VI
-
11 penanggungjawab urusan hubungan luar negeri untuk menghindari multitafsir
peraturan perundang-undangan secara berkesinambungan. b.
SDM pengelola kerjasama baik di tingkat provinsi maupun di KabupatenKota di Jawa Barat perlu ditingkatkan. Solusi peningkatan kapasitas aparatur pengelola
kerjasama secara berkesinambungan melalui kegiatan sosialisasi peraturan perundang-undangan kerjasama luar negeri, advokasi teknis mengenai
tatacaraprosedur dalam penyelenggaraan kerjasama luar negeri guna terciptanya suatu mekanisme pengelolaan kerjasama yang mampu menjaring mitra kerjasama
yang potensial dengan kapabilitas dan kompetensi yang sesuai dan pertukaran informasipengetahuan dengan melakukan kunjungan kerja ke provinsi di
Indonesia yang telah berhasil dalam menjalin kemitraan dengan pihak pemerintah di luar negeri maupun dengan badanlembaga luar negeri.
c. Pengorganisasian dan pelaksanaan penyelenggaraan kerjasama luar negeri masih
belum tertata dengan baik serta terkoordinasi di dalam satu atap baik di lingkup OPD maupun Pemerintah KotaKabupaten. Solusi peningkatan koordinasi antar
pengelola kerjasama luar negeri di lingkungan Provinsi Jawa Barat untuk meciptakan sinergi dan harmonisasi program dan menciptakan jejaring pengelola
kerjasama luar negeri. d.
Kurangnya komitmen untuk menindaklanjuti kerjasama yang telah dijalin oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui alokasi anggaran dan kegiatan yang
konkrit baik di lingkup OPD maupun Pemerintah KotaKabupaten sehingga kerjasama cenderung berjalan stagnan. Solusi perlu adanya komitmen dan Political
Will yang kuat dari Pimpinan untuk merealisasikan kerjasama yang telah dijalin dan juga komitmen dari OPD serta Pemerintah KotaKabupaten melalui pengalokasian
anggaran kegiatan.
D. Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Provinsi
1. Kebijakan dan Kegiatan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi, kabupaten
dan kota. Pemerintahan Daerah provinsi, kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat dilaksanakan melalui asas dekonsentrasi dan tugas-
tugas pembantuan. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemerintah memiliki peran yang sangat kuat dalam menjaga kepentingan nasional dan Pemerintah
memiliki kewenangan untuk menjamin bahwa kebijakan nasional dapat dilaksanakan
VI
-
12 secara efektif di seluruh wilayah Indonesia. Penyerahan urusan pemerintahan yang
sebagian besar diberikan kepada pemerintah kabupatenkota menuntut Pemerintah untuk memastikan bahwa kabupatenkota mengatur dan mengurus urusan tersebut
sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, menempatkan posisi gubernur selaku kepala daerah provinsi sekaligus berkedudukan sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi. Dalam
hal ini gubernur mempunyai fungsi menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah dalam penyelenggaraan
pemerintahan di wilayah provinsi. Dalam Pasal 38 Undang Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi mempunyai tugas dan wewenang: a pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota; b koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan kabupatenkota; c koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
tugas pembantuan di daerah provinsi dan kabupatenkota. Disamping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakili Pemerintah mempunyai tugas: a menjaga
kehidupan berbangsa, bernegara dalam rangka memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b menjaga dan mengamalkan ideologi Pancasila dan
kehidupan demokrasi; c memelihara stabilitas politik; dan d menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Peran gubernur sebagai wakil Pemerintah untuk melaksanakan pembinaan, pengawasan, koordinasi dan penyelarasan kegiatan pembangunan di daerah akan
dapat mengurangi ketegangan yang selama ini sering terjadi pada hubungan antara bupatiwalikota dan gubernur. Perbedaan dalam memahami pola hubungan
antarkedua tingkatan pemerintahan tersebut cenderung mempersulit koordinasi dan sinergi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di kabupatenkota. Pengaturan
peran gubernur sebagai wakil pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tatacara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta
Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi jo Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tatacara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di
Wilayah Provinsi, pendanaan tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil Pemerintah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN melalui
mekanisme dana dekonsentrasi yang dituangkan dalam rencana kerja dan anggaran Kementerian Dalam Negeri. Dekonsentrasi Kementerian Dalam Negeri merupakan
VI
-
13 bagian dari Program Penguatan Penyelenggaraan Pemerintahan Umum dan Kegiatan
Penyelenggaraan Hubungan Pusat Dan Daerah serta Kerjasama Daerah. Penguatan fungsi gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi juga
dimaksudkan memperkuat hubungan antar tingkatan pemerintahan. Dalam pelaksanaan peran gubernur sebagai wakil Pemerintah, maka hubungan antara
gubernur dengan bupatiwalikota bersifat bertingkat, dimana gubernur dapat melakukan peran pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Sebaliknya bupatiwalikota dapat melaporkan permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, termasuk dalam
hubungan antar kabupatenkota. Penyelenggaraan peran gubernur sebagai wakil Pemerintah dijabarkan dalam
bentuk program dan kegiatan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang
Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di
Wilayah Provinsi, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 118-026 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Dekonsentrasi Kegiatan Peningkatan Peran Gubernur
Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi Tahun Anggaran 2012 dan Rencana Kerja dan Anggaran KementerianLembaga RKA-KL Tahun Anggaran 2012 Provinsi
Jawa Barat, dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan. Program dan kegiatan dimaksud meliputi:
a. Fasilitasi forum koordinasi pimpinan daerah dalam wewujudkan ketentraman dan
ketertiban masyarakat; b.
Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan umum di wilayah provinsi; c.
Fasilitasi kesekretariatan gubernur sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi; d.
Koordinasi perencanaan dan pelaporan kinerja penyelenggaraan urusan pemerintah di wilayah provinsi;
e. Koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi perencanaan pembangunan daerah;
f. Koordinasi pengendalian dan pelaporan administrasi keuangan dan aset
pemerintah di wilayah provinsi; g.
Pengendalian urusan pemerintah di wilayah provinsi; dan h.
Fasilitasi peraturan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh kabupatenkota.
VI
-
14
2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan