Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

(1)

SKRIPSI

ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN

SESUDAH AKUSISI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TAHUN 2009-2010

OLEH

SOLPIANI SARAGIH 120521078

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan apakah terjadi tindakan manajemen laba pada perusahaan pengakuisisi sebelum akuisisi. selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah akuisisi.

Manajemen labaa yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan proksi discreationari accruals (DA). Kemudian untuk pengukuran kinerja perusahaan diukur dengan rasio-rasio keuangan yang meliputi Net Profit Margin, Return On Equity, Debt To Equity Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Current Ratio. Selanjutnya pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test dan Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perusahaan pengakuisisi terdeteksi melakukan tindakan manjemen laba dengan metode income increasing accrual sebelum melakukan akuisisi. nilai rata-rata NPM mengalami penurunan sebesar 0,1017 sesudah akuisisi. nilai rata-rata ROE mengalami penurunan sebesar 0,1137 sesudah melakukan akuisisi. nilai rata-rata DER mengalami peningkatan sebesar 0,4152 sesudah melakukan akuisisi. nilai rata-rata DR mengalami peningkatan sebesar 0,1863 sesudah akuisisi. nilai rata-rata TATO mengalami penurunan sebesar 0,042 sesudah akuisisi. nilai rata-rata FATO mengalami peningkatan sebesar 0,1442 sesudah akuisisi. nilai rata-rata CR mengalami penurunan sebesar 1,7075 sesudah akuisisi . ketujuh rasio ini memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, hasil ini membuktikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah akuisisi.


(3)

ABSTRACT

Purpose of this study to prove whether earnings management action occurs on the acquirer before the acquisition. In addition, this study also aimed to determine whether there is any difference in the acquirer’s financial performance before and after the acquition.

Earnings management made by firms is to proxy discreationari accruals (DA). Then for the measurement of firm performance measured by financial ratios which include net profit margin, return on equity, debt to equity ratio, debt ratio, total asset turnover, fixed asset turnover, current ratio. Further testing this hypothesis using independent sample t test and wilcoxon signed ranks test.

Based on the survey result revealed that the aquirer detected earnings management action by income increasing accrual method before acquisition. the average value of NPM decreased by 0.1017 after the acquisition. the average value of ROE decreased by 0.1137 after the acquisition. the average value of DER increased by 0.4152 after the acquisition. the average value of DR increased by 0.1863 after the acquisition. the average value TATO decreased by 0,042 after the acquisition. the average value FATO an increase of 0.1442 after the acquisition. the average value of CR decreased by 1.7075 after the acquisition. seventh this ratio has a significance value greater than 0.05, this result proves there is no significant before and after the acquition.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat, rahmat, petunjuk dan karunia-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010” dapat diselesaikan dengan baik. Penulis telah banyak menerima bantuan, bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihakselama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasi kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbinga, yaitu kepada:

Terimakasih penulis ucapkan teristimewa buat keluarga tercinta orang tua penulis ( R. Sragih dan R Purba) serta kakak dan adik (Afni, Citrayuni, Tommi, Elisabet) yang telah banyak memberikan dukungan dana, doa, motivasi yang luar biasa dan kasih sayang yang selalu diberikan dengan tulus selama ini . Selanjutnya penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

6. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, Mba selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing serta memotivasi penulias dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si., selaku Dosen Pembaca penilai yang telah memberikan koreksi dan saran atas penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utarayang telah membantu saya dalam menyelesaikan kegiatan akademik.

9. Kepada orang terkasih penulis Eka putra Lase buat doa dan motivasinya. Sahabat- sahabat penulis dalam penyelesaian skripsi ini Septi Siregar, Eruandi Samosir, Dinar Tobing, Robet sipahutar dan yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Seluruh teman-teman pelayanan di YAKPM BPC-Medan.

Dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan tangan terbuka penulis menerima kritik dan saran guna membangun penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, Juli 2015 Penulis,

Solpiani Saragih NIM: 120521078


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 PerumusanMasalah ... 8

1.3 TujuanPenelitian ... 8

1.4 ManfaatPenelitian ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Akuisisi ... 10

2.1.1 Pengertian Akuisisi ... 10

2.1.2 Motif Akuisisi ... 12

2.1.3 Tujuan Akuisisi ... 16

2.1.4 Sasaran Akuisisi ... 17

2.2 Analisis Manajemen Laba ... 21

2.2.1 Latar Belakang Terjadinya Manajemen Laba ... 21

2.2.2 Pengertian Manajemen Laba ... 22

2.2.3 Motivasi Manajemen Laba ... 22

2.2.4 Model-Model Manajemen Laba ... 24

2.3 Analisis Kinerja Keuangan ... 25

2.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan ... 25

2.3.2 Metode Analisis Kinerja dengan Rasio Keuangan 25

2.4Penelitian Terdahulu ... 27

2.5Kerangka Konseptual ... 31

2.6 Hipotesis ... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 35


(7)

3.2Tempat dan waktu Penelitian ... 35

3.3Batasan Operasional ... 35

3.4Definisi Operasional ... 36

3.5Populasi dan Sampel ... 40

3.6Jenis Data ... 41

3.7Metode Pengumpulan Data ... 41

3.8 Teknik Analisis Data ... 42

3.8.1 Statistik Deskriptif ... 42

3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 43

3.8.2.1Independent Sample T-test ... 43

3.8.2.2 Wilcoxon Signed Ranks Test ... 43

BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN 4.1Gambaran Umum Perusahaan... 44

4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 44

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan ... 47

4.2Hasil Penelitian ... 49

4.2.1 Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan ... 49

4.2.2 Analisis Deskriptif ... 53

4.3Pengujian Hipotesis ... 56

4.4Pembahasan... 62

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 65

5.2Keterbatasan Penelitian ... 65

5.3Saran ... 66

Daftar pustaka ... 67


(8)

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Perubahan Discreationary Accrual pada tahun 2009-2010... 3

Tabel 1.2 Perubahan Kinerja keuangan Perusahaan Pengakuisisi sebelum dan Sesudah Akuisisi ... 4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu... 29

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Sampel yang Terdaftar di BEI yang melakukan Akuisisi Tahun 2009-2010 ... 41

Tabel 4.1 Kondisi Kinerja Keuangan AKRA ... 49

Tabel 4.2 Kondisi Kinerja Keuangan INDY... 50

Tabel 4.3 Kondisi Kinerja Keuangan RMBA ... 51

Tabel 4.4 Kondisi Kinerja Keuangan ASII ... 52

Tabel 4.5 Hasil statistik deskriptif Manajemen Laba sebelum dan sesudah Akuisisi .... 53

Tabel 4.6 Hasil statistik Deskriptif Rasio Keuangan ... 54

Tabel 4.7 Rata-rata Discreationary Accrual... 56

Tabel 4.8 Hasil Independet sample T test manajemen Laba ... 57

Tabel 4.9 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test NPM ... 58

Tabel 4.10 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test ROE ... 58

Tabel 4.11 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test DER ... 59

Tabel 4.12 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test DR... 60

Tabel 4.13 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test TATO ... 60

Tabel 4.14 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test FATO ... 61

Tabel 4.15 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test CR ... 61


(9)

Daftar Gambar


(10)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Daftar perusahaan yang menjadi sampel ... 69

Lampiran 2 Perhitungan Rasio Keuangan ... 70

Lampiran 3 Hasil Statisti deskriptif ... 77

Lampiran 4 Hasil uji Independent Sample T test... 78


(11)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan apakah terjadi tindakan manajemen laba pada perusahaan pengakuisisi sebelum akuisisi. selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah akuisisi.

Manajemen labaa yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan proksi discreationari accruals (DA). Kemudian untuk pengukuran kinerja perusahaan diukur dengan rasio-rasio keuangan yang meliputi Net Profit Margin, Return On Equity, Debt To Equity Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Current Ratio. Selanjutnya pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test dan Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perusahaan pengakuisisi terdeteksi melakukan tindakan manjemen laba dengan metode income increasing accrual sebelum melakukan akuisisi. nilai rata-rata NPM mengalami penurunan sebesar 0,1017 sesudah akuisisi. nilai rata-rata ROE mengalami penurunan sebesar 0,1137 sesudah melakukan akuisisi. nilai rata-rata DER mengalami peningkatan sebesar 0,4152 sesudah melakukan akuisisi. nilai rata-rata DR mengalami peningkatan sebesar 0,1863 sesudah akuisisi. nilai rata-rata TATO mengalami penurunan sebesar 0,042 sesudah akuisisi. nilai rata-rata FATO mengalami peningkatan sebesar 0,1442 sesudah akuisisi. nilai rata-rata CR mengalami penurunan sebesar 1,7075 sesudah akuisisi . ketujuh rasio ini memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, hasil ini membuktikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah akuisisi.


