BODY MASS INDEX MEASURING TOOLS

(1)

BODY MASS INDEX MEASURING TOOLS

TUGAS AKHIR

Oleh :

Muhammad Zaki Ulinnuha NIM. 20133010025

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK ELEKTROMEDIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

ALAT PENGUKUR INDEKS MASSA TUBUH

Ditunjukan Kepada Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md)

Program Studi Teknik Elektromedik

Oleh

Muhammad Zaki Ulinnuha NIM. 20133010025

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK ELEKTROMEDIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Penulis menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh derajat profesi ahli madya atau gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini serta disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Oktober 2016 Yang menyatakan,

Muhammad Zaki Ulinnuha 20133010025


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang masih melimpahkan rahmat dan barokah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Alat Pengukur Indeks Massa Tubuh”. Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan studi diploma III program studi Teknik Elektromedik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Keberhasilan dalam melakukan penelitian dan penyusunan laporan tugas akhir ini tidak semata-mata karena sebuah keberuntungan yang kami peroleh, akan tetapi kami mendapat banyak bantuan dalam bentuk saran, dorongan dan bimbingan dari banyak pihak terutama teman maupun dosen pembimbing yang merupakan motivasi terbesar yang tidak dapat di ukur dengan materi. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankan kami mengucapkan banyak terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Terimakasih saya ucapkan kepada kedua Orang tua yaitu Bapak dan Ibu kami yang telah memberikan do‟a, bimbingan serta motivasi yang tak pernah ada kata lelah dan bosan.

2. Bapak Dr. Sukamta, S.T., M.T., selaku Direktur program Vokasi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menuntut dan mencari ilmu, belajar sebayak-banyaknya di Vokasi pada program studi Teknik Elektromedik. 3. Bapak Tatiya Padang Tunggal, S.T, selaku Ketua Program Studi Teknik


(5)

iv

4. Bapak Kuat Supriyadi, BE., S.E., S.T., selaku pembimbing dari rumah sakit yang telah memberikan bimbingan terbaik kepada penulis dalam bidang akademik maupun non akademik.

5. Seluruh staff, karyawan dan dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak memberikan masukan-masukan dan semangat serta dorongan kepada penulis.

6. Bapak/Ibu dosen penguji, yang telah berkenan menguji hasil penelitian dari penulis dan memberikan hal-hal terbaik bagi penulis, kritik, saran dan masukan agar penulis menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

7. Seluruh teman-teman Teknik Elektromedik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2013 yang banyak memberikan masukan, semangat serta dorongan kepada penulis.

8. Seluruh pihak yang telah membantu dan ikut berpartisipasi dalam penelitian tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa laporan yang penulis susun masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga laporan yang kami susun dapat lebih baik lagi. Ahir kata semoga laporan ini memberikan manfaat kepada kita semua.Amin.

Yogyakarta, September 2016


(6)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRAC ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan... 3

1.4.1. Tujuan umum ... 3

1.4.2. Tujuan khusus ... 4

1.5. Manfaat... 4

1.5.1. Manfaat teoritis ... 4

1.5.2. Manfaat praktis ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Penelitian Terdahulu ... 5

2.2. Berat Badan ... 5

2.2.1. Kegemukan/obesitas ... 7

2.2.2. Kurus ... 8

2.2.3. Berat badan ideal ... 9

2.2.4. Indeks massa tubuh (IMT) ... 12

2.3. Tinggi Badan ... 13


(7)

vi

2.5. Sensor Jarak... 15

2.5.1. Cara kerja sensor ultrasonic ... 15

2.5.2. Rangkaian sensor ultrasonic ... 17

2.5.3. Sensor ultrasonic HC-SR04 ... 20

2.6. Sensor Berat ... 21

2.7. Arduino Uno ... 26

2.7.1. Keunggulan board arduino uno r3 ... 27

2.7.2. Power ... 28

2.7.3. Penjelasan power pin ... 29

2.7.4. Memory ... 30

2.7.5. Input dan output ... 30

2.7.6. Communication ... 32

2.7.7. Program ... 32

2.7.8. Automatic (software) reset ... 33

2.7.9. USB overcurrent protection ... 34

2.8. LCD (Liquid Crystal Desplay) ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Keseluruhan Alat dan Bahan ... 40

3.2. Perakitan Rangkaian ... 40

3.3. Variable Penelitian ... 41

3.4. Definisi Operasional ... 41

3.5. Diagram Blok Modul ... 42

3.6. Diagram Alir Modul ... 43

3.7. Diagram Mekanis ... 45

3.8. Langkah Perakitan ... 46

3.8.1. Langkah perkitan power supply ... 46

3.8.2. Hasil perakitan power supply ... 47

3.8.3. Langkah perakitan keseluruhan komponen ... 47

3.8.4. Hasil perakitan keseluruan komponen ... 48

3.8.5. Rangkaian keseluruhan ... 49


(8)

vii

BAB IV METODE PENELITIAN ... 51

4.1. Spesefikasi Alat ... 51

4.2. Gambar Alat ... 51

4.3. Cara Kerja Alat... 52

4.4. Langkah Penggunaan Alat ... 52

4.5. Jenis Penelitian ... 53

4.6. Pengujian Modul ... 53

4.6.1. Pengukuran modul tinggi badan ... 55

4.6.2. Pengukuran modul berat badan ... 55

4.6.3. Pengukuran modul indeks massa tubuh ... 56

4.6.4. Perbandingan modul ... 57

4.7. Pengukuran Indeks Massa Tubuh ... 58

4.7.1. Hasil Pengukuran IMT A ... 58

4.7.2. Hasil Pengukuran IMT B ... 58

4.7.3. Hasil Pengukuran IMT C ... 59

4.8. Pembahasan Kinerja Sistem ... 59

4.9. Kelebihan dan Kekurangan Modul TA ... 60

4.10.1. Kelebihan modul TA ... 60

4.10.2. Kekurangan modul TA... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1. Kesimpulan... 61

5.2. Saran ... 61 DAFTA PUSTAKA


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Spesifikasi arduino uno ... 28

Tabel 2.2. Konfigurasi LCD ... 35

Tabel 2.3. Fungsi pin pada LCDCaracter ... 36

Tabel 2.4. Function Set ... 36

Tabel 2.5. Entry Mode Set ... 37

Tabel 2.6. Display ON-OFF atau Kursor... 37

Tabel 2.7. Display Clear ... 38

Tabel 2.8. Sift Right atau Left ... 38

Tabel 2.9. Pemilihan Lokasi RAM LCD Character ... 39

Tabel 4.1. Pengukuran tinggi badan ... 55

Tabel 4.2. Pengukuran berat badan ... 56

Tabel 4.3. Pengukuran indeks massa tubuh ... 56

Tabel 4.4. Perbandingan modul ... 57

Tabel 4.5. Pengukuran IMT A ... 58

Tabel 4.6. Pengukuran IMT B ... 58


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Cara kerja sensor ultrasonik dengan transmitter dan receiver ... 16

Gambar 2.2. Rangkaian dasar dari transmitter ultrasonic ... 19

Gambar 2.3. Rangkaian dasar receiver sensor ultrasonic ... 19

Gambar 2.4. Sensor ultrasonik HC-SR04 ... 20

Gambar 2.5. Strain guage ... 22

Gambar 2.6. Sistem kerja strain guage ... 23

Gambar 2.7. Arduino Uno ... 26

Gambar 2.8. LCD (Liquid Crystal Desplay) ... 34

Gambar 3.1 Blok Diagram ... 42

Gambar 3.2. Flow chart ... 43

Gambar 3.3. Diagram mekanis... 45

Gambar 3.4. scematic power supply ... 46

Gambar 3.5. Lay out power supply ... 46

Gambar 3.6. Scematic rangkaian minimum sistem ... 48

Gambar 3.7. Scematic rangkaian keseluruhan ... 48

Gambar 4.1 Alat modul Tugas Akhir ... 51

Gambar 4.2. Alat pembanding tinggi badan ... 54


(11)

(12)

(13)

Kata kunci : Indeks massa tubuh ALAT PENGUKUR INDEKS MASSA TUBUH

ABSTRAK

MUHAMMAD ZAKI ULINNUHA 2013 301 0025

Pengukuran indeks massa tubuh adalah suatu yang digunakan untuk proses pengukuran dan identifikasi, dimana sebagai media pengukuran digunakan sensor ultrasonic dan sensor load cell, karena kedua sensor ini mampu mengukur tinggi dan beban. Pada alat ini menggunakan microcontroller sebagai kontrol dari keseluruhan alat.

Alat pengukur tinggi dan berat badan ini dilengkapi dengan perhitungan indeks massa tubuh yang di dapatkan dari hasil pengukuran tinggi yang di ukur menggunakan sensor ultrasonic HC-SR04 dan berat badan yang di ukur menggunakan load cell NA2. Prinsip kerjanya ketika sensor ultrasonic memancarkan sinyal ultrasonic dan mengenai objek akan diterima oleh receiver lalu di teruskan ke microcontroller untuk menentukan tinggi objek yang di ukur. Load cell akan mengukur beban pada inti besinya, maka nilai resistansi pada stain guage akan berubah.

Bedasarkan hasil pengukuran sensor ultrasonic dengan menggunakan dua sampel dapat disimpulkan memiliki kesalahan (%error) sebesar 0,054 Sedangkan untuk sensor berat dengan menggunakan dua sampel dapat disimpulkan memiliki kesalahan(%error) sebesar 0,110 dari total pengukuran yang dilakukan sebanyak 20 kali.

Setelah melakukan pengukuran dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa alat ini layak pakai disebabkan karena nilai error masih jauh dari ambang batas yaitu 2%.


(14)

Key Word : Body mass index.

BODY MASS INDEX MEASURING TOOLS ABSTRACT

MUHAMMAD ULINNUHA ZAKI 2013 301 0025

Measurement body mass index that was used for the measurements and identification, media mesurement used ultrasonic sensor and load cell sensor, because the both is capabel of measureing heights and weights. This tool used a microcontroller as the overall control of the tool.

Tool for measureing height and weight is equpped whit a body mass index calculations in the get of thre height measurement results in measurement using ultrasonic sensors SR04-HC and weight in the measure using load cell NA2. The principle of ultrasonic sensor works when transmitting ultrasonic signals and hit the objects and will be accepted by the receive and then in the forward to the

microcontroller to determine the height of the object in the

measurement. Load cell will measure the load on the iron core, then the value of the resistance on the stain of the guage will change.

Based on the results of the measurement of ultrasonic sensor using the two samples can be inferred to have errors (% error) of 0.045. As for the weight of the sensor using the two samples can be inferred to have errors (% error) of 0.110 after 20 times of measurement.

After makeing the measurements and calculation can be inferred that this tool is whort sharing because the error values are still far from the threhol that is 2%.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengukuran merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan evaluasi. Pengukuran merupakan suatu proses untuk memperoleh data. Data hasil pengukuran merupakan data objektif, yang dapat dijadikan dasar melakukan penilaian. Dengan melakukan pengukuran ini kita dapat mengambil beberapa manfaat.

Dalam hal pengukuran berat dan tinggi badan, biasanya dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan timbangan atau pengukur berat badan konvensional. Definisi timbangan itu sendiri adalah sebuah alat bantu yang digunakan untuk mengetahui berat suatu benda. Sedangkan definisi alat ukur tinggi badan merupakan sebuah alat bantu yang digunakan untuk mendapatkan data ukuran tubuh dalam sisi tingginya yang di ukur dalam keadaan murni tinggi badan dari tumit hingga ujung kepala tanpa perlengkapan apapun. Berat badan di ukur dalam satuan kilogram (kg) dan tinggi badan di ukur dalam satuan centimeter (cm).

Sebelum abad ke-20, pola hidup seperti kegemukan jarang di temui, tetapi pada 1997 WHO secara resmi menyatakan kegemukan sebagai epidemik global. Hingga 2005 , WHOmemperkirakan setidaknya 400 juta orang dewasa (9,8%) mengalami kegemukan, dengan lebih


(16)

banyak wanita dibandingkan pria. Dahulu, kegemukan dianggap sebagai masalah negara-negara berpenghasilan tinggi, namun saat ini angka kegemukan meningkat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Kurus juga merupakan salah satu penyebab tubuh tidak menjadi ideal. Kekurangan ini disebabkan sedikitnya sel lemak yang ada dalam tubuh atau kekurangan kadar lemak yang ada dalam sel-sel tubuh.

Di era sekarang ini, banyak orang yang mulai meninggalkan gaya hidup sehat dengan tidak memperdulikan bentuk tubuhnya. Oleh karenanya untuk mencegah dan menangani masalah tidak tercapainnya tubuh ideal di masyarakat yang barangkali masih belum mengerti tentang berat badan ideal, Penulis mencoba untuk memberikan alternatif penyelesaian masalah dengan cara memberi informasi kepada masyarakat dalam mengetahui bentuk tubuhnya sendiri. Apabila menggunakan timbangan konvensional, kita hanya bisa mengetahui berat badansaja. Begitu pula dengan pengukur tinggi badan yang hanya bisa memberikan informasi tentang tinggi badan saja.

Bedasarkan permasalahan dan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mendesain sistem yang dapat mengukur berat dan tinggi badan yang dapat mengukur indeks massa tubuh secara otomatis yang menampilkan hasilnya secara bersamaan.


(17)

1.2. Rumusan Masalah

Bedasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, penelitian ini ditujukan untukmenyelesaikan permasalahan pengukuran indeks massa tubuh bedasarkan alat ukur tinggi badan dan berat badan digital yang saling terintegrasi.

1.3. Batasan Masalah

Agar tidak terjadi kerancuan dan pelebaran permasalahan dalam penyusunan tugas akhir, penulismembatasi pokok permasalahan yang sifatnya praktis, yaitu :

1. Membangun rancangan bentuk fisik penghitung berat dan tinggi badan. 2. Membangun sistem penghitung indeks massa tubuh.

3. Range pengukuran berat badan 30 Kg – 90 Kg. 4. Range pengukuran tinggi badan 100 Cm – 190 Cm

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan umum

Membantu masyarakat ataupun pasien dalam mengetahui berat dan tinggi badannya, serta menentukan berat badan ideal bedasarkan bentuk tubuhnya.


(18)

1.4.2. Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk membangun alat ukur tinggi badan dan berat badan digital yang terintegrasi guna memberikan informasi tentang indeks massa tubuh.

1.5. Manfaat

1.5.1. Manfaat teoritis

Menambah wawasan terlebih kepada penulis sendiri, tentang pengukuran berat dan tinggi badan.

1.5.2. Manfaat praktis

Rangkaian ini di rancang untuk menyempurnakan alat pengukur tinggi dan berat badan yang telah ada. Dimana alat ini lebih efektif dan efesien. Dari segi kemudahan dalam penggunaan dan ketepatan dalam pembacaan hasil akhir karena menggunakan layar LCD.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Pengukuran indeks massa tubuh adalah salah satu cara dalam menentukan apakah tubuh dalam kondisi normal atau tidak normal. Pada penelitian sebelumnya telah dibuat alat pengukur tinggi dan berat badan yang difungsikan untuk mengetahui berat dan tinggi badan seseorang. Pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba membuat modul dengan menggunakan pengukuran tinggi dan berat badan guna mengetahui indeks massa tubuh seseorang.

Afif Muhammad (2015) telah membuat alat pengukur tinggi dan berat badan digital yang terintegrasi. Prinsip kerjanya menggunakan sensor ultrasonic sebagai pengukuran tinggi dan load cell sebagai sensor berat yang berfungsi sebagai pengukuran berat. Kelebihan dari modul ini adalah suber tegangan yang tidak menggunakan jala2 PLN namun menggunakan battrey. Kekurangan dari mudul ini adalah belum disertakannya rumus perhitungan indeks massa tubuh dalam program.

2.2. Berat Badan

Pengukuran massa tubuh merupakan salah satu data dasar mengenai kondisi tubuh seseorang baik berfungsi sebagai diagnosis medis maupun estimasi aktivitas yang melibatkan fisik. Ditinjau dari aspek


(20)

kesehatan, massa tubuh dapat dijadikan patokan ukuran ideal (tidak kekurangan dan kelebihan).

Istilah berat badan digunakan dalam bahasa sehari-hari, dalam ilmu biologi dan medis untuk merujuk kepada massa atau berat badan seseorang. Berat badan diukur dalam kilogram, suatu penilaian massa di seluruh dunia, meskipun di beberapa negara seperti Amerika Serikat itu diukur dalam pound. Kebanyakan rumah sakit, sekarang menggunakan

kilogram untuk perhitungan berat badan, tetapi menggunakan kilogram dan pound bersamaan untuk tujuan lainnya. Sebenarnya, berat badan adalah berat dari seseorang tanpa diikuti dengan suatu apapun, akan tetapi berat badan hampir selalu diikuti dengan berat pakaian, sepatu dan aksesoris berat seperti ponsel dan dompet karena pada saat orang mengukur berat badan mereka sering tidak menanggalkan semua barang-barang tersebut. Berat badan juga adalah salah satu cara untuk menentukan kesehatan seseorang.

Berat badan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pisikologi atau mental. Penyakit mental atau pisikologis seperti bulemia adalah kelainan cara makan dimana seseorang makan secara terus berlebihan secara berulang-ulang dan kemuadian kembali mengeluarkannya. Mengeluarkan makanan yang dimakan ini bisa melalui muntah yang biasanya diinduksi dengan obat pencahar, selain itu juga dengan mengeluarkannya lewat kencing dengan menggunakan obat


(21)

diuretik. Selain makan berlebih, penderita bulemia juga cendrung diet sangat ketat dan juga olah raga berlebihan.

Bulimia selalu berhubungan dengan kontrol diet ataupun penurunan berat badan. Penderita bulimia biasanya terlalu memperhatikan berat badan, selalu merasa kurang percaya diri dengan berat badan sehingga cenderung melakukan diet berlebih.Bulimia merupakan salah satu kelainan mental, penyebab bulimia belum diketahui secara biologis.

2.2.1. Kegemukan/obesitas

Obesitas telah didefinisikan sebagai berat badan minimal 20% di atas berat sesuai dengan tingkat kematian terendah untuk individu dari ketinggian tertentu, jenis kelamin, dan usia (berat badan ideal). 20% - 40% lebih dari berat badan ideal dianggap ringan obesitas; 40-100% dari berat badan ideal dianggap cukup obesitas; dan 100% lebih dari berat badan ideal dianggap parah, atau obesitas. Pedoman baru-baru ini lebih untuk obesitas menggunakan pengukuran yang disebut Body Mass Index (BMI). BMI lebih dari 30% dianggap obesitas. Pengukuran dan perbandingan pinggang dan lingkar pinggul juga dapat memberikan beberapa informasi mengenai faktor risiko yang terkait dengan berat badan. Semakin tinggi rasio, semakin besar kesempatan untuk komplikasi berat terkait. Kaliper dapat digunakan untuk mengukur


(22)

ketebalan kulit kali lipat untuk menentukan apakah jaringan adalah otot atau jaringan lemak.

Banyak perhatian telah dihasilkan tentang meningkatnya angka kejadian obesitas di kalangan orang Amerika. Beberapa studi telah mencatat peningkatan dari 12% menjadi 18% yang terjadi antara 1991 dan 1998. Penelitian lain justru memperkirakan bahwa lebih dari 50% orang Amerika kelebihan berat badan.

2.2.2. Kurus

Kurus atau berat badan kurang umumnya lebih disebabkan oleh kurangnya kalori protein, namun bisa juga disebabkan oleh penyakit tertentu seperti hepatitis, trauma, luka bakar, bulimia anoreksia dan cacingan. Dalam kasus pertama yang perlu dilakukan hanyalah mencukupi asupan karbohidrat, lemak dan protein yang sesuai dengan kebutuhan.Sedangkan dalam kasus kedua perlu dilakukan peningkatan kebutuhan akan zat gizi, artinya asupan kebutuhan yang sesuai patokan saja (ditentukan berdasarkan tinggi badan dan umur) tidak lagi dapat mencukupi, namun yang lebih penting adalah pemulihan penyakit yang diderita.

Kondisi lain yang bisa menyebabkan kurus adalah tidak efisiennya pencernaan seseorang, sehingga walaupun porsi makannya sama bahkan lebih banyak dari orang lain yang sepadan


(23)

(baik umur, tinggi badan, aktivitas kerja dan jenis kelamin) namun badannya tetap saja kurus.Hal seperti ini biasanya disebabkan oleh faktor keturunan dan gangguan penyerapan atau pencernaan. Untuk kasus ini makanan atau suplemen yang dapat membantu pencernaan akan sangat dianjurkan.

Kurangnya nafsu makan juga dapat menyebabkan penurunan berat badan. Untuk hasil yang terbaik disarankan untuk menambah porsi makan. Bagi yang sulit untuk makan dalam porsi banyak sebaiknya menambah frekuensi makan dari 3 kali menjadi 4 atau 5 kali sehari.

Gejala Kurus Atau Berat Badan Kurang :

Kondisi berat badan kurang dari IMT yang cenderung bertahan lama.

2.2.3. Berat badan ideal

Berat badan ideal adalah bobot optimal dari tubuh untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Rentang dari berat badan ideal seseorang dapat diperhitungkan berdasarkan berbagai macam faktor, di antaranya: ras, jenis kelamin, usia, serta tinggi badan. Dikenal berbagai macam metode perhitungan berat badan ideal, di antara yang umum digunakan untuk usia dewasa adalah sebagai berikut: berat badan ideal berdasarkan indeks massa tubuh berdasarkan rumus Brocha, berdasarkan rumus Devine. Sedangkan


(24)

berat badan ideal pada anak dapat dihitung berdasarkan rumus Leffler dan rumas Theron.

Perhitungan terhadap berat badan ideal memiliki kegunaan sebagai parameter keadaan kesehatan seseorang. Dengan mempertahankan berat badan sesuai dengan rentangan berat badan yang ideal, kita dapat mengoptimalkan kesehatan dan kebugaran tubuh serta menghindarkan kita dari potensi untuk munculnya penyakit – penyakit tertentu, terutama penyakit metabolik seperti diabetes melitus (DM), hipertensi, ataupun juga penyakit lain yang melibatkan organ jantung dan pembuluh darah. Selain itu, memperhitungakan berat badan ideal juga berguna untuk menentukan pola makan dan aktifitas yang sesuai, menentukan dosis obat yang sesuai, serta mengetahui keadaan pertubuhan seorang anak, apakah pertumbuhannya sudah optimal atau tidak.

Berat badan ideal diyakini sebagai berat badan maksimal untuk orang dikatakan sehat, didasarkan terutama pada tinggi badan tetapi dapat dimodifikasi oleh faktor-faktor lain seperti jenis kelamin, usia, derajat dan perkembangan otot. Berat badan ideal atau ideal body weight (IBW) awalnya diperkenalkan oleh dr.

Devine pada tahun 1974 untuk memungkinkan penilaian dosis obat pada pasien obesitas, peneliti menunjukkan bahwa metabolisme obat-obatan tertentu lebih berhubungan dengan berat badan ideal seseorang. Istilah ini didasarkan pada penggunaan data asuransi


(25)

yang menunjukkan angka kematian relatif untuk pria dan wanita sesuai dengan kombinasi tinggi-berat yang berbeda. Pengukuran yang paling sering dari IBW adalah dengan menggunakan rumus Devine. Metode lain yang digunakan dalam memperkirakan berat badan yang ideal adalah indeks massa tubuh dan metode Hamwi.

a. Rumus Devine

Berat Badan Ideal (Laki-laki) = 50kg + 2.3kg x (Tinggi(inchi) – 60)

Berat Badan Ideal (Perempuan) = 45.5kg + 2.3kg x (Tinggi(inchi) – 60)

Rumus ini diaplikasikan untuk orang dengan tinggi lebih dari 60 inchi (5 kaki). 1 Inchi = 2.54 cm, 1 kaki = 30.48 cm. Rumus Devine banyak digunakan di internet untuk membuat kalkulator online untuk menghitung berat badan ideal seseorang.

b. Rumus Hamwi

Metode Hamwi (juga dikenal sebagai persamaan Hamwi atau formula Hamwi) digunakan untuk menghitung berat badan ideal dari orang dewasa.

Pria: [106 + (6×10)], Tambahkan 6 untuk setiap inci jika tinggi lebih dari 5 kaki.

Wanita: [100 + (5×10)], Tambahkan 5 untuk setiap inci jika tinggi lebih dari 5 kaki.


(26)

Contoh: Berat badan ideal laki-laki yang tingginya 5 kaki 10 inci [106 + (6×10)] = 166.

2.2.4. Indeks massa tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI)

adalah jumlah berat badan ideal yang dihitung dari berat dan tinggi badan seseorang. BMI merupakan indikator yang cukup handal untuk kegemukan tubuh bagi kebanyakan orang. BMI tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, namun penelitian telah menunjukkan bahwa BMI berkorelasi dengan lemak tubuh, seperti berat air dan dual energy x-ray absorptiometry (Grummer – Strawn LM, 2002)[8]. IMT dapat dianggap sebagai alternatif untuk langkah-langkah langsung mengukur lemak tubuh. Selain itu, metode IMT yang mudah dan murah.

Dalam pengukuran, indeks massa tubuh didapatkan dari hasil pembagian antara berat badan dan kuadrat tinggi badan dalam meter (Marekensson, 2004).

Indeks Massa Tubuh = Berat Badan/Tinggi Badan (meter)2[7]. Contoh: Berat Badan = 68 kg, Tinggi = 165 cm (1.65 m)

IMT = 68 / (1.65)2 = 24.98

Untuk orang dewasa berusia 20 tahun dan lebih tua, IMT ditafsirkan menggunakan kategori status berat badan standar yang sama untuk semua usia, pria dan wanita. Untuk anak-anak dan


(27)

remaja, interpretasi BMI berdasarkan usia dan jenis kelamin tertentu.

Status Penilaian IMT menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2003) dikategorikan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

– Di bawah 18.4 = Berat badan kurang (Underweight)

– 18.5 – 25.0 = Berat badan normal (Normal)

– 25.1 – 27,0 = Berat badan berlebih (Overweight)

– 27.1 lebih = Kegemukan (Obesitas)

2.3. Tinggi Badan

Tinggi tubuh merupakan salah satu faktor antopometri yang memberikan informasi pertumbuhan tulang seseorang. Selain itu, merupakan ukuran yang memiliki hubungan massa tubuh terhadap tinggi tubuh.

Menurut Bary L. Johnson (1979) yang di kutip oleh Murtiantmo Wibowo Adi, Tinggi badan merupakan ukuran posisi tubuh berdiri (vertical) dengan kaki menempel pada lantai, posisi kepal dan leher tegak,

pandangan rata-rata air, dada di busungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat.

Tinggi badan manusia bergantung pada faktor lingkungan dan genetik. Tinggi badan manusia beragam menurut pengukuran antropometri. Kelainan variasi tinggi badan (sekitar 20% penyimpangan


(28)

darirata-rata) menyebabkan seseorang mengalami gigantismeatau dwarfisme, bila tak lebih dari variasi tersebut masih bisa

dikatakan normal.

Pertumbuhan rata-rata untuk setiap jenis kelamin dalam populasi berbeda secara bermakna, di mana pria dewasa rata-rata lebih tinggi daripada wanita dewasa. Selain itu, tinggi badan manusia juga berbeda menurut kelompok etnis.

Pertumbuhan tinggi badan biasanya berhenti ketika lempeng pertumbuhan (lempeng efifisis) di ujung tulang menutup. Penutupan ini terjadi sekitar usia 16 tahun pada wanita atau 18 tahun pada pria. Tetapi, kadang-kadang pada sebagian orang, baru menutup pada usia sekitar 20-21 tahun.

2.4. Timbangan Badan Digital

Kemajuan teknologi yang begitu pesat membuat hidup lebih mudah dan sederhan. Seperti halnya timbangan digital telah jelas memiliki manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan model timbangan analog.Timbangan badan digital merupakan jenis timbangan yang bekerja secara elektronis dengan tenaga listrik. Umumnya timbangan ini menggunakan arus lemah dan indikatornya berupa angka digital pada layar bacaan.

Manfaat terbesar dari Timbangan badan digital adalah tingkat akurasi yang lebih tinggi dibanding timbangan analog. Hal ini membuat


(29)

timbangan badan digital mulai banyak dipakai di laboratorium dan tempat-tempat lain.

2.5. Sensor Jarak

Sensor ultrasonic adalah sebuah sensor yang berfungsi untuk

mengubah besaran fisis (bunyi) menjadi besaran listrik dan sebaliknya. Cara kerja sensor ini didasarkan pada prinsip dari pantulan suatu gelombang suara sehingga dapat dipakai untuk menafsirkan eksistensi (jarak) suatu benda dengan frekuensi tertentu. Disebut sebagai sensor ultrasonic karena sensor ini menggunakan gelombang ultrasonic (bunyi

ultrasonic).

Gelombang ultrasonic adalah gelombang bunyi yang

mempunyai frekuensi sangat tinggi yaitu 20.000 Hz. Bunyi ultrasonic

tidak dapat di dengar oleh telinga manusia. Bunyi ultrasonic dapat

didengar oleh anjing, kucing, kelelawar, dan lumba-lumba. Bunyi ultrasonic nisa merambat melalui zat padat, cair dan gas. Reflektivitas

bunyi ultrasonic di permukaan zat padat hampir sama dengan reflektivitas

bunyi ultrasonic di permukaan zat cair. Akan tetapi, gelombang bunyi

ultrasonic akan diserap oleh tekstil dan busa.

2.5.1. Cara kerja sensor ultrasonic

Pada sensor ultrasonic, gelombang ultrasonic


(30)

piezoelektrikdengan frekuensi tertentu. Piezoelektrik ini akan

menghasilkan gelombang ultrasonic (umumnya berfrekuensi

40kHz) ketika sebuah osilator diterapkan pada benda tersebut. Secara umum, alat ini akan menembakkan gelombang ultrasonic

menuju suatu area atau suatu target. Setelah gelombang menyentuh permukaan target, maka target akan memantulkan kembali gelombang tersebut. Gelombang pantulan dari target akan ditangkap oleh sensor, kemudian sensor menghitung selisih antara waktu pengiriman gelombang dan waktu gelombang pantul diterima.

