RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025
40
2.2.3 PREDIKSI PEMBANGUNAN PRASARANA DAN WILAYAH a Prasarana dan Sarana
1. Sasaran yang akan dicapai dalam pembangunan prasarana jalan dan jembatan ini
adalah tersedianya sistem jaringan jalan dan jembatan dalam rangka menjamin tersedianya sistem transportasi yang lancar, aman, dan murah dalam wilayah
Kabupaten Lima Puluh Kota. Untuk itu total panjang jalan yang ada sekarang perlu ditingkatkan lagi pada masa mendatang. Untuk mempercepat proses pembangunan
daerah maka pembangunan prasarana jalan dan jembatan yang perlu mendapat prioritas adalah :
a. Pembangunan jalan dan jembatan baru untuk meningkatkan akses ke pusat-pusat pertumbuhan dan sentra-sentra produksi dan pusat-pusat kegiatan sosial
masyarakat yang diperkirakan akan semakin meningkat dan berkembang di masa mendatang;
b. Pembangunan jalan dan jembatan baru untuk membuka isolasi daerah yang selama ini tidak dapat di akses dengan kendaraan bermotor roda empat;
c. Pembangunan jalan dan jembatan sebagai jalan alternatif untuk meningkatkan transportasi antar wilayah dan antar daerah.
2. Peningkatan kualitas konstruksi jalan dan jembatan juga perlu mendapat prioritas yang semakin besar pada masa mendatang. Dengan beroperasinya Fly Over Kelok
Sembilan maka volume lalu lintas yang menggunakan kendaraan berat akan semakin meningkat. Oleh sebab itu kualitas konstruksi Jalan Negara perlu ditingkatkan lagi
sehingga pada kahir tahun 2025 seluruh ruas jalan Negara sepanjang 80,90 km ini sudah berada dalam kondisi baik dan statusnya sudah ditingkatkan menjadi jalan
Kelas II. Begitu juga dengan Jalan Provinsi ditingkatkan pula konstruksinya disertai dengan pelebaran jalan sesuai dengan standar yang berlaku. Seluruh ruas Jalan
Provinsi yang ada di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota sepanjang lebih kurang 140 km ditargetkan sudah dengan kondisi baik dan statusnya ditingkatkan menjadi Jalan
Kelas III.A.
3. Pembangunan jalan dan jembatan di Kabupaten Lima Puluh Kota perlu pula diintegrasikan dan disinkronkan dengan sistem jaringan jalan di Sumatera Barat dan
Kabupaten tetangganya. Dalam hal ini rencana pembangunan jalan dua jalur Padang- Payakumbuh perlu diimbangi dengan peningkatan jalan yang mempuyai akses ke
jalan dua jalur tersebut. Peningkatan jalan dan pengaspalan jalan dengan kualitas yang lebih baik juga diperlukan pada jalan-jalan alternatif yang akan dikembangkan di
Kabupaten Lima Puluh Kota, yaitu jalan Tanjung Pati-Simalanggang dan Jalan Taram- Tanjung Pati.
4. Dari pelaksanaan program dan kegiatan peningkatan jalan diatas, maka pada akhir tahun 2025 diperkirakan kondisi jalan di Kabupaten Lima Puluh Kota yang sudah
dengan kondisi baik sudah mencapai 37 , kondisi sedang 30 , dan yang rusak dan rusak berat hanya sekitar 33 . Untuk mencapai target ini maka peningkatan jalan
perlu pula disinkronkan dengan kegiatan rehabilitasi, pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala terhadap jalan dan jembatan yang ada. Disamping itu perlu pula
RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025
41 dilakukan koordinasi dan pendekatan kepada Departemen Kimpraswil dan Dinas
Kimpraswil Provinsi Sumatera Barat yang melakukan kegiatan pembangunan baru, rehabilitas, dan pemeliharaan pada ruas jalan Negara dan Jalan Provinsi.
5. Pembangunan sistem transportasi dalam rangka tersedianya pelayanan angkutan yang lancar, aman, dan murah akan dicapai melalui pembangunan terpadu yang mencakup
beberapa sub sistem yaitu sub sistem jalan dan jembatan, moda atau jenis angkutan, sistem terminal, organisasi dan kelembagaan, fasilitas penunjang seperti
perbengkelan, suku cadang kendaraan, penyediaan dan harga BBM, rambu-rambu, trafic light, warning light, halte, lampu jalan, trotoar dan lain sebagainya.
