PERKEMBANGAN DAN PERAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH DI BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 1966-1984

(1)

PERKEMBANGAN DAN PERAN PANTI ASUHAN KELUARGA

YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA

DI BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 1966-1984

Yuni Ariyani

Guru TKIT An-Najah Klaten, email: kbtkit_annajah@yahoo.com

ABSTRAK

This research is the study of the historical development of PAKYM

in Surakarta, from tracing the author comes to the conclusion that, thought of K. H. Ahmad Dahlan in founding the organization Muhammadiyah be based on the socio-religious factors. This idea was realized with the establishment of Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) as a step in the formation of Muhammadiyah organization, then in 1930 PKO added its charity by establishing PAKYM initiated by K. H. Idris Muhammad Abdussalam.

PAKYM has a significant role in the education of children in fostering education program that includes three informal education, formal and non-formal. The third educational program is considered to increase awareness of fostering children about importance of education. Reason of PAKYM uses education because education increases the child s independence that will be useful until the end of life, the education of the children can also later be responsible for themself and others.


(2)

PENDAHULUAN

Salah satu gerakan pembaharu-an Islam ypembaharu-ang cukup luas pengaruh-nya didalam masyarakat, sejak za-man penjajahan Belanda sampai sekarang adalah Muhammadiyah. Organisasi ini didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 Nopember 1912 yang me-rupakan perkumpulan modernis Is-lam.1

Muhammadiyah adalah organi-sasi Islam yang merupakan wujud konkret dari hasil renungan Jama-luddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh, yang artinya Afghani dan Abduh adalah penggagas ide-ide besar yang membutuhkan kerja in-telektual yang serius. Satu di antara ide besar itu adalah membebaskan umat Islam dari sikap mengikuti se-raya membawa kepada Qur an dan sunnah.2

Muhammadiyah pada awalnya merupakan bentuk gerakan keaga-maan yang diilhami oleh kegelisahan intelektual. Perbedaan pemikiran

keagamaan yang didasarkan atas penafsiran amaliyah melalui pende-katan keilmuan yang mulanya me-rupakan titik tolak lahirnya panda-ngantajdid (pembaharuan), sekali-gus mendorong perkembangan yang menempatkan agama sebagai sum-ber perubahan di tengah masyara-kat.3

Banyak faktor yang melatar-belakangi pendirian Muhamma-diyah. Salah satunya adalah Mu-hammadiyah merupakan organisasi yang mementingkan kehidupan masyarakat, antara lain dengan me-mbangun rumah sakit, mendirikan panti asuhan, menyantuni fakir miskin, mendirikan sekolah dari taman kanak-kanak sampai per-guruan tinggi. Bidang pendidikan dianggap perlu dan penting dilak-sanakan guna menunjang sumber daya manusia yang mampu men-jawab tantangan masa depan.

Bidang pendidikan dianggap penting sebagai usaha untuk men-cerdaskan kehidupan bangsa, di bi-1 Deliar Noer,Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES), 1980, hal. 84. 2Suara Muhammadiyah, No. 7 Tahun ke 79, 1-15 April 1994. Hal. 41.

3Emha Ainun Nadjib dkk,Pak AR Profil Kyai Merakyat, (Yogyakarta: Dinamika), 1995, hal. 49.


(3)

dang kewanitaan, kepemudaan, ke-mahasiswaan, di dunia pelajar, dan di dunia kesehatan. Santunan sosial dan kesejahteraan serta penyiaran Islam merupakan dakwah yang ha-rus teha-rus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jama-n.4 Jika hal tersebut kita renungkan, maka akan tampak sekali sungguh besar jasa Muhammadiyah dalam gerakan mencerdaskan bangsa.

Muhammadiyah sebagai orga-nisasi terbesar dan tertua selain Sa-rekat Islam, yang tetap memperta-hankan eksistensinya sejak jaman penjajahan Belanda, Jepang sampai pada masa kemerdekaan. Muham-madiyah dalam perkembangannya mampu mendirikan amal-amal usa-ha, antara lain bergerak dalam bi-dang pendidikan dan pengajaran, kesejahteraan dan kesehatan masya-rakat, dan pembinaan kehidupan beragama Islam. Pada jaman pen-jajahan Belanda, Muhammadiyah sangat aktif dalam menjalankan gerakan pembaharuan (tajdid) di tengah-tengah masyarakat. Muham-madiyah mengadopsi teknik barat dalam bidang pendidikan, dan men-jadikannya sebagai media untuk me-lawan pemerintah secara kultural. Sikap menentang pemerintah kolo-nial yang diwujudkan melalui cara-cara yang baik, hal itu menyebabkan

gagasan penentangan Muhamma-diyah tidak beralasan untuk di-tindak oleh Belanda, sampai akhir-nya menang.5

Pada jaman Jepang, para tokoh Muhammadiyah tetap dapat me-lestarikan kepribadian Muhamma-diyah, kepribadian Muhammdiyah adalah ciri-ciri dan sifat-sifat khas Muhammadiyah yang merupakan perwujudan jiwa dan semangat Mu-hammadiyah yang memberi warna setiap gerak langkah perjuangan dan harus dimiliki dan dipelihara oleh setiap warga Muhammadiyah.6 Pada jaman kemerdekaan, Mu-hammadiyah turut mempunyai pe-san besar dalam pembangunan di bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi dan sosial. Banyak amal usaha yang dimiliki oleh Persya-rikatan Muhammadiyah antara lain Universitas Muhammadiyah, seko-lah-sekolah Muhammdiyah dan Ru-mah Sakit Muhammadiyah. Namun hal ini barulah pada awal perjuang-an Muhammadiyah untuk melperjuang-an- melan-jutkan cita-cita pendiri Muhamma-diyah (K. H. Ahmad Dahlan) yang masih panjang.

Arti Muhammdiyah dapat di-tinjau dari dua segi bahasa dan istil-ah,7 bila ditinjau dari segi bahasa mempunyai arti umat Muham-4PP Muhammadiyah Majlis Tabligh, 1988. Hal. 111-112.

5MT. Arifin,Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka Jaya), 1987, hal. 242-243.

6Zakiyuddin Baidhawy, Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, Ideologi dan

Organisasi,(Surakarta: LSI UMS), 2001, hal. 64.

7Mustafa Kamal Pasha,Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, (Yogyakarta: Persatuan), 1988, hal. 27.


(4)

mad atau pengikut Muhammad yaitu semua orang yang beragama Islam dan meyakini bahwa Muham-mad adalah hamba dan pengasuh Allah yang terakhir. Dari segi istilah, Muhammadiyah adalah merupakan gerakan yang diharapkan dapat mencontoh segala jejak perjuangan dan pengabdian nabi Muhammad SAW. Selain itu di maksudkan agar semua anggota Persyarikatan Mu-hammadiyah benar-benar menjadi seorang muslim yang penuh peng-abdian dan tanggung jawab ter-hadap agamanya serta merasa bangga dengan keIslamannya. Mu-hammadiyah mempunyai banyak organisasi yang mementingkan ke-hidupan masyarakat, wujudnya antara lain adalah Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta. PAKYM Sura-karta berdiri pada zaman Hindia Belanda tepatnya pada tahun 1930 di kota Solo (Surakarta) yang dipra-karsai oleh Almarhum Bapak K. H. Muhammad Edris Abdus Salam yang dibantu oleh Almarhum Ba-pak H. Anwar Shidiq dan kawan-kawan. Keberadaan panti asuhan ini berdasarkan akte pendirian Per-syarikatan Muhammadiyah sebagai badan hukum dengan No. 81.

Pertama kali letak panti asuhan ini di kampung Kandangsapi, Keca-matan Jebres, Solo. Dalam kegiatan-nya panti asuhan ini adalah men-didik dan mengasuh anak-anak ya-tim piatu terlantar dari berbagai

daerah. Pada tanggal 7 Nopember 1953 terjadilah musibah di daerah tersebut dengan adanya angin tau-fan yang membuat bangunan panti asuhan tersebut roboh, sehingga pa-da tahun 1954-1955 panti asuhan tersebut terpaksa ditempatkan pada bangunan darurat yang dibangun di sebelah rumah panti asuhan yang roboh karena musibah angin taufan. Pada bulan Maret 1956 panti asuhan menempati gedung baru yang terletak di jalan Brigjen Slamet Riyadi No. 441 Solo yang termasuk wilayah Pajang, kecamatan Lawe-yan, Surakarta hingga sekarang. Ge-dung baru ini dibangun pada tahun 1954 atas bantuan dari Yayasan Dana Bantuan (YDB). Nama lemba-ga panti ini semula bernama Rumah Miskin Muhammadiyah Surakarta, kemudian tahun 1956 diganti nama menjadi Panti Asuhan Yatim Mu-hammadiyah (PAYM) Surakarta ya-itu disesuaikan dengan surat kepu-tusan Menteri Sosial Republik Indo-nesia tanggal 8 Nopember 1955 dan telah mendapat persetujuan dari Pimpinan Muhammadiyah Majlis PKU Surakarta yang termaktub dalam surat tanggal 5 Januari 1956 No. 041/56. Namun berdasarkan fatwa se-Indonesia di Purwokerto bulan September 1968, maka nama Panti Asuhan Yatim Muhammadi-yah (PAYM) sejak tanggal 1 Januari 1970 diubah menjadi Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM).8

8Tim Pembina Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta Bekerjasama Dengan UMS,Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta,( Surakarta), 1997, hal. 2-3.


(5)

Status Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta adalah merupakan salah satu amal usaha atau kegiatan sosial, Muhammadiyah Cabang Laweyan (PKS-PM) sejak tanggal 5 Oktober 1966 pengurusan serta tanggung ja-wab pemeliharaan panti asuhan ini diserahkan dari Pimpinan Muham-madiyah Kodia Surakarta kepada Pimpinan Muhammadiyah Cabang Laweyan Surakarta, berdasar surat serah terima tanggal 5 Oktober 1966, Muhammadiyah No. D. 156/ 6. Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Sura-karta didirikan semata-mata ingin melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasulullah SAW. Dengan memperhatikan kebutuhan anak di masa yang akan datang, maka pen-didikan yang berpijak pada ajaran Islam tetap mendapatkan prioritas, di pihak lain pendidikan merupakan modal yang harus mereka miliki baik untuk keperluan sekarang (dunia), dan nanti (akhirat) atau untuk ke-perluan keduanya (dunia akhirat).

Pada dasarnya ada dua macam pelayanan yang digunakan di PAKYM Surakarta ini yaitu yang pertama pelayanan dalam sistem foster care yaitu beberapa anak ya-tim dititipkan kepada keluarga yang mampu dan bersedia mengadopsi anak tersebut setelah mendapatkan persetujuan dari pengurus panti asuhan. Dengan pengadopsian ter-sebut maka seluruh biaya pemeli-haraan dan tanggung jawab terha-dap anak tersebut berada dalam

keluarga yang bersangkutan. Se-dangkan sistemfoster parents yaitu PAKYM memberikan santunan ke-pada anak yatim yang tidak mampu dengan cara mereka tetap tinggal bersama wali atau keluarga mere-ka.9

Panti adalah unsur pelaksana dinas sosial di bidang rehabilitasi dan pelayanan sosial terhadap anak-anak yatim piatu, dan anak-anak-anak-anak terlantar. Panti itu sendiri dipimpin oleh seorang pimpinan panti yang bertanggung jawab kepada dinas. Panti asuhan merupakan suatu lem-baga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggungjawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak terlantar serta melaksanak-anakan pelayanan pengganti, atau perwa-kilan anak dalam memenuhi butuhan fisik, mental, dan sosial ke-pada anak asuh sehingga memper-oleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang di harapakan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa, se-bagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.

