Frekuensi relatif, yaitu persentase suatu spesies terhadap seluruh spesies Komposisi botanis, yaitu berat kering masing-masing spesies tanaman Sprouting rate signal laju pembentukan tunas baru, yaitu jumlah anakan Berat kering hijauan, yaitu berat segar h

84 kelompok ke –j μ = nilai rataan τi = pengaruh perlakuan luas lahan per ekor ternak ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan pada kelompok ke-j i = 1, 2, 3, 4, 5 j = 1, 2, 3 Mattjik Sumertajaya, 2006. Tabel 12. Rancangan percobaan tekanan penggembalaan berdasarkan luas penggembalaan Perlakuan Panjang tali m Luashari m 2 .ekor -1 Luas30 hari m 2 .ekor -1 Tekanan penggembalaan ekor.ha -1 . 30 hari -1 1 Tekanan penggembalaan ST.ha -1 . 30 hari -1 2 G1 2.0 12.56 367.8 27.16 8.44 G2 2.5 19.63 588.9 16.99 5.28 G3 3.0 28.26 847.8 11.81 3.67 G4 3.5 38.47 1 154.1 8.66 2.69 G5 4.0 50.24 1 507.2 6.62 2.06 1 Berat badan rata-rata per ekor = 124.31 kg 2 1 ST satuan ternak = ternak jantan dengan berat badan 400 kg Peubah yang diukur meliputi :

1. Frekuensi relatif, yaitu persentase suatu spesies terhadap seluruh spesies

tanaman yang terdapat dalam seluruh lahan percobaan. Pengambilan sampel digunakan kuadran 1 m x 1 m, kemudian dihitung jumlah individu dalam masing-masing spesies yang ditemukan. Setiap paddock diambil 5 titik secara acak, sehingga seluruhnya terdapat 75 titik pengamatan.

2. Komposisi botanis, yaitu berat kering masing-masing spesies tanaman

signal, puero, dan gulma pada akhir percobaan dalam 1 m x 1 m dibandingkan terhadap berat kering seluruh spesies dalam kuadran tersebut dan dikali 100 . Setiap paddock diambil 3 titik pengambilan sampel. 85

3. Sprouting rate signal laju pembentukan tunas baru, yaitu jumlah anakan

yang baru muncul pada rumput signal dibagi seluruh anakan rumput signal yang terdapat dalam kuadran 1 m x 1 m. Pengamatan dilakukan pada akhir percobaan, dan masing-masing paddock diambil 3 titik.

4. Berat kering hijauan, yaitu berat segar hijauan dalam 1 m x 1 m yang

diambil di luar paddock yang umurnya sama, kemudian ditimbang dan di cacah sepanjang 3 - 5 cm dan dicampur secara merata, selanjutnya diambil 200 g untuk dimasukan ke dalam oven pada suhu 65 o C selama 48 jam. Hijauan hasil oven ditimbang. Setiap paddock diambil 3 titik pengambilan sampel.

5. Konsumsi bahan kering hijauan, yaitu selisih antara berat kering hijauan

sebelum digembalakan dan sesudah digembalakan. 6. Pertambahan berat badan ternak harian, yaitu selisih antara pertambahan berat badan akhir dan berat badan awal dibagi jumlah hari percobaan. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan sidik ragam, dan untuk menjelaskan perbedaan diantara perlakuan digunakan uji DMRT Duncan multiple range test. Untuk mengetahui adanya logam berbahaya yang potensial meracuni ternak dan manusia akibat aktivitas penambangan batubara, maka dilakukan juga pengujian terhadap kandungan kadmium Cd, tembaga Cu, timbal Pb, dan seng Zn pada tanaman utama sebagai pakan ternak dari pastura percobaan serta daging dan organ tubuh ternak lainnya. Pelaksanaan kegiatan 1. Lahan percobaan. Lahan percobaan terdiri atas tanaman campuran antara rumput B. decumbens dan P. phaseoloides dengan komposisi terbaik hasil percobaan tahap III, yaitu 40 signal + 60 puero atau 40 kg signal + 40 kg puero per ha. Luas masing-masing paddock ini disesuaikan dengan panjang tali pengikat, yang didasarkan pada produksi hijauan hasil percobaan III. Hasil analisis kimia tanah menunjukkan bahwa kondisi tanah yang digunakan memiliki sifat masam dengan pH H 2 O 5.10, kandungan C-organik 1.17 , N-total 0.09 , P Bray I 8.88 ppm., P HCl 25 28.60 , Ca 0.89 me100 g, 86 Mg 4.71 me100 g, K 0.20 me100 g, Na 0.17 me100 g, KTK 7.73 me100 g, kejenuhan basa 77.20 , Al 1.16 me100 g, H 0.24 me100 g, Fe 19.84 me100 g, Cu 20.00 me100 g, Zn 21.80 me100 g, dan Mn 8.72 me100 g. Tekstur tanah tersusun atas pasir 36.18 , debu 27.22 , dan liat 36.60 . Denah lokasi percobaan dapat dilihat pada Lampiran 6.

2. Curah hujan. Rataan curah hujan diperoleh dari 14 stasiun pengamatan di