ISU-ISU STRATEGIS RPJPD 50 KOTA GABUNGAN

RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025 47

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

1. Beberapa perubahan internal di Sumatera Barat yang dapat mempengaruhi peranan dan fungsi Kabupaten Lima Puluh Kota menjadi sangat penting dijadikan sebagai dasar perumusan visi, misi arah dan strategi pembangunan jangka panjang. Peningkatan Kualitas Individu dan Kelembagaan kualitas penduduk baik secara individu maupun masyarakat sudah semakin meningkat. Hal ini ditandai pula dengan semakin meningkatnya kesadaran berdemokrasi baik dalam proses pelayanan masyarakat maupun pengambilan keputusan. Kualitas kelembagaan pemerintah juga mengalami perbaikan dan semakin bermutu pula. 2. Minangkabau mengalami tantangan besar. Itu pernyataan yang mungkin dapat mewakili keberadaannya dewasa ini. Masalah tentang keberadaan fungsi dan peran tungku tigo sajarangan yang semakin memudar, hubungan mamak dan kemenakan yang semakin menipis baik dalam isi dan prakteknya, kedudukan nilai agama yang semakin jauh dari tempat semestinya, dan kemerosotan intelektualitas disebagian kalangan dan posisi Ilmu Pengetahuan sebagai modal sumber daya manusia yang semakin kritis posisinya. Masih banyak lagi persoalan yang selama ini telah menjadi wacana dalam masyarakat Minangkabau. Inti dari semua itu adalah semua kita risau dan resah. Mau kemana dan dibawa kemana Minangkabau? Problem aktual Minangkabau terus menerus lahir dengan varian-varian barunya dari hari ke hari, sementara posisi kebudayaan Minangkabau dalam masyarakat terus menerus berusaha dipertahankan. Berbagai usaha mulai dari tingkat pemerintahan sampai ke masyarakat kebanyakan terus dilakukan. Program Kembali ke Nagari, Kembali ke Surau, wirid dan pengajian, penerapan mata ajaran BAM di kalangan siswa, pertunjukan kesenian daerah, pengembangan simbol arsitektur Bagonjong pada berbagai bangunan, dsb, adalah sebagian dari usaha pemerintah dan masyarakat dalam mempertahankan Minangkabau. 3. Semenjak masuknya arus globalisasi melalui peran komunikasi dan jalur informasi modern, maka batas-batas sosial kita semakin kabur, meskipun interaksi sosial semakin berkembang. Hal ini dapat dibuktikan dengan berkembangnya komunitas- komunitas baru di luar batas kesatuan identitas sosial yang ada, artinya kesatuan sosial tidak lagi diikat oleh batas-batas nagari, suku atau kaum. Ikatan sosial sudah berkembang kearah kepentingan-kepentingan politik dan ekonomi, atau kepentingan lainnya yang kadang-kadang tak masuk akal. Sementara ini, sejalan dengan perkembangan teknologi, peralatan canggih untuk menopang kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat justru melahirkan perilaku sosial yang keluar dari nilai kemuliaan. Anak-anak dan remaja lebih suka permainan elektronik dari pada bermain permainan rakyat seperti, gasing, genggong, dll. Muda-mudi berpakaian tidak sesuai dengan adat, yakni gemar membuka aurat. Pemakaian benda-benda modern juga menggejala untuk memperkuat keberadaan identitas mereka. Kesemuanya ini menunjukkan bahwa budaya masyarakat Minangkabau mulai berubah menjadi budaya orang modern, seperti gaya hidup kota, walaupun kemampuan finansial mereka masih tergolong lemah. RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025 48 4. Dalam beberapa tahun belakangan ini di Kabupaten Lima Puluh Kota juga telah terlihat adanya konflik-konflik horizontal antar kelompok masyarakat atau antar nagari karena perebutan atas sumber daya alam, batas-batas nagari, kesalahpahaman identias agama dan budaya. Dengan semakin terbatasnya sumber daya alam, diperkirakan konflik-konflik sosial juga akan semakin meningkat pula di masa mendatang. Disamping itu, semakin terbukanya Kabupaten Lima Puluh Kota terhadap penduduk dari etnis lain, diperkirakan potensi konflik-konflik karena kesalahpahaman identitas budaya atau agama juga semakin kuat. Selain itu, akibat dari peningkatan kesadaran politik dan hak-hak yang dijamin oleh hukum pasca reformasi, warga masyarakat akan semakin kritis dan memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat, melakukan demonstrasi, menentang kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan mereka. Keadaan seperti itu diperkirakan juga akan dapat menjadi salah satu pemicu munculnya konflik vertikal antara warga dan aparatur pemerintah daerah di masa depan. 5. Secara perlahan, tetapi pasti, telah terjadi pula perubahan selera masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota. Pada masa yang akan datang dapat diproyeksikan akan perubahan kebutuhan, dari cenderung memenuhi kebutuhan pokok, sandang dan pangan, kepada kebutuhan pokok dan sekunder. Sehingga hal ini perlu pula diantisipasi dalam pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut telah terjadi pula peningkatan dayabeli masyarakat sebagai hasil dari peningkatan pendapatan. Dari analisis terdahulu daya beli juga mengalami peningkatan, walaupun masih jauh dari daerah lain. Namun dalam jangka panjang daya beli masyarakat akan cenderung meningkat lebih cepat lagi. Dan daya beli akan meningkat pada kebutuhan sekunder dan tertier. 6. Khusus untuk bidang pertanian, isu strategis yang cukup penting Pertama, karena Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan produsen gambir terbesar di dunia. Tetapi pelaku usaha tanaman gambir belum mendapatkan nilai tambah yang memadai dari usaha yang mereka jalankan. Upaya untuk memajukan agribisnis gambir baik SDM, kelembagaan, teknologi dan pasarnya akan berdamapak besar terhadap tingkat kehidupan pelaku usaha dan perekonomian daerah. Kedua, posisi daerah ini yang berbatasan langsung dengan Provinsi tetangga Riau membuka kesempatan pasar bagi produk unggulan yang dihasilkan. Pembangunan pertanian kedepan perlu diarahkan untuk meningkatkan daya saing produk pangan dan hortikultura dalam memasuki pasar regional dan internasional. Ketiga, bahwa Provinsi Sumatera Barat sudah dicanangkan sebagai salah satu kawasan sentra produksi kakao di wilayah barat Indonesia. Dalam kaitan ini ada peluang untuk meningkatkan produksi bahan baku, biji terfermentasi dan produk olahan kakao lainnya. Keempat, kenaikan harga BBM dan penurunan cadangan minyak bumi telah mendorong tumbuhnya industri bahan bakar terbarukan bio-fuel. Bahan bakar terbarukan dalam bentuk bio-etanol dapat diproduksi dari ubi kayu dan tebu. Dalam konteks Kabupaten Lima Puluh Kota secara historis ubi kayu dan tebu adalah komoditi pertanian yang sudah lama diusahakan. Artinya ada peluang untuk pengembangan kedepan. 7. Upaya pembangunan pertanian Lima Puluh Kota, seperti juga daerah lain yang ekonominya berbasis pertanian dengan kondisi yang relatif sama, secara internal RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025 49 berhadapan dengan beberapa isu dan permasalahan untuk dapat berkembang. Diantara isu dan permasalahan tersebut adalah keterbatasan akses dan pemilikan aset produktif. Rata-rata pengusahaan lahan sawah di Lima Puluh Kota adalah 0.3 hektar dan lahan kering 0.46 hektar dengan total kurang dari 1 hektar. Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah dukungan pengembangan usaha agribisnis dan agroindustri yang lebih komprehensif dengan berbagai aspeknya seperti permodalan, peningkatan kapasitas teknispenyuluhan dan pengelolaan usaha dan mampu membangun skala ekonomi usaha yang memadai. Dalam kaitan itu maka kedepan perlu pengembangan kawasan sentra produksi dan agroindustri dan kelembagaan pengelolaannya yang dapat memberikan kerangka bagi alih teknologi, peningkatan produksi dan penanganan pasca panen. 