(12)

ABSTRACT

Purpose of this study to prove whether earnings management action occurs on the acquirer before the acquisition. In addition, this study also aimed to determine whether there is any difference in the acquirer’s financial performance before and after the acquition.

Earnings management made by firms is to proxy discreationari accruals (DA). Then for the measurement of firm performance measured by financial ratios which include net profit margin, return on equity, debt to equity ratio, debt ratio, total asset turnover, fixed asset turnover, current ratio. Further testing this hypothesis using independent sample t test and wilcoxon signed ranks test.

Based on the survey result revealed that the aquirer detected earnings management action by income increasing accrual method before acquisition. the average value of NPM decreased by 0.1017 after the acquisition. the average value of ROE decreased by 0.1137 after the acquisition. the average value of DER increased by 0.4152 after the acquisition. the average value of DR increased by 0.1863 after the acquisition. the average value TATO decreased by 0,042 after the acquisition. the average value FATO an increase of 0.1442 after the acquisition. the average value of CR decreased by 1.7075 after the acquisition. seventh this ratio has a significance value greater than 0.05, this result proves there is no significant before and after the acquition.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi dan persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat mendorong setiap perusahaan untuk mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan hidup dan memiliki daya saing dalam menjalankan tujuan bisnisnya. Salah satu strategi yang digunakan adalah melalui penggabungan beberapa usaha. Masalah penggabungan usaha selalu menarik perhatian dan minat pemilik perusahaan karena dapat meningkatkan sinergi dan membangun keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang.

Penggabungan beberapa usaha juga dianggap sebagai wacana untuk mencapai tujuan dan kepentingan usaha yang memberikan pertumbuhan yang relatif cepat atau memenangkan pangsa pasar baru sehingga lebih menarik dibandingkan pengembangan usaha secara normal. Penggabungan perusahaan atau pengambilalihan perusahaan lain dilakukan dengan satu alasan utama yaitu untuk mendapatkan synergi. Sinergy berarti bahwa manfaat gabungan yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan yang bergabung lebih besar dari penjumlahan manfaat yang diberikan oleh masing-masing perusahaan sebelum penggabungan (Pardede, 2011:629).

Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger dan akuisisi. Akuisisi adalah tindakan membeli atau pengambilalihan sebuah perusahaan terhadap sebuah perusahaan yang lain. Perusahaan melakukan akuisisi harapannya agar kinerja keuangan perusahaan yang bergabung dapat meningkat. Menurut data statistik Bursa Efek Jakarta berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia antara tahun 1995-1997 (sebelum terjadinya krisis moneter pada juli 1997), jumlah perusahaan yang go public tercatat kurang lebih sebanyak 295 perusahaan . Sebanyak 57 perusahaan melakukan penggabungan usaha. Pada


(14)

pasca krisis moneter tahun 2000 sampai dengan pertengahan tahun 2008 penggabungan usaha dilakukan oleh lebih 40 perusahaan (Dharmasetya dan Sulaimin, 2009:2).

Dalam pelaksanaan akuisisi terdapat suatu kondisi yang mendukung adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi. Pada situasi perusahaan pengakuisisi ingin melakukan akuisisi dengan cara pembayaran lewat saham, pihak manajemen perusahaan pengakuisisi cenderung akan berusaha untuk meningkatkan nilai laba perusahaannya. Tujuannya adalah selain ingin menunjukkan earnings power perusahaan agar menarik minat perusahaan target untuk melakukan akuisisi juga untuk meningkatkan saham perusahaannya ( Dharmasetya dan Sulaimin, 2009:16).

Menurut Sulistyanto (2008:6) manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Intervensi dilakukan manajer perusahaan dalam kerangka standard akuntansi, yaitu masih menggunakan metode dalam prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum. Ada alasan mendasar mengapa manajer perusahaan melakukan manajemen laba. Harga pasar saham suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, risiko, dan spekulasi. Oleh sebab itu, perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke periode secara konsisten akan mengakibatkan risiko perusahaan akan mengalami penurunan lebih besar dibandingkan presentase kenaikan laba. Hal inilah yang mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan pengelolaan dan pengaturan laba sebagai salah satu upaya untuk mengurangi risiko. Keputusan manajemen perusahaan yang memilih untuk melakukan manajemen laba dengan cara income increasing accruals akan membawa konsekuensi terhadap kinerja perusahaan yang akan mengalami suatu kenaikan pada periode sesudahnya (Sulistyanto, 2008:47).

Tabel 1.1


(15)

No Nama Peusahaan kode Discretionary Acrual

2009 2010

1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk

RMBA

0.009524 0.491224

4 PT AKR Corporindo Tbk AKRA 0.174323 0.455358

3 PT Indika Energy Tbk INDY -0.017777 0.460810

4 PT Astra Internasional Tbk ASII -0.077996 0.490150 Sumber:www.idx.co.id, (diolah 2015)

Dari tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa terjadi perubahan discreationary acrual yang tidak merata pada perusahaan-perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Semua perusahaan diatas yang mengalami perubahan discreationary akrual menjadi lebih baik pada periode setelah akuisisi dibandingkan ketika sebelum akuisisi.

Dalam pelaksanaan akuisisi manajer harus mempertimbangkan kinerja dari perusahaan yang akan diakuisisinya. Karena dari kinerja perusahaan dapat menilai pantas tidaknya calon perusahaan yang diakuisisi. Perhitungan kinerja tersebut dilakukan dengan melihat rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut dapat berupa return on equity, net profit margin, debt to equity ratio, debt ratio, total asset turn over, fixed asset turn over, dan current ratio. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akusisi biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Pasca akusisi kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahan yang melakukan akusisi (Sudarsanam 1999:250).Untuk menilai bagaimana keberhasilan akuisisi yang dilakukan, dapat dilihat dari kinerja keuangan baik bagi perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan yang diakuisisi.

Tabel 1.2

Perubahan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Nama Perusahaan Jenis rasio keuangan

Kinerja keuangan 1 tahun sebelum akuisisi

3 tahun sesudah akuisisi

PT Bentoel Internasional Investama Tbk

NPM 0,040 -0,033

ROE 0,138 -0,168


(16)

DR 2,575 3,605

TATO 1,333 1,420

FATO 5,707 4,495

CR 2,478 1,643

PT AKR Corporindo Tbk

NPM 0,029 0,028

ROE 0,131 0,147

DER 1,815 1,800

DR 3,301 2,800

TATO 1,944 1,839

FATO 4,277 6,821

CR 2,224 1,442

Lanjutan tabel 1.2

Perubahan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi

PT Indika Energy Tbk

NPM 0,469 0,116

ROE 0,208 0,085

DER 0,671 1,305

DR 1,671 2,308

TATO 0,266 0,318

FATO 2,382 0,996

CR 6,375 1,289

PT Astra

Internasional Tbk

NPM 0,095 0,121

ROE 0,278 0,253

DER 1,214 1,029

DR 2,441 2,029

TATO 1,202 1,032

FATO 5,179 5,478

CR 1,322 1,399

Sumber: www.idx.co.id, (diolah 2015)

Dari tabel 1.2 diatas, dapat dilihat beberapa perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dari tahun 2009-2010, mengalami perbedaan kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio-rasio keuangannya. Terjadi perubahan yang tidak merata pada perusahaan pengakuisisi sebelum maupun sesudah akuisisi pada rasio-rasio keuangan yang diproksikan dengan NPM, ROE, DER, DR, TATO, FATO, CR. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa perusahaan yang mengalami perubahan rasio keuangan menjadi lebih baik pada periode sesudah akuisisi dibandingkan ketika sebelum akuisisi. Akan tetapi beberapa sampel yang lain menunjukkan hal sebaliknya. Untuk NPM, perusahaan yang mengalami penurunan


(17)

adalah RMBA, INDY, AKRA sedangkan yang mengalami kenaikan adalah ASII. Untuk ROE, yang mengalami kenaikan adalah AKRA, sedangkan yang mengalami penurunan adalah RMBA, INDY, ASII. Untuk DER, perusahaan yang mengalami kenaikan adalah RMBA dan INDY sedangkan yang mengalami penurunan adalah ASII dan AKRA. Untuk DR, perusahaan yang mengalami kenaikan adalah RMBA dan INDY sedangkan yang mengalami penurunan adalah ASII dan AKRA. Untuk TATO, perusahaan yang mengalami kenaikan adalah RMBA dan INDY sedangkan yang mengalami penurunan adalah ASII dan AKRA. Untuk FATO, perusahaan yang mengalami kenaikan adalah RMBA dan AKRA sedangkan yang mengalami penurunan adalah ASII dan INDY. Untuk CR, perusahaan yang mengalami kenaikan adalah ASII sedangkan yang mengalami penurunan adalah AKRA, RMBA, dan INDY. Berdasarkan hal tersebut maka diindikasikan terdapat perubahan rasio keuangan yang diproksikan oleh NPM, ROE, DER, DR, TATO, FATO dan CR pada perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel. Maka dapat disimpulkan bahwa beberapa perusahaan sesudah merger dan akuisisi ada yang mengalami kenaikan dan ada yang mengalami penurunan pada rasio-rasio keuangannya.

Usadha dan Yasa (2009) membuktikan bahwa perusahaan pengakuisisi melakukan tindakan manajemen laba sebelum pelaksanaan merger dan akusisi dengan cara income increasing accruals. Selain itu penelitian mereka tersebut membuktikan bahwa tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi pada periode sebelum pelaksanaan merger dan akuisisi telah memicu penurunan kinerja perusahaan setelah merger dan akuisisi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2011) yang menujjukan bahwa kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah perusahaan melakukan akuisisi mengalami penurunan kinerja keuangan, namun berbeda dalam hal manajemen laba. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perusahaan melakukan tindakan manajemen laba sebelum pelaksanaan akusisi dengan metode discretionary accruals.


(18)

Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meta(2010) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan pengakuisisi dengan cara menaikkan nilai akrual sebelum merger dan akuisisi. Kinerja keuangan yang diproksikan dengan total asset turnover (TATO), net provit margin (NPM), dan return on asset (ROA) mengalami perubahan yang berbeda-beda baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi. TATO mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger dan akuisisi. Sedangkan Kusuma dan Sari (2003) membuktikan bahwa pengujian dengan model Jones tidak memberikan bukti terhadap hipotesis bahwa perusahaan pengakuisisi melakukan manajemen laba sebelum merger dan akuisisi. Sedangkan pengujian dengan Index Eckel menguatkan bukti adanya manajemen laba melalui tindakan perataan laba.

Berdasarkan perbedaan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, menarik untuk menganalisis dan membahas mengenai pengaruh manajemen laba dan perubahan kinerja keuangan yang terjadi dalam perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. Pemilihan objek penelitian dilakukan pada perusahaan non bank, sehingga dari pertimbangan di atas penelitian ini diberi judul Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


(19)

1. Apakah telah terjadi tindakan manajemen laba pada perusahaan pengakuisisi dengan cara menaikkan laba (income increasing) sebelum perusahaan tersebut melakukan kegiatan akuisisi?

2. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi pada saat sebelum dan sesudah akuisisi.

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan disini adalah sebagai berikut:

1. Membuktikan bahwa telah terjadi tindakan manajemen laba pada perusahaan pengakuisisi dengan cara income increasing sebelum perusahaan tersebut melakukan kegiatan akuisisi.

2. Membuktikan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi pada saat sebelum dan sesudah akuisisi.

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membarikan manfaat antara lain sebahai berikut: 1. Bagi perusahaan (Emiten)

Sebagai suatu informasi yang digunakan untuk menentukan strategi dalam pelaksanaan merger dan akuisisi atau sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang akan digunakan ketika perusahaan perlu melakukan mrger ataupun akuisisi.

2. Bagi investor

Sebagai sumber informasi yang dapat digunakan sebagai kajian tentang pengaruh ekonomis atas keputusan merger dan akuisisi.


(20)

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dasar perluasan penelitian dan penambahan wawasan untuk pengembangannya.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akuisisi


(21)

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dasar perluasan penelitian dan penambahan wawasan untuk pengembangannya.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akuisisi


(22)

Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia dalam pernyataan standar akuntasi keuangan Indonesia Nomor 12 (PSAK NO.22) mendefinisikan penggabungan badan usaha sebagai bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain (IAI, 2007). Sedangkan menurut Sjahrial (2009:327) merger merupakan peleburan secara lengkap satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perusahaan yang utama mempertahankan nama dan identitasnya, dan ia memperoleh aktiva dan hutang dari perusahaan yang meleburkan diri.

Secara teori penggabungan usaha dapat berupa merger, akuisisi, dan konsolidasi. Akuisisi atau pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambilalih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut (Dharmasetya dan Sulaimin, 2009:6).

Banyak hal atau alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Menurut Brigham dan Houston (2001:377) dasar pemikiran untuk merger adalah untuk mendapatkan sinergi, pertimbangan pajak, pembelian aktiva dibawah biaya penggantian, diversifikasi dan insentif pribadi manajer. Pengambilalihan merupakan istilah yang umum dan tepat untuk pengalihan pengendalian dari suatu kelompok pemegang saham kepada kelompok lain. Pada dasarnya akuisisi adalah tindakan membeli atau pengambilalihan terhadap sebuah perusahaan. Sedangkan merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih dimana satu perusahaan tetap hidup, sedangkan lainnya dilikuidasi.

Secara umum keputusan akuisisi diarahkan untuk mencapai nilai sinergi, yaitu sinergi yang dihasilkan yang tidak dapat dicapai jika dilakukan oleh kedua perusahaan yang tergabung itu sendiri-sendiri. Perluasan atau ekspansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan


(23)

untuk mencapai efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan akuisisi.

Beberapa jenis akuisisi menurut Adipratama dalam Gitman (2003) antara lain: 1. Akuisisi Horisontal

adalah akuisisi perusahaan sejenis, yaitu perusahaan pembeli yang membeli perusahaan lainyang sejenis usahanya. Biasanya akuisisi seperti ini dilakukan karena ingin memperbesar pangsa pasar perusahaan.

2. Akuisisi Vertikal

yaitu perusahaan membeli perusahaan lain yang bukan sejenis, tetapi perusahaan yang dibeli akan membantu perusahaan untuk proses produksinya.

3. Akuisisi Konglomerasi

yaitu peusahaan membeli perusahaan lain yang tidak ada hubungannya satu sama lain. Dalam kasus ini perusahaan pembeli sudah kelebihan dana dan ingin membuat konglomerasi perusahaan.

2.1.2. Motif Akuisisi

Menurut Nugroho (2010) Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahan melakukan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan.


(24)

Esensi dari tujuan perusahaan, jika ditinjau dari perspektif manajemen keuangan, adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Akusisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini. Implentasi program yang dilakukan oleh perusahaan harus melalui langkah-langkah konkrit misalnya melalui efisiensi produksi, peningkatan penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sumber daya manusia.

2. Motif Sinergi

Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktiitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri.

Menurut Nugroho (2010) pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber:

1. penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi.

2. penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisisi sekuritas.

3. perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah akuisisi.


(25)

Bentuk-bentuk sinergi disajikan sebagai berikut: 1. Sinergi operasi

Sinergi operasi terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumberdaya-sumberdaya perusahaan. Sehingga dengan adanya akuisisi yang dilakukan perusahaan maka diharapkan perusahaan dapat memasarkan produknya hingga kapasistas penuh, dimana yang sebelumnya masih akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar. Disini terjadi efisiensi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula masih menganggur.

2. Sinergi Finansial

Sinergi finansial dihasilkan ketika perusahaan hasil akuisisi memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semakin besar. Perusahaan memiliki struktur permodalan yang kuat dan size yang besar akan diberi kepercayaan yang positif oleh publik. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembaga-lembaga keuangan sehingga mereka bersedia meminjamkan dana. Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada yang tidak memiliki kepercayaan publik.