Panti asuhan diartikan sebagai suatu lembaga untuk mengasuh anak-anak, menjaga dan memberi-kan bimbingan dari pimpinan ke-pada anak dengan tujuan agar me-reka menjadi manusia dewasa yang cakap dan berguna serta bertang-gung jawab atas dirinya, dan ter-9Wawancara dengan Wahjoedi, tanggal 20 Oktober 2009.


(6)

hadap masyarakat di kemudian hari. Panti asuhan dapat pula diartikan atau berfungsi sebagai pengganti keluarga, dan pimpinan panti asu-han sebagai pengganti orang tua, sehubungan dengan orang tua anak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam mendidik dan me-ngasuh anaknya.

Panti asuhan baik yang dise-lenggarakan oleh Negara maupun yayasan dimaksudkan sebagai tem-pat bernaung bagi anak-anak ter-lantar dalam pertumbuhan perkem-bangannya mengalami berbagai ma-cam gangguan sosial, baik yang ber-sifat intrinsik, yaitu berasal dari anak itu sendiri, seperti cacat mental atau fisik. Gangguan sosial yang bersifat ekstrinsik, yaitu karena pengaruh lingkungan di luar diri anak, seperti orang tua meninggal dunia, perpe-cahan dalam keluarga, kemiskinan dan lain-lain sehingga anak menjadi terlantar.

Salah satu kebutuhan penting manusia selain sandang, pangan, papan, kesehatan adalah kebutuhan akan pendidikan. Kebutuhan akan pendidikan ini sangat penting bagi setiap manusia, maka pemerintah telah menuangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tap MPR No. IV/MPR/1973 ten-tang tujuan pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan teratur serta sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk mem-pengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dengan kata

lain dapat dikatakan bahwa pen-didikan adalah bantuan yang dibe-rikan dengan sengaja kepada anak, dalam pertumbuhan jasmani mau-pun rohani untuk mencapai tingkat dewasa.

Panti asuhan ini sangat menge-depankan pendidikan karena salah satu kebutuhan penting selain san-dang, pangan, papan dan kesehatan adalah kebutuhan akan pendidikan. Kebutuhan akan pendidikan ini sa-ngat penting bagi setiap manusia. Pendidikan menurut pendekatan sis-tem merupakan pendekatan multi-disipliner. Pendidikan adalah suatu keseluruhan karya insan yang ter-bentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan ting-kah laku seseorang sehingga men-capai kualitas hidup yang diharap-kan. Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kela-kuan anak didik. Perdidikan bertali-an dengbertali-an trbertali-ansmisi pengetahubertali-an, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menu-rut apa yang diharapkan oleh ma-syarakat. Sistem pendidikan yakni sekolah adalah lembaga sosial yang turut menyumbang dalam proses sosialisasi individu agar menjadi anggota masyarakat yang diharap-kan, sekolah selalu saling berhubu-ngan deberhubu-ngan masyarakat.

Melalui pendidikan inilah di-harapkan terbentuknya kepribadian


(7)

anak-anak asuh sesuai dengan yang diharapkan, yaitu kepribadian sese-orang yang baik yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam dan mema-tuhi norma-norma yang ada dalam masyarakat, karena boleh dikatakan hampir seluruh kelakuan individu bertalian dengan dan atau dipenga-ruhi oleh orang lain, oleh karena itu kepribadian pada hakekatnya ada-lah gejala sosial. Aspek yang sama yang terdapat dalam kelakuan se-mua orang dalam masyarakat dapat disebut kebudayaan masyarakat itu. Kepribadian individu selalu bertali-an erat dengbertali-an kebudayabertali-an lingku-ngan tempat mereka tinggal. Peme-rintah memperhatikan hak setiap warganya untuk mendapatkan pen-didikan yang diatur melalui unda-ng-undang. Namun yang sering menjadi masalah adalah bahwa se-tiap sistem pendidikan yang kita miliki sekarang ini pada dasarnya tidak dapat menjangkau golongan pada masyarakat kita. Anak-anak dari golongan ini menjadi dewasa tanpa pendidikan tanpa bimbingan mengenai norma-norma sosial. Me-reka hidup semata-mata untuk sur-vival pribadi, tanpa mengindahkan masalah survival kolektif.10

Berdasarkan latar belakang di-atas, maka dapat dirumuskan masa-lah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Panti Asuhan Ke-luarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta?

2. Bagaimana perkembangan Pan-ti Asuhan Keluarga YaPan-tim Mu-hammadiyah (PAKYM) Sura-karta tahun 1966-1984?

3. Bagaimana peran Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadi-yah (PAKYM) Surakarta di bi-dang pendidikan?

Berdasarkan latar belakang di-atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya Panti Asuhan Keluarga Yatim Mu-hammadiyah (PAKYM) Sura-karta.

2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhamma-diyah (PAKYM) Surakarta tahun 1966-1984.

3. Untuk mengetahui bagaimana peran Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta dibidang pendidikan.  Berdasarkan latar belakang di-atas, maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian ini diharap-kan mampu memberi sumbang-an informasi dsumbang-an pengetahusumbang-an yang lebih mengenai sejarah pendidikan di Surakarta berbasis pada organisasi keagamaan. 10Muchtar Buchori, Transformasi Pendidikan: Kumpulan Karangan, (Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press), 1995, hal. 21.


(8)

2. Hasil dari penelitian secara teori-tis untuk mengembangkan ilmu-ilmu sastra pada umumnya dan lisan pada khususnya.

3. Hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya, terutama bagi pe-neliti sejarah pendidikan di Sur-akarta serta menjadi perban-dingan mengenai masalah se-rupa.

 

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bukuPanti Asuhan Kel-uarga Yatim Muhammadiyah Su-rakarta, karya Tim Pembina Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhamma-diyah dan bekerjasama dengan UMS (1997), memaparkan mengenai pe-ngkajian Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah yang ditin-jau dari tiga pendekatan yaitu histo-ris, ideologis dan struktural. Pertama pendekatan historis, dijelaskan me-ngenai aspek kesejarahan Panti Asu-han Keluarga Yatim Muhamadiyah (PAKYM) Surakarta, terutama latar belakang berdirinya panti asuhan, perkembangan panti asuhan dan antisipasinya terhadap perubahan sosial dalam masyarakat. Kedua pendekatan ideologis, dijelaskan mengenai konsep-konsep dasar ide-ologi panti asuhan. Dan yang ketiga pendekatan struktural, yang mem-pelajari susunan organisasi panti asuhan dari tingkat ranting sampai tingkat pusat. Buku ini berperan un-tuk mengetahui latar belakang pen-dirian Panti Ashan Keluarga Yatim

Muhammadiyah (PAKYM) Sura-karta.

Dalam bukuBeberapa Pemikir-an PendidikPemikir-an Islam, karya Muham-mad Athiyah Al-abrasyi (1996), me-ngemukakan tentang pemikiran pen-didikan Islam meliputi metode pe-ngajaran dalam pendidikan Islam, kepedulian Islam terhadap anak-anak terlantar. Bagi Islam pendidik-an adalah sesuatu ypendidik-ang spendidik-angat di-butuhkan untuk menjadikan mereka agar lebih berkualitas dalam segala hal yang meliputi pendidikan jiwa raga yang tidak terbatas pada ikatan waktu formal karena Islam meng-anjurkan pendidikan sejak anak belum lahir hingga meninggal dunia. Buku ini dibutuhkan dalam penulis-an tentpenulis-ang perkembpenulis-angpenulis-an pendidik-an.

Dalam skripsi Peranan Panti Asuhan Sosial Anak Artanita Al-Khoeriyyah di Dalam Memeberikan Pendidikan Pada Anah Asuh dan Upaya peningkatan Kesejahteraan Anak, Saripah (2004), mengemuka-kan tentang pengertian panti asuhan sosial, tentang peranannya dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai panti asuhan bagi anak asuhnya. Di dalam skripsi ini juga membahas cara meningkatkan pen-didikan anak khususnya yang ber-tempat tinggal di panti asuhan un-tuk mendapatkan kualitas ilmu yang dapat meningkatkan sumber daya manusia yang cerdas, dengan demi-kian melalui pendidikan inilah di-harapkan dapat membentuk kepri-badian anak sesuai yang diharap-kan, di sini juga dibahas tentang


(9)

ba-gaimana peran pengasuh terhadap anak asuh, kegiatan-kegiatan yang dilakukan di panti asuhan. Penulis-an skripsi ini sPenulis-angat dibutuhkPenulis-an ka-rena dalam bahasannya sama yaitu tentang peranan panti asuhan bagi anak asuh khususnya dalam bidang pendidikan.

Dalam skipsi Pembinaan Etos Kerja Islami Bagi Anak Yatim di Panti Asuhan Keluarga Yatim Mu-hammadiyah Surakarta, Asih Kur-niawati (2007), mengemukakan ten-tang kegiatan-kegiatan anak asuh di luar pendidikan formalnya yang di-lakukan di panti asuhan, memberi-kan pendidimemberi-kan yang bermanfaat ba-gi anak asuh yang akan digunakan bila anak asuh sudah keluar dari panti asuhan. Pembinaan etos kerja yang dilakukan oleh pengasuh ke-pada anak asuhnya agar anak asuh mempunyai pengalaman untuk mencukupi kehidupannya kelak, selain itu juga di dalam skripsi ini akan dibahas kegiatan-kegiatan di luar sekolah, bagaimana hubungan pengasuh dengan anak asuhnya, hubungan anak asuh dengan anak asuh.

Dalam buku Gerakan Modern Islam di Indonesia 1990-1942, Deliar Noer (1980), mengemukakan bahwa pada tahun 1990 adalah awal gera-kan modern Islam dan tahun 1942 terjadi perubahan besar dalam per-kembangan Islam modern, yaitu ter-jadinya pergantian penguasa jajah-an djajah-an timbulnya pemikirjajah-an baru

pada arah dan tujuan gerakan Islam, perkembangan yang terjadi pada tahun 1900-1942 merupakan per-mulaan dari pemikiran gerakan mo-dern Islam di tahun-tahun selanjut-nya. Selain itu juga membahas asal-usul dan perkembangan gerakan modern Islam di bidang pendidikan dan sosial dengan mengambil con-toh daerah atau organisasi sebagai penyelenggara pendidikan, serta golongan reformis Islam di bidang pendidikan pada masa 1900-1942. Hal ini dinilai penting karena Mu-hammadiyah muncul sejak tahun 1942-an.

 

METODE PENELITIAN

Dalam memahami peristiwa-peristiwa di masa lampau sebagai fakta sejarah memerlukan adanya tahapan atau proses sehingga dibu-tuhkan metode serta pendekatan agar terbentuk sebuah bangunan se-jarah yang utuh. Penelitian sese-jarah dalam studi ini memakai pandangan sejarah kritis yang didasarkan pada metode historis yang didalamnya mencakup kegiatan pengumpulan sumber, menguji, menganalisa se-cara kritis dari rekaman dan pening-galan masa lampau, kemudian di-adakan rekonstruksi dari data yang diperoleh sehingga menghasilkan penulisan sejarah (historiografi).11 Metode sejarah mempunyai empat tahapan penelitian.


