Tanggung Jawab Pelaku Usaha terhadap Pelanggaran Produksi Kopi Olahan dari Opal Coffee Medan

pemakaiannya, tetapi kebanyakan orang malas untuk membaca. Sehingga kalaupun terjadi keluhan yang demikian, itu merupakan kesalahan dari pihak konsumen sendiri. 70 Kendati hal tersebut bukan kesalahan dari pihak Opal Coffee Medan sebagai pelaku usaha, pihak Opal Coffee Medan tidak begitu saja lepas tangan bila ada konsumen yang mengeluhkan hal tersebut. Opal Coffee Medan juga mencantumkan nomor telepon Customer Service di setiap kemasan kopi untuk memudahkan konsumen dalam menyampaikan keluhan-keluhannya yang akan dijawab dan diterangkan dengan baik oleh pihak Opal Coffee Medan. 71

B. Tanggung Jawab Pelaku Usaha terhadap Pelanggaran Produksi Kopi Olahan dari Opal Coffee Medan

Tanggung jawab pelaku usaha yang merupakan perlindungan terhadap konsumen sama halnya dengan membicarakan tanggung jawab pelaku usahatanggung jawab produk, karena pada dasarnya tanggung jawab pelaku usaha dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen. Agnes M. Toar mengartikan tanggung jawab produk sebagai tanggung jawab produsen untuk produk yang dibawanya ke dalam peredaran, yang menimbulkan atau menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada produk tersebut. 72 Tanggung jawab meliputi baik tanggung jawab kontraktualberdasarkan suatu perjanjian maupun tanggung jawab perundang-undanganberdasarkan 70 Ibid 71 Ibid 72 Agnes M. Toar, “Tanggung Jawab Produk dan Sejarah Perkembangannya di Beberapa Negara.” Makalah, Dibawakan Dalam Penataran Hukum Perikatan II, Ujung Pandang Pada Tanggal 17-29 Juli 1989. Universitas Sumatera Utara perbuatan melawan hukum. 73 Kemudian menurut E. Saifullah 74 73 Ibid 74 E. Saifullah, Masalah Product Liability Dalam Industri Barang Di Indonesia, Makalah Disampaikan Pada Seminar Tentang Penguasaan Masalah Product Liability Professional Liability Menuju Produk Jasa Andalan Indonesia Tahun 2003, Agustus 1996, hal. 4-5. tanggung jawab produk adalah suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk atau barang atau dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produkbarang atau dari orang atau badan yang menjualmendistribusikan produkbarang tersebut. Tanggung jawab tersebut sehubungan dengan produk yang cacat sehingga menyebabkan atau turut menyebabkan kerugian bagi pihak lain, baik kerugian badaniah, kematian atau harta benda. Ketentuan tanggung jawab produk, dapat ditemukan dalam pasal 19 ayat 1 dan ayat 5 serta pasal 28 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 19 Ayat 1 dan ayat 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen berbunyi: “1 Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. 5 Ketentuan sebagaimana di maksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen”. Pasal 28 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen berbunyi: Universitas Sumatera Utara “Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti rugi sebagaimana di maksud dalam Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 23 merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha”. Pada Pasal 19 Ayat 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen mengandung makna bahwa pelaku usaha bertanggung jawab untuk memberikan ganti kerugian kepada konsumen apabila konsumen mengalami kerugian, kerusakan, danatau pencemaran sebagai akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Membebankan tanggung jawab untuk memberikan ganti kerugian secara langsung kepada pelaku usaha, sekalipun tidak terdapat hubungan kontraktual antara pelaku usaha dengan konsumen, merupakan salah satu indikasi penggunaan pertanggungjawaban produk. Pada Pasal 19 Ayat 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa terdapat unsur kesalahan dari pelaku usaha yang apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen, maka pelaku usaha dibebaskan dari tanggung jawabnya untuk memberikan ganti kerugian. Tanggung jawab atas dasar kesalahan dalam hukum perdata disebut sebagai tanggung jawab atas dasar perbuatan melawan hukum liability based on fault. Secara khusus dapat dikemukakan bahwa tujuan pertanggungjawaban produk adalah pembagian risiko yang adil antara pelaku usaha dan konsumen. Sebagaimana telah diuraikan di atas, pertanggungjawaban produk adalah lembaga hukum keperdataan yang merupakan derivasipenjelmaan dari lembaga hukum perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum sering di sebut juga Universitas Sumatera Utara sebagai pertanggungjawaban atas dasar kesalahan liability based on fault karena apabila digunakan oleh konsumen untuk menggugat ganti kerugian dari pelaku usaha, maka konsumen berkewajiban untuk membuktikan 4 empat hal yaitu: a. Pelaku usaha telah melakukan perbuatan melawan hukum b. Pelaku usaha telah melakukan kesalahan c. Konsumen telah mengalami kerugian d. Kerugian yang dialami oleh konsumen merupakan akibat dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pelaku usaha Terhadap keempat macam kewajiban konsumen tersebut di atas ini, kewajiban konsumen untuk membuktikan bahwa pelaku usaha telah melakukan kesalahan merupakan kewajiban yang relatif paling sulit dipenuhi oleh konsumen, karena selain dibutuhkan keahlian tertentu, pada umumnya pelaku usaha sebagai pihak yang harus memberikan ganti kerugian kepada konsumen tidak mudah akan mengakui kesalahannya sekalipun sesungguhnya pelaku usaha memang telah melakukan kesalahan. Padahal apabila konsumen tidak berhasil memenuhi keempat macam kewajiban tersebut di atas secara kumulatif, maka konsumen akan kehilangan haknya untuk memperoleh ganti kerugian dari pelaku usaha. Jika kondisi ini terjadi, maka tujuan melindungi konsumen secara hukum tidak akan tercapai, oleh karena itu, pertanggungjawaban produk yang bertujuan melindungi konsumen meniadakan kewajiban konsumen untuk membuktikan kesalahan pelaku usaha, dan sebaliknya pelaku usaha berkewajiban membuktikan bahwa ia tidak melakukan kesalahan. Konsekuensi logis dari konstruksi hukum Universitas Sumatera Utara bahwa pelaku usaha harus membuktikan bahwa ia tidak bersalah adalah bahwa pelaku usaha di anggap telah melakukan kesalahan presumption of fault seketika setelah konsumen mengalami kerugian akibat menggunakan produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Tanggung jawab yang dimiliki oleh suatu pihak dalam interaksinya dengan pihak lain seharusnya dipenuhi manakala akibat dari kesalahan dari perbuatannya menyebabkan kerugian bagi pihak lain. Tanggungjawab ini harus dipenuhi tidak saja atas kesalahan perbuatan dari orang yang menjadi tanggungannya atau kerugian yang ditimbulkan akibat dari barang yang berada di bawah pengawasannya, hal ini dapat dicermati dari ketentuan pasal 1367 Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUH Perdata. Sehubungan dengan tanggung jawab pelaku usaha secara umum, maka sesuai dengan judul skripsi ini yang membahas mengenai produk kopi olahan di Opal Coffee Medan, maka akan dijelaskan pula tanggung jawab Opal Coffee Medan terhadap pelanggaran produksi. Sebenarnya sampai detik ini, Opal Coffee Medan belum pernah sama sekali menerima keluhan dari konsumen akibat adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pihak Opal Coffee Medan sebagi pelaku usaha, tetapi Suryo Pranoto selaku pemilik dan Direktur Utama Opal Coffee Medan menuturkan: ”Sampai saat ini kita belum ada mendapatkan keluhan sama sekali dari konsumen, karena produk kita sendiri sudah melewati proses yang cukup panjang untuk memastikan setiap kemasan dan isinya benar-benar layak konsumsi, apalagi sampai terjadi sengketa konsumen, wah jangan sampai deh. Tapi kita sudah ada Universitas Sumatera Utara mencantumkan nomor telepon customer service di setiap kemasan kita ya, jadi bagi siapa saja yang ingin menyampaikan keluhannya, kapan saja kita siap menjawab. Soal tanggung jawab apabila kita melakukan pelanggaran, mungkin nanti akan kita bahas bersama-sama dengan konsumen yang merasa dirugikan tersebut. Tapi syukurnya sampai saat ini belum pernah ada.” Tutur Bapak Suryo Pranoto kepada penulis. Berdasarkan penuturan dari Bapak Suryo Pranoto tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tanggung jawab pelaku usaha kepada konsumen terhadap pelanggaran produksi atau terhadap kerugian-kerugian konsumen tidak hanya berpatok pada Undang-undang atau pun peraturan tertulis lainnya, tetapi hal tersebut bisa didiskusikan bersama untuk mencari titik terang dari permasalahan tersebut. Dengan kata lain, permasalahan tersebut bisa diselesaikan di luar pengadilan, misalnya saja dengan mediasi, arbitasi, dan lain sebagainya.

C. Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam Pelanggaran Produksi Kopi Olahan dari Opal Coffee Medan