3. Penanganan pendidikan dalam hal sikap
Sikap disini adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang objek. Jadi sikap
senantiasa terarah terhadap suatu hal, suatu objek, tidak ada sikap yang tanpa objek manusia dapat mempunyai sikap terhadap bermacam-macam
hal. Sikap mungkin terarah terhadap benda-benda, orang-orang tetapi juga peristiwa-peristiwa, pandangan-pandangan, lembaga-lembaga, terhadap
norma-norma, nilai-nilai dan lain-lain. Ciri-ciri sikap adalah bukan dibawa sejak lahir, dapat berubah-ubah, tidak berdiri sendiri. Objek sikap itu dapat
merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.
Sifat inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak
menyukai objek tertentu. Dalam kehidupan masyarakat, sikap ini penting sekali. Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara:
5 Adopsi: kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
berulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
6 Diferensiasi: dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya
pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas
dari jenisnya tersendiri pula. 7
Integrasi: pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal
tertentu. 8
Trauma: adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang bersangkutan.
Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.
Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus-menerus antara individu
dengan individu yang lain di sekitarnya Purwanto 1999: 62-66. Berkenaan dengan teori tentang sikap menurut Purwanto yang
peneliti amati pada penelitian ini sikap anak jalanan terbentuk karena empat faktor yang berkenaan dengan adopsi, diferensiasi, interegasi, dan
trauma. Sikap anak jalanan cenderung semaunya sendiri. Bisa terlihat dari cara mereka berpenampilan. Mereka cenderung urakan dan susah diatur.
Hal ini dikarenakan sikap mereka yang telah terbentuk melalui proses adopsi dimana sejak lahir melihat dari kondisi orang tua yang sebagian
juga bekerja di jalanan dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi seorang anak dalam bersikap.
Selanjutnya sikap mereka terhadap orang dari Satpol PP, Dinas Sosial ataupun masyarakat yang memandang negatif anak jalanan. Sikap
yang ditunjukkan oleh anak jalanan cenderung tidak bersahabat. Untuk penanganan pendidikan dalam hal sikap anak jalanan oleh Dinas Sosial
Pemuda dan Olahraga lebih menekankan kepada pendidikan mental disiplin dan pendidikan semi militer.
Pendidikan mental disiplin dilakukan agar anak jalanan memiliki sikap yang lebih terkontrol, disiplin dan tidak anarki. Dikarenakan sikap
mengarah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap dan objek. Sikap dan objek yang dimaksud
adalah sikap dari orang-orang disekeliling anak jalanan yang membentuk anak bersikap negatif. Dalam pendidikan mental disiplin Dinas Sosial
Pemuda dan Olahraga bekerja sama dengan Kepolisian, Kodam, dan Polda Selain itu Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga juga mengadakan
Pendidikan Karakter Building, yang dilaksanakan di alam terbuka. Dalam penanganan ini tahapan sebelumnya dilakukan operasi
penjaringan dan penjangkauan di tiap titik lokasi anak jalanan di kota semarang yang bekerja sama dengan TRC Tim Reaksi Cepat dari Dinas
Sosial Provinsi dan Satpol PP yang kemudian dari hasil penjaringan anak jalanan itu diangkut dan dibawa ke panti-panti atau Balai Rehabilitasi
Sosial dan RPSA untuk kemudian diadakan penanganan yang lebih lanjut baik itu dari panti, Balai Rehabilitasi Sosial maupun RPSA untuk
memberikan pengarahan dan pembinaan kepada mereka agar memperbaiki
perilakunya di tengah masyarakat dan agar mereka mengurangi bahkan tidak turun ke jalan lagi. Seperti yang dilakukan oleh Dinas Sosial Pemuda
dan Olahraga memberikan pendidikan mental disiplin, pendidikan karakter building terhadap anak jalanan yang ditempatkan di Balai Rehabilitasi
Sosial atau Panti. Pendidikan biasanya dilakukan selama 6 bulan. Jika anak jalanan yang terjaring dalam razia itu ada yang merupakan binaan RPSA.
Pengurus anak jalanan tersebut di undang agar segera menjemput anak jalanan binaannya.
Untuk Rumah Perlindungan Sosial Anak RPSA Pelangi sendiri dalam penanganan sikap terhadap anak jalanan binaannya sejauh ini baru
berupa nasehat dan himbauan serta pernah terlaksananya program aksi dan kreasi yang bekerja sama dengan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Dari
hasil wawancara yang didapat pelaksanaan aksi dan kreasi dapat meningkatkan kreativitas anak jalanan. sehingga sikap anak jalanan yang
cenderung cuek, acuh tak acuh, semaunya sendiri, dan sulit diatur bisa tersalurkan melalui hobi mereka jadi diharapkan sikap mereka bisa lebih
positif dan terarah. Selain itu Rumah Perlindungan Sosial Anak RPSA Pelangi juga memberikan nasehat serta pengarahan terhadap sikap anak
jalanan binaannya.
4. Penanganan dalam hal perilaku