standar dan prosedur yang dibuat oleh legislator, instansi pemerintah dan atau lembaga profesional.
2.2. Pengertian Pengawas Pemilu
Pengertian Pengawas Pemilu menurut undang-undang Pemilu adalah nama sebuah lembaga Pengawas Pemilu. Di tingkat nasional atau pusat disebut dengan
Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia Bawaslu RI, sedangkan di tingkat provinsi disebut Badan Pengawas Pemilu Provinsi Bawaslu Provinsi, di tingkat
kabupatenkota disebut Panitia Pengawas Pemilu Panwaslu KabupatenKota, di tingkat kecamatan disebut Panitia Pengawas Pemilu Panwaslu Kecamatan, di
tingkat kelurahan disebut Pengawas Pemilu Lapangan PPL. Badan Pengawas Pemilu di tingkat pusat bersifat permanen dengan masa
kerja 5 tahun, sedangkan Bawaslu Provinsi sebelumnya bernama Panwaslu Provinsi yang bersifat ad hoc, namun dengan adanya Undang-Undang No. 15
Tahun 2011 Panwaslu Provinsi berganti menjadi Bawaslu Provinsi yang bersifat permanen untuk masa kerja 5 tahun. Panwaslu KabupatenKota, Panwaslu
Kecamatan dan Pengawas Pemilu Lapangan adalah lembaga ad hoc yang dibentuk sebelum tahapan pertama Pemilu pendaftaran pemilih dimulai dan dibubarkan
setelah calon yang terpilih dalam Pemilu dilantik. Menurut undang-undang Pemilu Pengawas Pemilu adalah lembaga yang
dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan tahapan Pemilu, menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi, pelanggaran pidana
pemilu, dan sengketa Pemilu.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Sejarah Pengawas Pemilu
Bangsa Indonesia pertama kali menyelenggarakan pemilihan umum pada tahun 1955. Sejak saat itu sampai dengan pemilu terakhir di tahun 2009 sudah
diadakan sepuluh kali pemilihan umum yaitu pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, dan 2004 serta 2009. Namun kepedulian akan pentingnya
pengawasan dalam pemilu baru dilaksanakan pada tahun 1980. Pemerintah sebagai pihak penyelenggara pemilu pada saat itu segera membentuk badan
pengawas pemilu dari tingkat pusat sampai daerah. Lembaga yang diberi nama Panitia Pengawasan Pelaksana Panwaslak ini dipimpin langsung oleh Jaksa
Agung dan birokrasi sipil serta militer bertindak sebagai pelaksana lapangannya. Panwaslak sebagai pengawas pemilu internal ini baru diperkenalkan menjelang
pemilu Orde Baru ke-3 dalam UU No. 2 tahun 1980 tentang perbaikan kedua kalinya UU No. 151969 tentang Pemilu anggota DPRMPR.
Menurut Arbi Sanit 1997 Regulasi pada masa Orde Lama maupun Orde Baru menganut falsafah kekuasaan tradisional, yakni terdapatnya niat pemerintah
sebagai pola hubungan kekuasaan dalam proses pengawasan pemilu, dimana pemilu diawasi sendiri oleh pemerintah sebagai pelaksananya prinsip
pengawasan internal. Ada beberapa model pengawasan yang pernah dilaksanakan di
Indonesia.
1
1 Musfialdy, S.Sos, M. Si: Mekanisme Pengawasan Pemilu Di Indonesia-
Pertama, Model Pengawasan Pemilu bagian Kejaksaan Agung Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum PANWASLAK sebagai
http:musfialdy.blogspot.com201205meknanisme-pengawasan-pemilu-di.html, diakses Senin, 28 Oktober 2013, 15:30:21
Universitas Sumatera Utara
pengawas pemilu internal ini baru diperkenalkan menjelang pemilu Orde Baru ke- 3 dalam UU No. 2 tahun 1980 tentang perbaikan kedua kalinya UU No. 151969
tentang Pemilu anggota DPRMPR. Perubahan ini lahir sebagai kekurang- efektifan parlemen karena dihasilkan pemilu tanpa pengawasan, dan kesulitan
pemerintah dalam menghadapi krisis minyak, telah memaksa pemerintah dalam memenuhi kebutuhan terciptanya dukungan masyarakat kepada mereka.
Keberadaan PANWASLAK merupakan organ pengawasan yang dibentuk oleh Panitia Pemilu di Indonesia PPI. Lembaga ini dipimpin langsung oleh Jaksa
Agung dan birokrasi sipil serta militer bertindak sebagai pelaksana lapangannya PANWASLAK dibentuk ditiap Panitia Pemilu mulai dari pusat hingga
kecamatan. Komposisi keanggotaannya diambil dari unsur pemerintah, Golkar, PPP, PDI, dan ABRI. Kedua, Model Pengawasan Bagian Masyarakat berawal
dari lontaran isu yang dilemparkan oleh PPP, yang akan membentuk Lajnah lembaga pengawas pemilu hingga ke tingkat kecamatan, menjelang pemilu
1997, sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan Lembaga Bantuan Hukum LBH di Badung nekad mendirikan Lembaga Independen Pemantau
Pemilu LIPP yang akan mengawasi pelaksanaan pemilu sejak pendaftaran pemilih sampai pengumuman perhitungan suara. Pendirian lembaga pengawas
yang dideklarasikan di Bandung itu ternyata mendapat sambutan cukup luas dari para aktifis LSM, aktifis mahasiswa dan LBH di 10 propinsi lainnya di Indonesia.
