terhadap semua barang atau orang yang berada di luar wilayah tersebut, berlaku hukum asing internasional sepenuhnya.
€ Asas Kebangsaan Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya. Menurut asas ini, setiap
negara di manapun dia berada, tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya. Asas ini mempunyai kekuatan exteritorial. Artinya hukum di negara tersebut tetap berlaku juga bagi
warga negaranya, walaupun berada di negara asing.
€ Asas Kepentingan Umum Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan
dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang bersangkut paut dengan kepentingan umum. Jadi, hukum tidak
terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.
Apabila ketiga asas ini tidak diperhatikan, akan timbul kekacauan hukum dalam hubungan antar bangsa. Oleh sebab itu, antara satu negara dan negara lain perlu ada hubungan yang
teratur dan tertib dalam bentuk hukum internasional.
Tambahan Dalam rangka pelaksanaan hukum internasional sebagai bagian dari hubungan internasional,
dikenal beberapa asas lain sebagai berikut :
1. PACTA SUNT SERVANDA Setiap perjanjian yang telah dibuat harus ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakan.
2. EGALITY RIGHTS Pihak yang saling mengadakan hubungan itu berkedudukan sama.
3. RECIPROSITAS Tindakan suatu negara terhadap negara lain dapat dibalas setimpal, baik tindakan yang
bersifat negatif maupun positif.
4. COURTESY Asas saling menghormati dan saling menjaga kehormatan negara.
5. RIGHT SIG STANTIBUS Asas yang dapat digunakan terhadap perubahan yang mendasarfundamental dalam keadaan
yang bertalian dengan perjanjian itu.
D. SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
Sumber-sumber hukum internasional, adalah sumber-sumber yang digunakan oleh Mahkamah Internasional dalam memutuskan masalah-masalah hubungan internasional.
Sumber hukum internasional, menurut Mochtar Kusumaatmadja dalam buku ”Hukum Internasional Humaniter”, dapat dibedakan antara sumber hukum dalam arti material dan
sumber hukum dalam arti formal.
a. Sumber hukum dalam arti material
Dalam arti material bahwa, hukum internasional tidak dapat dipaksakan seperti hukum nasional, karena masyarakat internasional bukanlah suatu negara dunia yang memiliki badan
kekuasaan atau pemerintahan tertentu seperti halnya sebuah negara. Masyarakat internasional adalah masyarakat negara-negara atau bangsa-bangsa yang anggotanya didasarkan atas
kesukarelaan dan kesadaran, sedangkan kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi tetap berada di negara masing-masing.
Meskipun demikian, dalam kenyataannya kaidah-kaidah hukum internasional juga ditaati oleh sebagian besar negara-negara anggota masyarakat bangsa-bangsa yang berarti juga
mengikat. Mengenai hal ini, ada dua aliran yang memiliki pendapat yang berbeda. Kedua aliran itu adalah sebagai berikut :
a. Aliran Naturalis Aliran ini bersandar pada hak asasi atau hak-hak alamiah. Aliran ini berpendapat bahwa
kekuatan mengikat dari hukum internasional didasarkan pada hukum alam yang berasal dari Tuhan. Menurut teori ini dasar mengikatnya hukum internasional, karena hukum
internasional adalah hukum alam, sehingga kedudukannya dianggap lebih tinggi daripada hukum nasional. Pencetus teori ini adalah Grotius Hugo de Groot yang kemudian diikuti
dan disempurnakan oleh Emmerich Vattel, ahli hukum dan diplomat Swiss.
b. Aliran Positivisme Aliran ini mendasarkan berlakunya hukum internasional pada persetujuan bersama dari
negara-negara ditambah dengan asas pacta sunt servanda yang dianut oleh madzhab Wina dengan pellopornya Hans Kelsen. Menurut Hans Kelsen pacta sunt servanda merupakan
kaidah dasar pasal 26 Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian Viena Convention of The Law of Treaties tahun 1969.
b. Sumber hukum dalam arti formal
Dalam arti formal, merupakan sumber hukum yang digunakan oleh Mahkamah Internasional dalam memutuskan masalah-masalah hubungan internasional. Menurut Brierly, sumber
hukum internasional dalam arti formal merupakan sumber hukum paling utama dan memiliki otoritas tertinggi dan otentik yang dapat dipergunakan oleh Mahkamah Internasional di dalam
memutuskan suatu sengketa internasional adalah Pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional Permanen tertanggal 16 Desember 1920.
Sumber-sumber hukum internasional sesuai dengan yang tercantum di dalam Piagam Mahkamah Internasional Pasal 38, adalah sebagai berikut :
a. Perjanjian Internasional Traktat = Treaty, b. Kebiasaan-kebiasaan internasional yang terbukti dalam praktek umum dan diterima
sebagai hukum,
c. Asas-asas umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab, d. Keputusan-keputusan hakim dan ajaran-ajaran para ahli hukum internasional dari
berbagai negara sebagai alat tambahan untuk menentukan hukum, dan
e. Pendapat-pendapat para ahli hukum yang terkemuka.
E. SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL