Latar Belakang Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Bayi di Indonesia menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Namun target yang akan dicapai sesuai kesepakatan MDGs tahun 2015, angka kematian bayi menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup SDKI, 2007. Inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals MDGs yaitu membantu mengurangi kemiskinan dan kelaparan serta membantu mengurangi angka kematian anak Bappenas, 2011. Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan Maryunani, 2012. Hal.61. Sebagian besar dari 4 juta kematian bayi baru lahir disebabkan oleh penyebab yang dapat dicegah yaitu infeksi meningitis, sepsis, dan pneumonia . Ternyata dengan Inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama pasca lahir menurunkan 22 resiko kematian bayi usia 0–28 hari. Sebaliknya, penundaan inisiasi meningkatkan risiko kematian. Bahkan bila inisiasi meyusu terlambat dilakukan setelah hari pertama , dapat meningkatkan risiko kematian bayi 2-4 kali Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI, 2010. Persentase bayi dengan inisiasi menyusu dini di Indonesia kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 29,3, tertinggi di Nusa Tenggara Timur 56,2 dan terendah di Maluku 13,0. Sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir tetapi masih ada 11,1 proses mulai disusui dilakukan setelah 48 jam. Inisiasi menyusu dini di Sumatera Utara sendiri terdapat 1 Universitas Sumatera Utara 20,2 pada waktu kurang dari satu jam pertama dan 34,0 pada 1 sampai 6 jam berikutnya Riskesdas, 2010. Berdasarkan penelitian WHO 2000, dienam negara berkembang yaitu Brazil, Ghana, India,Oman Norwegia dan Amerika Serikat, resiko kematian bayi antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40 jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48 dan sekitar 40 kematian balita terjadi diusia bayi baru lahir. Jika bayi menyusu sejak dini, maka dapat mengurangi 22 kematian bayi 28 hari, berarti mengurangi kematian balita 8,8 . Mengacu pada hasil penelitian itu, maka diperkirakan program inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran Roesli, 2008. Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya Wardani, 2007. Meskipun IMD telah diketahui banyak manfaatnya namun pelaksanaannya ternyata tidak mudah dilakukan. Hanya sekitar 14 ibu yang berhasil memberikan air susu ibu untuk bayi nya padahal ASI sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang anak. Minimnya jumlah tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan ibu. Banyak ibu yang tidak mendapatkan informasi atau tidak tahu apa yang harus dilakukan saat pertama bayi lahir, terlebih bila pihak rumah sakit tidak mendukung dengan mengkondisikan ibu dalam melakukan inisiasi menyusu dini Maryunani, 2012. Menurut Penelitian Nuryanti 2011 tentang praktek pelaksanaan inisisi menyusu dini yang dilakukan di RSIA Siti Khadijah Muhammadiyah cabang Makassar yang menyatakan bahwa dari 40 persalinan hanya 9 responden 22,5 yang melakukn praktek IMD, sedangkan 31 responden 77,5 tidak melakukan IMD 2 2 Universitas Sumatera Utara responden 6,0 dengan bayi lahir patologis, 8 responden 26,0 mengalami pendarahan dan 21 responden 67,7 lainnya tidak melakukan IMD karena petugas yang tidak melaksanakannya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa semua responden mengambil keputusan ingin melakukan IMD pada saat setelah melahirkan. Namun hanya 9 responden saja yang melaksanakan praktik IMD. Dari data tersebut disimpulkan bahwa pelaksanaan IMD itu sendiri tergantung pada bidan yang membantu pada saat proses persalinan. http:www.jurnalisem.cominisiasi- menyusu-dini . Pada dasarnya, praktik inisiasi menyusu dini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang mendukung enabling factor berupa fasilitas rumah bersalin yang mendukung IMD dan faktor yang memperkuat reinforcing factor berupa peran tenaga kesehatan. Jika tenaga kesehatan tidak mempunyai kesadaran, keahlian dan pengetahuan mengenai inisiasi menyusu dini maka tidak akan terlaksana program inisiasi menyusu dini. Di samping kedua faktor tersebut, kondisi kesehatan ibu juga berpengaruh terhadap keberhasilan inisiasi menyusu dini jika kondisi ibu lemah, maka praktik inisiasi menyusu dini tidak dapat terlaksana Depkes RI, 2011. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti kepada 10 orang bidan yang bertugas diruang bersalin rumah sakit Santa Elisabeth Medan dengan memberikan sebuah pertanyaan melalui wawancara tentang prosedur pelaksanaan inisiasi menyusu dini, yang kemudian hasilnya dinilai dengan men checklist pernyataan yang benar sesuai prosedur yang ada lembar observasi, hanya 3 orang yang mampu menguraikan prosedur mencapai 80 benar, sedangkan 4 orang hanya 30-50 benar dari prosedur pelaksanaan dan 3 orang lainnya hanya mengatakan cukup letakkan saja bayi di atas tubuh ibu lebih kurang 1 jam, pada akhirnya bayi akan bisa menyusu sendiri di atas dada ibunya. 3 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014.

B. Rumusan Masalah