Tak berselang lama, lahirlah KIPP Komite Independen Pengawas Pemilu yang dimotori oleh Goenawan Muhammad dan kawan-kawan. Landasan filosofis
didirikannya KIPP ini adalah realitas bahwa pemilu telah banyak dikotori dengan
Universitas Sumatera Utara
kecurangan dan manipulasi, hak rakyat diabaikan. Kelahirannya adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan demokrasi baru yang lebih baik, sehingga
KIPP diorientasikan untuk membangun kepercayaan rakyat bahwa mereka bisa bekerja untuk perbaikan. Selain atas kehadiran LIPP dan KIPP, sejumlah tokoh
yang dipelopori oleh Luhut Sitompul, dan kawan kawan, membentuk Tim Obyektif Pemantau Pemilu TOPP. Institusi ini bersifat independen guna
mendukung peran, posisi, serta fungsi PANWASLAK sebagai lembaga resmi yang berwenang melakukan pengawasan. Wahidah, 2004. Ketiga, Model
Pengawasan Pemilu Bagian Makamah Agung MA Pemilu 1999 lalu memang terbilang istimewa, sebab untuk pertama kalinya tugas pengawasan pemilu
diserahkan kepada lembaga yudikatif, yakni Makamah Agung dan badan-badan peradilan dibawah. Keempat, Model Pengawasan Pemilu Bentukan KPU,
berdasarkan Pasal 120 UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum anggota DPR, DPD, dan DPRD, untuk melaksanakan pengawasan pemilu
dibentuk Panitia Pengawas Pemilu. Panitia Pengawas Pemilu ini dibentuk oleh KPU, sedangkan Panitia Pengawas Pemilu Provinsi sampai Panitia Pengawas
Pemilu Kecamatan dibentuk oleh Panitia Pengawas Pemilu diatasnya. Demikian juga Panitia Pengawas Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, menurut pasal 76 UU
Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, tugas dan wewenang pengawasan pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilakukan oleh
panitia Pengawas Pemilu seperti Panitia Pengawas Pemilu DPR, DPD dan DPRD. Mekanisme kerja Penitia Pengawas Pemilu ini pun lebih banyak dikoordinasikan
kepada KPUKPUD. Wahidah 2004. Kelima, Model Pangawasan Pemilu
Universitas Sumatera Utara
bersifat tetap. Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 penyelenggaraan pengawasan Pemilu dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu Bawaslu. Bawaslu
dibantu oleh Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panwaslu KabupatenKota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar
Negeri. Badan Pengawas Pemilu merupakan lembaga yang bersifat tetap. Anggotanya diangkat sekali dalam 5 tahun atau bersifat tetap. Sedangkan
Panwaslu di Provinsi, Panwaslu di KabupatenKota, Panwaslu di Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri bersifat ad hoc.
Panwaslu di Provinsi, Panwaslu di KabupatenKota, Panwaslu di Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri dibentuk paling
lambat 1 satu bulan sebelum tahapan pertama penyelenggaraan Pemilu dimulai dan berakhir paling lambat 2 dua bulan setelah seluruh tahapan penyelenggaraan
Pemilu selesai. Bawaslu berkedudukan di ibu kota negara. Panwaslu di Provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi. Panwaslu KabupatenKota berkedudukan di
ibu kota Kabupatenkota. Panwaslu Kecamatan berkedudukan di ibu kota kecamatan. Pengawas Pemilu Lapangan berkedudukan di desakelurahan.
Pengawas Pemilu Luar Negeri berkedudukan di kantor perwakilan Republik Indonesia.
Kronologis pembentukan pengawas pemilu sejak tahun 1955 sampai dengan tahun 2009
2
1.
Pemilu Tahun 1955: Penyelenggaraan Pemilu tahun 1955 tak lepas dari
pengawasan, dan pemantauan yang dilakukan oleh partai-partai politik, :
2 www.bawaslu.go.id
Universitas Sumatera Utara
organisasi dan perseorangan serta aparatur pemerintahan yang ada hubungannya dengan penegak hukum dalam periode ini, lembaga pengawas
secara resmi belum diatur di dalam Undang-Undang. 2.
Pemilu Tahun 1971: Pengawasan penyelenggaraan Pemilu 1971 dilakukan
oleh partai politik peserta pemilihan umum dan masyarakat, karena belum terbentuk lembaga khusus.
3.
Pemilu Tahun 1977: Pengawasan pada Pemilu ini dilakukan oleh organisasi peserta pemilihan umum dan oleh masyarakat.
4.
Pemilu Tahun 1982: Pembentukan Panwaslak Pemilu pada Pemilu 1982
dilatari oleh protes-protes atas banyaknya pelanggaran dan manipulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh para petugas pemilu pada Pemilu
1971. Karena pelanggaran dan kecurangan pemilu yang terjadi pada Pemilu 1977 jauh lebih masif. Protes-protes ini lantas direspons pemerintah dan DPR
yang didominasi Golkar dan ABRI. Akhirnya muncullah gagasan memperbaiki undang-undang yang bertujuan meningkatkan ‘kualitas’ Pemilu
1982.
Demi memenuhi tuntutan PPP dan PDI, pemerintah setuju untuk menempatkan wakil peserta pemilu ke dalam kepanitiaan pemilu. Selain itu,
pemerintah juga mengintroduksi adanya badan baru yang akan terlibat dalam urusan pemilu untuk mendampingi Lembaga Pemilihan Umum LPU. Badan
baru ini Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum Panwaslak Pemilu yang bertugas mengawasi pelaksanaan pemilu.
Universitas Sumatera Utara
Pada Pemilu tahun 1982, lembaga pengawas Pemilu secara resmi sudah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1980. Pengawasan dalam
periode ini telah dilakukan oleh suatu lembaga resmi yang di bentuk berdasarkan undang-undang, yaitu :
a. Panwaslakpus terdiri dari seorang Ketua dan 5 lima orang wakil ketua dan
anggota-anggota diambil dari unsur pemerintah. b.
Panwaslak I, terdiri dari seorang Ketua dan 5 lima orang wakil ketua dan anggota-anggota.
c. Panwaslak II, terdiri dari seorang Ketua dan 5 lima orang wakil ketua dan
anggota-anggota. d.
Panwaslakcam, terdiri dari seorang Ketua dan 5 lima orang wakil ketua dan anggota-anggota.
Adapun sasaran pengawasan terhadap Pemilu Tahun 1982 adalah sebagai berikut: pendaftaran pemilih dan jumlah penduduk; kampanye; pengawasan
penghitungan suara; pengawasan terhadap penetapan hasil pemilu; pengawasan terhadap pembagian kursi.
5. Pemilu Tahun 1987: Pada Pemilu 1987 lembaga dan sasaran pengawasan
sama dengan Pemilu tahun 1982. 6.
Pemilu Tahun 1992: Organisasi pengawasan, keanggotaan, tugas, dan sasaran pengawasan sama dengan Pemilu 1987.
7. Pemilu Tahun 1997: Organisasi pengawasan, keanggotaan, tugas, dan sasaran
pengawasan sama dengan Pemilu 1987 dan Pemilu 1992.
Universitas Sumatera Utara
8. Pemilu Tahun 1999: Dengan struktur, fungsi, dan mekanisme kerja yang baru,
pengawas pemilu tetap diaktifkan untuk Pemilu 1999. Namanya pun diubah dari Panitia Pengawas Pelaksana Pemilihan Umum Panwaslak Pemilu
menjadi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu Pembentukan, Pengangkatan dan Pelantikan Keanggotaan Panwaslu sebagai berikut :
a. Panwaslu Pusat berkedudukan di ibukota negara yang beranggotakan 30
tiga puluh orang. b.
Panwaslu Tingkat I berkedudukan di ibukota provinsi yang beranggotakan 17 tujuh belas orang.
c. Panwaslu Tingkat II berkedudukan di ibukota kabupatenkotamadya yang
beranggotakan sekurang-kurangnya 17 tujuh belas orang. d.
Panwaslu Tingkat Kecamatan Panwaslucam berkedudukan di ibukota kecamatan beranggotakan sekurang-kurangnya 9 sembilan orang.
9. Pemilu Tahun 2004: Untuk melakukan pengawasan Pemilu 2004 dibentuk
Panitia Pengawas Pemilu Panwaslu tingkat Pusat 9 orang, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi 7 orang, Panitia Pengawas Pemilu KabupatenKota 5 orang,
dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan 3 orang, yang berasal dari unsur Kepolisian Negara, Kejaksaaan, Perguruan Tinggi, Tokoh Masyarakat dan
Pers. Panwaslu 2004 dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor : 88 Tahun 2003.
10. Pemilu Tahun 2009: Pengawasan Pemilu 2009 dilakukan oleh Badan
Pengawas Pemilu Bawaslu dengan anggota berjumlah 5 orang. Di tingkat provinsi dibentuk Panitia Pengawas Pemilu Panwaslu Provinsi, di tingkat
Universitas Sumatera Utara
KabupatenKota dibentuk Panitia Pengawas Pemilu Panwaslu KabupatenKota, di tingkat Kecamatan Panitia Pengawas Pemilu Panwaslu
Kecamatan, dengan anggota disetiap tingkat sebanyak 3 tiga orang. Selain itu, tingkat DesaKelurahan dibentuk Pengawas Pemilu Lapang PPL.
2.4. Peranan Pengawas Pemilu