Gambar 2.1.Cara kerja sensor ultrasonic dengan transmitter dan


(31)

Secara detail, cara kerja sensor ultrasonic adalah sebagai berikut:

1. Sinyal dipancarkan oleh pemancar ultrasonic dengan frekuensi

tertentu dan dengan durasi waktu tertentu. Sinyal tersebut berfrekuensi diatas 20kHz. Untuk mengukur jarak benda (sensor jarak), frekuensi yang umum digunakan adalah 40kHz. 2. Sinyal yang dipancarkan akan merambat sebagai gelombang

bunyi dengan kecepatan sekitar 340 m/s. Ketika menumbuk suatu benda, maka sinyal tersebut akan dipantulkan oleh benda tersebut.

3. Setelah gelombang pantulan sampai di alat penerima, maka sinyal tersebut akan diproses untuk menghitung jarak benda tersebut. Jarak benda dihitung berdasarkan rumus :

S = 340. t/2...(2.1) dimana S merupakan jarak antara sensor ultrasonic dengan

benda (bidang pantul), dan t adalah selisih antara waktu pemancaran gelombang oleh Transmitter dan waktu ketika

gelombang pantul diterima receiver.

2.5.2. Rangkaian sensor ultrasonic Piezoelektrik

Piezoelektrik berfungsi untuk mengubah energi listrik

menjadi energi mekanik. Bahan piezoelektrik adalah material yang


(32)

mekanis. Sebaliknya, jika medan listrik diterapkan, maka material tersebut akan mengalami regangan atau tekanan mekanis. Jika rangkaian pengukur beroperasi pada mode pulsa elemen piezoelektrik yang sama, maka dapat digunakan sebagai transmitter

dan reiceiver. Frekuensi yang ditimbulkan tergantung pada

osilatornya yang disesuiakan frekuensi kerja dari masing-masing transduser. Karena kelebihannya inilah maka tranduser piezoelektrik lebih sesuai digunakan untuk sensor ultrasonic.

Transmitter

Transmitter adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai

pemancar gelombang ultrasonic dengan frekuensi tertentu (misal,

sebesar 40 kHz) yang dibangkitkan dari sebuah osilator. Untuk menghasilkan frekuensi 40 KHz, harus di buat sebuah rangkaian osilator dan keluaran dari osilator dilanjutkan menuju penguat sinyal. Besarnya frekuensi ditentukan oleh komponen RLC / kristal tergantung dari disain osilator yang digunakan. Penguat sinyal akan memberikan sebuah sinyal listrik yang diumpankan ke piezoelektrik dan terjadi reaksi mekanik sehingga bergetar dan

memancarkan gelombang yang sesuai dengan besar frekuensi pada osilator.


(33)

Gambar 2.2. Rangkaian dasar dari transmitterultrasonic

Receiver

Receiver terdiri dari transduser ultrasonic menggunakan

bahan piezoelektrik, yang berfungsi sebagai penerima gelombang

pantulan yang berasal dari transmitter yang dikenakan pada

permukaan suatu benda atau gelombang langsung LOS (Line

ofSight) dari transmitter. Oleh karena bahan piezoelektrik memiliki

reaksi yang reversible, elemen keramik akan membangkitkan

tegangan listrik pada saat gelombang datang dengan frekuensi yang resonan dan akan menggetarkan bahan piezoelektrik tersebut.


(34)

2.5.3. Sensor ultrasonic HC-SR04

Sensor ini merupakan sensor ultrasonic siap pakai, satu

alat yang berfungsi sebagai pengirim, penerima, dan pengontrol gelombang ultrasonic. Alat ini bisa digunakan untuk mengukur

jarak benda dari 2cm - 4m dengan akurasi 3mm. Alat ini memiliki 4 pin, pin Vcc, Gnd, Trigger dan Echo[11]. Pin Vcc untuk listrik

positif dan Gnd untuk ground-nya. Pin Trigger untuk Trigger

keluarnya sinyal dari sensor dan pin Echo untuk menangkap sinyal

pantul dari benda.

Gambar 2.4.Sensor ultrasonicHC-SR04

Cara menggunakan alat ini yaitu: ketika kita memberikan tegangan positif pada pin Trigger selama 10uS, maka sensor akan

mengirimkan 8 step sinyal ultrasonic dengan frekuensi 40kHz.

Selanjutnya, sinyal akan diterima pada pin Echo. Untuk mengukur

jarak benda yang memantulkan sinyal tersebut, maka selisih waktu ketika mengirim dan menerima sinyal digunakan untuk


(35)

menentukan jarak benda tersebut. Rumus untuk menghitungnya sudah saya sampaikan di atas.

2.6. Sensor Berat

Load cellmerupakan komponen utama pada sistem timbangan

digital. Bahkan tingkat ke-akurasian suatu timbangan digital tergantung dari jenis dan tipe load cell yang dipakai.Setiap timbangan harus lulus

legalisasi oleh badan Direktorat Metrologi, yaitu suatu badan yang berwenang untuk melegalisasikan atau men-sahkan timbangan melalui sistem TERA. Setiap timbangan diharuskan melakukan TERA maksimal

satu tahun sekali, karena semua timbangan dalam proses pemakaiannya pada jangka waktu tertentu akan mengalami deformasi mekanis pada frame timbangan, ini akan berpengaruh terhadap tingkat ke-akurasian dari loadcell pada timbangan.

Load cell merupakan sensor berat, apabila load cell diberi beban

pada inti besinya maka nilai resitansi di Strain gaugeakan berubah.

Umumnya load cell terdiri dari 4 buah kabel, dimana dua kabel sebagai

eksitasi dan dua kabel lainnya sebagai sinyal keluaran. Load cell adalah alat electromekanik yang biasa disebut Transducer, yaitu

gaya yang bekerja berdasarkan prinsip deformasi sebuah material akibat adanya tegangan mekanis yang bekerja, kemudian merubah gaya mekanik menjadi sinyal listrik. Untuk menentukan tegangan mekanis didasarkan pada hasil penemuan Robert Hooke, bahwa hubungan antara tegangan


(36)

mekanis dan deformasi yang diakibatkan disebut regangan. Regangan ini terjadi pada lapisan kulit dari material sehingga menungkinkan untuk diukur menggaunakan sensor regangan atau strain gauge.

Selama proses penimbangan, beban yang diberikan mengakibatkan reaksi terhadap elemen logam pada load cell yang

mengakibatkan perubahan bentuk secara elastis. Gaya yang ditimbulkan oleh regangan ini (positif dan negatif) di conversikan kedalam sinyal listrik oleh strain gauge(pengukur regangan) yang terpasang pada spring

element. Load cell yang paling sederhana adalah load cell yang terdiri dari

bending beam dan strain gauge. Sering kali komponen tersebut dilengkapi

dengan elemen tambahan (housing, sealing, dll) untuk melindungi elemen strain gauge.

Gambar 2.5.Strain gauge

Strain Gaugemerupakan konduktor yang diatur dalam pola zigzag pada

permukaan sebuah membrane. Ketika membrane tersebut meregang, maka resistansinya akan meningkat.

Strain gauge merupakan sensor yang digunakan untuk


(37)

strain gauge ini banyak diaplikasikan pada jembatan timbang mobil/truk

atau alat ukur berat dalam skala besar. Sensor strain gaugeadalah grid

metal foil tipis yang dilekatkan pada permukaan dari Load cell. Apabila

Load cell di beri beban, maka terjadi strain dan kemudian ditransmisikan

ke foil grid. Tahanan foil grid berubah sebanding dengan strain induksi beban.

Sensor strain gauge pada umumnya adalah tipe metal foil,

dimana konfigurasi grid dibentuk oleh proses photoeching. Karena

prosesnya sederhana, maka dapat dibuat bermacam-macam ukuran gauge

dan bentuk grid. Untuk macam gauge terpendek yang tersedia adalah

0.20mm, dan yang terpanjang 102 mm. Tahanan gauge standar adalah 120 mm dan 350Ω, bahkan untuk keperluan khusus gauge ada juga yang tersedia dengan tahanan 500Ω, 1000Ω dan 10kΩ.


(38)

Load cell memiliki bermacam-macam caracteristik yang bisa

diukur, tergantung pada jenis logam yang dipakai, bentuk load cell, dan

ketahanan dari lingkungan sekitar.

Untuk memilih Load cell yang sesuai dengan kebutuhan anda, penting

untuk mengetahui definisi dari parameter berikut :

Calibration : membandingkan output (signal)Load cell dengan standar

Combined Error : Penyimpangan maksimum, jika ditarik garis lurus

diukur pada saat tanpa beban sampai ketika diberikan beban maksimal dan sebaliknya saat beban maksimal sampai pada keadaan tanpa beban. Pengkuran dinyatakan dalam persen terhadap kapasitas maksimal. Biasa disebut juga Non-linearity dan hysteresis.

CREEP : Perubahan sinyal keluaran Load cell selama pembebanan tidak

berubah, dan tidak ada perubahan lingkungan sekitar.

CREEP RECOVERY : Perubahan pengukuran kondisi tanpa beban, setelah

beberapa waktu diberikan beban dan kemudian beban dihilangkan. DRIFT : Perubahan nilai pengukuran saat diberikan beban konstan

ECCENTRIC LOAD : Pembebanan pada area timbangan tapi tidak tepat di

titik antar load cell

ERROR : Perbedaan pengukuran dengan beban yang sesungguhnya.

EXCITATION : Tegangan input yang diberikan agar Load cell bekerja.

Pada umumnya Load cell membutuhkan tegangan excitation 10VDC,

tetapi ada juga yang memerlukan 15VDC, 20VDC, dan 25VDC dan ada yang bisa bekerja pada arus AC dan DC.


(39)

HYSTERESIS : Penyimpangan maksimum hasil pengukuran dengan beban

yang sama. Satu pengukuran dari nol sampai maksimum, pengukuran yang lain dari maksimum sampai nol. Pengukuran histerisis dinyatakan dalam persen terhadap kapasitas maksimum (%FS). Biasanya Histerisis selalu bernilai 0.02%FS, 0.03%FS dan 0.05%FS

INPUT BRIDGE RESISTANCE : Resistansi Input daripada Load cell.

Diukur dengan Ohm meter antara dua titik input atau Excitasi. Biasanya

selalu lebih besar dari resistansi Output/sinyal karena adanya resistor

kompensasi pada jalur Excitasi.

