Gambar 32 Peta klasifikasi FCD Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2003
69
Gambar 33 Peta klasifikasi FCD Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2007
70
Gambar 34 Peta klasifikasi FCD Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2008
71
ambar 12. Peta Klasifikasi Maximum Likelihood tahun 2003
Gambar 13. Peta Klasifikasi Maximum Likelihood tahun 2007
Gambar 35 Peta klasifikasi Maximum Likelihood Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2003
72
Gambar 14. Peta Klasifikasi Maximum Likelihood tahun 2008
Gambar 36 Peta klasifikasi Maximum Likelihood Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2007
73
Gambar 37 Peta klasifikasi Maximum Likelihood Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2008
74
Gambar 15. Peta Klasifikasi Fuzzy tahun 2003
Gambar 16. Peta Klasifikasi Fuzzy tahun 2007
Gambar 38 Peta klasifikasi Fuzzy Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2003
75
Gambar 17. Peta Klasifikasi Fuzzy tahun 2008
Gambar 39 Peta klasifikasi Fuzzy Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2007
76
Gambar 40 Peta klasifikasi Fuzzy Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2008
77
Gambar 17. Peta Klasifikasi Belief Dempster Shafer tahun 2003
Gambar 18. Peta Klasifikasi Belief Dempster Shafer tahun 2007
Gambar 41 Peta klasifikasi Belief Dempster Shafer Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2003
78
Gambar 42 Peta klasifikasi Belief Dempster Shafer Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2007
79
Gambar 20. Peta Klasifikasi Belief Dempster Shafer tahun 2008
Gambar 43 Peta klasifikasi Belief Dempster Shafer Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2008
80
4.3 Hasil Uji Akurasi Kerapatan Hutan Menggunakan 4 Kelas Kerapatan
Hutan
Hasil klasifikasi FCD, maximum likelihood, fuzzy dan belief tahun 2008 diuji keakuratannya dengan kerapatan kanopi lapangan, LAI, crown indicator
CSI,CDI dan VCR, kerapatan tegakan, lbds dan volume. Hasil overall accuracy dan analisis Kappa dengan berbagai indikator lapangan maka dapat dilihat pada
Tabel 17. Pada klasifikasi FCD dapat dilihat bahwa untuk klasifikasi kerapatan hutan
dapat menggunakan kerapatan kanopi dan kerapatan tegakan diameter 5cm. Akurasi kerapatan kanopi adalah lebih besar dari 85. Pengunaan indikator
kerapatan tegakan diameter 5cm mempunyai akurasi sedang yaitu 61. Penggunaan indikator LAI, CSI, CDI, VCR, lbds dan volume tidak dapat
digunakan karena mempu
nyai
akurasi yang rendah. Tabel 17 Hasil uji akurasi klasifikasi FCD, Maximum Likelihood, Fuzzy dan Belief
Demspter Shafer menggunakan 4 kelas kerapatan hutan
No Indikator Lapangan Hasil Uji Akurasi
FCD Maximum
Likelihood Fuzzy
Belief Overall
accuracy Akurasi
Kappa Overall
accuracy Akurasi
Kappa Overall
accuracy Akurasi
Kappa Overall
accuracy Akurasi
Kappa
1 Kerapatan Kanopi
86 79
71 60
67 51
65 49
2 LAI
53 37
49 32
47 27
51 35
3 CSI
59 43
60 45
54 36
45 25
4 CDI
60 45
59 40
59 40
56 40
5 VCR
59 42
60 42
59 39
52 32
6 Kerapatan Tegakan
5cm
61 46
57 40
49 31
45 27
7 Lbds 5cm
58 46
50 37
45 29
47 32
8 Volume
39 30
35 25
35 27
31 21
Pada klasifikasi maximum likelihood maka klasifikasi kerapatan hutan hanya dapat menggunakan indikator kerapatan kanopi dengan akurasi sedang
yaitu 71. Penggunaan indikator LAI, CSI, CDI, VCR dan Lbds tidak dapat digunakan karena mempunyai akurasi yang rendah. Penggunaan klasifikasi fuzzy
mempunyai akurasi sedang pada indikator kerapatan kanopi yaitu 67, sedangkan pada indikator lainnya adalah rendah. Berdasarkan akurasinya maka klasifikasi
kerapatan hutan menggunakan klasifikasi fuzzy dan maximum likelihood relatif kurang baik.
Klasifikasi belief kurang baik digunakan untuk klasifikasi kerapatan hutan. Akurasi klasifikasi ini menunjukkan bahwa akurasinya dibawah 60
untuk semua indikator lapangan kecuali indikator kerapatan kanopi. Akurasi tertinggi hanya didapatkan pada indikator kerapatan kanopi 65. Penggunaan
kerapatan hutan lainnya diantaranya LAI, CSI, CDI, VCR dan Lbds mempunyai akurasi yang rendah.
Pada indikator lapangan menggunakan indikator tajuk crown indikator yaitu CSI, CDI dan VCR, klasifikasi FCD mempunyai akurasi yang rendah.
Crown indicator merupakan indikator tegakan yang tidak hanya mencerminkan dimensi horizontal tajuk tetapi juga vertikal dan kualitas tajuk. Berdasarkan
indikator ini maka FCD tidak dapat digunakan untuk mendeteksi kualitas tajuk. Sedangkan untuk dimensi horizontal tajuk yaitu menggunakan kerapatan kanopi
mempunyai akurasi yang tinggi yaitu 86. Hal ini berarti bahwa apabila kerapatan tajuk digunakan sebagai indikator degradasi hutan sehingga klasifikasi
FCD dapat diterapkan dengan baik. Indikator lain yang sering digunakan dalam klasifikasi kerapatan hutan
adalah dengan LAI. Indek luas daun LAI merupakan total luas daun yang pada tegakan. LAI biasanya digunakan dalam pendugaan biomasa dan untuk
identifikasi degradasi hutan. Klasifikasi FCD mempunyai akurasi yang rendah 53 untuk klasifikasi LAI sehingga tidak dapat diterapkan untuk mendeteksi
LAI. Indikator kerapatan hutan dapat pula didekati dengan luas bidang dasar.
Klasifikasi FCD untuk mendeteksi luas bidang dasar ini menunjukkan akurasi yang rendah yaitu 58. Hal ini dapat dikatakan bahwa FCD tidak dapat
digunakan untuk mendeteksi degradasi hutan dengan menggunakan klasifikasi kerapatan berdasarkan luas bidang dasar.
Tingkat akurasi pada masing-masing kelas kerapatan hutan dapat dilihat pada Tabel 18. Berdasarkan Tabel 18 maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan
kelas kerapatan hutan pada klasifikasi FCD berpengaruh terhadap tingkat akurasinya. Hal ini dapat dilihat pada user accuracy pada kelas hutan kerapatan
rendah H1, kerapatan sedang H2 dan kerapatan sangat tinggi H4 mempunyai