 6 dikutip dalam buku Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 Universitas Sumatera Utara 2. Perseroan merupakan sebab keberadaan Direksi, tanpa Perseroan maka tidak pernah ada Direksi. Pada dasarnya, Direksi merupakan organ “kepercayaan” Perseroan, yang akan bertindak mewakili Perseroan dalam segala macam tindakan hukumnya untuk mencapai tujuan dan kepentingan Perseroan. berkaitan dengan prinsip kepercayaan tersebut, ada dua hal yang dapat dikemukakan disini: 62 1. Direksi adalah trustee bagi Perseroan duty of loyalty and good faith 2. Direksi adalah agen bagi Perseroan dalam mencapai tujuan dan kepentingannya duty of care and skill. Tugas dan tanggung jawab Direksi tersebut diatas, adalah tugas dan tanggung jawab Direksi sebagai suatu organ, yang merupakan tanggung jawab kolegial sesama anggota Direksi terhadap Perseroan 63 . Direksi tidak secara sendiri-sendiri bertanggung jawab kepada Perseroan, ini berarti setiap tindakan yang diambil atau dilakukan oleh salah satu atau lebih anggota Direksi akan mengikat anggota Direksi lainnya. Namun ini tidak berarti tidak diperkenankan terjadinya pembagian tugas diantara anggota Direksi Perseroan, demi pengurusan Perseroan yang efisien. 64 Fiduciary duty Direksi terhadap Perseroan tercermin dalam dua macam kewajiban, yaitu: 62 Paul L. Devies, Op.Cit, hal 598-599 dikutip dalam buku Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan, Jakarat: PT Raja Grafindo Persada, 2003 63 Fred BG. Tumbuan, Op.Cit, hal 11 dikutip dalam buku Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 64 Baca rumusan Pasal 92 ayat 5 UUPT Universitas Sumatera Utara 1. Duty of loyalty and good faith Yang dapat dikategorikan lagi ke dalam: a. Duty to act bonafide in the interest of the company Hal ini dapat mencerminkan kewajiban Direksi untuk melakukan kepengurusan Perseroan hanya untuk kepentingan Perseroan semata-mata. Untuk menentukan sampai seberapa jauh suatu tindakan yang diambil oleh Direksi Perseroan telah dilakukan untuk kepentingan Perseroan, maka hal tersebut harus dipulangkan kembali kepada Direksi Perseroan. Direksi Perseroan harus mengetahui dan memiliki penilaian sendiri tentang tindakan yang menurut pertimbangannya adalah sesuatu yang harus atau tidak dilakukan untuk kepentingan Perseroan. b. Duty to exercise power for their proper purpose Direksi adalah satu-satunya organ Perseroan yang diberikan hak dan wewenang untuk bertindak untuk dan atas nama Perseroan. Ini membawa konsekuensi bahwa jalannya Perseroan, termasuk pengelolaan harta kekayaan Perseroan bergantung sepenuhnya pada Direksi Perseroan. Artinya tugas pengurusan Perseroan adalah Direksi juga meliputi tugas pengelolaan harta kekayaan Perseroan 65 65 Fred BG. Tumbuan, Op.Cit, hal 9-10 dikutip dalam buku Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 . Sebagai orang kepercayaan Perseroan, yang diangkat RUPS untuk kepentingan para pemegang saham secara keseluruhan. Direksi Universitas Sumatera Utara diharapkan dapat bertindak adil dalam memberikan manfaat yang optimum bagi pemegang saham Perseroan. Sebagai trustee bagi Perseroan, maka sudah selayaknya jika dalam melakukan tindakan atau perbuatan yang mengatas namakan kepentingan manapun juga. Direksi diberikan kepercayaan oleh seluruh pemegang saham untuk menjadi organ Perseroan yang akan bekerja untuk kepentingan Perseroan, serta kepentingan seluruh pemegang saham yang mengangkat dan mempercayakan sebagai satu-satunya organ yang mengurus dan mengelola Perseroan. Setelah RUPS menyetujui pengangkatan Direksi Perseroan, maka seluruh pemegang saham tidak lagi berhubungan dengan Direksi Perseroan, dan oleh karena itu maka Direksi tidak dapat mempergunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya tersebut untuk dipergunakan dalam kapasitasnya, untuk merugikan kepentingan satu atau lebih pemegang saham tertentu dalam Perseroan, meskipun tindakan yang dilakukannya tersebut baik bagi Perseroan, menurut pertimbangannya. c. Duty to retain their