INSULATION RESISTANCE : Pengukuran resistansi antara sirkuit Load

cell dengan strukturnya. Pengukuran dilakukan dengan tegangan DC.

NON-LINEARITY : Penyimpangan maksimum pada grafik hasil kalibrasi

terhadap garis lurus (Ideal) antara tanpa beban dan beban penuh. Dinyatakan dengan persentase terhadap pengukuran pada kapasitas maksimum, hanya diukur dari nol sampai maksimum. Umumnya

Non-linearity sebesar 0.025FS dan 0.035FS.

OUTPUT : Sinyal yang dihasilkan oleh load cell dimana output

berbanding lurus dengan eksitasi dan beban yang diterapkan. Sinyal outputload cell dalam satuan mV/V atau V/A

OUTPUT BRIDGE RESISTANCE : Hambatan keluaran dari Cell. Output

Bridge Resistance adalah 350O, 480O, 700O, 750O dan 1000O.

OUTPUT RATE : Tngkat perbandingan antara output tanpa beban dengan


(40)

REAPITIBILITY : Selisih bacaan output maksimum Load cell untuk beban

yang sama dan waktu yang identik.

RESOLUTION : Perubahan terkecil di input mekanis yang menghasilkan

perubahan yang terdeteksi dalam sinyal output

SAFE OVERLOAD RATING : Beban maksimum (%) kapasitas beban,

yang dapat diterapkan tanpa menghasilkan pergeseran permanen dalam karakteristik kinerja luar yang spesifik.

2.7. Arduino uno

Arduino unoadalah papan sirkuit berbasis Microcontroller

ATmega328 yang fleksibel dan open-source, perangkat keras dan lunaknya mudah digunakan. IC (integrated circuit) ini memiliki 14

input/output digital (6 output untuk PWM), 6 analog input, resonator

kristal keramik 16 MHz, Koneksi USB, soket adaptor, pin header ICSP,

dan tombol reset.


(41)

Uno berbeda dari semua board microcontroller diawal-awal

yang tidak menggunakan chip khusus driver FTDI USB-to-serial. Sebagai penggantinya penerapan USB-to-serial adalah ATmega16U2 versi R2 (versi sebelumnya ATmega8U2). Versi Arduino uno Rev.2 dilengkapi resistor ke 8U2 ke garis ground yang lebih mudah diberikan ke mode DFU.

2.7.1. Keunggulan board arduino uno revision 3

1. 1.0 pinout: ditambahkan pin SDA dan SCL di dekat pin AREF dan dua pin lainnya diletakkan dekat tombol RESET, fungsi IOREF melindungi kelebihan tegangan pada papan rangkaian. Keunggulan perlindungan ini akan kompatibel juga dengan dua jenis board yang menggunakan jenis AVR yang beroperasi pada tegangan kerja 5V dan Arduino Due tegangan operasi 3.3V

2. Rangkaian RESET yang lebih mantap. 3. Penerapan ATmega 16U2 pengganti 8U2.

Bahasa "UNO" berasal dari bahasa Italia yang artinya SATU, ditandai dengan peluncuran pertama Arduino 1.0, Uno pada versi 1.0 sebagai referensi untuk Arduino yang selanjutnya, seri Uno versi terbaru dilengkapi USB. Untuk melihat versi sebelumnya silahkan melihat pada daftar index Arduino di situs resmi.


(42)

Tabel 2.1 Spesifikasi arduino uno

Microcontroller ATmega328

Operating

Voltage 5V

Input Voltage

(recommended) 7-12V

Input Voltage

(limits) 6-20V

Digital I/O Pins 14 (of which 6 provide PWM output) Analog Input Pins 6

DC Current per

I/O Pin 40 mA

DC Current for

3.3V Pin 50 mA

Flash Memory 32 KB (ATmega328) of which 0.5 KB used by bootloader

SRAM 2 KB (ATmega328)

EEPROM 1 KB (ATmega328)

Clock Speed 16 MHz

Length 68.6 mm

Width 53.4 mm

Weight 25 g

Note: Referensi desain Arduino dapat digunakan ATmega8, 168,

atau 328, model disini yang tertera menggunakan ATmega328

tetapi versi ATmega8 hanya sebagai referensi saja.

2.7.2. Power

Arduino uno dapat disupply langsung ke USB atau power supply tambahan yang pilihan power secara otomatis


(43)

berfungsi tanpa saklar.Kabel external (non-USB) seperti

menggunakan adaptor AC ke DC atau baterai dengan konektor plug ukuran 2,1mm polaritas positif di tengah ke jack power di board. Jika menggunak baterai dapat disematkan pada pin GND dan Vin di bagian Power konektor

Papan Arduinodapat disupplai tegangan kerja antara 6 sampai 20 volt, jika catu daya di bawah tengan standart 5V board akan tidak stabil, jika dipaksakan ke tegangan regulator 12 Volt mungkin board arduino cepat panas (overheat) dan merusak board.

Sangat direkomendasikan tegangannya 7-12 volt.

2.7.3. Penjelasan power PIN:

1. VIN - Input voltase board saat anda menggunakan sumber catu daya luar (adaptor USB 5 Volt atau adaptor yang lainnya 7-12 volt), Anda bisa menghubungkannya dengan pin VIN ini atau langsung ke jack power 5V. DC power jack (7-12V), Kabel konektor USB (5V) atau catu daya lainnya (7-12V). Menghubungkan secara langsung power supply luar (7-12V)

ke pin 5V atau pin 3.3V dapat merusak rangkaian Arduino ini.

2. 3V3 - Pin tegangan 3.3 volt catu daya umum langsung ke board. Maksimal arus yang diperbolehkan adalah 50 mA. 3. GND - Pin Ground.


(44)

4. IOREF - Pin ini penyedia referensi tengangan agar mikrokontrol beroperasi dengan baik. Memilih sumber daya yang tepat atau mengaktifkan penerjemah tegangan pada output untuk bekerja dengan 5V atau 3.3V.

2.7.4. Memory

ATmega328 memiliki memory 32 KB (dengan 0.5 KB

digunakan sebagai bootloader). Memori 2 KB SRAM dan 1 KB

EEPROM (yang dapat baca tulis dengan libari EEPROM).

2.7.5. InputdanOutput

Masing-masing dari 14 pin UNO dapat digunakan sebagai input atau output, menggunakan perintah fungsi pinMode(),

digitalWrite(), dan digitalRead() yang menggunakan tegangan

operasi 5 volt. Tiap pin dapat menerima arus maksimal hingga 40mA dan resistor internal pull-up antara 20-50kohm, beberapa pin memiliki fungsi kekhususan antara lain:

1. Serial: 0 (RX) dan 1 (TX). Sebagai penerima (RX) dan pemancar (TX) TTL serial data. Pin ini terkoneksi untuk pin korespondensi chip ATmega8U2 USB-toTTL Serial.

2. External Interrupts: 2 dan 3. Pin ini berfungsi sebagai konfigurasi Trigger saat interupsi value low, naik, dan tepi,


(45)

3. PWM: 3, 5, 6, 9, 10, dan 11. Melayani output 8-bit PWM dengan fungsi analogWrite().

4. SPI: 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin yang support komunikasi SPI menggunakan SPI library.

5. LED: 13. Terdapat LED indikator bawaan (built-in) dihubungkan ke digital pin 13, ketika nilai value HIGH led akan ON, saat value LOW led akan OFF.

6. Uno memiliki 6 analog input tertulis di label A0 hingga A5, masing-masingnya memberikan 10 bit resolusi (1024). Secara asal input analog tersebut terukuru dari 0 (ground)

sampai 5 volt, itupun memungkinkan perubahan teratas dari jarak yang digunakan oleh pin AREF dengan fungsi

analogReference().

Sebagai tambahan, beberapa pin ini juga memeliki kekhususan fungsi antara lain:

1. TWI: pin A4 atau pin SDA dan and A5 atau pin SCL. Support

TWI communication menggunakan Wire library. Inilah pin

sepasang lainnya di board UNO:

2. AREF : Tegangan referensi untuk input analog. digunakan

fungsi analog Reference().

3. Reset :. Meneka jalur LOW untuk mereset Microcontroler, terdapat tambahan tombol reset untuk melindungi salah satu


(46)

2.7.6. Communication

Arduino uno memiliki fasilitas nomer untuk komunikasi dengan komputer atau hardware Arduino lainya, atau dengan

Microcontroler. Pada ATmega328 menerjemahkan serial

komunikasi UART TTL (5V) pada pin 0 (RX) dan 1 (TX). Pada ATmega16U2 serial komunikasinya dengan USB dan port virtual pada software di komputer. Perangkat lunak (firmware)

16U2 menggunakan driver standart USB COM dan tidak membutuhkan driver luar lainnya. SoftwareArduino bawaan telah

menyertakan serial monitor yang sangat mudah membaca dan mengirim data dari dan ke Arduino. LED indikator TX dan RX akan kedip ketika data telah terkirim via koneksi USB-to-serial dengan USB pada komputer (tetapi tidak pada serial com di pin 0 dan pin 1).Software Serial library membolehkan banyak pin serial

communication pada uno. ATmega328 juga support I2C (TWI) dan

SPI communication. SoftwareArduino terbenam di dalamnya Wire

library untuk memudahkan penggunaan bus I2C.

2.7.7. Program

Arduino uno dapat di program dengan softwareArduinopilih "Arduino uno dari Tools > Board menu

(akan terlacak microcontroller pada board). Microcontroller ATmega328 pada Arduino uno dapat preburned dengan


(47)

bootloaderyang dapat anda upload kode baru tanpa menggunakan

programmer perangkat lainnya. Komunikasi menggunakan protokol original STK500. Anda dapat pula langsung bootloader

dan program pada microcontroller melalui ICSP (In-Circuit Serial

Programming) menggunakan Arduino ISP atau yang semisalnya.

Pada ATmega16U2 (atau 8U2 di rev1 dan rev2 board) dapat melihat firmware source code. Pada ATmega16U2/8U2

load-nya dengan DFU bootloader, yang dapat diaktifkan di antaranya:

1. On Rev1 boards: menyambung jumper solder di balik board dan kemudian mereset 8U2.

2. On Rev2 or later boards: Resistor suntikan pada 8U2/16U2 HWB ke jalur ground, hal ini dapat membuat mudah masuk ke mode DFU.

2.7.8. Automatic (software) reset

Agak dibutuhkan tekan tombol reset sebelum upload, sebab Arduino uno dirancang reset dulu oleh software ketika

terhubung dengan komputer. Satu komponen jalur kontrol aliran (DTR) dari ATmega8U2/ 16U2 yang terhubung di reset seperti halnya ATmega328 dengan 100 nanofarad kapasitor. Software

upload kode ini dapat mengupload secara mudah tanpa kehilangan waktu lama saat di tekan start uploadnya.


(48)

2.7.9. USBovercurrentprotection

Arduino uno memiliki fungsi resettable polyfuse untuk

memproteksi dari port USB komputer akibat hubung singkat atau kelebihan arus. Jika arus yang melebihi 500mA dari port USB maka fuse secara otomatis putus koneksi hingga short atau overload dilepaskan dari board ini.

2.8. LCD (Liquid Crystal Desplay)

Layar LCD merupakan media untuk menampilan data yang

sangat efektif dan efisien dalam penggunaannya. Di alat ukur tinggi dan berat badan ini LCDdigunakan untuk menampilkan hasil akhir dari

penghitungan tinggi, derat dan indek massa tubuh.LCD yang digunakan

yaitu LCDcaracter 2x16. Berikut merupakan gambar dari LCD 2 x 16.

Gambar 2.8.LCD

Beberapa pin yang penting pada LCD Character adalah sebagai

berikut :

RS : Register Select

RS = 0; untuk menulis ke register instruksi


(49)

R/W: Read/ write

R/S = 0; proses write ( penulisan data/ instruksi )

R/S = 1; proses read ( pembacaan )

EN: Enable data difungsikan untuk penguncian data ( lacht ), pada saat ada transisi high to lowmaka data atau instruksi pada data bus akan

terkunci.

D0-D7: Data bus 8 bit difungsikan untuk pengiriman data atau instruksi. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah tabel konfigurasi PIN LCD 2x16

caracter

Tabel 2.2. Konfigurasi LCD

Pin Number Simbol

1 Vss

2 Vcc

3 Vee

4 RS

5 R/W

6 E

7 DB0

8 DB1

9 DB2

10 DB3

11 DB4

12 DB5

13 DB6

14 DB7

15 Vcc


(50)

Untuk lebih jelasnya dalam memahaminya, di bawah ini adalah keterangan pin LCD 2 x 16 Caracter:

Tabel 2.3. Fungsi pin pada LCDCaracter

B e r i k u t i

ni adalah tabel keterangan fungsi set: Tabel 2.4.Function Set

RS R/W D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

0 0 0 0 1 DL N F X X

DL : Set data lengh. Bit ini digunakan untuk mengatur apakah interface jalur data antara microcontroler dengan LCDCaracter adalah 4 bit atau

8 bit

DL = 0; Data lengh4 bit

DL = 1;Data lengh 8 bit

Nama Signal Fungsi

DB0 – DB7 Untuk mengirimkan data caracter atau dan instruksi E Enable- Signal start untuk mulai pengiriman data atau

instruksi

R/W

Signal yang digunakan untuk memilih mode baca atau tulis „0‟ : write

„1‟ : tulis

RS

Register Select

“0”: Instruction register (Write) “1”: Data register (Write, Read)

Vee Tegangan Pengaturan kontras pada LCD

Vcc Tegangan Vcc


(51)

N : Set jumlah baris. Bit ini dugunakan untuk setting jumlah baris yang akan digunakan pada LCDcaracter, satu baris atau dua baris.

N = 0; Satu baris display

N = 1; Dua baris display

F : Set character font. Bit ini dugunakan untuk membangun ukuran besar atau kecilnya dari fontcaracter yang akan didisplaykan ke LCD

Caracter.

F = 0; Ukuran fontcaracter 5 x 7 dot

F = 1; Ukuran fontcaracter 5 x 10 dot

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 2.5. Tabel 2.5. Entry Mode Set

I/D : Set increment atau decrement I/D = 0; Decrement RAM

I/D = 1; Increment RAM

S = Menggeser display ke kanan atau ke kiri S = 0; display tidak bergeser

S = 1; display bergeser kekanan atau kekiri bergantung I/D

Dalam memahami display on-off / kursor lihatlah tabel di bawah ini:

Tabel 2.6.Display ON-OFF/ Kursor

RS R/W D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

0 0 0 0 0 0 1 D C B

RS R/W D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0


(52)

D : Set displayON/ OFF. Bit ini untuk mengatur apakah displayLCD di hidukan atau dipadamkan.

D = 0: Display OFF

D = 1; Display ON

C : Set displaycursor ON/ OFF. Bit ini untuk menampilkan atau tidak, kursor pada LCDcaracter. untuk menandai caracter yang tercetak pada

layar seperti halnya pada monitor komputer.

C = 0; Cursor OFF

C = 1; Cursor ON

B :Set cursor berkedik ( BLINK ). Bit ini dapat digunakan untuk mengatur cursor pada LCDcaracter apakah berkedip atau tidak.

B = 0; Cursor tidak berkedip

B = 1; Cursor berkedip

Untuk mengetahui lebih jelas masalah display clear perhatikan tabel

dibawah ini:

Tabel 2.7.Display Clear

RS R/W D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Instruksi ini difungsikan untuk membersihkan layar LCD karakter.

Perhatikan juga tabel dibawah ini: Tabel 2.8.Sift Right atau Left

RS R/W D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

0 0 0 0 0 1 S/C R/L X X


(53)

S/C = 0; menggeser cursor

S/C = 1; menggeser display

R/L : Untuk menggeser ke kiri atau kekanan R/L = 0; menggeser ke kiri (Left)

R/L = 1; menggeser ke kanan (Right)

Untuk memahami lebih jelas dalam pemilihan lokasi RAM LCDcaracter maka terlebih dahulu perhatikan tabel di bawah ini:

Tabel 2.9. Pemilihan Lokasi RAM LCDCharacter

Y

= Pemilihan lokasi RAM baris 1 atau 2

Y= 0:pemilihan lokasi RAM LCD pada baris 1

Y= 1: pemilihan lokasi RAM LCD pada baris 2

XXXX = pemilihan alamat dari address 0000 s/d 1111 atau 0 s/d 15

desimal, karena jumlah caracter yang dapat dimunculkan pada layar

LCDcaracter adalah 16 Caracter.

RS R/W D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Keseluruhan Alat dan Bahan 1. Sensor berat (Load cell)

2. Sensor jarak (HC-SR04)

3. Arduino 4. LCD16x2

5. Capasitor 6. Resistor

3.2. Perakitan Rangkaian 3.8.1. Alat

1. Papan PCB 2. Solder 3. Timah

4. Penyedot Timah 5. Larutan Fericloride

3.8.2. Bahan

1. Travo CT 2 A 2. T-Blok

3. Dioda bridge 2A 4. Capasitor 2200 µf


(55)

5. Capasitor non polar 104 6. Resistor

7. LED

8. Transistor TIP 9. IC regulator 7805

3.3. Variable Penelitian 3.3.1. Variabel bebas

Sebagai variable bebas adalah tinggi dan berat badan seseorang.

3.3.2. Variabel tergantung

Sebagai variabel tergantung pada modul ini adalah indeks massa tubuh.

3.4. Definisi Operasional

Dalam kegiatan operasionalnya, variabel-variabel yang digunakan dalam perencanaan modul ini, baik variabel bebas, variabel tergantung dan juga variabel terkendali memiliki fungsinya masing-masing, antara lain :

1. Indeks massa tubuh digunakan sebagai objek untuk dilakukan pengukuran.

2. Microcontrller yang digunakan sebagai kontrol adalah Arduino


(56)

3. Sensor ultrasonic dan sensor berat digunakan sebagaialat ukur

dalam proses pengukuran.

3.5. Diagram Blok Modul

Gambar 3.1 Blok Diagram Cara kerja blok diagram

Sumber listrik masuk yang nantinya akan mensuplay tegangan ke seuruh rangkaian. Setelah itu akan menghidupkan arduino yang akan mengaktifkan sensor load cell dan ultrasonic. Sensor berat akan membaca

berapa beban yang diukur, output dari load cell sangat kecil sehingga

output dimasukkan ke penguat sinyal lalu diteruskan ke microcontroller.

Data output yang masih berupa tegangan analog akan di ubah menjadi

digital menggunakan ADC.

Sensor ultrasonic yang berada di atas akan mengukur dengan

memantulkan sinyal. Lalu hasilnya akan di keluarkan melalui LCD. Sensor Berat

Load cell

Microcontroller

Driver

Sensor Jarak Utrasonic

Program

Desplay LCD 16x2


(57)

3.6. Diagram Alir Modul

Yes

No

Yes

No Yes

Yes

Gambar 3.2. Flowchart Modul Pengukuran Tinggi

Pengukuran Berat

if ( IMT< 18.5 lcd.print(" Low Weight ");

if ( IMT >= 18.5

&& IMT<25 ) lcd.print(" Normal ");

if ( IMT >= 25 ) lcd.print(" Over Weight ");

Restart Start

End Inisialisasi LCD


(58)

Penjelasan diagram alir 1. Mulai

Untuk memulai program 2. Inisialisasi LCD

Sebelum mengerjakan program, microcontroler melakukan persiapan

ke LCD

3. Sensor Ultrasonic On

Sensor ultrasonic akan mengukur tinggi objek yang akan di ukur.

4. Sensor Load cell On

Sensor load cell akan mengukur berat objek yang di ukur.

5. Pengukuran

Microcontroler akan melakukan perhitungan untuk mengidentifikasi

berat ideal objek. 6. Selesai


(59)

3.7. Diagram Mekanis

Sensor Jarak

Microcontroller

Loadcell


(60)

3.8. Langkah Perkitan

3.8.1. Langkah perakitan power supply

1. Membuat rangkaian skematik power supply 5 volt di aplikasi

proteus. Gambar di bawah ini adalah rangkaian skematik power supply 5 volt.

Gambar 3.4.scematic power supply

2. Setelah rangkaian skematik jadi, tahap selanjutnya adalah membuat lay out dan di sablon ke papan pcb. Untuk gambar lay out power supply 5 volt papan pcb dapat di lihat pada

gambar 3.5 di bawah ini.


(61)

3. Rakit komponen yang di butuhkan dengan menggunakan solder dan timah.

3.8.2. Hasil perakitan power supply

Rangkaian power supply berfungsi sebagai supplay

tegangan ke semua rangkaian yang menggunakan tegangan DC. Yang besarnya 5 volt. Prinsip kerja power supply adalah merubah

tegangan AC menjadi tegangan DC dengan menggunakan transformator sebagai penurun tegangan dan dioda sebagai komponen yang berfungsi sebagai penyearah tegangan. Modul power supply yang penulis buat akan mengubah tegangan AC

menjadi DC sebesar 5VDC dengan menggunakan IC regulator 7805.

3.8.3. Langkah perakitan keseluruhan komponen

1. Membuat rangkaian skematik arduino uno, LCD dan sensor

yang di gunakan di aplokasi proteus. Gambar 3.6 di bawah ini adalah rangkaian skematik keseluruhan rangkaian.


(62)

Gambar 3.6. Scematic rangkaian minimum sistem

3.8.4. Rangkaian keseluruhan

Hasil perakitan seluruh komponen dapat dilihat pada gambar 3.7.


(63)

3.9. Pembuatan Program Modul

Untuk pembuatan program pada modul ini menggunakan aplikasi arduino. Program dapat di lihat secara umum seperti dibawah ini.

#include <Hx711.h>

#include <LiquidCrystal.h> #define echoPin 6

#define initPin 7 #include "Hx711.h"

Hx711 scale(A2, A3);

unsigned long pulseTime = 0; float B, C, A, BB ;

LiquidCrystal lcd (12, 11, 5, 4, 3, 2);

void setup () {

lcd.begin(16, 2);

pinMode(initPin, OUTPUT); pinMode(echoPin, INPUT);

int i ;

lcd.setCursor (0,0);

lcd.print (" Tugas Akhir ");

for(i = 1 ; i < 16 ; i++){ lcd.scrollDisplayLeft(); delay (200);

}

lcd.setCursor (0, 0);

lcd.print (" Muhammad Zaki U "); lcd.setCursor (0, 1);

lcd.print (" 20133010025 "); for(i = 1 ; i < 43 ; i++){ lcd.scrollDisplayLeft(); delay (200); } } void loop(){ lcd.clear();

int BrtTimbangan = 3;

BB=scale.getGram (); BB=(BB/10)-BrtTimbangan;


(64)

digitalWrite (initPin, HIGH); delayMicroseconds (10);

digitalWrite (initPin, LOW);

pulseTime = pulseIn (echoPin, HIGH);

A = 200-pulseTime / 58; B = A/100;

B = B * B; C = BB/B;

lcd.setCursor (0,0); lcd.print("IMT = "); lcd.print(C,1);

if ( C < 18.5 ) {

lcd.setCursor(0,1);

lcd.print(" Low Weight "); }

if ( C >= 18.5 && C<25 ) {

lcd.setCursor (0,1); lcd.print (" Normal "); }

if ( C >= 25 ) {

lcd.setCursor (0,1);

lcd.print (" Over Weight "); }

delay(2000); lcd.clear();

lcd.setCursor(0,0);

lcd.print ("Tinggi = "); lcd.print (A, 0);

lcd.print (" Cm "); lcd.setCursor (0,1); lcd.print ("Berat = "); lcd.print(BB,1); lcd.print (" Kg ");

delay(2000); }


(65)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Spesifikasi Alat

Alat pengukur tinggi dan berat badan adalah alat yang digunakan untuk mengetahui indeks massa tubuh. Adapun spesefikasi modul yang penulis buat adalah sebagai berikut :

Nama Alat : Alat Pengukur Tinggi dan Berat Badan Tegangan : 220 V

Desplay : LCD 16 x 2

4.2. Gambar Alat

Untuk gambar alat dapat dilihat seperti pada gambar 4.1 dibawah ini:


(66)

4.3. Cara Kerja Alat

Ketika alat terhubung ke jala-jala PLN, kemudian switch

ON/OFF di tekan ke posisi On, maka tegangan akan masuk ke power

supply dan meneruskannya ke microcontroller, tegangan dari power

supply juga memberikan tegangan ke sensor.

Pada microcontroller, tegangan yang masuk akan di proses

untuk di keluarkan pada port yang telah ditentukan. Port pada microcontroller berfungsi sebagai pemberi sinyal pada sensor yang akan

mengukur objek dan menampilkannya pada LCD.LCD menampilkan

ukutan tinggi tubuh, berat tubuh dan indeks massa tubuh objek yang diukur.

4.4. Langkah Penggunaan Alat

1. Sambungkan alat ke jala-jala PLN. 2. Ubah posisi saklah menjadi On.

3. Objek yang akan di ukur harus berada diantara sensor berat dan sensor jarak.

4. Alat akan menampilkan tinggi badan dan berat badan objek. 5. Alat akan menampilkan hasil dari indek massa tubuh dan hasilnya. 6. Tekan reset untuk melakukan pengukurn ulang.


(67)

4.5. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini menggunakan metode eksperimentalyaitu alat Pengukur Berat dan Tinggi Badan ini adalah IMT (Indeks Massa Tubuh).

4.6. Pengujian Modul

Proses pengujian modul pengukur tinggi dan berat badan dilakukan dengan melibatkan tiga orang sebagai objek yang akan di ukur tinggi dan berat badannya. Ketiga objek melakukan proses pengukuran dengan menggunakan cara dan teknik yang sama agar tidak ada pengaruh dalam pengambilan data. Terlebih dahulu masing-masing objek mengukur tinggi dan berat badannya pada alat pengukur tinggi badan konvensional dan berat badan konvensional. Selanjutnya objek mengukur tinggi dan berat badannya menggunakan modul guna pengambilan data hingga dapat di ketahui apakah modul layak pakai atau tidak.

Spesefikasi alat yang digunakan sebagai pembanding tinggi badan adalah sebagai berikut :

Merk : GEA Satuan : Cm


(68)

Gambar 4.2. Alat pembanding tinggi badan

Spesefikasi alat yang digunakan sebagai pembanding tinggi badan adalah sebagai berikut :

Merk : CAMRY

Satuan : KG

Gambar 4.3. Alat pembanding berat badan

Proses percobaan alat dapat di lihat pada tabel-tabel seperti di bawah ini:


(69)

4.6.1. Pengukuran modul tinggi badan

Pada proses pengukuran tinggi badan, peneliti mengukur dengan dan memantau dengan membandingkan modul pengukur tinggi badan dengan alatukur tinggi badan konvensional. Berikut peneliti menguraikan dalam bentuk tabel.

Tabel 4.1. Pengukuran tinggi badan

No

Tinggi badan (Cm)

Hasil Pengukuran

1 154 153,4 153,4 153,5 153,7 153,4 153,5 2 157 156,7 156,6 156,6 156,7 156,7 156,7 3 168 167,5 167,7 167,8 167,6 167,5 167,5 4 170 169,4 169,4 169,5 169,7 169,5 169,5 5 164 163,7 163,8 163,4 163,5 163,4 163,4 6 161 160,4 160,5 160,5 160,5 160,4 160,5

4.6.2. Pengukuran modul berat badan

Pada proses pengukuran tinggi badan, peneliti mengukur dengan dan memantau dengan membandingkan modul pengukur tinggi badan dengan alatukur tinggi badan konvensional. Berikut peneliti menguraikan dalam bentuk tabel.


(70)

Tabel 4.2. Pengukuran berat badan

No

Berat badan (Cm)

Hasil Pengukuran

1 53 53,5 53,4 53,5 53,7 53,5 53,7 2 59 59,2 59,3 59,5 59,2 59,3 59,2 3 42 42,8 42,6 42,7 42,7 42,8 42,8 4 67 67,3 67,6 67,3 67,5 67,3 67,2 5 78 78,2 78,4 78,7 78,2 78,4 78,2 6 56 56,7 56,2 56,3 56,7 56,5 56,7

4.6.3. Pengukuran modul indeks massa tubuh

Pada pengukuran indeks massa tubuh, peneliti mendapatkan hasil seperti di bawah ini.

Tabel 4.3 Pengukuran indeks massa tubuh

No Hasil Pengukuran

1 22,3 22,3 22,3 22,3 22,3 22,3

2 23,9 23,9 23,9 23,9 23,9 23,9

3 23,7 23,9 23,9 23,9 23,9 23,9

4 17,7 17,7 17,7 17,7 17,7 17,7

5 26,9 26,9 26,9 26,9 26,9 26,9


(71)

4.6.4. Perbandingan modul

Proses pengukuran dan perbandingan dapat dilihat pada tabel 4.4 seperti dibawah ini.

Tabel 4.4. Perbandingan modul

No

Tinggi Badan (Cm) Berat badan (Kg) Konvensional Modul Error Konvensional Modul Error

1. 148 149 0,06 53 53,2 0,03

2. 164 165 0,06 59 59,2 0,03

3. 173 174 0,06 55,5 56,3 0,14

4. 167 167 0,0 55 54,5 0,09

5. 165 164 0,06 53 54,6 0,3

6. 154 156 0,12 42 42,8 0,1

7. 163 164 0,06 58 59,4 0,2

8. 164 163 0,06 65 65,5 0,07

9. 158 159 0,06 47 47,3 0,04

10. 164 165 0,06 67 67,3 0,04

11. 171 171 0,0 78 79,2 0,15

12. 154 154 0,0 59 58,8 0,03

13. 157 158 0,06 70 69,5 0,07

14. 160 160 0,0 58 58,8 0,13

15. 157 158 0,06 56 57,7 0,3

16. 155 154 0,06 60 61,1 0,18

17. 159 160 0,06 72 72,7 0,09

18. 170 172 0,12 63 64 0,15

19. 169 170 0,06 65 65,5 0,07

20. 166 167 0,06 82 83 0,`15


(72)

4.7. Pengukuran Indeks Massa Tubuh 4.7.1. Hasil pengukuran IMT A

Proses pengukuran dan pengambilan data dapat di lihat pada tabel 4.3 seperti di bawah ini :

Umur : 21 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki

Tabel 4.5. Pengukuran dan pengambilan data A

Berat (kg) 75

Tinggi (cm) 170

IMT 25, 9

Keterangan Over Weight

Analisa Ahli Gizi Normal

4.7.2. Hasil pengukuran IMT B

Proses pengukuran dan pengambilan data dapat di lihat pada tabel 4.3 seperti di bawah ini :

Umur : 21 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki

Tabel 4.6. Pengukuran dan pengambilan data B

Berat (kg) 70

Tinggi (cm) 165

IMT 25, 8

Keterangan Over Weight


(73)

4.7.3. Hasil pengukuran IMT C

Proses pengukuran dan pengambilan data dapat di lihat pada tabel 4.4 seperti di bawah ini :

Umur :34 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki

Tabel 4.7. Pengukuran dan pengabilan data C

Berat (kg) 65

Tinggi (cm) 159

IMT 25, 7

Keterangan Over Weight

Analisa Ahli Gizi Over Weight

4.8. Pembahasan Kinerja Sistem

Cara kerja modul TA Alat Ukur Tinggi dan Berat Badan ini, yaitu ketika power ON/OFF dalam posisi On maka seluruh rangkaian akan mendapatkan tegangan dari powes supply sebesar +5V DC. Tegangan +5

V tersebut juga akan di berikan kepada sensor ultrasonic sebagi sensor

jarak dan load cell sebagai sensor berat. Sensor ultrasonic akan

memancarkan sinyal melalui transmiter dan akan di pantulkan apabila mengenai bidang dan sinyal tersebut akan di tangkap oleh reciever. Sensor berat dalam hal ini load cell akan bekerja apabila ada beban yang terukur.

