Identifikasi Tingkat Degradasi di Lapangan

Tabel 16 menunjukkan bahwa degradasi ringan dapat diidentifikasi dengan pengurangan jumlah tegakan 2Ha sampai dengan 201 batangHa atau kerapatan kanopi 1 sampai dengan 20. Gambar 29 menunjukkan kenampakan kelas degradasi hutan ringan di lapangan. Gambar 29 Visualisasi kelas degradasi hutan ringan tunggak 2 sampai dengan 201 batangHa di lapangan Kelas degradasi ringan dapat pula diidentifikasi menggunakan pengurangan nilai VCR yaitu antara 265 sampai dengan 1929Ha. Nilai VCR merupakan gabungan antara indikator CSI dan CDI. CSI merupakan gabungan indikator diameter tajuk, tebal tajuk dan kerapatan tajuk. CDI merupakan gabungan indikator persentase kerusakan tajuk dan persentase cahaya matahari masuk ke celah tajuk. Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa degradasi sedang dapat diidentifikasi dengan pengurangan jumlah tegakan antara 202Ha sampai dengan 568Ha atau kerapatan kanopi 21-40. Gambar 30 menunjukkan kenampakan kelas degradasi hutan sedang di lapangan. Kelas degradasi sedang dapat diidentifikasi menggunakan pengurangan nilai VCR antara 1930Ha sampai dengan 3594Ha. Gambar 30 Visualisasi kelas degradasi hutan sedang tunggak 202 sampai dengan 568 batangHa di lapangan Degradasi berat dapat diidentifikasi dengan menggunakan nilai penurunan jumlah tegakan antara 569Ha sampai dengan 1053Ha atau kerapatan tajuk antara 41 sampai dengan 60. Gambar 31 menunjukkan kelas degradasi hutan berat di lapangan. Kelas degradasi berat mempunyai pengurangan nilai VCR antara 3595Ha sampai dengan 5258Ha. Sedangkan kelas degradasi sangat berat mengalami penurunan jumlah tegakan lebih besar dari 1054Ha atau kerapatan tajuk lebih besar dari 60. Kelas degradasi sangat berat dapat diidentifikasi menggunakan pengurangan nilai VCR lebih besar dari 5259Ha. Gambar 31 Visualisasi kelas degradasi hutan berat tunggak 569 sampai dengan 1053 batangHa di lapangan

4.2 Hasil Klasifikasi FCD, Maximum Likelihood, Fuzzy dan Belief

Proses pengolahan data akhir klasifikasi menghasilkan peta kelas kerapatan hutan yaitu non hutan, kerapatan rendah, kerapatan sedang, kerapatan tinggi dan sangat tinggi. Proses pemotongan citra dilakukan untuk menghasilkan peta tahun 2003, 2007 dan 2008 daerah penelitian. Gambar 32 sampai dengan dengan 34 adalah peta kerapatan hutan tahun 2003 sampai dengan 2008 berdasarkan klasifikasi FCD. Gambar 35 sampai dengan 37 adalah hasil klasifikasi maximum likelihood. Gambar 38 sampai dengan 40 merupakan hasil klasifikasi fuzzy dan Gambar 41 sampai dengan 43 adalah hasil klasifikasi belief. Gambar 32 Peta klasifikasi FCD Gunung Surandil dan Gunung Pangkulahan sekitarnya tahun 2003 69