Tabel 2.3. Prediksi Prasarana Jalan dan Jembatan Di Kabupaten Lima Puluh Kota, 2005-2025
Uraian 2005
2010 2015
2020 2025
Jalan Kabupaten km 1.104
1.144 1.194
1.244 1.281
Total 1.307
1.347 1.413
1.463 1.500
Jalan Aspal 48,30
55 60
65 70
Jalan Kondisi Baik 26,64
29 32
34 37
Jalan Sedang 16,66
20 23
27 30
Sumber : Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2006
7. Jenis sarana angkutan yang akan berkembang pada masa mendatang diperkirakan tetap didominasi oleh angkutan kendaraan bermotor baik untuk angkutan penumpang
maupun angkutan barang. Sejalan dengan meningkatnya kondisi jaringan jalan dan jembatan, maka jumlah armada kendaraan bermotor diprediksi akan terus pula
meningkat. Untuk angkutan penumpang diperkirakan akan meningkat akan bergeser dari kendaraan besar bus kepada kendaraan berukuran kecil seperti mini bus.
Perubahan sistem angkutan yang sangat besar terjadi pada penggunaan sepeda motor yang tidak saja sebagai angkutan pribadi perorangan juga menjadi angkutan
penumpang ojek dan angkutan usaha dagang keliling.
8. Kebutuhan terhadap jasa angkutan kendaraan bermotor diperkirakan akan meningkat dengan pesat pada masa 20 tahun mendatang. Faktor lingkungan strategis eksternal
seperti semakin baiknya kondisi jalan dan jembatan Sumatera Barat, peningkatan Bandara Internasional Minangkabau, dan pesatnya pembangunan di Provinsi Riau
akan mendorong meningkatnya volume angkutan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Faktor internal yang berpengaruh adalah peningkatan produksi daerah serta
peningkatan prasarana jalan dan jembatan akan mendorong pula meningkatnya volume angkutan lokal. Perkembangan teknologi kendaraan bermotor yang diikuti
dengan kemudahan dalam sistem pembiayaan dan perkreditan merupakan faktor pendorong pula untuk meningkatnya jumlah armada angkutan dalam berbagai jenis.
Peningkatan volume angkutan kota dan angkutan pedesaan ditandai dengan meningkatnya jumlah trayek dan jumlah armada angkutan. Pada tahun 2004 jumlah
trayek tercatat sebanyak 25 buah dengan jumlah lintasan sebanyak 74 lintasan.
RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025
42 Jumlah armada angkutan untuk melayani trayek tersebut adalah 430 unit yang terdiri
dari jenis oplet dan mini bus. 10. Kebutuhan terhadap pesawat telepon, baik sambungan langsung ke rumah-rumah
maupun berupa telepon umum wartel akan terus meningkat dimasa mendatang. Pada akhir tahun 2025 ditargetkan seluruh kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota
sudah dapat dilayani oleh sambungan telepon otomat. Dengan berkembangnya pengunaan telepon seluler Handphone, maka kebutuhan terhadap sarana
telekomunikasi ini akan dilakukan secara terpadu dengan sistem telepon otomat, khususnya untuk melayani daerah terpencil.
11. Peranan Pos sebagai media pengiriman surat, barang, wesel dierkirakan akan semakin berkurang pada masa mendatang. Penurunan peranan Kantor Pos ini
disebabkan karena kalah bersaing dengan teknologi telekomunikasi dan informatika telematika serta perbankan. Semakin meluasnya pemakaian komputer dengan
fasilitas internet dan email dalam pengiriman informasi akan mengurangi peranan Kantor Pos dalam kehidupan masyarakat. Begitu juga dengan makin meningkatnya
pelayanan perbankan dalam bentuk pemasyarakatan sistem tabungan online, penggunaan ATM akan menguragi pula pengiriman uang melalui wesel pos. Namun
demikian keberadaan kantor pos minimal satu di setiap ibukota kecamatan tetap dibutuhkan pada masa mendatang.
12. Pembangunan perumahan dan pemukiman sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dipastikan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk
dan pendapatan masyarakat. Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap rumah layak huni perlu didorong dengan penyediaan lahan pemukiman pada lokasi yang
sesuai dengan rencana tata ruang serta harga yang terjangkau. Disamping itu pembangunan perumahan ini perlu pula dilengkapi dengan penyediaan fasilitas
pemukiman seperti prasarana jalan lingkungan, tenaga listrik, air minum, riol dan saluran pembuangan air limbah, dan fasilitas pemukiman seperti sekolah, kesehatan,
mesjid dan musalla, dan sebagainya. Khusus pada kawasan perkotaan di Sarilamak dan ibukota-ibukota kecamatan sangat diperlukan perecanaan kawasan pemukiman
yang sudah tertata dengan baik sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Usaha ini diawali dengan penyediaan lokasi dan perbaikan dalam administrasi dan status
pemilikan tanah.