Output dari load cell sangatlah kecil sehingga harus dikuatkan agar dapat


(74)

Apabila kedua Sensor tersebut sudah memberikan outputnya

masing-masing, microcontroller akan meggunakan persamaan yang sudah

di masukkan dalam program untuk memberikan keterangan hasil akhir yaitu berupa indeks massa tubuhdan juga keterangan apakah tubuh dalam keadaan ideal atau tidak. Indeks massa tubuh di tampilkan melalui LCD

16x2.

4.9. Kelebihan dan Kekurangan Modul TA 4.9.1. Kelebihan modul TA

1. Sensor jarak dan sensor berat mampu mendetaksi hasil akhir yang tidak jauh berbeda dengan pembanding.

2. Alat tanpa perlu di setting, user lebih mudah dalam

menggunakanya

4.9.2. Kekurangan modul TA

1. Alat masih memiliki batasan-batasan tertentu sehingga tidak semua pengguna dapat mengetahui indeks massa tubuhnya. 2. Alat tidak bisa menentukan jenis kelamin,umur dan kadar

lemak tubuh untuk pengguna yang ingin mengetahui bentuk tubuh idealnya.


(75)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan proses pembuatan, percobaan, pengujian alat dan pendataan, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Dengan membandingkan antara perhitungan berat badan konvensiaonal dan tinggi badan konvensional di dapat nilai error adalah 0,110 untuk perhitungan berat badan dan0,054 untuk perhitungan tinggi badan. Jika rata-rata kesalahan pada setiap pengambilan data pengukuran nilai presentasinya < 5%, maka modul ini dapat dikatakan layak pakai, dengan menunjukkan tingkat kepercayaan pada penelitian tersebut lebih dari 99% dan tingkat probabilitasnya (peluang kesalahan) kurang dari 1%.

2. Setelah melakukan crosschek dengan ahli gizi dengan membandingkan antara Indeks Massa Tubuh standar Kememkes dapat diketahui bahwa ada semple yang masih dalam kondisi normal.

5.2. Saran

Setelah melakukan proses pembuatan, percobaan, pengujian alat dan pendataan, penulis dapat memberikan saran sebagai pengembangan penelitian selanjutnya sebagai berikut :


(76)

2

1. Alat masih dapat di kembangkan untuk lebih menunjang sistem kerja dengan menambahkan menu seperti pemilihan jenis kelamin, umur dan hasil yang dapat menunjukkan kadar lemak. 2. Perancangan desain keseluruhan dapat di perbaiki sehingga


(77)

DAFTAR PUSTAKA

Afif Muhammad. Pengembangan Alat Ukur Tinggi Badan dan Berat Badan Digital yang Terintegrasi., 2015 (Yogyakarta)

Dinata, Yuwono Marta., 2015. Arduino Itu Mudah (Jakarta : Elex Media Komputindo).

Frank D. Petruzella. 2001. Elektronik Industri. Yogyakarta : Andi

H. Andrianto and A. Darmawan.,2016 Arduino Belajar Cepat dan Pemograman (Bandung : INFORMATIKA)

Kesehatan Masyarakat dan Departemen Gizi.,2007 Gizi dan Kesehatan Masyarakat (Jakarta : RajaGrafindo Pustaka)

Kusnawa, Wowo Sunaryo., 2015. Antropometri Terapan (Bandung : Remaja Rosdakarya)

T. Doctor and M. v. Aalst.,2015. Buku Pintar Hidup Sehat (Jakarta : Serambi Ilmu Semesta)

NN. Arduino uno r3.[online]. Tersedia : [diakses : 29 Mei 2016] https://www.arduino.cc/

NN. Kegemukan.[online].Tersedia : [diakses 30 Mei 2016]. https://id.wikipedia.org/wiki/Kegemukan

Munandar. Asri, Liquid Crystal Desplay. [diakses : 20 Mei 2016]

http://www.leselektronika.com/2012/06/liguid-crystal-display-lcd-16-x-2.html

NN. Pengertian Load Cell. [online].Tersedia : [diakses : 29 Mei 2016] http://www.kitomaindonesia.com/article/23/load-cell-dan-timbangan NN. Pengertian Sensor Ultrasonic.[online]. Tersedia : [diakses : 29 Mei 2016]

http://www.elangsakti.com/2015/05/sensor-ultrasonik.html NN. Tinggi Badan Manusia.[online].Tersedia : [diakses : 30 Mei 2016].

https://id.wikipedia.org/wiki/Tinggi_badan_manusia

Rida, Angga. 2015. Pengertian LCD. http://skemaku.com/pengertian-lcd-kelebihan-dan-kekurangan-lcd/

Wikipedia. Timbangan Badan Digital [online].Tersedia : [diakses 24 Agustus 2016] https://id.wikipedia.org/wiki/Timbangan


(78)

Wikipedia. Pengertian Bulemia.[online]. Tersedia : [diakses 12 Agustus 2016] https://id.wikipedia.org/wiki/Bulimia_nervosa

Wikipedia. Kurus. [online]. Tersedia : [diakses 30 Mei 2016] https://id.wikipedia.org/wiki/Kurus

Wikipedia. BMI [online].Tersedia : [diakses 11 Agustus 2016] https://en.wikipedia.org/wiki/Body_mass_index


(79)

A. Gambar Perakitan Modul


(80)

B. Gambar Modul


(81)

C. Gambar Pengambilan sample


(82)

(83)

Kapasite 60 - 100 - 150 - 200 - 250 - 300 - 350 - 500 (kg)

Çıkış Voltajı 2.0 mV/V±5%

Tekrarlanabilirlik 0.02% R.O.

Creep(30min)/DR 0.02% R.O.

Sıfır Seviyesi ±0.0200 mV/V

Giriş Direnci 390±15 Ω410±15 Ω

Çıkış Direnci 350±5 Ω

Yalıtkanlık ≥5000MΩ/(50VDC)

Güvenlik seviyesi 150% R.O.

Çalışma Sıcaklık Aralığı -20~60

Yapısı Alüminyum

Koruma Sınıfı IP66 / IP67

Kablo φ5×1.5 m

Bağlantı Red EXC+SIG+,Black,WhiteEXC-SIG-),Green

Rated Capacities 60,100,150,200,250,300,350,500 kg

Rated Output 2.0 mV/V±5%

Non-linearity 0.02% R.O.

Hysteresis 0.02% R.O.

Repeatability 0.02% R.O.


(84)

Temperature Effect On Output 0.002%R.O./℃

Temperature Effect On Zero 0.003%R.O./℃

Zero Balance ±0.0200 mV/V

Input Impedance 39 ± 5 Ω;410± 5 Ω

Output Impedance 35 ±5 Ω

Insulation Impedance ≥5 MΩ/ 5 VDC

Safe Overload 150% R.O.

Ultimate Overload 200% R.O.

Operating Temperature Range -20~60 ℃

Recommended Excitation 5~12 VDC

Maximum Excitation 15 VDC

Construction Aluminum Alloy;Steel Alloy

Protection Class IP66 / IP67

Cable φ5× .5 m

Platform Size 350×450 mm


(1)

A.

Gambar Perakitan Modul


(2)

B.

Gambar Modul


(3)

C.

Gambar Pengambilan sample


(4)

(5)

Kapasite

60 - 100 - 150 - 200 - 250 - 300 - 350 - 500

(kg)

Çıkış Voltajı

2.0 mV/V±5%

Tekrarlanabilirlik

0.02% R.O.

Creep(30min)/DR

0.02% R.O.

Sıfır Seviyesi

±0.0200 mV/V

Giriş Direnci

390±15 Ω

410±15 Ω

Çıkış Direnci

350±5 Ω

Yalıtkanlık

≥5000MΩ/(50VDC)

Güvenlik seviyesi

150% R.O.

Çalışma Sıcaklık Aralığı

-20~60

Yapısı

Alüminyum

Koruma Sınıfı

IP66 / IP67

Kablo

φ5×1.5 m

Bağlantı

Red

EXC+

SIG+

,Black

,White

EXC-

SIG-)

,Green

Rated Capacities 60,100,150,200,250,300,350,500 kg

Rated Output 2.0 mV/V±5%

Non-linearity 0.02% R.O.

Hysteresis 0.02% R.O.

Repeatability 0.02% R.O.


(6)

Temperature Effect On Output 0.002%R.O./℃

Temperature Effect On Zero 0.003%R.O./℃

Zero Balance ±0.0200 mV/V

Input Impedance 39 ± 5 Ω;410± 5 Ω

Output Impedance 35 ±5 Ω

Insulation Impedance ≥5 MΩ/ 5 VDC

Safe Overload 150% R.O.

Ultimate Overload 200% R.O.

Operating Temperature Range -20~60 ℃

Recommended Excitation 5~12 VDC

Maximum Excitation 15 VDC

Construction Aluminum Alloy;Steel Alloy

Protection Class IP66 / IP67

Cable φ5× .5 m

Platform Size 350×450 mm