(10)

1. Heuristik, yaitu kegiatan men-cari bahan atau menyelidiki sumber sejarah untuk mendapatkan bahan penelitian. heuristik adalah kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lam-pau yang merupakan peristiwa sejarah dengan cara melakukan pe-ngumpulan bahan-bahan tertulis, tercetak dan sumber-sumber lainnya yang relevan. Di sini pencarian data dilakukan dengan cara mencari ar-sip dan majalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. maka teknik pengumpulan data yang di gunakan sebagai berikut:

 a. Studi Dokumenter

Dokumen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu dokumen dalam arti sempit yang merupakan kumpulan-kumpulan data-data ver-bal yang berbentuk tulisan, sedang dalam arti luas selain sumber tertulis juga meliputi foto-foto, rekaman, monumen, artefak dan peninggalan budaya lainnya.12 Adapun data-da-ta tertulis yang tersedia dalam penu-lisan ini ada di Perpustakaan Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan Dinas Sosial Karanganyar, Perpustakaan Dinas Sosial Surakarta, Perpusta-kaan Pimpinan Cabang Muham-madiyah Surakarta dan Perpustaka-an KPerpustaka-antor PimpinPerpustaka-an CabPerpustaka-ang Mu-hammadiyah PAKYM Surakarta.

b. Wawancara

Merupakan teknik pengumpul-an data ypengumpul-ang digunakpengumpul-an untuk sua-tu sua-tujuan tertensua-tu dan sua-tugas tertensua-tu untuk mencoba mendapatkan ke-terangan atau pendirian secara lisan yaitu dengan bercakap-cakap ber-hadapan muka dengan orang dan guna mendapat sumber lisan dari or-ang yor-ang mengalami peristiwa tersebut.13

Dalam penelitian ini dibutuhkan sumber data lisan. Data lisan tersebut akan diperoleh melalui wawancara (interview) dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth interview). Wawancara ini di-lakukan dengan cara tanpa adanya struktur karena hal itu akan mem-percepat hubungan antara peneliti dengan informan menjadi lebih ak-rab. Wawancara terhadap informan agar mendapatkan keterangan dan data mengenai yang dibutuhkan un-tuk keperluan informasi.14 Informai yang diperoleh dari informan yang telah diwawancarai dalam peneliti-an ini dapat dijadikpeneliti-an bahpeneliti-an-bahpeneliti-an yang dipakai untuk untuk keperluan informasi, hal ini dimaksudkan ter-utama dalam menentukan kebenar-an data ykebenar-ang diperoleh dari infor-man. Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan teknik Snow-ball Sampling. Snowball Sampling

12Sartono Kartodirjo,Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia), 1992, hal. 4.

13Koendjaraningrat,Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia), 1983, hal. 64.


(11)

yaitu pertama-tama peneliti menda-tangi seseorang yang dapat dipakai sebagai informasi kunci atau utama, kemudian informan kunci atau uta-ma tersebut menunjukkan subyek la-in yang dikenal sebagai teman dekat dan dipandang mengetahui lebih banyak masalah yang akan diteliti, kemudian peneliti menunjuknya se-bagai informan baru, demikian sete-rusnya dengan berganti informan yang lebih tahu sehingga dengan be-gitu data yang diperoleh dalam pe-nelitian ini antara lain yaitu Bapak Wahyudi sebagai ketua PAKYM Su-rakarta, Bapak Sukarno sebagai Gu-ru pendidikan nonformal PAKYM Surakarta, Bapak Damanuri sebagai pengasuh PAKYM Surakarta dan lainnya.

c. Studi Kepustakaan

Guna keperluan penelitian ini penulis menggunakan studi ke-pustakaan untuk memperoleh data relevan, yaitu berupa buku, majalah ilmiah, surat kabar, makalah dan lain-lain yang penulis anggap dapat menunjang permasalahan peneli-tian skripsi tersebut di luar data dari studi dokumen dan wawancara.

2. Kritik sumber, yaitu usaha pencarian keaslian data yang diperoleh melalui kritik intern atau ekstern.15 Kritik intern dilakukan untuk mencari keaslian isi sumber, sedang kritik ekstern dilakukan untuk mencari keabsahan keaslian sumber.

3. Interpretasi, Interpretasi kegiat-an memberikkegiat-an penafsirkegiat-an terhadap data sejarah yang telah diteliti hasil-nya. Hal tersebut dilakukan karena data yang diperoleh harus dipilah-kan antara sumber yang relevan dan yang tidak relevan. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengklasifikasikan data ke da-lam pola, kategori dan satuan urutan dasar sehingga dapat ditemukan te-ma dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang terdapat dalam data. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Dalam pene-litian ini setelah dilakukan kegiatan pengumpulan data, peneliti mela-kukan analisis data dan memban-dingkan data satu dengan yang lain sesuai dengan data yang diinginkan sehingga diperoleh fakta-fakta sejarah. Fakta-fakta itu kemudian di-seleksi, diklarifikasi dan ditafsirkan, baru kemudian merangkai fakta-fak-ta tersebut untuk dijadikan bahan penulisan penelitian yang utuh dalam sebuah karya ilmiah.

4. Historiografi, merupakan pe-nulisan sejarah dengan merangkai fakta-fakta menjadi kisah sejarah. Historiografi merupakan klimaks dari sebuah metode sejarah. Dari sini pemahaman dan interpretasi dari fakta-fakta yang ditulis dalam bentuk kisah sejarah yang menarik dan masuk akal. Dalam sintesa kisah yang bulat sehingga harus disusun menurut teknik penulisan sejarah.

15Dudung Abdurrahman,Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu), 1999, hal. 58.


(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Peran PAKYM di Bidang

Pen-didikan Untuk Membentuk Ke-mandirian Anak Asuh

Bidang pendidikan adalah la-han terbesar yang dimiliki oleh Muhammadiyah, semua jenjang pendidikan dimiliki oleh Muham-madiyah, membuktikan bahwa Mu-hammadiyah mempunyai komitmen yang sangat tinggi dalam mence-rdaskan Bangsa. Gerakan dalam bi-dang pendidikan semakin gencar dilakukan setelah Muktamar ke 41 di Surakarta. Perubahan Anggaran Dasar disebutkan dimana pasal 4 Anggaran Dasar disebutkan tentang ruang lingkup amal usaha Muham-madiyah yang meliputi pengemba-ngan penyelidikan nilai dan hukum Islam (Tarjih), pengembangan pen-didikan dan kebudayaan, tabligh, tolong-menolong, kepustakaan, pe-nertiban wakaf, kepemudaan, ke-wanitaan dan kesejahteraan hidup anggota.16

Salah satu kebutuhan yang pen-ting manusia selain sandang, pa-ngan, papan dan kesehatan adalah kebutuhan akan pendidikan, kebu-tuhan pendidikan sangat penting bagi setiap manusia. Maka peme-rintah menuangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (TAP

MPR no. IV/MPR/1973) yaitu ten-tang tujuan pendidikan: pendidik-an pada hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung se-umur hidup.17

Kalau berbicara tentang pen-didikan, manusia memerlukan ban-tuan, tuntutan, pelayanan, dorong-an dari ordorong-ang lain demi memper-tahankan hidup dengan mendalami belajar demi setahap untuk mem-peroleh kepandaian, keterampilan dan pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri.18 Maka di sinilah pe-ran penting PAKYM Surakarta sa-ngat dibutuhkan oleh anak asuh. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan ke-pribadian dan kemampuan didalam maupun diluar sekolah dan berlang-sung seumur hidup.19

PAKYM Surakarta sebagai pe-ngelola yang memberikan pelaya-nan kesejahteraan bagi anak asuh yang tidak mengabaikan pentingnya pendidikan. Pada dasarnya anak asuh yang tinggal di PAKYM Sura-karta adalah anak yang kurang ber-untung karena takdir menghendaki mereka harus kehilangan ayah, ibu atau kedua-duanya yang berarti ha-rus kehilangan perhatian serta kasih 16Abduh Munir Mulkan,Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam

Perspektif Perubahan Sosial,( Jakarta: Bumi Aksara), 1990, hal. 43.

17Idris Zahara,Sosiologi Pendidikan, Studi dan Pengajaran, (Jakarta: Gramedia Widiar Sarana Indonesia), 1994, hal. 17.

18Abu Ahmadi,Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : P. T Rineka Cipta), 1985, hal. 74. 19Zahara Idris, Pengantar Pendidikan-pendidikan, Studi dan Pengajaran, (Jakarta : Gramedia Widiasara Indonesia), 1984, hal. 9-10.


(13)

sayangnya. Oleh karena itu, mereka sangat mendambakan kasih sayang, bimbingan, tuntunan, perhatian, serta pendidikan dengan harapan mereka dapat terangkat fungsi so-sialnya tanpa harus merasa rendah diri apabila terjun ke dalam masya-rakat. Sekolah pada Hakekatnya bertujuan untuk membantu orang tua untuk mengajarkan kebiasaan-kebiasaan dang menanamkan budi pekerti yang baik, juga diberikan be-kal untuk kehidupan dalam masya-rakat yang sulit diperoleh dalam lingkungan rumah tangga.20

Masa depan anak-anak ini jika diterawang akan terlihat suram. Be-tapa tidak, karena pendidikan dari hari ke hari, dari waktu ke waktu terus berkembang sesuai dengan tuntutan pembangunan yang me-merlukan banyak aktifitas. Anak-anak yatim di era sekarang ini men-jadi sulit kedudukannya untuk ber-pacu dengan anak-anak lain yang masih memiliki orang tua (ayah/ibu) dalam segala bidang, terutama pendidikan. Mendidik dan meng-urus anak-anak yatim tidaklah mu-dah, melainkan membutuhkan kese-riusan dan keahlian yang lebih agar kelak anak-anak tersebut menjadi seseorang yang mandiri dalam hi-dupnya. Berangkat dari gambaran-gambaran diatas, maka program pendidikan anak-anak di PAKYM Surakarta dapat digambarkan se-bagai berikut:

1. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah pe-ndidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar di sepanjang hayat. Proses pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, per-gaulan, dan organisasi. Pendidikan informal merupakan proses belajar yang berjalan alami dan berlangsung bebas menyertai kehidupan sehari-hari. Usia anak merupakan masa di mana pembentukan dasar-dasar ka-rakteristik atau watak kejiwaan me-reka dimulai. Di dalam lingkungan PAKYM Surakarta selain diusaha-kan terjaminnya kebutuhan lengkap yang diperlukan anak, yaitu kebu-tuhan fisik dan psikologis, anak juga dididik untuk hidup mandiri. Anak dituntut untuk dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dilaku-kannya sesuai dengan kapasitasnya sebagai anak. Sehingga PAKYM Surakarta mengharapkan anak as-uh tanggap terhadap permasalahan kemanusiaan, terhadap lingkungan dan alam sekitarnya serta peka ter-hadap kerja.

Anak asuh dididik oleh peng-urus dan pengasuh tentang budi pekerti, sopan santun dan tentang rasa antara sesama penghuni panti. Pendidikan, peraturan, dan kehidu-pan ala kehidu-panti secara otomatis teraku-mulasi di dalam diri anak asuh. Se-hingga mereka antara sadar dan

20Sutari Imam Barnadib,Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: FIP IKIP), 1986, hal. 142.


(14)

tidak sadar mendapatkan pendi-dikan yang belum tentu mereka da-patkan dalam keluarga mereka sen-diri. Proses yang terjadi di PAKYM Surakarta dalam kaitannya dengan pendidikan informal adalah melalui metode atau cara seperti dalam be-berapa hal berikut:

a. Sistem Kekeluargaan,

Proses pendidikan informal ya-ng berlaya-ngsuya-ng di PAKYM Surakar-ta menggunakan sistem kekeluar-gaan yang melibatkan hubungan an-tara anak asuh dengan para peng-asuh, anak asuh dengan pengurus dan demikian pula sebaliknya serta antara sesama anak asuh di panti.