3. Sinergi Manajerial

Sinergi manajerial dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain atau ketika secara bersama-sama mampu


(26)

memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki. Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan-keputusan strategik. Transfer kapabilitas terutama sekali terjadi ketika sebuah perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang lebih baik akuisisi dengan perusahaan lain yang memiliki kinerja manajerial yang kurang bagus. Perusahaan yang superior dalam suatu industri seringkali memiliki sumberdaya manajemen yang lebih bagus dibanding perusahaan yang lain di industri yang sama. Perusahaan yang belum memiliki manajerial yang bagus perlu pembelajaran internal melalui merger dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.

4. Sinergi Teknologi

Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi misalnya pada departemen riset dan pengembangan, departemen disain dan engineering, proses manufacturing, dan teknologi informasi.

5. Sinergi Pemasaran

Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang bisa dijangkau.

3. Motif Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui akuisisi. diersifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung


(27)

kompetensi inti. Disamping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang. 4. Motif Non-ekonomi

Aktivitas akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motof non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.

2.1.3. Tujuan Akuisisi

Tujuan umum perusahaan melakukan akuisisi antara lain untuk meningkatkan pasar dan nilai tambah melalui upaya penciptaan efisiensi yang lebih baik, meningkatkan sinergi operasional, sinergi keuangan. Selain itu masih terdapat bermacam-macam tujuan yang dapat dicapai dalam penggabungan usaha antara lain:

1. penghematan biaya 2. kekuatan monopoli

3. menghindari kebangkrutan 4. diversifikasi

5. memperbesar perolehan pinjaman bank 6. meningkatkan efisiensi manajemen

2.1.4. Sasaran Akuisisi

Pardede (2011:603) menyatakan pada dasarnya penggabungan dan pengambilalihan perusahaan lain dilakukan dengan satu alasan utama yaitu untuk mendapatkan synergi. Penggabungan perusahaan akan menghasilkan sinergy hanya apabila perusahaan-perusahaan yang bergabung masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan pada bidang yang tidak sama. Sebagai contoh, apabila sebuah perusahaan yang mempunyai keunggulan dalam bidang keuangan bergabung dengan perusahaan lain yang mempunyai keunggulan dalam bidang


(28)

pemasaran maka gabungan perusahaan tersebut mempunyai peluang yang besar untuk mempunyai keunggulan dalam bidang keuangan maupun dalam bidang pemasaran. Akan tetapi apabila perusahaan yang mempunyai keunggulan dalam bidang keuangan bergabung dengan perusahaan yang mempunyai keunggulan dalam bidang keuangan juga maka penggabungan ini tidak akan meghasilkan synergi, yang berarti tidak membuat perusahaan gabungan mempunyai keunggulan yang lebih besar dari jumlah keunggulan masing-masing perusahaan sebelum penggabungan.

Alasan-alasan berbagai perusahaan untuk melakukan penggabungan atau pengambilalihan dapat dirinci sebagai berikut:

1. Memperbesar ukuran perusahaan

salah satu ukuran kebesaran perusahaan adalah jumlah harta yang dimilikinya atau jumlah sumberdaya yang didayagunakannya. Sebuah perusahaan disebut bertambah besar apabila jumlah hartayang dimilikinya atau jumlah sumberdaya yang didayagunakannya semakin besar.

2. Meningkatkan kedudukan persaingan

Salah satu cara meningkatkan kedudukan perusahaan dalam persaingan adalah mengurangi jumlah pesaingnya di pasar. Pesaing dapat dibuat menjadi bukan pesaing dengan cara bergabung dengannya atau dengan cara mengambilalihnya. Dengan penggabungan atau pengambilalihan, siasat yang sebelumnya diberlakukan oleh perusahaan saingan akan menjadi siasat bersama atau akan menjadi siasat tambahan bagi perusahaan yang mengambilalih. Kemudian siasat yang sebelumnya digunakan oleh perusahaan saingan untuk memerangi perusahaan, dengan sendirinya dapat dihapuskan.

3. Menambah jenis barang yang dibuat

Salah satu masalah yang mungkin timbul pada perusahaan yang membuat hanya satu jenis barang adalah kemungkinan ketergantungan perusahaan terhadap satu-satunya barang


(29)

tersebut. Apabila ketergantungan ini terjadi maka penerimaan perusahaan akan ditentukan oleh kejayaan barang itu di pasar. Apabila barag itu mengalami masalah dalam pemasarannya maka perusahaan akan terganggu. Untuk mengatasi hal ini perusahaan sebaiknya membuat juga barang lain yang berbeda sebagai tambahan kepada barang yang lama. Namun demikian, pembuatan barang baru terutama apabila barang tersebut benar-benar berbeda dengan barang yang ada saat ini, dapat berarti bahwa perusahaan harus memasuki bidang usaha atau industri baru. Apabila perusahaan tidak menguasai bidang usaha baru itu, maka pembuatan barang yang bersangkutan justru akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan. Untuk mengatasi hal itu, perusahaan dapat bergabung dengan atau mengambilalih perusahaan lain yang saat ini sedang membuat barang tersebut. Dengan cara ini perusahaan tidak akan mengalami kesulitan yang biasanya timbul apabila harus memasuki bidang usaha baru atau industri baru. 4. Memperluas pangsa pasar

Pangsa pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan dpat diperluas dengan cara merebut pangsa pasar pesaing. Hal ini benar terutama apabila pasar yang dilayani saat ini sudah tidak mungkin lagi diperluas sehingga peningkatan pangsa pasar satu perusahaan akan berarti pengurangan pangsa pasar perusahaan lain. Apabila perusahaan berusaha merebut pangsa pasar perusahan lain maka sudah pasti akan timbul tangkisan atau balasan dari perusahaan lain itu. Apabila perusahaan menilai bahwa ia tidak akan mampu menghadapi tangkisan tersebut melalui tindakan-tindakan yang belum merugikan perusahaan maka jalan satu-satunya adalah bergabung dengan atau mengambilalih salah satu perusahaan yang menjadi saingan. Dengan cara dengan cara bergabung atau mengambilalih perusahaan pesaingmaka pangsa pasar pesaing itu akan menjadi tambahan kepada pangsa pasar perusahaan.

5. Memperoleh sumberdaya-sumberdaya penting

Pada setiap industri setiap perusahaan yang bekerja di dalamnya mempunyai kemampuan atau tingkat kemudahan yang berbeda dalam memperoleh sumberdaya-sumberdaya tertentu.


(30)

Satu perusahaan mungkin dapat memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih rendah, atau modal dengan biaya yang lebih rendah, ataupun tenaga kerja dengan biaya lebih rendah. Adakalanya juga satu perusahaan merupakan satu-satunya perusahaan yang dapat memperoleh sumberdaya tertentu seperti bahan baku misalnya. Apabila ada satu perusahaan yang mmebutuhkan sumberdaya tertentu dimana perusahaan ini tidak dapat memperolehnya, atau tidak dapat memperolehnya denga harga yang lebih murah, dan kemudian apabila ada perusahaan lain yang dapat memperolehnya, atau yang dapat memperolehnya dengan harga yang lebih rendah, maka perusahaan sebaiknya bergabung atau mengambilalih perusahaan tersebut.

6. Memperoleh manfaat sinergik

Manfaat sinergik adalah manfaat tambahan yang diperoleh melalui penggabungan perusahaan atau pengambilalihan perusahaan lain. Manfaat sinergik yang paling nyata dari penggabungan perusahaan atau pengambilalihan perusahaan lain adalah penghematan yang timbul sebagai akibat adanya kesempatan untuk mendayagunakan penuh pegawai yang selama ini menggunakan hanya sebagian jam kerjanya, serta penurunan biaya tetap setiap satuan barang karena akan terdapat lebih banyak barang yang akan menanggung biaya tetap keseluruhan.

Menurut Dharmasetya dan Sulaimin (2002:10) disamping memperoleh berbagai manfaat, penggabungan usaha juga memiliki beberap kelemahan, antara lain:

1. proses integrasi yang tidak mudah

2. kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat. 3. biaya konsultan yang mahal

4. meningkatnya kompleksitas birokrasi 5. biaya koordinasi yang mahal


(31)

7. tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan

8. tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

2.2. Analisisis Manajemen Laba

2.2.1. Latar Belakang terjadinya Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan suatu fenomena baru yang telah menambah wacana perkembangan teori akuntansi dan merupakan salah satu kajian yang menarik dalam riset akuntansi. Istilah manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau pembuat laporan keuangan untuk melakukan manajemen informasi akuntansi, khususnya laba demi kepentingan pribadi dan/atau perusahaan. Manajemen laba itu sendiri tidak dapat diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba.

Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran atau oerilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk memanajemen atau mengatur data keuangan yang dilaporkan. Perlu dicatat disini bahwa manajemn laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi untuk mengatur keuangan yang bisa dilakukan.

2.2.2. Pengertian Manajemen Laba

Menurut Sulistyanto (2008:6) Manajemen laba merupakan upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan


(32)

dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dan mengelabui inilah yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai kecurangan. Sementara pihak lain tetap menganggap aktivitas rekayasa manajerial ini bukan sebagai kecurangan. Alsannya, intervensi itu dilakukan manajer perusahaan dalam kerangka standar akuntasi, yaitu masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum.

Tujuan yang akan dicapai oleh manajemen melalui manajemen laba meliputi: mendapatkan bonus dan kompensasi lainnya, mempengaruhi keputusan pelaku pasar modal, menghindari pelanggaran perjanjian hutang, dan juga menghindari biaya.

2.2.3. Motivasi Manajemen Laba

Manajemen laba berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi sehingga manajemen tentunya akan memilih metode tertentu yang dianggap menguntungkan. Sulistyanto (2008:62) beberapa motivasi terjadinya manajemen laba antara lain:

1. bonuse Schemes (Rencana Bonus)

Ditinjau dari sisi rencana bonus, manajer cenderung akan melakukan tindakan pengelolaan laba pada perusahaan yang memiliki rencana bonus. Manajer akan berusahan mengaturlaba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya.

2. contractual Motivations (Motivasi Kontrak)

Semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih metoda akuntansi yang dapar memindahkan laba perioda mendatang ke periode berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaanmengalami pelanggaran kontrak.


(33)

Perusahaan akan cenderung akan melakukan monopoli, maka manajer akan berusaha untuk menurunkan labanya agar sorotan dan tekanan publik terhadap perusahaan berkurang. 4. taxation Motivation (Motivasi Perpajakan)

Manajer akan berusaha untuk membayar pajak yang serendah mungkin dengan cara mengurangi labanya. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.

5. changes of Chief Executive Officer (Penggantian CEO)

Manajer perusahaan (CEO) akan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk menghindari penggantian CEO oleh pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan laba. CEO yang dinilai baik oleh pemilik perusahaan akan diberikan bonus (reward), sedangkan manajer yang kinerjanya kurang baik akan diganti oleh pemilik perusahaan (punishment).

6. initial Public Offering (IPO)

Manajer perusahaan akan melakukan eraning management agar harga sahamnya saat penawaran perdana (IPO) lebih tinggi, sedangkan kapitalisasi modal perusahaan menjadi lebih besar. Saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusahan manaikkan laba yang dilaporkan.

2.2.4. Model-model Manajemen Laba

Scoot (2000:405) ada beberapa bentuk manajemen laba yaitu: 1. taking a bath

Dalam bentuk jika manajemen harus melaporkan kerugian, maka manajemen akan melaporkan dalam jumlah besar. Dengan tindakan ini manajemen berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan kerugian piutang perusahaan dapat dilimpahkan ke manajemen lama, jika terjadi pergantian manajer.


(34)

2. income minimization (menurunkan laba)

Dalam bentuk ini manajer akan menurunkan laba untuk tujuan tertentu, misalnya: untuk tujuan penghematan kewajiban pajak yang harus dibayar perusahaan kepada pemerintah. Karena semakin rendah laba yang dilaporkan perusahaan semakin rendah pula pajak yang harus dibayarkan.

3. income maximization (meningkatkan laba)

Dalam bentuk ini manajer akan berusaha menaikkan laba untuk tujuan tertentu, misalnya: menjelang IPO manajer akan meningkatkan laba dengan harapan mendapatkan reaksi yang positif dari pasar.

4. income smoothing (perataan laba)

Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan, dengan tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor, karena umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil.

2.3. Analisis Kinerja Keuangan 2.3.1. Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Nugroho dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) kinerja diartikan sebagai “ sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja(tentang peralatan)”. Berdasarkan pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Analisisi kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal akuisisi.

2.3.2. Metode analisis kinerja dengan rasio keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan


(35)

terlihat kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Kasmir, 2012:106):

1. rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on equity dan net profit margin.

2. rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Rasio-rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio dan debt ratio.

3. Rasio aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total Asset Turn Over (TATO) dan fixed Asset turn over.


(36)

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio (CR).

2.4. Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian yang telah dilakukan menilai manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan, namun hasilnya tidak selalu konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Usadha dan Yasa (2009) bertujuan untuk menganalisa manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah merger di Bursa efek inidonesia tahun 2001-2002. Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan terdapat 10 perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan uji statistiknya menggunakan t-test. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan pengakuisisi melakukan tindakan manajemen laba sebelum pelaksanaan merger dan akusisi dengan cara income increasing accruals. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan kinerja keuangan perusahaan setelah merger dan akuisisi.

Penelitian ini Konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) yang menganalisis manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah merger tahun 2006-2008. Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan terdapat 4 perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah perusahaan melakukan akuisisi mengalami penurunan kinerja keuangan, namun berbeda dalam hal manajemen laba. Penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan melakukan tindakan manajemen laba sebelum pelaksanaan akusisi dengan metode discretionary accruals.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meta (2010) yang bertujuan untuk menganalisa manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum


(37)

dan sesudah merger dan akuisisi tahun 2008-2009. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan terdapat 12 perusahaan yang melalukan merger dan akuisisi. teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dan uji statistiknya adalah uji T-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan pengakuisisi dengan cara menaikkan nilai akrual sebelum merger dan akuisisi. Kinerja keuangan yang diproksikan dengan total asset turnover (TATO), net provit margin (NPM), dan return on asset (ROA) mengalami perubahan yang berbeda-beda baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi. TATO mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger dan akuisisi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novaliza (2013) yang bertujuan untuk menganalisa pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan publik di Indonesia Tahun 2005-2007. Uji statistik yang dilakukan adalah uji normalitas data dengan metode kolmogrov-smirnov test dan uji t-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada periode satu tahun sebelum dan empat tahun setelah merger.

Penelitian yang dilakukan oleh Ardekani et. Al (2012)yang bertujuan untuk menganalisa akuisisi, manajemen laba dan kinerja perusahaan tahun 2004-2010. Penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama diterima, artinya perusahaan pengakuisisi melakukan manipulasi laba satu tahun sebelum tanggal pengumuman akuisisi. Hasil tersebut ditolak hipotesis kedua bahwa manipulasi laba dilakuan sebelum merger dan akuisisi oleh perusahaan pengakuisisi secara tunai. Hipotesis ketiga menunjukkan bahwa manajemen laba satu tahun sebelum pengumuman tanggal akuisisi berhubungan negatif dengan return saham perusahaan pengakuisisi. Sedangkan hipotesis keempat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara return of cash perusahaan pengakuisisi dengan manajemen laba.


(38)

Rangkuman dari penelitian terdahulu yang mempunyai hubungan dengan analisis akuisisi terdapat pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu N o Peneliti (tahun)

Judul penelitian Variabel yang digunakan

Analisisi data

Hasil penelitian

1 I Putu Adnyana Usadha & Gerianta Wirawan Yasa (2009) Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi sebelum dan sesudah merger dan akuisisi di BEI Discreation ary accrual, Current Ratio,Retur n On investment, Debt to Equity Ratio Independen t sample t test, paired sample t test -perusahaan pengakuisisi melakukan tindakan manajemen laba sebelum pelaksanaan merger dan akuisisi dengan cara menaikkan nilai akrual

-terjadi penurunan kinerja perusahaan setelah merger dan akuisisi

Lanjutan tabel 2.1 Penelitian terdahulu

2 Novi Puji Lestari (2011) Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi sebelum dan sesudah Merger Discreation ary accrual, Net Profit Margin, Return On Asset, Total Asset Turnover

- -tidak membuktikan

bahwa perusahaan pengakuisisi melakukan tindakan manajemen laba sebelum pelaksanaan akuisisidengan metode discreationary accrual -kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah melakukan akuisisi adalah berbeda dan lebih ke arah penurunan kinerja keuangan

3 Annisa Meta Cempaka Wangi (2010) Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi sebelum dan Sesudah Merger Discreation ary accrual, Total Asset Turnover, Net Profit Margin, Return On Asset. Independen t sample t test, Paired Sample T-test

-tidak ada indikasi manajemen laba sebelum merger dan akuisisi yang dilakukan dengan income increasing accruals.

-kinerja keuangan yang diukur dengan


(39)

dan Akuisisi yang terdaftar di BEI tahun 2008-2009

TATO mengalami kenaikan setelah merger dan akuisisi, NPM dan ROA mengalami

penurunan sesudah merger dan akuisisi

Lanjutan tabel 2.1 Penelitian terdahulu

4 Putri Novaliza (2013) Analisis Pengaruh Merger dan akuisisi terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia (periode 2004-2011) Current ratio, Quick Ratio, Inventory Turnover, Total Asset Turnover, Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Return on Equity, Net Profit Margin, Operating Profit Margin Kolmogoro v-Smirnov Test, Paired sample t test

Tidak ada perbedaan yang signifikan satu tahun sebelum dan empat tahun setelah merger dan akuisisi

5 Aref Mahdavi Ardekani, nejat Younesi & Mohamm ad Hashemij oo (2012) Acquisition, Earnings Management and Firm’s Performance: Evidence from Malaysia Discreation ary accruals One Sample Test -perusahaan pengakuisisi melakukan

manajemen laba satu tahun sebelum tanggal pengumuman akuisisi.


(40)

2.5. Kerangka Konseptual

Manajemen laba merupakan salah satu bentuk akibat asimetri informasi dalam teori agensi. Hal ini dikarenakan manajer lebih mengetahui informasi tentang perusahaan yang dikelolanya. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikendaki. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Menurut Sulistyanto (2008) manajemen laba dapat diukur dengan proksi discretionary accruals. Discretionary accruals merupakan komponen total akrual yang digunakan untuk mendeteksi manajemen laba. Melalui pendekatan Disreationary accruals dapat mengungkapkan suatu perusahaan menaikkan atau menurunkan serta meratakan laba.

Akuisisi adalah tindakan strategis dari perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Dalam pelaksanaan akuisisi terdapat suatu kondisi yang mendukung adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi sebelum akuisisi dimana pihak manajemen akan berusaha untuk meningkatkan nilai laba perusahaannya ( Dharmasetya dan Sulaimin, 2009:16).

Untuk menilai keberhasilan akuisisi adalah dengan melihat kinerja perusahaan setelah melakukan akuisisi terutama kinerja keuangan. Untuk mengetahui terdapat perbedaan kinerjakeuangan dapat dilakukan dengan membandingkanrasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah akuisisi. banyak rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja


(41)

keuangan perusahaan. Menurut Kasmir (2012:173) terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio aktivitas yang terdiri dari Receivable Turnover, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Asset Turnover, rasio profitabilitas terdiri dari Net profit Margin, Return On investmen, Return On Equity, rasio likuiditas terdiri dari Current Ratio, Cash Ratio, Quick Ratio, rasio solvabilitas terdiri dari Debt Ratio, Debt To Equity Ratio. Berdasarkan tinjauan pustaka serta penelitian terdahulu maka peneliti mengindikasikan rasio-rasio keuangan yang terdiri dari Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Current Ratio.

Dari uraian diatas dapat digambarkan hubungan skematisnya sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka konseptual

Sumber: (Dharmasetya dan Sulaimin, 2009:16) , (Kasmir, 2012:173), (Sulityanto, 2008: 47)

2.6. Hipotesis

Manajemen laba: Discretionary accruals

Kinerja keuangan: return on equity, net profit margin, debt to

equity ratio, debt ratio, total Asset Turn Over (TATO), fixed Asset turn over,

dan current ratio

Setelah akuisisi Uji beda Sebelum akuisisi


(42)

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1 : Terdapat praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan pengakuisisi dengan cara menaikkan nilai akrual (income increasing accrual) sebelum akuisisi.

H2 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan return on equity, net profit margin, debt to equity ratio, debt ratio, total Asset Turn Over, fixed Asset turn over, dan current ratio sebelum dan sesudah akuisisi.

BAB 3

METODE PENELITIAN


(43)

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1 : Terdapat praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan pengakuisisi dengan cara menaikkan nilai akrual (income increasing accrual) sebelum akuisisi.

H2 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan return on equity, net profit margin, debt to equity ratio, debt ratio, total Asset Turn Over, fixed Asset turn over, dan current ratio sebelum dan sesudah akuisisi.

BAB 3

METODE PENELITIAN


(44)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian komperatif yaitu penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaam dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiritetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda. Jadi, penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompak atau lebih dari suatu variabel tertent (Sugiyono: 2012)

3.2. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan mengakses situs www.idx.co.id.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan selesai. 3.3. Batasan Operasional

Pembatasan penelitian perlu dilakukan dengan tujuan agar pokok penelitian yang diteliti tidak terlalu melebar dari yang sudah ditentukan. Peneliti dalam hal ini membatasi penelitian sebagai berikut:

1. Periode penelitian adalah periode tahun 2009-2010

2. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah discreationary accruals, NPM, ROE, DER, DR, TATO, FATO, CR.

3. Laporan keuangan yang digunakan dari perusahaan yang melakukan akuisisi yang terdaftar di BEI.


(45)

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur, sehingga peneliti dapat mengetahui baik atau buruk pengukuran tersebut. Adapun definisi operasional ini kemudian diuraikan menjadi indikator empiris dalam penelitian.

Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan proksi discretionary accruals yang menggunakan model Healy yang dikembangkan oleh Dechow (1995). Model ini dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya (Sulistyanto, 2008:223).

Adapun langkah-langkah untuk menghitung manajemen laba adalah sebagai berikut:

1. Menghitung nilai total akrual (TAC) yang merupakan selisih dari pendapatan bersih (net Income) dengan arus kas operasi untuk setiap perusahaan dan setiap tauhun pengamatan.

Total akrual untuk periode t dinyatakan dalam persamaan: ���� = ���� − ���

Keterangan:

TAit = Total Accruals perusahaan i pada tahun t

NIit = Laba bersih (Net Income) perusahaan i pada t

CFit = Arus kas (Operating Cash Flow) perusahaan t pada tahun t

2. Langkah kedua menghitung nilai nondiscreationary accrual yang merupakan rata-rata toatal akrual (TAC) dibagi dengan Total aktiva periode sebelumnya.


(46)

3. Langkah ketiga menghitung nilai discreationary accrual (DCA) yaitu selisih antara total akrual dengan nondiscreationary accruals. Discreationary accruals merupakan proksi manajemen laba.

DAi,t = TAit– NDAit

Keterangan:

TAit = Total Akrual perusahaan i pada tahun t

NDAit = Non Discreationaru Accruals perusahaan i pada tahun t

DAit = Discreationary Accruals i pada tahun t

CurAccit = Current Accruals

Secara empiris, nilai discreationary accruals dapat bernilai nol, positif, atau negatif. Nilai nol menunjukkan manajemen laba dilakukan dengan pola perataan laba (income smoothing). Sedangkan nilai positif menunjukkan adanya manajemen laba dengan pola peningkatan laba (income increasing) dan nilai negatif menunjukkan manajemen laba dengan pola penurunan laba (income decreasing) Sulistyanto (2008).

Kinerja keuangan didefinisakan sebagai prestasi manajemen keuangan untuk mencapai tujuan perusahan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas, solvabilitas, aktivitas, dan likuiditas.

1. Rasio profitabilitas, dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, aset maupun laba bagi modal sendiri. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah:

a. net Profit Margin


(47)

NPM = T

x

%

b. Return On Equity

Rasio ini snagat berguna untuk melihat secara fokus besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan dari jumlah modal yang ditanam oleh para pemegang saham.

ROE =

x

%

2. Rasio solvabilitas, menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio solvabilitas yang digunakan adalah:

a. Debt to Equity Ratio

Rasio ini bertujuan untuk melihat berapa besarnya hutang lancar dan hutang jangka panjang operasi dibandingkan dengan modal perusahaan.

DER = + w

x

%

b. Debt Ratio

DR merupakan perbandingan total hutang dengan total asset yang bertujuan untuk mengukur seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh aset perusahaan.

DR =

y

x

%

3. Rasio aktivitas, menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan harta untuk mengelola aktiva. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. total assets turnover

Rasio ini mengukur perputaran semua aktiva perusahaan, dan dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva. Dengan rasio ini, perusahaan dapat mengestimasi besarnya total harta atas dasar ramalan penjualan.

TATO = P

T H

x

%


(48)

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola harta tetap, apakah perusahaan sudah cukup optimal dalam menghasilkan pendapatan.

FATO = P B

H T

x

%

4. Rasio likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. Rasio likuiditas yang dipakai dalam penelitian ini adalah current ratio.

CR = H

w P

x

%

3.5. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non bank yang melakukan akuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai 2010 yang berjumlah perusahaan. Kriteria dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan tidak termasuk pada sektor perbankan atau lembaga keuangan 2. Melakukan aktivitas akuisisi pada periode 2009-2010

3. Tersedia laporan keuangan untuk 1 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah aktivitas akuisisi.

4. Tanggal dilakukan akuisisi diketahui dengan jelas

Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 4 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Perusahaan –perusahaan yang memiliki kriteria diatas dapat dilihat dalam tabel berikut ini.


(49)

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan Sampel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan akuisisi tahun 2009-2010

No Perusahaan Tanggal akuisisi

1 AKR Corporindo 10 November 2009

2 Indika Energy 9 Februari 2009

3 PT. Bentoel Internasional Investama Tbk 15 Juni 2009

4 PT. Astra International 10 Desember 2010

Sumber:www.saham.com

3.6. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) baik yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui berbagai macam sumber seperti indonesian capital market directory, idx statistic, dan Bursa Efek Indonesia sebagai sumber data perusahaan.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi yang dilakukan dalam rangka mengumpulkan teori-teori atau literatur-literatur yang dapat dipergunakan sebagai landasan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Berkaitan dengan data-data yang digunakan dalam penelitian ini, data-data yang dibutuhkan terdiri dari data sekunder

3.8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik melalui pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan SPSS 16 for windows sebagai berikut:


(50)

3.8.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam statistik deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisisi regresi, dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi (Sugiyono: 2012)

3.8.2. Pengujian Hipotesis

Uji independent sample t-test digunakan untuk menguji hipotesis 1, yakni untuk mengetahui apakah pihak manajemen melakukan tindakan manajemen laba dengan cara menaikkan atau menurunkan nilai akrual perusahaan pada periode sebelum pelaksanaan akuisisi.

Uji Wilcoxon Signed Rank Tes digunakan untuk menguji hipotesis 2, yakni untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan jika dilihat dari segi return on equity, net profit margin, debt to equity ratio, debt ratio, total Asset Turn Over (TATO), fixed Asset turn over, dan current ratio pada periode sebelum dan sesudah akuisisi

3.8.2.1. Independen sample T-test

Uji beda T –test digunakan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda T-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel atau secara rumus dapat ditulis sebagai berikut:

t = R − − −


(51)

standar error perbedaan dalam nilai rata-rata terdistribusi secara normal. Jadi tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain. Apakah kedua grup tersebut mempunyai nilai rata-rata yang sama ataukah tidak sama secara signifikan. Sebagai contoh kita ingin mengetahui apakah rata-rata pengalaman kerja sebelumnya berbeda untuk responden laki-laki dan wanita.

3.8.2.2 Wilcoxon Signed Rank Tes

Wilcoxon Signed Rank Test adalah uji nonparametris untuk mengukur signifikansi perbedaan antara 2 kelompok data berpasangan berskala ordinal atau interval tetapi berdistribusi tidak normal. Uji Wilcoxon Signed Rank Test merupakan uji alternatif dari uji pairing t test atau t paired apabila tidak memenuhi asumsi normalitas. uji Wilcoxon Signed ranks test digunakan untuk mngevaluasi perlakuan tertentu. uji ini menggunakan tingkat signifikansi α = 5%.

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda, tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia. Bursa Batavia tersebut merupakan abang dari Amsterdamse Effetenbuerus, dan penyelenggaraannya adalah Verreniging Voor de Effetenhandel. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VO. Sekuritas yang diperjualbelikan adalah saham dan


(52)

obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda serta sekuritas Belamda lainnya.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I (1914-1918) dan II (1942-1952), perpindaham kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Perkembangan Bursa Efek yang pesat mendorong pemerintah Hindia Belanda mendirikan bursa efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini ditutup karena terjadinya gejolak Eropa pada awal tahun 1939. Bursa efek di Indonesia akhirnya resmi ditutup pada tanggal 10 Mei 1940 karena terjadinya perang dunia II, sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di Indonesia.

Pada tahun 1952, bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU darurat Pasar Modal 1952, yang dilakukan oleh menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo) dan instrumen yang diperdagangkan adalah obligasi pemerintah RI (1950). Pada tahun 1956-1977, Bursa Efek vakum karena program nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia. Hal ini tidak berlangsung lama sebab Bursa Efek Jakarta buka kembali dan akhirnya mengalami kebangkitan pada tahun 1970. Kebangkitan ini disertai dengan dibentuknya Tim Uang dan Pasar Modal.

Pada tanggal 10 Agustus 1977, Bursa Efek diresmikan kembali oleh presiden Soeharto, BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati setiap HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga


(53)

ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Pada awalnya tujuan pengaktifan kembali pasar modal lebih ditekankan pada asas pemerataan, sehingga kepemilikan saham tidak terjatuh pada segolongan masyarakat saja. Untuk itu, pemerintah berperan aktif dalam menangani pasar modal Indonesia. BAPEPAM dan PT Danareksa diberikan prioritas untuk membeli sedikitnya 50% saham yang ditawarkan.

Pada tahun 1977 sampai 1987, adanya dergulasi perbankan menyebabkan tingkat suku bunga deposito naik, sehingga perdagangan di Bursa Efek lesu karena masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen pasar modal. Pada tahun 1987, ditandai dengan hadirnya paket Desember 1987 (PAKDES 1987) memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.Dan Desember 1988 dikeluarkan kebijakan tentang diperbolehkannya swastanisasi Bursa Efek.

Pada tanggal 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Paket deregulasi ini kemudian mendorong bursa Efek Jakarta berubah menjadi PT Bursa Efek Jakarta pada tanggal 13 Juli 1992. Bursa Efek Jakarta berkembang dengan pesat, jumlah saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta 24 saham pada tahu 1988 menjadi lebih dari 200 saham. Pada tahun 1995, Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya dan diberlakukannya sistem otomatisasi perdagangan di BEJ dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading System). BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh ( Remote Trading). Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Undang-undang ini mulai diberlakukan Januari 1996. Pada tanggal 10 November 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).


(54)

4.1.2 Gambaran Umum perusahaan

1. PT Bentoel Internasional Investama Tbk

PT Bentoel Group bermula dari pabrik rokok kecil bernama “Strootjes Fabriek Ong Hok Liong”, yang didirikan oleh Ong Hok Liong. Pada tahun 1954 pabrik rokok tersebut berubah nama menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel. Pada akhir tahun 1960-an, Bentoel Group menjadi perusahaan pertama di Indonesia untuk memproduksi rokok kretek filter buatan mesin dan membungkus kotak rokoknya dengan plastik. Inovasi- inovasi ini kemudian menjadi standard pada industri tembakau nasional.

Pada tahun 1990 perusahaan Bentoel menjadi perusahaan publik terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Rajawali Group mengambil alih pengelolaan dari perusahaan bentoel dari perusahaan Bentoel pada tahun 1991. Kemudian pada tahun 2000, perusahaan Bentoel mengubah nama perusahaan menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Pada 17 Juni 2009 PT Bentoel Internasional Investama Tbk mengakuisisi British American Tobacco .

2. AKR Corporindo

PT AKR Corporindo merupakan sebuah perusahaan multinasional yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 28 November 1977 dengan nama Aneka Kimia Raya. Perusahaan ini umumnya menghasilkan berbagai macam produk bahan bakar dan gas alam. Pada awalnya, perseroan hanya fokus pada perdagangan bahan kimia dasar. Seiring dengan perkembangannya, pada tahun 1985 perseroan memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta. Tahun 1994, perseroan menapaki babak baru dalam perkembangan


(55)

usahanya dengan menjadi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Seiring dengan perkembangan lini usaha perseroan yang tidak lagi hanya fokus pada perdagangan bahan kimia dasar, pada tahun 2004 perseroan mengubah namanya menjadi PT AKR Corporindo Tbk. Pada tanggal 10 November PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengakuisisi 87,5 persen saham PT Anugrah Karya Raya. Anugrah Merupakan perusahaan batu bara dengan izin eksplorasi di Kalimantan Tengah.

3. PT Indika Energy Tbk

PT Indika Energy Tbk adalah perusahaan energi terpadu yang terkemuka di Indonesia, menyediakan pelanggan dengan solusi energi terintegrasi melalui investasi diversifikasi dalam bidang sumber daya energi, jasa energi dan infrastruktur energi melalui investasi strategis dalam bidang produksi batubara. PT indika energy tbk didirikan pada tahun 2000. Indika energy sebelumnya dikenal sebagai PT Dipta Diwangkara/ PT Indika Inti Energi. Saat ini indika energy tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kapitalisasi pasar sebesar US$1,2 miliar dengan satu anak perusahaan asosiasi yang berkonsentrasi dalam tiga pilar bisnis yaitu sumber daya energi, jasa energi, dan onfrastruktur energi. Pada tahun 2009 indika energi telah melakukan akuisisi PT Petrosea Tbk, sebuah perusahaan engineering, konstruksi, dan pertambangan dengan track record prestasi di indonesia sejak tahun 1972.

4. PT Astra Internasional

Astra International merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi otomotif yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT Astra International Incorporated. Pada tahun 1990 perseroan mengubah namanya menjadi


(1)

TATO_sesudahAkuisisi 4 .32 1.84 1.1208 .65726 FATO_sebelumAkuisisi 4 2.38 5.71 4.2140 1.37422 FATO_sesudahAkuisisi 4 1.00 6.82 4.3582 2.44747 CR_sebelumAkuisisi 4 1.37 6.38 3.1115 2.22679 CR_sesudah_akuisisi 4 1.24 1.64 1.4040 .18077 Valid N (listwise) 4

Lampiran 4

Manajemen Laba sebelum dan Sesudah Akuisisi

Group Statistics

metode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean manajemen_laba 1 4 .0220 .10792 .05396

2 4 .4744 .01896 .00948

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error Differen

ce

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper manajemen_

laba

Equal variances

assumed 3.656 .104

-8.257 6 .000 -.45237 .05479 -.58642 -.31831 Equal variances

not assumed

-8.257 3.185 .003 -.45237 .05479 -.62113 -.28361

Lampiran 5 Hasil Uji wilcoxon Signed Ranks Test

Perbandingan Net Profit Margin sebelum dan sesudah Akuisisi

Ranks


(2)

NPM_sesudah_akuisisi - NPM_sebelum_akuisisi

Negative Ranks 3a 2.67 8.00 Positive Ranks 1b 2.00 2.00

Ties 0c

Total 4

a. NPM_sesudah_akuisisi < NPM_sebelum_akuisisi b. NPM_sesudah_akuisisi > NPM_sebelum_akuisisi c. NPM_sesudah_akuisisi = NPM_sebelum_akuisisi

Test Statisticsb

NPM_sesudah_akuisisi - NPM_sebelum_akuisisi

Z -1.095a

Asymp. Sig. (2-tailed) .273

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Perbandingan

Return On Equity

Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks ROE_sesudah_akuisisi -

ROE_sebelum_akuisisi

Negative Ranks 3a 3.00 9.00 Positive Ranks 1b 1.00 1.00

Ties 0c

Total 4

a. ROE_sesudah_akuisisi < ROE_sebelum_akuisisi b. ROE_sesudah_akuisisi > ROE_sebelum_akuisisi c. ROE_sesudah_akuisisi = ROE_sebelum_akuisisi

Test Statisticsb

ROE_sesudah_akuisisi - ROE_sebelum_akuisisi

Z -1.461a

Asymp. Sig. (2-tailed) .144


(3)

Test Statisticsb

ROE_sesudah_akuisisi - ROE_sebelum_akuisisi

Z -1.461a

Asymp. Sig. (2-tailed) .144

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Perbandingan

Debt To Equity Ratio

Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks DER_sesudah_akuisisi -

DER_sebelum_akuisisi

Negative Ranks 1a 2.00 2.00 Positive Ranks 3b 2.67 8.00

Ties 0c

Total 4

a. DER_sesudah_akuisisi < DER_sebelum_akuisisi b. DER_sesudah_akuisisi > DER_sebelum_akuisisi c. DER_sesudah_akuisisi = DER_sebelum_akuisisi

Test Statisticsb

DER_sesudah_akuisisi - DER_sebelum_akuisisi

Z -1.095a

Asymp. Sig. (2-tailed) .273

a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test


(4)

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks DR_sesudah_akuisisi -

DR_sebelum_akuisisi

Negative Ranks 2a 2.00 4.00 Positive Ranks 2b 3.00 6.00

Ties 0c

Total 4

a. DR_sesudah_akuisisi < DR_sebelum_akuisisi b. DR_sesudah_akuisisi > DR_sebelum_akuisisi c. DR_sesudah_akuisisi = DR_sebelum_akuisisi

Test Statisticsb

DR_sesudah_akuisisi - DR_sebelum_akuisisi

Z -.365a

Asymp. Sig. (2-tailed) .715

a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Perbandingan

Total Asset Turnover

Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks TATO_sesudah_akuisisi -

TATO_sebelum_akuisisi

Negative Ranks 2a 3.50 7.00 Positive Ranks 2b 1.50 3.00

Ties 0c

Total 4

a. TATO_sesudah_akuisisi < TATO_sebelum_akuisisi b. TATO_sesudah_akuisisi > TATO_sebelum_akuisisi c. TATO_sesudah_akuisisi = TATO_sebelum_akuisisi

Test Statisticsb

TATO_sesudah_akuisisi - TATO_sebelum_akuisisi

Z -.730a


(5)

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Perbandingan

Fixed Asset Turnover

Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks FATO_sesudah_akuisisi -

FATO_sebelum_akuisisi

Negative Ranks 2a 2.50 5.00 Positive Ranks 2b 2.50 5.00

Ties 0c

Total 4

a. FATO_sesudah_akuisisi < FATO_sebelum_akuisisi b. FATO_sesudah_akuisisi > FATO_sebelum_akuisisi c. FATO_sesudah_akuisisi = FATO_sebelum_akuisisi

Test Statisticsb

FATO_sesudah_akuisisi - FATO_sebelum_akuisisi

Z .000a

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 a. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Perbandingan

Current Ratio

Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks CR_sesudah_akuisisi -

CR_sebelum_akuisisi

Negative Ranks 4a 2.50 10.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c


(6)

a. CR_sesudah_akuisisi < CR_sebelum_akuisisi b. CR_sesudah_akuisisi > CR_sebelum_akuisisi c. CR_sesudah_akuisisi = CR_sebelum_akuisisi

Test Statisticsb

CR_sesudah_akuisisi - CR_sebelum_akuisisi

Z -1.826a

Asymp. Sig. (2-tailed) .068 a. Based on positive ranks.


Dokumen yang terkait

Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 67 115

ANALISIS MANAJEMEN LABA SERTA KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2012

0 14 47

ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM MERGER DAN AKUISISI DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN Analisis Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indones

0 0 14

PENDAHULUAN Analisis Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011.

0 2 7

ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN SESUDAH Analisis Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011.

1 4 16

BAB 1 PENDAHULUAN - Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 8

Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 10

Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 14

Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 10

ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2013

0 0 17