13. Sumber tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota berasal dari PLTA Batang Agam, PLTA Maninjau PLTA Singkarak, dan PLTA
Kotopanjang yang didistribusikan ke seluruh wilayah melalui Gardu Induk dengan kapasitas tegangan 20 KV dan daya 200 KVA, dengan daya terpasang sebesar
51.506.873 KWH. Pelayanan jaringan tenaga listrik boleh dikatakan sudah menyebar secara merata ke seluruh wilayah kota dan pedesaan, baik untuk kebutuhan rumah
tangga maupun untuk industri, pemerintahan, sosial dan untuk penerangan umum. Pada tahun 2006 jumlah pelanggan tenaga listrik di Kabupaten Lima Puluh Kota
tercatat sebanyak 48.905 orang, dimana 45.890 orang atau 93,83 merupakan pelanggan rumah tangga. Dibandingkan dengan jumlah rumah tangga tahun 2006
sebanyak 85.212 KK, maka yang sudah mendapatkan pelayanan sambungan tenaga listrik baru atau 53,85 .
RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025
43 14. Kebutuhan penduduk terhadap tenaga listrik pada masa mendatang akan terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan sektor industri dan teknologi elektronika. Kebutuhan tenaga listrik ini diperkirakan akan
dipenuhi oleh sumber-sumber pembangkit yang ada. Pada akhir tahun 2025 jumlah rumah tangga yang akan dilayani sambungan tenaga listrik diperkirakan menjadi 75
dari total rumah tangga yang ada. Permasalahan yang cukup menghambat dalam melayani kebutuhan penduduk ini adalah lokasi pemukiman penduduk yang terpencar-
pencar dalam wilayah yang cukup luas sehingga menyulitkan dalam pemasangan jaringan transmisi dan jaringan distribusi tenaga listrik. Disamping itu tidak semua
penduduk mampu membiayai pemasangan baru untuk rumah-rumah mereka karena biaya yang masih dirasakan tinggi oleh masyarakat miskin.
15. Disamping untuk konsumsi rumah tangga dan industri, penyediaan tenaga listrik juga diarahkan untuk penerangan jalan dan tempat-tempat umum. Dalam usaha
meningkatkan penerangan jalan di Kabupaten Lima Puluh Kota secara teknis tidak mengalami permasalahan yang berarti. Pelaksanaan kegiatan ini pada dasarnya
hanya menyangkut dengan kemampuan penyediaan dana untuk pengadaan tiang- tiang listrik dan jaringan transmisi dan distrikbusi. Untuk peningkatan pemasangan
lampu-lampu penerangan jalan ini perlu dilakukan secara bertahap dengan prioritas utama adalah pada kawasan perkotaan di Kota Sarilamak sebagai pusat
pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota. Prioritas selanjutnya adalah penerangan jalan pada ibukota kecamatan yang berada pada jalur jalan Negara dan jalur jalan
Provinsi dan Jalan Kabupaten. Prioritas lain adalah pemasangan lampu jalan dan penerangan pada tempat-tempat umum yang terkait dengan keindahan kota,
ketertiban dan keamanan.
16. Kebutuhan penyediaan air minum secara kuantitas dan kualitas akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi dan sosial
budaya masyarakat. Berdasarkan standar nasional maka setiap penduduk rata-rata membutuhkan air bersih 120 liter per kapita per hari untuk air minum, mandi, dan cuci.
Untuk memenuhi target tersebut maka Perusahaan Daerah Air Minum PDAM diharapkan dapat melayani air bersih untuk 70 penduduk perkotaan urban dan 30
di pedesaan rural pada akhir tahun 2025. Sedangkan sisanya diharapkan dipenuhi dari sumber lain seperti sumur gali, sumur pompa, mata air, dan sumber lainnya.
17. Kemampuan pelayanan air minum oleh PDAM Kabupaten Lima Puluh Kota pada saat ini baru 56 dari jumlah penduduk yang tercakup dalam 8 kecamatan. Oleh sebab itu
prioritas pertama dalam meningkatkan pelayanan air bersih ini adalah menambah unit pelayanan ke semua kecamatan menjadi 13 unit sehingga seluruh kecamatan sudah
mendapat pelayanan air bersih dari PDAM. Disamping itu untuk melayani kebutuhan air bersih bagi masyarakat umum maka diperlukan penambahan pompanisasi dan
hidran umum yang dialokasikan secara merata ke seluruh pusat-pusat pemukiman penduduk. Sumber air untuk memenuhi kebutuhan air bersih diatas pada dasarnya
tersedia dengan cukup bahkan dapat dikatakan melimpah. Potensi sumber air yang dapat diolah berasal dari 13 buah sungai yang tersebar secara merata di seluruh
kecamatan serta adaya sumber-sumber lain seperti waduk dan mata air. Persoalannya
RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025
44 adalah bagaimana menyediakan sumber dana untuk mengeksploitasi potensi sumber
air yang besar ini untuk memenuhi kebutuhan penduduk. 18. Peranan irigasi sangat penting dalam usaha meningkatkan produksi pertanian,
khususnya padi sawah yang merupakan lapangan pekerjaan terbesar di Kabupaten Lima Puluh Kota. Disamping itu sistem irigasi dimanfaatkan pula untuk perikanan
darat, sumber air bersih, dan drainase. Dari luas sawah di Kabupaten Lima Puluh Kota 23.084 Ha maka yang sudah memiliki sistem pengairan irigasi adalah 21.819 Ha atau
94,52 , yaitu terdiri dari Irigasi Teknis 4.686 Ha 20,30 , Irigasi Setengah Teknis 5.590 Ha atau 24,22 , Irigasi Sederhana 2.251 Ha atau 9,75 , dan Irigasi Desa
9.292 Ha.
19. Peluang untuk meningkatkan sistem irigasi pada dasarnya terbuka lebar karena Kabupaten Lima Puluh Kota dilalui oleh 13 buah sungai yang lokasinya tersebar
secara merata ke seluruh wilayah. Hambatan teknis yang dihadapi adalah masalah topografi dimana areal sawah adakalanya lebih tinggi dari permukaan sungai yang
ada. Pembangunan sistem irigasi yang dilakukan selama ini adalah berupa pembangunan bendungan untuk menaikkan permukaan air dan mengalirkannya ke
areal persawahan dengan saluran teknis dan setengah teknis. Namun untuk membangun bendungan dan saluran irigasi ini jelas membutuhkan biaya yang sangat
besar. Disamping itu terdapat pula sistem tradisional untuk menaikkan air sungai dengan sistem pompanisasi dan membuat kincir air. Permasalahan irigasi yang paling
mendesak untuk ditanggulangi adalah bagaimana meningkatkan saluran irigasi yang masih berupa Irigasi sederhana dan Irigasi Desa yang masih menggunakan konstruksi
saluran tanah menjadi saluran teknis dan setengah teknis. Disamping itu untuk mengairi areal persawahan yang berada pada topografi yang tinggi maka
dikembangkan sistem pompanisasi.
b Tata Ruang dan Pembangunan Wilayah 20. Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota dalam jangka
panjang 2005-2025 secara umum diarahkan kepada terwujudya tata ruang wilayah yang mampu mendukung peningkatan aktivitas masyarakat dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan hidup. Disamping itu pengembangan tata ruang kota juga dimaksudkan untuk menciptakan keserasian penempatan akitivitas ekonomi dan sosial
budaya masyarakat dalam sistem tata ruang yang efektif dan efisien.
21. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang maka pola pemanfaatan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri dari kawasan
lindung dan kawasan budi daya, dimana kawasan lindung merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan, sementara kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
22. Konsepsi ruang dan perwilayahan dalam UU No. 26 tahun 2007 di atas sangat berimplikasi dalam penerapannya di sektor kehutanan, karena masih terbuka celah
RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025
45 pemahaman yang berbeda dari sektor lain terhadap konsepsi ruang dan wilayah yang
dikenal dalam kehutanan. Ruang kehutanan pengaturannya berada di bawah payung UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Dimana menurut fungsinya kawasan hutan
dibagi atas hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 442Kpts-II1999, tanggal 15 Juni 1999
tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Propinsi Sumatera Barat. Maka data luas kawasan hutan di Kabupaten Lima Puluh Kota menurut kecamatan dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
No. Luas Kawasan Ha
Kecamatan APL
HPK HPT
HP Tetap HSAW HL
1. Luak
4.558 1.580
2. Situjuah Limo
Nagari 4.988
40 2.540
3. Lareh Sago
Halaban 24.418
3.3984 11.133
4. Payakumbuh 8.184
1.763 5.
Akabiluru 6.675
2.751 6.
Guguak 8.8184
1.802 7.
Mungka 2.095
6.281 8.
Harau 19.684
12.606 9.540
9. Suliki
7.067 6.627
10. Gn. Omeh 6.160
2.719 5.562
1.313 11. Bk. Barisan
9.130 200
20.140 12. Pangkalan
15.585 6.456
5.504 6.196
37.465 13. Kapur IX
15.300 12.025
588 43.923
Jumlah 132.692 18.481
8.223 6.236
27.060 142.738
Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Lima Puluh Kota 23. Data di atas jelas terlihat bahwa lebih kurang 60,44 berada pada kawasan hutan,
dan hanya 39,56 yang berada pada areal penggunaan lain APL atau yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan. Oleh karena itu
dalam revisi RTRW Propinsi kita sedang upayakan mengajukan usulan perubahan fungsi kawasan terutama pada pada wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam
seperti bahan tambang dan juga wilayah yang sudah merupakan permukiman, namun kelestarian hutan dan upaya menjaga fungsi hidro-orologisnya tetap dipertahankan
dan sesuai dengan UU tata ruang kawasan hutan paling sedikit 30 tia puluh persen dari luas Daerah Aliran Sungai DAS.
24. Pengembangan tata ruang dalam suatu wilayah tidak terlepas dari kebijakan pembangunan daerah dan aktivitas sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakatnya.
Arah kebijakan pembangunan jangka panjang Kabupaten Lima Puluh Kota adalah pembangunan bidang ekonomi yang bertumpu pada sektor pertanian, peternakan dan
agro industri. Ini berarti bahwa kebutuhan penyediaan tanah bagi lokasi pertanian, peternakan, dan industri akan meningkat dengan pesat yang selanjutnya akan
berpengaruh terhadap rencana penggunaan lahan dalam sistem tata ruang wilayah.
RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025
46 25. Dengan dipindahkannya ibukota Kabupaten Lima Puluh Kota ke Sarilamak, maka
kawasan ini akan menjadi kawasan strategis dalam pengembangan wilayah. Oleh sebab itu penyusunan perencanaan tata ruang kawasan ini perlu dilakukan secara
khusus dalam bentuk perencanaan yang lebih detail dan teknis. Perencanaan tata ruang harus pula diikuti dengan kebijakan penyediaan tanah untuk pembangunan
kawasan pemerintahan Kota Sarilamak dengan seluruh aktivitas pendukungnya seperti perkatoran, pemukiman, perdagangan, fasilitas umum dan fasilitas sosial
lainya.
c Lingkungan Hidup 26. Pembangunan ekonomi yang bertumpu pada sumber daya alam seperti pertanian,
hutan dan bahan tambang, disamping memberikan dampak positif juga dapat menimbulkan akibat negatif terhadap ekosistem alam dan lingkungan hidup. Oleh
sebab itu sumber daya alam ini perlu dikelola secara arif dan bijak sehingga tidak mengganggu ekosistem dan menurunkan daya dukung lingkungan hidup. Makin
tingginya intensitas eksploitasi sumber daya alam serta meningkatnya jumlah penduduk dengan kegiatan yang mengarah kepada agri bisinis dan agro industri akan
memunculkan pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah yang perlu dikelola secara terpadu agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Pembangunan yang
memanfaatkan sumber daya alam dalam jumlah yang berlebihan mengandung resiko terjadinya pencemaran atau polusi air dan udara serta perusakan lingkungan hidup
yang pada akhirnya akan menjadi beban sosial yang harus ditanggung pemerintah dan masyarakat.
27. Pencemaran air umumnya berasal dari limbah rumah tangga, pasar, rumah sakit, industri dan pertambangan, pertanian, dan peternakan. Dari sumber-sumber ini maka
pencemaran yang paling dominan adalah berasal dari limbah rumah makan berupa limbah organik dan non organik. Berdasarkan hasil survey lingkungan hidup tahun
2002 pencemaran terhadap kualitas air pada sungai Batang Sanipan masih berada di bawah ambang batas yang diizinkan. Namun peningkatan aktivitas ekonomi yang
semakin mengarah ke sektor industri pada masa mendatang cendrung meningkatkan pencemaran terhadap air ini sehingga pengendalian dan pengawasan secara lebih dini
sudah perlu ditingkatkan. Sedangkan polusi udara berupa kebisingan, debu dan bau yang tidak sedap dihasilkan oleh pabrik dan kendaraan bermotor. Berdasarkan hasil
survey yang dilakukan pada beberapa sample di Tanjung Pati, Sarilamak, Lubuk Bangku, dan Ulu Air mununjukkan bahwa derajat polusi udara ini juga masih di bawah
ambang batas yang diizinkan. Namun demikian terdapat kecendrungan akan semakin meningkatnya volume pencemaran udara ini karena meningkatnya jumlah kendaraan
bermotor dan volume lalu lintas.
RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025
47
BAB III ISU-ISU STRATEGIS