Salah satu bentuk sistem ke-keluargaan yang ditanamkan di PAKYM adalah dengan memposi-sikan antara pengasuh dan anak asuh layaknya seorang teman. Jika ada permasalahan yang dialami oleh anak-anak asuh biasanya diselesai-kan sendiri, baru setelah mengalami kesulitan anak-anak akan ceritakan dengan pengasuh, sebenarnya hu-bungan antara pengasuh dan anak-anak asuh sudah seperti dengan teman sendiri, sering bercanda dan bapak pengasuh kadang juga ikut dalam gojekan anak asuh, dengan begitu anak-anak merasa nyaman kalau bercerita dengan bapak pengasuh.21

Berdasarkan beberapa pernya-taan di atas dapat diketahui bahwa pengasuh PAKYM Surakarta di samping berperan menjadi

peng-asuh, mereka juga harus menjadi orang tua bagi anak asuh yang ting-gal di sana. Pengasuh tidak membe-da-bedakan satu sama yang lainnya. Dalam mendidik anak asuh, peng-asuh juga selalu mengingatkan dan menasehati anak-anak jika mela-kukan kesalahan. Bentuk hubungan kekeluargaan semacam ini akan membantu perkembangan mental anak-anak asuh. Dalam membim-bing anak asuh juga dilakukan pen-dekatan pada anak asuh, salah satu bentuk pendekatan itu terutama jika anak mempunyai masalah. Hal ini sangat bergantung pada masalah yang sedang dihadapi oleh anak tersebut.

Secara keseluruhan dapat dite-kankan bahwa panti asuhan ter-sebut adalah rumah bagi anak asuh tersebut, sehingga timbul hubungan baik antara anak dengan pengasuh dan selalu ditanamkan rasa memili-ki. Sebagai contoh kebersihan panti, di mana kebersihan panti tersebut menjadi tanggung jawab semua penghuni panti asuhan. Selain itu para pengasuh juga selalu berusaha memberikan motivasi pada anak as-uhnya dalam setiap kegiatan-ke-giatan yang ada, sehingga terjalin hubungan yang baik diantara anak asuh dengan pengasuhnya.

Sebagai pengasuh yang bertin-dak sebagai pengganti orang tua, selalu memberi nasihat kepada anak dan berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik, sehingga anak akan merasa lebih dekat serta 21Wawancara dengan Rokhani, tanggal 6 Januari 2010.


(15)

mampu memberikan semangat atau motivasi pada anak-anak asuh ter-sebut. Selain itu anak asuh dilatih untuk memiliki kepekaan tinggi pa-da lingkungan sekitar, mempunyai solidaritas terhadap sesama peng-huni panti asuhan. Hal ini ditunjuk-kan dengan sikap anak yang dengan kesadarannya mau membantu pe-nghuni panti yang lain disaat mem-butuhkan bantuan.

b. Sistem Keteladanan,

Pendidikan informal yang ber-langsung di PAKYM Surakarta berlaku adanya sisitem keteladanan pengasuh dan pimpinan ataupun pengurus panti. Keteladanan ter-sebut dilakukan dengan harapan agar bisa memotivasi anak asuh utuk mengikuti sikap dan tindakan yang di contohkan oleh para pengasuh, pimpinan dan pengurus panti. Pada dasarnya merekalah yang menjadi kunci penggerak bagi keberhasilan PAKYM Surakarta dalam menegak-kan peraturan yang terdapat di panti tersebut. Salah satu bentuk ketela-danan yang dilakukan adalah ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kam-pung. Sehingga pada saat tertentu ketika terdapat kegiatan-kegiatan di lingkungan masyarakat sekitar dan juga hari-hari besar, misalnya 17 Agustus, anak asuh diharuskan ikut serta dalam berbagai kegiatan kam-pung, misalnya pada kegiatan olah raga dan kebersihan.

Bentuk keteladanan anak asuh yang usianya lebih tua terhadap anak asuh asuh yang usianya lebih muda sangat efektif untuk menum-buhkan semangat menjadi lebih baik

dalam diri anak-anak asuh keselu-ruhan. Apabila sesuatu hal yang di-teladani itu baik, maka anak-anak akan menerimanya dengan baik pu-la. Namun ketika panutan mereka melakukan sedikit kesalahan akan dapat memunculkan kesan negatif dalam diri anak-anak asuh tersebut. Pendidikan informal yang dipe-roleh anak asuh dari tugas-tugas yang dipercayakan terhadapnya merupakan pengalaman yang di-dapatnya dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki dampak positif bagi diri anak-anak asuh tersebut. Hal ini bisa terjadi dalam lingkung-an keluarga atau plingkung-anti sendiri, da-lam pergaulan sehari-hari, organisasi dan sebagainya. Maka anak-anak asuh yang tinggal di panti secara langsung atau tidak langsung akan mengikuti peraturan yang berlaku di panti tersebut.

c. Sistem Kedisiplinan,

Proses sosialisasi di PAKYM Su-rakarta berlaku ganjaran dan man. Pemberian ganjaran dan huku-man tersebut diberikan dalam rang-ka melatih kedisiplinan anak-anak asuh. Hukuman dikenakan pada se-mua anak asuh dengan tetap melihat besar kecilnya usia mereka.

Sanksi atau hukuman yang di-berlakukan di PAKYM Surakarta merupakan sebuah metode untuk mendidik anak-anak asuh supaya le-bih berdisiplin lagi dalam dirinya. Sanksi yang diberikanpun jangan sampai membuat mereka malu te-tapi bisa membuat mereka jera dan tidak mengulangi kesalahnnya lagi. Pemberian sanksi tersebut


(16)

disesuai-kan dengan bidang kegiatan yang sedang dijalankan. Cara atau metode dalam mengasuh pada prinsipnya berlaku sama untuk semua anak asuh. Setiap anak memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam rangka dididik kearah kemandirian. Anak dilatih melakukan kediplinan dalam hal belajar dan juga dalam kegiatan sehari-hari.

Pada prinsipnya hukuman yang diberikan dalam rangka untuk me-latih anak kedisiplinan. Anak di-tuntut untuk bertanggung jawab terhadap apa yang diberikan panti kepadanya, sanksi-sanksi atau hu-kuman sifatnya hanya membuat ke-salahan yang sama dikemudian hari. Selanjutnya kedisiplinan di-terapkan dalam hal belajar dan juga dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.

Dalam mendidik atau menga-suh anak-anak amenga-suh, baik yang su-dah besar maupun yang masih kecil dilakukan dengan penuh perasaan dan kesabaran sehingga anak asuh tersebut mudah mengerti. Hal ini dimaksudkan agar para pengasuh lebih dekat dengan anak-anak. Mes-ki demiMes-kian dalam mendidik anak asuh yang masih kecil relatif lebih sulit karena kemampuan anak kecil dalam menerima dan memahami tentang apa yang diajarkan oleh para pengasuhnya masih cukup ren-dah. Sistem pendidikan dan peng-ajaran tersebut bukan dimaksudkan untuk menciptakan suatu sistem

pendidikan swasta yang sejajar de-ngan sistem Nasional.22

 2. Pendidikan Formal

Pendidikan formal yaitu pen-didikan yang berlangsung secara te-ratur, sistematis, mempunyai jenjang serta mengikuti syarat-syarat ter-tentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung di sekolah dan terikat oleh waktu yang telah ditentukan.

Pelaksanaan pendidikan formal di PAKYM Surakarta berupaya me-menuhi kebutuhan anak asuh ter-hadap pendidikan formal dengan memasukkan anak-anak asuh ke sekolah masing-masing. Sehingga pendidikan formal ini diselengga-rakan di lingkungan sekolah masing-masing anak. Dalam rangka pemi-lihan lokasi sekolah, semua disesuai-kan dengan bakat dan minat anak asuh, sedangkan pengurus dan pe-ngasuh hanya mengarahkan saja. Namun demikian, khususnya bagi anak-anak asuh yang sudah lulus SLTP diprioritaskan untuk memasu-ki sekolah kejuruan dengan harapan agar anak mempunyai keahlian salah satu bidang tertentu yang di-tekuni. Sebab sekolah kejuruan al-ternatif yang tepat dan dari sini di-harapkan agar anak asuh nantinya akan segera mendapatkan pekerjaan dan bisa mandiri. Untuk pelaksana-an pendidikpelaksana-an formal, pelaksana-anak-pelaksana-anak asuh di sekolahkan di sekolah um-um, SD, SMP, SMA atau SMK, tapi rata-rata ketika akan masuk SMA 22M. T. Arifin,Muhammadiyah Potret Yang Berubah, (Surakarta: Institut Gelanggang Pemikiran Filsafat Sosial, Budaya dan Kependidikan), 1996, hal. 258.


(17)

diarahkan untuk masuk SMK saja dengan maksud agar anak-anak itu cepat mandiri, memperoleh pendidi-kan sebagai bekal kemandirian mereka nantinya.23

Berdasarkan beberapa pernya-taan di atas, alasan pemilihan lokasi sekolah formal bagi anak-anak asuh PAKYM Surakarta meliputi empat hal. Pertama adalah jarak sekolah tidak terlalu jauh dengan PAKYM, jarak yang tidak terlalu jauh tersebut memudahkan anak untuk menjang-kau sekolah. Kedua adalah mutu at-au kualitas sekolah tersebut, apabila mutu atau kualitas suatu sekolah baik. Alasan yang ketiga adalah ka-rena sekolah tersebut akan mendu-kung dalam membekali anak-anak

PAKYM untuk mencari pekerjaan selepas SMA, rata-rata lulus SMA, anak-anak akan banyak yang me-miliki keinginan untuk bekerja.

Salah satu peran penting yang dilakukan oleh sekolah madrasah Muhammadiyah adalah memeli-hara tradisi-tradisi keagamaan.24 Maka PAKYM bertanggung jawab penuh untuk seluruh keperluan anak dalam kaitannya dengan didikan formal, baik pada biaya pen-didikan, kebutuhan peralatan seko-lah, pembelian buku-buku sekolah maupun dalam hal per-waliannya.

Berikut akan diberikan tabel ten-tang tempat sekolah dari anak-anak asuh di PAKYM Surakarta tahun 1970-an dan tahun 1980-an.

 Data di atas dijelaskan bahwa anak-anak asuh PAKYM Surakarta menempuh lokasi pendidikan yang berbeda, di antaranya TK Aisyiyah Surakarta sebanyak 7 anak (11,6%),

SD Muhammadiyah Surakarta se-banyak 26 anak (43,3%), yang belum sekolah sebanyak 3 anak (5%), dan yang tanpa keterangan sebanyak 24 anak (40%).

23Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009.

24Husni Rahim,Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia,(Jakarta : Logos Wacana Ilmu), 2001, hal. 33.

Tabel 4 : Data Tempat Sekolah Anak Asuh PAKYM Surakarta Tahun 1970-an.

No Nama Sekolah Jumlah Anak (Dalam %)

1. TK Aisyiyah Surakarta 7 anak 11, 6 %

2. SD Muhammadiyah Surakarta 26 anak 43,3 %

3. Belum Sekolah 3 anak 5 %

4. Tanpa Keterangan 24 anak 40 %


(18)

Tabel 5 : Data Tempat Sekolah Anak Asuh PAKYM Surakarta Tahun 1980-an.

 Data di atas dijelaskan bahwa anak-anak asuh PAKYM Surakarta menempuh lokasi pendidikan yang berbeda, di antaranya TK Aisyiyah Surakarta sebanyak 1 anak (1,6%),

Sumber : Data Sekolah Anak Asuh PAKYM Surakarta Tahun 1980-an.

SD Muhammadiyah Surakarta se-banyak 46 anak (76,6%), dan SMP Muhammadiyah 1 Surakarta se-banyak 13 anak (21,6%).

Tabel 6 : Data Anak Asuh yang masuk ke PAKYM tahun 1970-an.

No Nama Sekolah Jumlah Anak (Dalam %)

1. TK Aisyiyah Surakarta 1 anak 1,6 %

2. SD Muhammadiyah Surakarta 46 anak 76,6 %

3. SMP Muhammadiyah 1 Surakarta 13 anak 21,6%

No Nama Alamat

1. Buryadi Banyudono Boyolali 2. Moch. Karim Solo

3. Muhammad Simo Boyolali 4. Djupri Simo Boyolali 5. Marsudi Ngemplak Boyolali 6. Komarun Banyudono Boyolali 7. Widodo Banyudono Boyolali 8. Suparlan Nglembu Boyolali 9. Yusroni Simo Boyolali

10. Paimin Solo

11. Misri Baturetno Wonogiri 12. Sangidi Simo Boyolali 13. Mustaqim Simo Boyolali 14. R. Samiadi Surakarta 15. Mardjuki Kalijambe Sragen 16. Ngadimin Nogosari Boyolali 17. Slamet Kalijambe Sragen 18. Syamjuri Kalijambe Sragen 19. Widodo Simo Boyolali 20. Mulyono Wonogiri 21. Tukino Wonogiri 22. Sunadi Gemolong Sragen 23. Sujatno Sragen

24. Salamin Karanganyar 25. Nurjasin Boyolali


(19)

Tabel di atas dapat dilihat dari banyaknya anak asuh bahwa anak asuh di PAKYM pada tahun 1970-an b1970-anyak y1970-ang dat1970-ang dari Boyolali

sebanyak 18 orang, kedua dari Solo sebanyak 11 orang, ketiga dari Wonogiri sebanyak 10 orang.

Sumber : Data Anak yang masuk ke PAKYM tahun 1970-an.

26. Soebroto Solo

27. Sugiri Sondakan Solo

28. Umar Wonogiri

29. Suparman Wonogiri 30. Pariadi Bekonang 31. Syamsul Hadi Boyolali 32. Baharudin Karanganyar 33. Tukiman Boyolali 34. Suhardi Kliwonan Sragen 35. Kusmanto Ngemplak Boyolali 36. Bedjo Surakarta

37. Nurdjani Baron Cengklik 38. Muhammad Nur Patrijadi Giripurwo Wonogiri 39. Parlan Giripurwo Wonogiri 40. Gunawan Ahmat Baluarti Solo 41. Roehmad Sidorejo Sragen 42. Usman Kalijambe Sragen 43. Basuki Kalijambe sragen 44. Tontowi Djauhri Solo

45. Mulyono Simo Boyolali 46. Haryono Laweyan Solo 47. Robert Daryanto Solo

48. Wisnu Prasetyo Solo 49. Suradi Boyolali 50. Rakimin Boyolali 51. Waluyo Sragen 52. Nur Utomo Solo 53. Mukhson Kartasura 54. Rokhmad Klaten 55. Munzanil Boyolali 56. Lanjar Boyolali 57. Rochani Karanganyar 58. Agus Setyobudi Ponorogo 59. Agus Nurdjatmiko Ponorogo 60. Agus Wityaksono Ponorogo


(20)

Tabel 7 : Data Anak Asuh yang masuk ke PAKYM tahun 1980-an.

No Nama Alamat

1. Muhdiyanto Jatim 2. Aguc C Surakarta

3. Marwan Nogosari

4. Nurhadi Sragen

5. Jumali Semarang

6. Komari Klaten

7. Jumadi Boyolali

8. Salamun Dalang

9. Triyanto Surakarta

10. Muji Surakarta

11. Musthofa Jatim 12. Rosyim Boyolali 13. MuchlisW Kartasura 14. Ja’far Malaka Tengah

15. Syansyi Tuban

16. Kenedi Tuban

17. Fatkhul W. A Surakarta 18. Sholikhin Sukoharjo

19. Mastian Kudus

20. Harjo Tegal

21. Durahim Tegal 22. Ahnad H Tegal 23. Abu Bakar M Flores 24. Nur Syamsu Flores 25. Syahfuddin B Alor n 26. Mardiyono Boyolali 27. Mu,alim Klaseman

28. Suwarto Solo

29. Aji S Boyolali

30. Suprapto Boyolali 31. Sardi S Boyolali 32. Saubari Klaten 33. S. Edi P. M Sumsel 34. Waljiyo Sumsel 35. Kanang SLamet Magelang 36. Sukarno Surakarta 37. Kuswanto Solo 38. Khosim Boyolali 39. Topo Wiyono Solo 40. M. Busroni Sragen


(21)

Sumber : Data Anak yang masuk ke PAKYM tahun 1980-an.

 

41. Muklis Suharto Klaten 42. Ali Budiyanto Sragen 43. Winarto Boyolali 44. m. Toqhsin Sragen 45. M. Sarmanto Boyolali 46. Suradji Sragen 47. Daelami Boyolali 48. Muzayin Boyolali 49. Roni G. Pane Solo 50. M. Ruslan Sragen

51. Sriyadi Solo

52. Rondilah Klaten

53. Cholil Sragen

54. Tugiman Sragen 55. Basuni Sukoharjo 56. Faozani Boyolali 57. Suramto Sragen 58. Lamani Boyolali 59. Abdul Fatah Tegal

60. Suradji Simo

Tabel di atas dapat dilihat dari banyaknya anak asuh bahwa anak asuh di PAKYM pada tahun 1980-an sudah berasal dari luar jawa seperti Flores, Sumatera Selatan te-tapi masih sama tepatnya dari asal daerahnya dengan tahun 1970-an yaitu Boyolali dan Sragen.

Jadwal kegiatan pendidikan for-mal atau kegiatan sekolah untuk ma-sing-masing anak asuh antara jam 07.00 Wib 14.00 Wib. Pendidikan tersebut dilakukan Senin sampai de-ngan Sabtu dan berlangsung di ling-kungan sekolah masing-masing. Sehubungan dengan kegiatan pen-didikan formal yang diselenggara-kan sekolah masing-masing

anak-anak asuh, maka dalam hal ini upa-ya kerja sama pihak PAKYM adalah dengan memberikan kepercayaan penuh kepada sekolah untuk mem-berikan pendidikan formal pada anak asuh. Timbal balik pihak seko-lah kepada pihak PAKYM adaseko-lah memberikan laporan prestasi belajar anak di sekolah serta memberi pang-gilan atau pemberitahuan pada PAKYM jika anak tersebut berma-salah.

Biaya pendidikan formal, dalam hal pendidikan, PAKYM membiayai semua dana yang diperlukan oleh anak-anak asuh. Semua dana ter-sebut berupa dana pendidikan yang berasal dari Yayasan


(22)

Muhammadi-yah sendiri dan sumbangan dari para donatur.25 Untuk menunjang pendidikan formal di sekolah, maka diadakan kegiatan belajar bersama yang wajib diikuti oleh semua anak PAKYM Surakarta. Kegiatan belajar tersebut dilaksanakan setiap hari pada pukul 19.00 22.00 Wib. Se-cara umum, tujuan PAKYM Sura-karta memberikan pendidikan for-mal bagi anak-anak adalah untuk membekali anak-anak dengan ilmu pengetahuan sebagai salah satu pe-ngalaman hidupnya.

 

3. Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal yaitu pendidikan yang dilaksanakan se-cara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Pendidikan berlangsung di-luar sekolah dan diselenggarakan secara terencana, terprogram, serta bersifat fungsional dan praktis.

Pihak PAKYM memberikan pendidikan Nonformal kepada anak asuhnya dengan pengajar atau pe-latihnya dari PAKYM sendiri dan mendatangkan dari luar. Tujuannya tidak hanya memberikan penge-tahuan melainkan juga untuk mem-bekali anak-anak dengan keteram-pilan-keterampilan yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup anak asuhnya, atau dapat dikatakan sebagai modal

bekerja ketika mereka sudah keluar dari PAKYM dan berada ditengah-tengah masyarakat. Lingkungan masyarakat menitikberatkan pada pendidikan Nonformal, sedangkan lingkungan lebih berorientasi pada pendidikan Informal.26

a. Kegiatan Pendidikan Non For-mal,

1. Pembinaan Keagamaan,

Agama merupakan dasar atau fondasi dalam menjalani hidup ini. Apabila memiliki agama yang kuat, maka secara otomatis akan memiliki prinsip yang kuat pula. PAKYM Su-rakarta mengadakan pembinaan keagamaan untuk memupuk penge-tahuan tentang agama kepada anak asuh. Anak asuh di PAKYM Sura-karta semua beragama Islam se-hingga pembinaan yang ada hanya pembinaan agama Islam.

Pendidikan keagamaan yang di-berikan meliputi bahasa Arab, pe-nerjemahan Kitab, Iqro , membaca Al-Qur an, kuliah Subuh, melalui pendidikan agama anak-anak asuh juga dilatih untuk berorganisasi, setiap pelaksanaan pendidikan ke-agamaan kami juga menyampaikan nasihat-nasihat tentang hal-hal yang baik dan sekitarnya akan berman-faat bagi mereka.27 Pelaksanaan kegiatan agama setiap hari di Masjid milik PAKYM sendiri, pelaksanan-nya yaitu ba da Maghrib dan Isya , 25Wawancara dengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009.

26Haidar Putra Daulay,Historisasi dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah, ) Yogyakarta: PT. Tiara Wacana), 2001, hal. 65.


(23)

kalau untuk pembinaan yang dilak-sanakan ba da Subuh diberikan oleh pengasuh sendiri, sedangkan untuk pembinaan yang dilaksanakan ba -da Maghrib diberikan oleh dua or-ang guru dari luar yaitu Bapak Drs. H. Subari dan Bapak Drs. Saiful Is-lam, M. Ag.

Dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan juga diberlakukan hu-kuman. Hukuman yang diberikan jika anak-anak terlambat datang ke-tempat kegiatan. Biasanya antara sholat Subuh dan Maghrib, anak-anak diberikan tenggang waktu 10 sampai 15 menit untuk persiapan. Namun kadangkala anak-anak ma-sih sering terlambat, bahkan pernah didapati ada anak yang tidur setelah sholat Subuh. Apabila terjadi pe-langgaran tersebut, maka anak-anak harus menerima hukuman. Huku-man tersebut berwujud membaca Al-Qur an sebanyak 50 ayat untuk satu orang. Dalam hal ini dari ada-nya pendidikan Islam adalah untuk menciptakan manusia-manusia yang beriman dan berpengetahuan yang saling menunjang satu sama lainnya.28

2. Tapak Suci,

Kegiatan Tapak Suci merupakan salah satu kegiatan non formal di PAKYM Surakarta. Tapak Suci se-macam kegiatan bela diri yang dipe-runtukkan bagi putra Muhamma-diyah. Umat Islam diwajibkan untuk berkuda-kuda dan siap-siap

mem-bela diri sesuatu yang membahaya-kan dirinya. Jadi di sinilah kita mem-punyai pedoman bahwa bela diri untuk persiapan kita kalau ada mu-suh.

Bela diri Tapak Suci diberikan dengan mendatangkan pelatih dari luar. Pelatih tersebut bernama bapak Sukarno. Beliau berasal dari Colo-madu Karanganyar. Bela diri Tapak Suci ditetapkan sebagai kegiatan pendidikan non formal di PAKYM Surakarta sejak tahun 1977 hingga sekarang kegiatan Tapak Suci ini masih berjalan lancar dan bahkan mengalami kemajuan dalam per-kembangannya.29 Bela diri yang dia-jarkan diharapkan dapat memper-kuat keimanan dan ketaqwaan ma-sing-masing anak asuh.