8. Aspek pemasaran dan perdagangan komoditi yang dihasilkan juga perlu mendapat perhatian. Pada umumnya mekanisme pemasaran dan perdagangan komoditi pertanian sering tidak adil dan tidak berpihak kepada pelaku usaha pertanian agribisnis dan agroindustri. Hal ini mengindikasikan bahwa aspek perdagangan dan kelembagaan pemasaran komoditi pertanian ini perlu menjadi perhatian. Disamping itu, perhatian juga perlu diberikan terhadap kapasitas para pelaku usaha pertanian agribisnis. Dari data yang ada sebagian besar petani berpendidikan rendah dan kemampuan berusahanya dikembangkan secara alamiah sehingga ada keterbatasan- keterbatasan untuk pengembangan lebih lanjut. Usaha agribisnis dan agroindustri akan dapat berkembang kalau para pelakunya mempunyai pengetahuan, kemampuan teknis dan terlatih dalam menjalankan usaha. 9. Permasalahan pokok pembangunan ekonomi Kabupaten Lima Puluh Kota secara umum adalah relatif rendahnya daya saing produk dipasaran sebagai akibat dari kegiatan produksi yang kurang efisien sehingga harga jual dipasaran relatif tinggi. Faktor penyebab kurang efisiennya kegiatan produksi adalah karena relatif rendahnya produktivitas tenaga kerja, protensi sumberdaya alam yang terbatas dan relatif tinggi ongkos transpor sebagai akibat dari kondisi geografis yang berbukit-bukit. Faktor lain yang juga menyebabkan relatif rendahnya daya saing produk daerah adalah karena mutu produk yang dihasilkan relatif rendah dan penemuan produk baru sangat jarang sekali, terutama disebabkan oleh tingkat teknologi yang masih tradisional dan masih belum berkembangnya kegiatan penelitian dan pengembangan Research and Development pada dunia usaha. Rendahnya daya saing produk daerah ini menyebabkan kurang berkembangnya kegiatan ekspor dan kurang menariknya investasi di Kabupaten Lima Puluh Kota. 10. Pendekatan pembangunan pertanian perlu bertumpu pada pendekatan kawasan dengan mewujudkan kawasan sentra produksi dan agroindustri komoditi unggulan. Kawasan sentra gambir, jagung, jeruk, manggis, sayuran, kakao, tembakau, cabe, pisang, kopi, ubi kayu dan komoditi lainnya yang berpeluang untuk dikembangkan pada masa yang akan datang perlu diwujudkan dalam artian yang utuh. Kelembagaan pendukung permodalan, alih teknologi, dukungan pengembangan agribisnis dan sinergi antar pelaku, dan pemasaran produk perlu terus dikembangkan. Pengembangan SDM pertanian pelaku agribisnis dan kelembagaan alih teknologi penyuluhan pertanian perlu mendapat penekanan dan ditangani secara serius untuk mendukung pengembangan kawasan sentra produksi tersebut. Upaya pengujian dan RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025 50 penerapan berbagai teknologi baru di bidang pertanian perlu menjadi bagian dari upaya ini. 11. Pembangunan pertanian kedepan perlu memberikan penekanan kepada upaya membangun sinergi diantara sub-sektor pertanian seperti sub-sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan dengan sub-sektor peternakan untuk mendorong peningkatan efisiensi, pengurangan ketergantungan terhadap suplai input dari luar seperti pupuk dengan memproduksi pupuk organik secara domestik dan bergerak ke pertanian yang lebih ramah lingkungan. Sinergi dengan sektor lain yang mendukung dalam memwujudkan kawasan sentra seperti prasarana jalan, irigasi, listrik, telekomunikasi, tempat pemasaran juga perlu menjadi fokus perhatian. Pemanfaatan sumberdaya dasar pertanian lahan dan air perlu lebih dioptimalkan dengan mengembangkan usaha produksi berbasis penguasaan lahan komunal di tingkat lokal di dalam kawasan-kawasan sentra yang diprioritaskan untuk dikembangkan. 12. Berdasarkan hal ini, maka esensi pembangunan pertanian dan peternakan memfokuskan pada upaya revitalisasi kegiatan pembangunannya. Pengembangan Kawasan Sentra Produksi KSP, Kawasan Ekonomi Terpadu KAPET dan Agro-city serta kawasan teknologi Technopark menjadi icon penting dalam pembangunan peternakan. Untuk memenuhi indikator diatas, terdapat tujuh wilayah garapan strategis skim KAPET, pendukung UMKM, diversifikasi wilayah strategis, konservasi sumberdaya alam, usaha berbasis air, antisipasi konflik horizontal dan kerjasama pihak luar yang saling mempunyai keterkaitan dalam revitalisasi pembangunan pertanian dan peternakan. 13. Sebagai hasil dari perkembangan pembangunan dan kemajuan yang terdapat dalam masyarakat, pengharapan terhadap pemerintah juga semakin meningkat. Pengharapan masyarakat tersebut sudah berubah dibandingkan dengan sebelumnya, mulai dari pengharapan akan kualitas hidup. Kemudian dilanjutkan dengan pengharapan akan masa depan yang lebih maju. Saat bersamaan pengharapan demikian diiringi dengan semakin sempitnya pemahaman budaya dan agama pada generasi muda. Ini perlu dijadikan sebagai indikasi dalam menetapkan strategy yang lebih tepat. 14. Ada dua persoalan yang menonjol dalam pencapaian pemerataan pendidikan yang ditemukan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Pertama adalah sulitnya menyelesaikan penuntasan wajib belajar untuk kelompok usia 7-12 dan 13-15 tahun. Dimana pencapaian peningkatan akses saja tidaklah stabil, dan sangat tergantung kepada intensitas program. Daerah yang diduga menjadi sulit diselesaikan melalui program wajib belajar adalah daerah terpencil, daerah perbatasan dan daerah perkebunan. Kedua adalah upaya menggenjot pencapaian pemerataan pada usia 7-12 tahun, tidak diikuti oleh pencapaian pemerataan untuk usia 13-15 tahun. Diduga disebabkan oleh berperannya angka putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan masih tinggi. 15. Mutu pendidikan relatif timpang antar satu sekolah dengan sekolah lainnya. Namun demikian, tiga prioritas untuk pencapaian mutu adalah melanjutkan pencapaian kompetensi tenaga pendidik, menyediakan fasilitas pembelajaran, dan pembangunan kurikulum yang seimbang antara pencapaian ilmu, emosional dan spritual generasi RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025 51 mendatang. Selain dari itu, aspek kebodohan dilihat dari penduduk buta huruf yang tersisa sekitar 1,9 lagi dari penduduk dewasa. Upaya untuk memperbaiki kemampuan baca tulis masih tetap dilanjutkan agar segera menjelang tahun 2010 tidak ada lagi penduduk usia dewasa yang tidak dapat tulis baca. Penuntasan yang paling berat adalah pada kelompok usia di atas 40 tahun. Selain dari itu pengembangan keterampilan dan lifeskill perlu untuk menyediakan keterampilan, agar mampu secara mandiri membuka pekerjaan dan meningkatkan produktivitas kerja. 16. Upaya untuk menghasilkan kualitas pendidikan tergantung pula kepada pilihan kualitas. Sehingga keterbatasan sumberdaya dapat difokuskan untuk menghasilkan tenaga pendidik, kurikulum, serta laboratorium. Untuk itu fokus kualitas hendaknya mengacu kepada pengembangan ‘building character’ anak didik pada masa yang akan datang. Selain dari itu fokus kualitas juga dilengkapi dengan fokus bagaimana unsur emosional, spritual dan keragaan dari anak didik dicapai dalam proses belajar mengajar. Dengan melengkapi pencapaian aspek dan ranah emosional, spritual, ragawi, dan estetika diharapkan generasi mendatang akan menjadi semakin sempurna . 17. Aspek penyelenggaaan pendidikan diarahkan kepada pemenuhan prinsip penerapan tata kelola pendidikan yang baik. Dalam kaitan ini pendidikan dalam jangka panjang perlu menumbuhkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kapasitas manajemen kepala sekolah. Meningkatkan peranan komite sekolah, beserta upaya untuk membuka transparasi dan akuntabel. Dengan demikian dalam jangka panjang pendidikan tidak saja menjadi tanggungjawab pemerintah, namun juga menjadi tanggungjawab bersama. 