47
selama proses pengeringan yang diakibatkan oleh aktivitas bakteri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Litwack 2006 yang menyebutkan bahwa senyawa
steroid dapat terdegradasi karena proses enzimatis yang disebabkan oleh bakteri. Dalam hal ini bakteri diduga tumbuh dan berkembang selama proses
pengeringan daging dan jeroan teripang berlangsung. Pada proses pengeringan jeroan, sejumlah bakteri juga berasal dari alat pencernaan.
Kandungan steroid yang cukup tinggi 2,13 pada jeroan teripang basah merupakan bukti bahwa jeroan tersebut mempunyai nilai manfaat yang
selama ini diabaikan. Dengan demikian, jeroan dari industri pengolahan teripang yang selama ini dibuang dapat dimanfaatkan sebagai sumber steroid sehingga
dapat meningkatkan nilai tambah dari teripang tersebut.
D. Identifikasi dan Karakterisasi Steroid Hasil Ekstraksi
Identifikasi keberadaan steroid dilakukan pada daging dan jeroan teripang. Sampel yang diuji adalah daging dan jeroan dalam keadaan segar
beku dan kering. Uji yang dilakukan ini merupakan uji kualitatif steroid dalam daging dan jeroan teripang.
1 Uji Warna
Hasil uji warna steroid dalam daging dan jeroan teripang yang dilakukan dengan uji Lieberman-Burchard menunjukkan bahwa ekstrak kasar daging dan
jeroan teripang positif mengandung steroid. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau pada saat titrasi dengan asam sulfat pekat. Hasil uji
warna tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8 Hasil identifikasi keberadaan steroid dalam teripang
Sampel Kualitatif
Daging basah +
Daging kering +
Jeroan basah +++
Jeroan kering ++
Jumlah tanda + menunjukkan intensitas warna hijau
Tabel 8 menunjukkan bahwa secara kualitatif visual jeroan basah mempunyai kandungan senyawa steroid yang lebih banyak dibandingkan dengan
steroid pada jeroan kering dan daging basah serta daging kering. Jeroan teripang lebih banyak mengandung steroid dibandingkan dengan dagingnya. Hal
48
ini terkait dengan keberadaan testis sebagai penghasil utama hormon steroid di dalam jeroan.
2 Kromatografi Lapis TipisKLT Thin Layer ChromatographyTLC
Fraksinasi dengan menggunakan TLC dan pengamatan dengan sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm mendapatkan enam fraksi dengan
nilai Rf Retardation factor 0,61; 0,68; 0,71; 0,83; 0,91 dan 0,96. Nilai-nilai Rf tersebut menunjukkan bahwa ekstrak teripang diantaranya mengandung
testosteron dan kolesterol dengan Rf secara berurutan 0,91 dan 0,96 Tabel 9. Tabel 9 Nilai Rf dari ekstrak teripang dan standar
Sampel Rf
Ekstrak daging kering 0,61; 0,68; 0,83; 0,91 dan 0,96
Ekstrak jeroan basah 0,83; 0,91 dan 0,96
Ekstrak jeroan kering 0,61; 0,71; 0,91 dan 0,96
Testosteron 0,91
Kolesterol 0,96
Alwir 2001
Hasil fraksinasi pada Tabel 9 di atas juga menunjukkan bahwa ekstrak teripang selain mengandung testosteron dan kolesterol, juga mengandung
senyawa lain yaitu dengan Rf 0,61; 0,68; 0,71 dan 0,83. Senyawa-senyawa ini diduga sebagai senyawa aktif yang memiliki kemampuan sebagai antibiotik, anti-
inflamasi atau antikanker.
3 Karakteristik Steroid Teripang
Karakteristik ekstrak steroid dari teripang selain aktivitas biologisnya androgenik pada anak ayam jantan adalah sebagai berikut:
a. Warna; warna ekstrak teripang berbeda antara ekstrak yang didapat dari daging dengan jeroan. Ekstrak daging teripang berwarna putih kehijauan,
sedangkan ekstrak jeroan berwarna putih kecoklatan. b. Derajat keasaman pH; pH ekstrak cenderung netral, yaitu pada kisaran
7,3-7,6. c. Kelarutan; senyawa steroid teripang lebih larut dalam pelarut bipolar
aseton, dibanding pada pelarut polar air dan metanol dan pelarut non polar diklorometanDCM.
d. Stabilitas; secara kualitatif senyawa aktif pada ekstrak teripang tetap stabil setelah penyimpanan selama 10 bulan pada suhu rendah + -10
o
C. Stabilitas senyawa aktif tersebut diketahui dengan agar diffusion assay
49
yang menunjukkan bahwa ekstrak tersebut masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji Staphylococcus aureus.
e. Antibakteri; screening dengan bakteri uji menunjukkan bahwa ekstrak teripang bersifat antibakteri terhadap Staphylococcus aureus bakteri
gram positif. Diameter zona bening yang terbentuk sebesar 14 mm. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak teripang tidak menghambat
pertumbuhan E. coli, dan Pseudomonas aeruginosa keduanya bakteri gram negatif. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa steroid dari teripang
mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif tetapi tidak pada bakteri gram negatif.
f. Antikapang; ekstrak teripang bersifat menghambat pertumbuhan Candida maltosa. Agar diffusion assay dengan ekstrak kasar ekstrak aseton
sebanyak 2 mg menghasilkan zona bening pada pertumbuhan C. maltosa dengan diameter 15 mm, sedangkan ekstrak metanol hanya
menghasilkan zona bening sebesar 8 mm Gambar 9. Hasil bioassay ini menunjukkan bahwa senyawa steroid dari teripang, selain mempunyai
aktivitas biologis sebagai aprodisiaka juga dapat menghambat pertumbuhan kapang.
Gambar 9 Agar diffusion assay pada C. maltosa
A. Ekstrak aseton, B. Ekstrak metanol
E. Purifikasi Awal dengan Membran Nanofiltrasi