Kegiatan ini diikuti oleh semua anggota panti asuhan, baik yang masih SD maupun tingkat SMA. Sebagai penghuni PAKYM sendiri, maka semua anak harus ikut serta dalam kegiatan ini. Bela diri Tapak Suci merupakan pelatihan mental dan fisik bagi anak asuh. Pelatihan mental adalah bahwa anak asuh menjadi lebih berani dalam situasi apapun dan pertahanan tubuh menjadi kuat.

3. Pendidikan Olah Raga,

Pendidikan olah raga yang di-adakan oleh PAKYM Surakarta ter-diri dari tiga macam, yaitu lari pagi, tennis meja dan bola voly. Lari pagi 28Muslih Usa (ed),Pendidikan Islam di Indonesia, antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta: Tiara Wacana), 1991, hal. 9-10.


(24)

diadakan tiap hari Selasa dan Sabtu setelah anak-anak Sholat Subuh, biasanya dimulai pukul 05.00 Wib, sedangkan tennis meja dan bola voly tiap hari Rabu dan Jum at sore se-kitar jam 15.00 samapai jam 17.00 Wib. Olah raga tennis meja merupa-kan olah raga yang disenangi oleh anak asuh di PAKYM Surakarta. Fa-silitas meja dan bed pun tersedia. Be-berapa pertandingan pernah diikuti dan pernah diadakan oleh PAKYM

sendiri. Rata-rata anak-anak me-miliki kemampuan bermain tennis meja. Anak-anak PAKYM pernah menjadi juara dalam kejuaraan ten-nis meja antar beberapa panti asuhan di Surakarta.

b. Jadwal Kegiatan Nonformal,

Jadwal kegiatan nonformal ya-ng dilakukan oleh anak asuh di PAKYM Surakarta adalah sebagai berikut:

 Tabel 8 : Jadwal Kegiatan Pendidikan Nonformal PAKYM Surakarta tahun 1970.

Sumber Data Sekunder PAKYM Surakarta Tahun 1970.

Tabel 9 : Jadwal Kegiatan Pendidikan Nonformal PAKYM Surakarta tahun 1980.

Sumber : Data Sekunder PAKYM Surakarta Tahun 1980.

Ba’da Subuh Ba’da Maghrib Ba’da Isya

No Hari

SD SLTP/SLTA SD SLTP/SLTA SD SLTP/SLTA 1 Ahad Kuliah

Subuh

- - - -

-2 Senin Qiro’ah HTP Arobiyah - - -3 Selasa Lari Lari Hafalan Tartil - -4 Rabu Tajwid - - Bahasa

Arab

Tapak Suci

Tapak Suci

5 Kamis Sholat Tajwid Bahasa Arab

Baca Kitab Sholat Lail

Sholat Lail

6 Jum’at SKJ SKJ Aqidah - - -7 Sabtu Lari Lari tartil Qiro’ah -

-Ba’da Subuh Ba’da Maghrib Ba’da Isya

No Hari

SD SLTP/SLTA SD SLTP/SLTA SD SLTP/SLTA 1 Ahad Kuliah

Subuh

Bahasa Arab

Baca Kitab

- -

-2 Senin Qiro’ah HTP Arobiyah Tartil - -3 Selasa Lari Lari Hafalan Tartil - -4 Rabu Tajwid Tafsir Hikmah Bahasa

Arab

Tapak Suci

Tapak Suci

5 Kamis Sholat Tajwid Bahasa Arab

Baca Kitab Sholat Lail

Sholat Lail

6 Jum’at SKJ SKJ Aqidah Hikmah - -7 Sabtu Lari Lari tartil Qiro’ah -


(25)

-Ada perubahan jadwal dari ta-hun 1970 ke tata-hun 1980, penambah-an jadwal pendidikpenambah-an nonformal tersebut terlihat dari hari Senin, Rabu, dan Jum at, hari Senin ba da Subuh untuk SLTP/SLTA dan SD adanya penambahan pelajaran ba-ca kitab, utuk ba da Maghrib Tartil untuk SLTP/SLTA saja, hari Rabu ba da Subuh untuk SLTP/SLTA dan SD adanya penambahan pelajaran tartil, untuk ba da Maghrib penam-bahan pelajaran hikmah untuk SLTP/SLTA saja, serta hari Jum at untuk SLTP/SLTA adanya penam-bahan pelajaran hikmah untuk SLTP /SLTA saja. Pengampu kegiatan Tapak Suci oleh Sukarno, pengampu tafsir oleh Drs. Ky. Sukri Machin, SH, pengampu bahasa Arab oleh Zaenal Arifin (pondok Nurriyah Sobron UMS Surakarta).

c. Biaya Pendidikan Nonformal PAKYM Surakarta,

Dalam hal ini biaya pendidikan nonformal sama dengan pendanaan kegiatan formal. Merupakan kebijak-an pkebijak-anti asuhkebijak-an karena dkebijak-ana ykebijak-ang digunakan berasal dari panti asuhan sendiri, bukan dari anggaran peme-rintah pusat (pemepeme-rintah kota Sur-akarta). Pendanaan operasional sehari-hari baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan sekolah anak-anak dibiayai oleh Ya-yasan Muhammadiyah Surakarta. PAKYM Surakarta juga menerima donatur yang menyumbang baik be-rupa uang maupun barang kepada

PAKYM. Besar ataupun kecil jumlah bantuan tidak ditentukan karena hal tersebut sesuai dengan kemampuan para donatur. Secara keseluruhan, dengan alokasi dana dari Muham-madiyah dan para donatur, PAK-YM tidak pernah mengalami ham-batan dalam pendanaan.

 

B. Alasan PAKYM Surakarta Me-nggunakan Pendidikan Untuk Membentuk Sikap Kemandiri-an Anak Asuh

Pendidikan adalah usaha sadar dan teratur serta sistematis yang di-lakukan oleh orang-orang yang ber-tanggungjawab, untuk mempeng-aruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa pendidikan ada-lah bantuan yang diberikan secara sengaja kepada anak, dalam per-tumbuhan jasmani maupun rohani untuk mencapai tingkat dewasa. Pandangan sosiologi melihat pen-didikan dari aspek sosial sehingga pendidikan dapat diartikan sebagai usaha pewarisan generasi ke gene-rasi berikutnya.30 Pendidikan ber-kenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak-anak didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, ke-percayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada ge-nerasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-30Soekirno Dkk,Pengantar Pendidikan, (Surakarta : Depdikbud RI Universitas Sebelas Maret), 2000, hal. 28.


(26)

pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Sistem pendidikan yakni sekolah adalah lembaga soaial yang turut menyumbang dalam proses sosia-lisasi individu agar menjadi anggota mesyarakat seperti yang diharapkan, sekolah selalu berhubungan dengan masyarakat.31

Sesuai dengan misinya untuk mencapai keberhasilan dimasa men-datang peranan PAKYM Surakarta dalam hal ini memberikan sistem pendidikan pada anak-anak asuh khususnya yang tinggal di panti dan diluar panti foster care, dan ber-usaha meningkatkan kualitas sum-ber daya manusia dengan cara mem-berikan pendidikan pada anak-anak yatim, piatu, yatim piatu yang ter-lantar melalui pendidikan informal, formal dan nonformal. Pendidikan merupakan hak setiap manusia. Di Indonesia, hak tersebut tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan peng-ajaran . Dalam pasal tersebut meng-andung pengertian bahwa pendidik-an adalah hak bagi setiap warga dpendidik-an Negara berkewajiban memenuhi pendidikan tiap-tiap warga Negara. PAKYM Surakarta merasa ber-kewajiban mewujudkan pasal ter-sebut dengan cara melaksanaknan pendidikan sesuai dengan kebutuh-an kebutuh-anak asuh. Pendidikkebutuh-an ykebutuh-ang

di-laksanakan mmemberikan peranan penting untuk memandirikan anak. Ada beberapa alasan mengapa PA KYM Surakarta menggunakan pen-didikan untuk memandirikan anak. Tidak bisa dipungkiri bahwa pen-didikan merupakan salah satu kebu-tuhan mendasar bagi setiap manu-sia, terutama generasi muda. Proses pendidikan adalah proses untuk me-mberikan kemampuan kepada indi-vidu untuk dapat memberikan mak-na terhadap dirinya dan lingkung-annya.

Pendidikan akan menjadi mo-tor penggerak bagi setiap manusia dalam hal ini adalah anak asuh, contohnya pendidikan agama akan menjadi pengendali bagi anak asuh untuk selalu mengendalikan diri dari segala sesuatu yang sifatnya tidak baik, kemudian pendidikan formal di sekolah sebagai tingkatan ukuran pendidikan, dan untuk pen-didikan nonformalnya yaitu kete-rampilan menjadi bekal mereka un-tuk mendukung pekerjaan yang akan dijalaninya, jadi kalau anak-anak asuh tersebut memiliki pendidikan yang cukup maka kemandirian pun akan terbentuk. Dengan memiliki pendidikan yang cukup maka me-reka akan siap bersaing dengan te-man-teman diluar sana.33 Pendidik-an diharapkPendidik-an menjadi modal bagi anak-anak asuh saat mereka sudah tidak tinggal di panti lagi,

pendidik-31S. Nasution,Sosiologi Pendidikan, (Bandung : Bumi Aksara), 1994, hal. 10-11.

32H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho,Kebijakan Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar), 2008, hal. 21.


(27)

an sebagai motor penggerak bagi tubuh dan jiwa anak asuh di PAK YM Surakarta.

Melalui pendidikan inilah di-harapkan terbentuknya kepribadian anak-anak asuh sesuai dengan yang diharapkan, yaitu kepribadian sese-orang yang baik, yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam dan mema-tuhi norma-norma yang ada dalam masyarakat.34 Karena boleh dikata-kan hampir seluruh kelakuan invidu bertalian dengan dan atau di-pengaruhi oleh orang lain, maka karena itu kepribadian pada haki-katnya adalah gejala sosial. Pendi-dikan yang diberikan di PAKYM Su-rakarta memiliki peranan penting dalam membentuk sikap keman-dirian bagi anak asuh. Diantaranya adalah menciptakan kedisiplinan dan kemandirian.

KESIMPULAN

Ide pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan orga-nisasi Muhammadiyah lebih di-dasari oleh faktor sosial keagamaan. Faktor keagamaan tersebut dengan berusaha mengembalikan ke-Tau-hid-an dalam masyarakat yang di-anggap mulai meluntur. Keinginan K. H. Ahmad Dahlan dalam me-nampung dan menyantuni anak-anak terlantar dan fakir miskin juga merupakan panggilan keagamaan dengan dasar dalam Al-Qur an surat Al-ma un. Pemikiran inilah yang ke-mudidan direalisasikan dengan

pembentukan bagian Penolong Ke-sengsaraan Oemoem (PKO) sebagai langkah sosial dalam pembentukan organisasi Muhammadiyah. Per-kembangan PKO yang kemudian berkembang kedaerah-daerah lain-nya termasuk didalamlain-nya adalah daerah Surakarta.

Tahun 1915 majlis PKU diben-tuk dengan nama PKO, yang ter-cakup didalamnya adalah penam-pungan dan penyantunan anak ya-tim dan terlantar. Maka PKO ter-sebut mendirikan rumah yatim piatu di Yogyakarta tahun 1922, yang juga berkembang di kota-kota lain. Salah satunya di Surakarta, tahun 1930 PKO menambahkan amal usahanya dengan mendirikan PAKYM yang diprakarsai oleh K. H. Muhammad Idris Abdussalam. Amal usaha ini pada Nopember 1953 yang mulanya bernama Rumah Miskin Muham-madiyah Surakarta yang berdiri di kampung Kandangsapi, Jebres, Surakarta, dasar hukum pendirian-nya adalah akte pendirian Persya-rikatan Muhammadiyah sebagai badan hukum dengan No. 81/byl : 1. Tahun 1956 berganti nama men-jadi Panti Asuhan Yatim Muham-madiyah (PAYM) Surakarta yang disesuai dengan surat keputusan Menteri Sosial RI tertanggal 8 No-pember 1955, No. sekr. 10-22-17/ 1895. Tahun 1968 PAYM tersebut diganti nama dengan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, yang pelak-sanaannya terhitung sejak tanggal 1 34Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009.


(28)

Januiari 1970. Berdasarkan surat se-rah terima tanggal 5 Oktober 1966. M. No. D. 156/66, mulai tahun 1966 kepengurusan serta tanggung jawab pemeliharaan panti asuhan ini di-serahkan dari Pimpinan Muhamma-diyah Daerah Kota Madia Surakarta kepada Pimpinan Muhammadiyah Cabang Laweyan.

Perkembangan PAKYM Sura-karta tahun 1966-1984, tahun 1966 dilihat dari sistem pengorganisa-siannya, PAKYM Surakarta belum mempunyai struktur pengurusan yang lengkap karena masih minim-nya pengurus, begitupun dengan sistem penerimaan anak asuh yang hanya disyaratkan dari kalangan Muhammadiyah saja, pendidikan anak asuh yang masih kurang, dan kondisi kehidupan PAKYM Sura-karta yang masih memprihatinkan dalam segala hal. Berbeda dengan tahun 1970 yang pengorganisasi-annya sudah lebih lengkap, karena pengurus dipilih dan diangkat oleh keputusan dalam Pimpinan Cabang Muhammadiyah Laweyan dengan jangka waktu lima tahun sekali dan setelah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali. Tahun 1980 PAK YM ada dua sistem yang digunakan PAKYMyaitu dengan sistemFoster Care danFoster Parents. Sistem Fos-ter Careyaitu beberapa anak yatim dititipkan setelah mendapatkan per-setujuan dari pengurus panti asuh-an, dengan sistem tersebut maka se-luruh biaya pemeliharaan dan tang-gung jawab terhadap anak asuh ter-sebut ditanggung oleh keluarga yang bersangkutan. Sedang sistemFoster Parents yaitu PAKYM Surakarta

memberikan santunan kepada anak yatim yang tidak mampu dengan cara mereka tetap tinggal bersama wali mereka, tanggung jawab dalam anak asuh tersebut ditanggung oleh pihak PAKYM Surakarta.

Sejak tahun 1970 bantuan dari masyarakat mulai dapat diterima dengan lancar, bantuan yang dite-rima PAKYM tersebut antara lain dari Yayasan Dharmais, Departe-men Sosial dan Sumber Dana Lain-nya. Sejalan dengan membaikknya kondisi ekonomi bangsa Indonesia, kesejahteraan PAKYM Surakarta mengalami peningkatan, itu dikare-nakan meningkatnya bantuan dari para donatur-donatur yang bisa be-rupa barang atau uang. Selain itu tahun 1980 PAKYM Surakarta juga mempunyai usaha yaitu potung rambut, foto, menjahit, dan lainnya yang mampu menghasilkan dana.

Keberadaan anak asuh di PAK YM bukan untuk selamanya, akan tetapi dalam batas waktu tertentu. Tetapi PAKYM Surakarta tidak begi-tu saja melepaskan anak asuhnya, PAKYM Surakarta berusaha secara maksimal menyalurkan anak asuh kedalam lapangan pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar selepas dari PAKYM anak asuh tersebut tidak menjadi pengangguran.

Peran PAKYM dalam pendidik-an bagi pendidik-anak asuh meliputi tiga pro-gram pendidikan yaitu pendidikan informal, formal dan nonformal. Ke-tiga program pendidikan tersebut di-anggap dapat meningkatkan kesa-daran anak-anak asuh sangat pen-tingnya pendidikan. Alasan PAKY


(29)

M menggunakan pendidikan di dalam meningkatkan kemandirian anak karena pendidikan akan ber-guna sampai berakhirnya hidup,

de-ngan pendidikan pula dapat men-jadikan anak asuh kelak bertang-gungjawab terhadap diri sendiri dan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh Munir Mulkan, 1990, Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.

Abu Ahmadi, 1985,Sosiologi Pendidikan, Jakarta : P. T Rineka Cipta. Deliar Noer, 1980,Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta:

LP3ES.

Dudung Abdurrahman, 1999, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Emha Ainun Nadjib dkk, 1995,Pak AR Profil Kyai Merakyat, Yogyakarta: Dinamika

Gottstalk, Louis, 1986,Mengerti Sejarah, Jakarta : Universitas Indonesia Press.

H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, 2008,Kebijakan Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Haidar Putra Daulay, 2001,Historisasi dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Husni Rahim, 2001,Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Idris Zahara, 1994, Sosiologi Pendidikan, Studi dan Pengajaran, Jakarta: Gramedia Widiar Sarana Indonesia.

Koendjaraningrat, 1983,Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia.

MT. Arifin, 1996,Muhammadiyah Potret Yang Berubah, Surakarta: Institut Gelanggang Pemikiran Filsafat Sosial, Budaya dan Kependidikan. _________, 1987,Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka

Jaya.

Muchtar Buchori, 1995,Transformasi Pendidikan: Kumpulan Karangan, Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press.


(30)

Muslih Usa (ed), 1991, Pendidikan Islam di Indonesia, antara Cita dan Fakta, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Mustafa Kamal Pasha, 1988, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta: Persatuan.

PP Muhammadiyah Majlis Tabligh, 1988.

S. Nasution, 1994,Sosiologi Pendidikan, Bandung: Bumi Aksara.

Sartono Kartodirjo, 1992,Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia.

Soekirno Dkk, 2000,Pengantar Pendidikan, Surakarta: Depdikbud RI Uni-versitas Sebelas Maret.

Suara Muhammadiyah, No. 7 Tahun ke 79, 1-15 April 1994.

Sutari Imam Barnadib, 1986, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: FIP IKIP.

Tim Pembina Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta Bekerjasama Dengan UMS, 1997,Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

Zahara Idris, 1984, Pengantar Pendidikan-pendidikan, Studi dan Pengajaran, Jakarta: Gramedia Widiasara Indonesia.

Zakiyuddin Baidhawy, 2001,Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, Ideologi dan Organisasi, Surakarta: LSI UMS.

Wawancara dengan Damanhuri, 10 Nopember 2009. Wawancara dengan Rokhani, tanggal 6 Januari 2010. Wawancara dengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009. Wawancara dengan Sukarno, tanggal 23 Januari 2010. Wawancara dengan Wahjoedi, tanggal 20 Oktober 2009. Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009.


(1)

Ada perubahan jadwal dari ta-hun 1970 ke tata-hun 1980, penambah-an jadwal pendidikpenambah-an nonformal tersebut terlihat dari hari Senin, Rabu, dan Jum at, hari Senin ba da Subuh untuk SLTP/SLTA dan SD adanya penambahan pelajaran ba-ca kitab, utuk ba da Maghrib Tartil untuk SLTP/SLTA saja, hari Rabu ba da Subuh untuk SLTP/SLTA dan SD adanya penambahan pelajaran tartil, untuk ba da Maghrib penam-bahan pelajaran hikmah untuk SLTP/SLTA saja, serta hari Jum at untuk SLTP/SLTA adanya penam-bahan pelajaran hikmah untuk SLTP /SLTA saja. Pengampu kegiatan Tapak Suci oleh Sukarno, pengampu tafsir oleh Drs. Ky. Sukri Machin, SH, pengampu bahasa Arab oleh Zaenal Arifin (pondok Nurriyah Sobron UMS Surakarta).

c. Biaya Pendidikan Nonformal PAKYM Surakarta,

Dalam hal ini biaya pendidikan nonformal sama dengan pendanaan kegiatan formal. Merupakan kebijak-an pkebijak-anti asuhkebijak-an karena dkebijak-ana ykebijak-ang digunakan berasal dari panti asuhan sendiri, bukan dari anggaran peme-rintah pusat (pemepeme-rintah kota Sur-akarta). Pendanaan operasional sehari-hari baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan sekolah anak-anak dibiayai oleh Ya-yasan Muhammadiyah Surakarta. PAKYM Surakarta juga menerima donatur yang menyumbang baik be-rupa uang maupun barang kepada

PAKYM. Besar ataupun kecil jumlah bantuan tidak ditentukan karena hal tersebut sesuai dengan kemampuan para donatur. Secara keseluruhan, dengan alokasi dana dari Muham-madiyah dan para donatur, PAK-YM tidak pernah mengalami ham-batan dalam pendanaan.

 

B. Alasan PAKYM Surakarta Me-nggunakan Pendidikan Untuk Membentuk Sikap Kemandiri-an Anak Asuh

Pendidikan adalah usaha sadar dan teratur serta sistematis yang di-lakukan oleh orang-orang yang ber-tanggungjawab, untuk mempeng-aruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa pendidikan ada-lah bantuan yang diberikan secara sengaja kepada anak, dalam per-tumbuhan jasmani maupun rohani untuk mencapai tingkat dewasa. Pandangan sosiologi melihat pen-didikan dari aspek sosial sehingga pendidikan dapat diartikan sebagai usaha pewarisan generasi ke gene-rasi berikutnya.30 Pendidikan ber-kenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak-anak didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, ke-percayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada ge-nerasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-30Soekirno Dkk,Pengantar Pendidikan, (Surakarta : Depdikbud RI Universitas Sebelas


(2)

pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Sistem pendidikan yakni sekolah adalah lembaga soaial yang turut menyumbang dalam proses sosia-lisasi individu agar menjadi anggota mesyarakat seperti yang diharapkan, sekolah selalu berhubungan dengan masyarakat.31

Sesuai dengan misinya untuk mencapai keberhasilan dimasa men-datang peranan PAKYM Surakarta dalam hal ini memberikan sistem pendidikan pada anak-anak asuh khususnya yang tinggal di panti dan diluar panti foster care, dan ber-usaha meningkatkan kualitas sum-ber daya manusia dengan cara mem-berikan pendidikan pada anak-anak yatim, piatu, yatim piatu yang ter-lantar melalui pendidikan informal, formal dan nonformal. Pendidikan merupakan hak setiap manusia. Di Indonesia, hak tersebut tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan peng-ajaran . Dalam pasal tersebut meng-andung pengertian bahwa pendidik-an adalah hak bagi setiap warga dpendidik-an Negara berkewajiban memenuhi pendidikan tiap-tiap warga Negara. PAKYM Surakarta merasa ber-kewajiban mewujudkan pasal ter-sebut dengan cara melaksanaknan pendidikan sesuai dengan kebutuh-an kebutuh-anak asuh. Pendidikkebutuh-an ykebutuh-ang

di-laksanakan mmemberikan peranan penting untuk memandirikan anak. Ada beberapa alasan mengapa PA KYM Surakarta menggunakan pen-didikan untuk memandirikan anak. Tidak bisa dipungkiri bahwa pen-didikan merupakan salah satu kebu-tuhan mendasar bagi setiap manu-sia, terutama generasi muda. Proses pendidikan adalah proses untuk me-mberikan kemampuan kepada indi-vidu untuk dapat memberikan mak-na terhadap dirinya dan lingkung-annya.

Pendidikan akan menjadi mo-tor penggerak bagi setiap manusia dalam hal ini adalah anak asuh, contohnya pendidikan agama akan menjadi pengendali bagi anak asuh untuk selalu mengendalikan diri dari segala sesuatu yang sifatnya tidak baik, kemudian pendidikan formal di sekolah sebagai tingkatan ukuran pendidikan, dan untuk pen-didikan nonformalnya yaitu kete-rampilan menjadi bekal mereka un-tuk mendukung pekerjaan yang akan dijalaninya, jadi kalau anak-anak asuh tersebut memiliki pendidikan yang cukup maka kemandirian pun akan terbentuk. Dengan memiliki pendidikan yang cukup maka me-reka akan siap bersaing dengan te-man-teman diluar sana.33 Pendidik-an diharapkPendidik-an menjadi modal bagi anak-anak asuh saat mereka sudah tidak tinggal di panti lagi,

pendidik-31S. Nasution,Sosiologi Pendidikan, (Bandung : Bumi Aksara), 1994, hal. 10-11.

32H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho,Kebijakan Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar),

2008, hal. 21.


(3)

an sebagai motor penggerak bagi tubuh dan jiwa anak asuh di PAK YM Surakarta.

Melalui pendidikan inilah di-harapkan terbentuknya kepribadian anak-anak asuh sesuai dengan yang diharapkan, yaitu kepribadian sese-orang yang baik, yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam dan mema-tuhi norma-norma yang ada dalam masyarakat.34 Karena boleh dikata-kan hampir seluruh kelakuan invidu bertalian dengan dan atau di-pengaruhi oleh orang lain, maka karena itu kepribadian pada haki-katnya adalah gejala sosial. Pendi-dikan yang diberikan di PAKYM Su-rakarta memiliki peranan penting dalam membentuk sikap keman-dirian bagi anak asuh. Diantaranya adalah menciptakan kedisiplinan dan kemandirian.

KESIMPULAN

Ide pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan orga-nisasi Muhammadiyah lebih di-dasari oleh faktor sosial keagamaan. Faktor keagamaan tersebut dengan berusaha mengembalikan ke-Tau-hid-an dalam masyarakat yang di-anggap mulai meluntur. Keinginan K. H. Ahmad Dahlan dalam me-nampung dan menyantuni anak-anak terlantar dan fakir miskin juga merupakan panggilan keagamaan dengan dasar dalam Al-Qur an surat Al-ma un. Pemikiran inilah yang ke-mudidan direalisasikan dengan

pembentukan bagian Penolong Ke-sengsaraan Oemoem (PKO) sebagai langkah sosial dalam pembentukan organisasi Muhammadiyah. Per-kembangan PKO yang kemudian berkembang kedaerah-daerah lain-nya termasuk didalamlain-nya adalah daerah Surakarta.

Tahun 1915 majlis PKU diben-tuk dengan nama PKO, yang ter-cakup didalamnya adalah penam-pungan dan penyantunan anak ya-tim dan terlantar. Maka PKO ter-sebut mendirikan rumah yatim piatu di Yogyakarta tahun 1922, yang juga berkembang di kota-kota lain. Salah satunya di Surakarta, tahun 1930 PKO menambahkan amal usahanya dengan mendirikan PAKYM yang diprakarsai oleh K. H. Muhammad Idris Abdussalam. Amal usaha ini pada Nopember 1953 yang mulanya bernama Rumah Miskin Muham-madiyah Surakarta yang berdiri di kampung Kandangsapi, Jebres, Surakarta, dasar hukum pendirian-nya adalah akte pendirian Persya-rikatan Muhammadiyah sebagai badan hukum dengan No. 81/byl : 1. Tahun 1956 berganti nama men-jadi Panti Asuhan Yatim Muham-madiyah (PAYM) Surakarta yang disesuai dengan surat keputusan Menteri Sosial RI tertanggal 8 No-pember 1955, No. sekr. 10-22-17/ 1895. Tahun 1968 PAYM tersebut diganti nama dengan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, yang pelak-sanaannya terhitung sejak tanggal 1 34Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009.


(4)

Januiari 1970. Berdasarkan surat se-rah terima tanggal 5 Oktober 1966. M. No. D. 156/66, mulai tahun 1966 kepengurusan serta tanggung jawab pemeliharaan panti asuhan ini di-serahkan dari Pimpinan Muhamma-diyah Daerah Kota Madia Surakarta kepada Pimpinan Muhammadiyah Cabang Laweyan.

Perkembangan PAKYM Sura-karta tahun 1966-1984, tahun 1966 dilihat dari sistem pengorganisa-siannya, PAKYM Surakarta belum mempunyai struktur pengurusan yang lengkap karena masih minim-nya pengurus, begitupun dengan sistem penerimaan anak asuh yang hanya disyaratkan dari kalangan Muhammadiyah saja, pendidikan anak asuh yang masih kurang, dan kondisi kehidupan PAKYM Sura-karta yang masih memprihatinkan dalam segala hal. Berbeda dengan tahun 1970 yang pengorganisasi-annya sudah lebih lengkap, karena pengurus dipilih dan diangkat oleh keputusan dalam Pimpinan Cabang Muhammadiyah Laweyan dengan jangka waktu lima tahun sekali dan setelah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali. Tahun 1980 PAK YM ada dua sistem yang digunakan PAKYMyaitu dengan sistemFoster Care danFoster Parents. Sistem

Fos-ter Careyaitu beberapa anak yatim

dititipkan setelah mendapatkan per-setujuan dari pengurus panti asuh-an, dengan sistem tersebut maka se-luruh biaya pemeliharaan dan tang-gung jawab terhadap anak asuh ter-sebut ditanggung oleh keluarga yang bersangkutan. Sedang sistemFoster

Parents yaitu PAKYM Surakarta

memberikan santunan kepada anak yatim yang tidak mampu dengan cara mereka tetap tinggal bersama wali mereka, tanggung jawab dalam anak asuh tersebut ditanggung oleh pihak PAKYM Surakarta.

Sejak tahun 1970 bantuan dari masyarakat mulai dapat diterima dengan lancar, bantuan yang dite-rima PAKYM tersebut antara lain dari Yayasan Dharmais, Departe-men Sosial dan Sumber Dana Lain-nya. Sejalan dengan membaikknya kondisi ekonomi bangsa Indonesia, kesejahteraan PAKYM Surakarta mengalami peningkatan, itu dikare-nakan meningkatnya bantuan dari para donatur-donatur yang bisa be-rupa barang atau uang. Selain itu tahun 1980 PAKYM Surakarta juga mempunyai usaha yaitu potung rambut, foto, menjahit, dan lainnya yang mampu menghasilkan dana.

Keberadaan anak asuh di PAK YM bukan untuk selamanya, akan tetapi dalam batas waktu tertentu. Tetapi PAKYM Surakarta tidak begi-tu saja melepaskan anak asuhnya, PAKYM Surakarta berusaha secara maksimal menyalurkan anak asuh kedalam lapangan pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar selepas dari PAKYM anak asuh tersebut tidak menjadi pengangguran.

Peran PAKYM dalam pendidik-an bagi pendidik-anak asuh meliputi tiga pro-gram pendidikan yaitu pendidikan informal, formal dan nonformal. Ke-tiga program pendidikan tersebut di-anggap dapat meningkatkan kesa-daran anak-anak asuh sangat pen-tingnya pendidikan. Alasan PAKY


(5)

M menggunakan pendidikan di dalam meningkatkan kemandirian anak karena pendidikan akan ber-guna sampai berakhirnya hidup,

de-ngan pendidikan pula dapat men-jadikan anak asuh kelak bertang-gungjawab terhadap diri sendiri dan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh Munir Mulkan, 1990, Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dan

Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial, Jakarta: Bumi

Aksara.

Abu Ahmadi, 1985,Sosiologi Pendidikan, Jakarta : P. T Rineka Cipta. Deliar Noer, 1980,Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta:

LP3ES.

Dudung Abdurrahman, 1999, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Emha Ainun Nadjib dkk, 1995,Pak AR Profil Kyai Merakyat, Yogyakarta: Dinamika

Gottstalk, Louis, 1986,Mengerti Sejarah, Jakarta : Universitas Indonesia Press.

H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, 2008,Kebijakan Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Haidar Putra Daulay, 2001,Historisasi dan Eksistensi Pesantren Sekolah

dan Madrasah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Husni Rahim, 2001,Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Idris Zahara, 1994, Sosiologi Pendidikan, Studi dan Pengajaran, Jakarta: Gramedia Widiar Sarana Indonesia.

Koendjaraningrat, 1983,Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia.

MT. Arifin, 1996,Muhammadiyah Potret Yang Berubah, Surakarta: Institut Gelanggang Pemikiran Filsafat Sosial, Budaya dan Kependidikan. _________, 1987,Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka

Jaya.

Muchtar Buchori, 1995,Transformasi Pendidikan: Kumpulan Karangan, Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press.


(6)

Muslih Usa (ed), 1991, Pendidikan Islam di Indonesia, antara Cita dan

Fakta, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Mustafa Kamal Pasha, 1988, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta: Persatuan.

PP Muhammadiyah Majlis Tabligh, 1988.

S. Nasution, 1994,Sosiologi Pendidikan, Bandung: Bumi Aksara.

Sartono Kartodirjo, 1992,Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia.

Soekirno Dkk, 2000,Pengantar Pendidikan, Surakarta: Depdikbud RI Uni-versitas Sebelas Maret.

Suara Muhammadiyah, No. 7 Tahun ke 79, 1-15 April 1994.

Sutari Imam Barnadib, 1986, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: FIP IKIP.

Tim Pembina Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta Bekerjasama Dengan UMS, 1997,Panti Asuhan Keluarga

Yatim Muhammadiyah Surakarta.

Zahara Idris, 1984, Pengantar Pendidikan-pendidikan, Studi dan

Pengajaran, Jakarta: Gramedia Widiasara Indonesia.

Zakiyuddin Baidhawy, 2001,Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, Ideologi dan Organisasi, Surakarta: LSI UMS.

Wawancara dengan Damanhuri, 10 Nopember 2009. Wawancara dengan Rokhani, tanggal 6 Januari 2010. Wawancara dengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009. Wawancara dengan Sukarno, tanggal 23 Januari 2010. Wawancara dengan Wahjoedi, tanggal 20 Oktober 2009. Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009.


Dokumen yang terkait

PEMBUATAN DATABASE BANGUNAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA

0 3 7

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YATIM MUHAMMADIYAH PURWOREJO Kesejahteraan Subjektif Pada Anak Yatim Di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo.

0 3 15

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YATIM MUHAMMADIYAH PURWOREJO Kesejahteraan Subjektif Pada Anak Yatim Di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo.

0 2 15

KADAR RELIGIUSITAS SANTRI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2015 Kadar Religiusitas Santri Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta Tahun 2015.

0 3 16

KADAR RELIGIUSITAS SANTRI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2015 Kadar Religiusitas Santri Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta Tahun 2015.

0 2 16

PENDAHULUAN Kadar Religiusitas Santri Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta Tahun 2015.

0 5 38

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

6 47 15

PERAN PANTI ASUHAN YATIM CABANG MUHAMMADIYAH JUWIRING KLATEN DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN Peran panti asuhan yatim cabang muhammadiyah juwiring klaten dalam membentuk kemandirian anak asuh tahun 2014.

0 0 15

BAB II PERKEMBANGAN PANTI ASUHAN YATIM PUTRI MUHAMMADIYAH PURWOKERTO A. Berdirinya Panti Asuhan Yatim Putri Muhammadiyah Purwokerto - PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN FUNGSI PEMBINAAN PANTI ASUHAN YATIM PUTRI MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TAHUN 1992-2015 - reposito

0 0 26