18. Beberapa permasalahan bidang kesehatan seperti, penyakit menular masih ditemui beberapa kasus seperti TBC, kusta, ISPA, filariasis, diare, malaria serta masih terdapat balita kurang gizi yang diperkirakan sekitar 20. Penyakit Malaria masih belum bebas, khususnya pada daerah perbatasan dengan Riau. Dengan demikian pelayanan kesehatan dasar dan penuntasan jenis penyakit tertentu perlu pula dijadikan sebagai agenda khusus kebijakan kesehatan. 19. Pelayanan kesehatan ibu dan anak, dimana salah satu indikatornya adalah seberapa pesat pelayanan kesehatan ibu melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan. Tahun 2002 misalnya 90,7 pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan dan Tahun 2007 kondisinya mencapai 91,7. Apa artinya kenyataan demikian masih ditemukan sekitar 10 daerah yang paling sulit dari jangkauan pelayanan kesehatan. Dengan demikian persoalan pelayanan dasar kesehatan sebenarnya masih tersisa pada daerah yang dianggap jauh dari pusat keramaian atau pusat kecamatan. 20. Kemiskinan merupakan salah satu aspek lainnya yang perlu mendapatkan perhatian. Pada tahun 1999 jumlah penduduk miskin sebanyak 24.400 orang atau setara dengan 7,7. Dengan mengukur angka kemiskinan dengan cara yang sama maka jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 52.900 orang atau setara dengan 16,2. Fenomena ini terbalik dengan kondisi yang dicapai di Sumatera Barat. Dimana persentase masyarakat miskin semenjak tahun 1999 dari 13,2 menurun menjadi 12,5. Akar persoalan kemiskinan di kabupaten Lima Puluh Kota masih belum jelas. RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025 52 Kondisi tahun 2006 menujukkan bahwa sebesar 9,1 mereka yang miskin adalah penganggur, 72,9 dari kemiskinan ditemukan bekerja pada sektor informal, dan sisanya sebanyak 15,3 bekerja pada sektor formal. Selain dari itu kemiskinan juga ditemukan pada kelompok petani. Dimana sebanyak 62 dari mereka yang miskin bekerja di sektor pertanian. Dapat dibayangkan sebanyak 57,3 dari mereka yang miskin justru tidak sempat menamatkan pendidikan setingkat sekolah dasar. 21. Dibidang ketenagakerjaan terdapat tiga persoalan utama, yang pertama adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja usia muda yang mencari pekerjaan. Meningkatnya jumlah pengangguran disebabkan karena kesempatan kerja dan lapangan kerja tidak sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja. Pada tahun 2005 tercatat jumlah pengangguran sebanyak 7959 orang, ini setara dengan 9,8. Namun persentase pengangguran ini sebenarnya sudah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi tahun 2002, misalnya angka pengangguran setinggi 6,9. Kedua adalah semakin meningkatnya jumlah pencari kerja wanita. Dan terakhir adalah peningkatan kesejahteraan tenaga kerja. Sedangkan upaya yang dilakukan selama ini dalam kaitannya dengan pembekalan keterampilan kerja angkatan kerja masih terbatas. 22. Permasalahan tata ruang yang dihadapi selama ini adalah belum adanya Rencana Tata Ruang Wilayah yang legal sebagai acuan kebijakan pembangunan daerah. Hal ini menyebabkan pembangunan wilayah selama ini dilaksanakan secara partial tanpa memperhatikan pola tata ruang secara terpadu. Masalah lain yang dihadapi adalah masih lemahnya administrasi pertanahan dan tidak jelasnya batas-batas dan status pemilikan tanah yang sebagia besar merupakan tanah ulayat. Hal ini sering menimbulkan konflik kepentingan dalam pemanfaatan dan pengelolaan tanah. 