discretion Direksi adalah Perseroan, melalui RUPS telah diberikan kewenangan fiduciary untuk bertindak seluas-luasnya dalam koridor Undang-undang dan Anggaran Dasar untuk kepentingan Perseroan, dan oleh karena itu maka tidak selayaknya jika Direksi kemudian melakukan pembatasan dini, atau membuat suatu perjanjian yang akan mengekang kebebasan mereka untuk bertindak untuk tujuan dan kepentingan Perseroan. dalam hal ini tidak berarti Direksi tidak boleh mengadakan, membuat atau menandatangani suatu perjanjian pendahuluan misalnya perjanjian pengikatan jual beli, namun Universitas Sumatera Utara sebelum perjanjian tersebut diadakan, dibuat atau ditandatangani Direksi memiliki suatu pandangan, sikap, dan kepastian bahwa tindakan yang dilakukan tersebut akan memberikan manfaat bagi kepentingan Perseroan. 66 d. Duty to avoid conflict of interest Dalam konsep fiduciary duty ini, Direksi memiliki kewajiban untuk menghindari diadakan, dibuat, atau ditandatangani perjanjian, atau dilakukannya perbuatan yang akan menempatkan Direksi tersebut dalam suatu keadaan, yang tidak memungkinkan dirinya untuk bertindak secara wajar demi tujuan dan kepentingan Perseroan. kewajiban ini bertujuan untuk mencegah Direksi secara tidak layak memperoleh keuntungan dari Perseroan, yang mengangkat dirinya menjadi Direksi. Lebih jauh lagi kewajiban ini sebenarnya melarang dengan mencegah Direksi untuk menempatkan dirinya pada suatu keadaan yang memungkinkan Direksi bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, pada saat yang bersamaan mereka harus bertindak mewakili untuk dan atas nama Perseroan. 67 Jadi sesungguhnya kewajiban tersebut bukan untuk melakukan penghukuman atas terjadinya suatu tindakan yang mengandung unsur benturan kepentingan, melainkan merupakan suatu bentuk pemecahan sebelum suatu tindakan, perbuatan, atau keputusan yang mengandung unsur benturan kepentingan tersebut dilakukan, dilaksanakan, atau diambil. 66 Lipton dan Herzberg, Understanding Company Law, hal 314-315 dikutip dalam buku Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 67 Ibid, hal 315. Lihat juga Pasal 99 UUPT Universitas Sumatera Utara 2. Duty of care and diligence Jika dalam duty of loyalty, Direksi Perseroan bertindak sebagaimana layaknya seorang trustee, yang dipercayakan untuk mengelola harta kekayaan Perseroan, maka dalam duty of care and diligence, Direksi, sebagai organ kepercayaan Perseroan diharapkan dapat menjalankan Perseroan hingga memberikan keuntungan bagi Perseroan. Direksi diberikan fleksibelitas dalam bertindak untuk melaksanakan fungsi kegiatan manajemen, dengan mengambil resiko dan peluang dimasa depan. Tidak semua orang diharapkan dan dihadapkan pada keadaan untuk memiliki suatu standar keahlian tertentu yang sama antara yang satu dengan lainnya. Dalam beberapa hal, seseorang diangkat sebagai anggota Direksi karena keahliannya dalam bidang tertentu. Misalnya seorang akuntan diangkat sebagai anggota Direksi karena keahliannya dalam bidang akuntansi keuangan. Dalam hal ini, standar yang diharapkan dari anggota Direksi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan anggota Direksi lainnya, yang tidak memiliki kemampuan dan keahlian yang sama. Dalam hal demikian maka anggota Direksi tersebut patut menghasilkan keuntungan bagi Perseroan dari keahliannya tersebut. Dalam beberapa kejadian, seorang Direksi dapat dianggap telah melanggar duty of care, jika dalam menghadapi suatu persoalan yang kompleks dan rumit, ia tidak mencari pendapat ahli untuk memberi masukan dan mengambil keputusan terhadap persoalan yang dihadapinya. Hal ini adalah konsekuensi logis dari prinsip duty of care. Universitas Sumatera Utara Dalam konteks duty of loyalty, Direksi tidak semata-mata hanya melaksanakan tugas untuk dan bagi kepentingan Perseroan, melainkan juga para stakeholders Perseroan yang di dalamnya juga meliputi kepentingan dari para pemegang saham Perseroan, kreditor Perseroan dalam arti luas, yang meliputi pemasok, rekanan kerja, juga tidak boleh dilupakan adalah konsumen. Mereka para stakeholders memiliki hak terhadap kekayaan Perseroan 68 Untuk dapat memenuhi ketentuan yang diatur dalam pasal 97 ayat 1 UUPT dengan baik . Adalah tugas Direksi Perseroan untuk menjalankan Perseroan dengan tidak mengabaikan berbagai macam kepentingan dari berbagai macam pihak yang berada dalam lingkungan Perseroan, yang berhubungan hukum dengan Perseroan. Dalam Pasal 97 ayat 2 UUPT dinyatakan bahwa “Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab”, dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap anggota Direksi wajib melaksanakan tugasnya dengan baik, semata-mata untuk kepentingan Perseroan. Ketentuan ini boleh dikatakan merupakan bentuk dari duty of loyalty. 69 68 Pasal 1131 KUH Perdata menyatakan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Dalam hal terdapat satu orang kreditor, maka ketentuan pasal 1132 KUH Perdata menyatakan bahwa kebendaan tersebut menjadi jaminan bagi semua orang yang mengutangkan kepadanya. Pendapatan penjualanan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah didahulukan. 69 Pasal ini mewajibkan Direksi untuk bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan untuk kepentinga Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. , Direksi Perseroan dituntut untuk memiliki kemampuan dan keahlian tertentu. Dalam hal yang demikian, menurut konsep fiduciary duty, Universitas Sumatera Utara seorang anggota Direksi diharapkan dapat menjalankan Perseroan sesuai dengan kegiatan usaha Perseroan untuk memperoleh keuntungan bagi Perseroan. Dalam konsep fiduciary duty terkandung duty of care yang pelanggarannya mengakibatkan breanch of duty dari seorang Direksi yang dapat membawanya pada pertanggungjawaban pribadi terhadap kerugian yang diderita oleh Perseroan, pemegang saham, maupun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Perseroan. Maka dapat dikatakan bahwa dalam pasal 97 ayat 1 dan 2 UUPT meliputi duty of loyalty dan duty of care. Pelaksanaan duty of care sendiri tidak dapat dipisahkan dari duty of loyalty. Meskipun duty of care lebih menitikberatkan pada keahlian Direksi dalam mengembangkan Perseroan, namun pelaksanaan dari keahlian itu sendiri merupakan bagian dari duty of loyalty. Duty of loyalty merupakan konsep yang sederhana, bahwa para pengambil keputusan dalam perusahaan harus bertindak untuk berdasarkan kepentingan perusahaan dan bukan untuk kepentingan pribadi. Bila situasi ini sudah tercapai, maka tugas para direktur selanjutnya adalah duty of care, yaitu tugas untuk memberi perhatian penuh kepada perusahaan yang dikelolanya serta berupaya untuk mengambil keputusan yang tepat. Jadi terdapat hubungan antara duty of care dengan duty of loyalty yaitu dimana Direksi melakukan tugas dan kewajibannya berdasarkan fiduciary duty yang dilaksanakan demi kepentingan dan tujuan Perseroan. Untuk itu kepercayaan diberikan kepada Direksi untuk melaksanakan tugas dan kewajiban berdasarkan wewenang yang diberikan oleh perundang-undangan dan anggaran dasar. Universitas Sumatera Utara Diperlukan loyalitas yang tinggi duty of loyalty bagi para Direksi dalam menjalankan tugas dan kewajiban tersebut dengan itikad baik untuk bertindak semata-mata demi kepentingan dan tujuan Perseroan. Untuk dapat tercapainya hal tersebut maka Direksi melakukan tugas dan kewajiban atau tindakan hukum berdasarkan kemauan serta kehati-hatian duty of care. Dengan demikian, apabila misalnya Direksi hanya menjalankan tugasnya dengan penuh kehati-hatian, atau itikad baik, atau loyalitas saja tidak dalam keadaan lalai, belumlah sampai dikatakan bahwa dia telah menjalankan fiduciary duty. Untuk sampai dikatakan bahwa dia sudah menjalankan fiduciary duty, maka kepedulian dan kemampuan duty of care and skill, atau itikad baik, loyalitas duty of loyalty tersebut haruslah dengan ”derajat yang tinggi”. 70 70 Munir Fuady, Op.Cit, hal 52 Universitas Sumatera Utara

BAB IV KETENTUAN PELANGGARAN DUTY OF LOYALTY OLEH DIREKSI