23. Untuk mengantisipasi peningkatan volume lalulintas yang tinggi dengan selesainya pembangunan Fly Over Kelok Sembilan, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Barat merencanakan untuk membangun jalan dua jalur dari Padang sampai ke Kota Payakumbuh. Pembangunan Jalan 2 jalur ini juga melewati wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota mulai dari Batas Kabupaten Agam sampai dengan batas Kota Payakumbuh. Untuk mensinkronkan pembangunan jalan 2 jalur ini maka Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota perlu mendorong Pemerintah Pusat untuk melanjutkan pembangunan Jalan 2 jalur ini sampai Fly Over Kelok Sembilan. Meningkatnya volume lalu lintas yang akan melewati Kabupaten Lima Puluh Kota, maka untuk menghidarkan kemacetan maka perlu dibangun jalur jalan alternatif yaitu dengan melakukan pelebaran dan peningkatan jalan ada ruas Tanjung Pati-Simalanggang-Suliki dan Tanjung Pati-Taram-Halaban. 24. Perbaikan dan pelebaran jalan Kelok Sembilan merupakan perobahan eskternal yang cukup penting dan dapat menjadikan Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai pintu masuk dari Provinsi Riau menuju Provinsi Sumatera Barat yang akan membawa pengaruh dan tantangan yang cukup besar. Prospek adalah semakin banyaknya arus lalu lintas barang dan orang, baik yang masuk maupun yang ke luar. Tantangan adalah daerah itu akan menjadi berat bebannya, khususnya poros ke timur yang satu- satunya dari kawasan Sumatera Tengah. RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025 53 25. Krisis pangan dunia menyebabkan Kabupaten Lima Puluh Kota mendapatkan dampak positif dan diuntungkan mengingat selama ini daerah sudah memfokuskan kegiatannya untuk menghasilkan beras. Disamping itu juga sebagai salah satu lumbung protein, dan dalam jangka panjang ini akan prospek. Dengan adanya krisis pangan dunia ini, maka peluang Kabupaten Lima Puluh Kota untuk mengembangkan kegiatannya pada produksi pangan dan kegiatan agribisnis akan menjadi sangat besar dan menjanjikan. 26. Krisis bahan bakar minyak BBM yang semakin serius diperkirakan akan menyebabkan adanya dampak negative terhadap ketersediaan energi dan kegiatan pembangunan daerah secara keseluruhan. Disamping itu, krisis ini juga sekaligus akan akan memicu inflasi yang selanjutnya akan menurunkan daya beli masyarakat secara umum. Dalam jangka panjang juga perlu difikirkan dan diantisipasi bagaimana dampak negatif tersebut dapat diatasi dan dikendalikan sehingga tidak memberikan akibat kurang baik untuk kesejahteraan masyarakat. 27. Pelaksanaan otonomi daerah yang secara resmi dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001 yang lalu, merupakan perubahan lingkungan strategis eksternal yang cukup penting untuk masa depan Kabupaten Lima Puluh Kota. Dengan semakin baiknya pelaksanaan otonomi daerah tersebut, maka peranan pemerintah daerah dan masyarakat setempat akan semakin besar dalam penentuan arah dan pengelolaan pembangunan daerah. Disamping itu, pelaksanaan otonomi daerah ini juga menyebabkan setiap daerah berlomba memacu kemajuan pembangunannya sehingga persaingan antar daerah dalam kegiatan sosial ekonomi semakin tajam. 28. Sesuai dengan kesepakatan pada pertemuan Asia Pacific Economic Cooperation APEC, pelaksanaan perdagangan bebas free trade secara menyeluruh, baik negara maju dan berkembang, akan dilakukan pada tahun 2020 nanti. Khusus untuk kawasan ASEAN kawasan perdagangan bebas AFTA tersebut akan mulai dilaksanakan tahun 2010 yang akan datang. Pada waktu itu, mobilitas barang dan orang antar negara maju dan negara berkembang sudah akan bebas dari hambatan bea masuk dan hambatan lainnya sehingga persaingan dalam bidang perdagangan, investasi, dan pasar kerja akan meningkat. Dalam situasi yang demikian, hanya kegiatan yang efisien dan mempunyai daya saing tinggi yang akan dapat bertahan. Kesepakatan perdagangan beas ini juga menyangkut dengan mobilitas tenaga kerja yang berarti bahwa tenaga kerja akan bebas masuk ke Indonesia. RPJPD Kab. Lima Puluh Kota 2005-2025 54

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN