commit to user 59
4.5. Kinerja Simpang
Dari hasil perhitungan kinerja simpang dilihat pada derajat kejenuhan DS , pada simpang Solo Paragon tidak memenuhi syarat karena DS 0,85, di coba untuk
membuat desain ulang pada simpang tersebut dengan membuat Simpang tak Bersinyal menjadi Simpang Bersinyal. Direncanakan dengan pengaturan 3
fase.Desain Ulang yang direncanakan sebagai berikut :
4.6. Data Masukan dan Pembahasan Simpang Bersinyal
4.6.1Geometrik, Pengaturan Lalu-lintas dan kondisi LingkunganSIG I Informasi untuk diisi pada bagian atas Form SIG-1:
1
Umum Isilah tanggal, Dikerjakan oleh, Kota, Simpang, Hal dan Waktu pada judul
formulir. 2
Ukuran kota Masukkan jumlah penduduk perkotaan ketelitian 0,1 jt penduduk
3 Fase dan waktu sinyal
Pada kotak-kotak di bawah judul Formulir SIG-1 untuk menggambar diagram diagram fase yang ada jika ada. Masukkan waktu hijau g dan waktu antar
hijau IG yang ada pada setiap kotak, dan masukkan waktu siklus dan waktu hilang total LTI=
∑IG untuk kasus yang ditinjau jika ada. 4
Belok kiri Iangsung Tunjukkan dalam diagram-diagram fase dalam pendekat-pendekat mana
gerakan belok kiri langsung diijinkan gerakan membelok tersebut dapat dilakukan dalam semua fase tanpa memperhatikan sinyal.
Pada bagian tengah dari formulir SIG I untuk membuat sketsa simpang tersebut dan masukan semua data masukan geometrik yang diperlukan :
commit to user 60
Keterangan: Kolom 1
: Kode pendekatan yang digunakan untuk penempatan arah Kolom 2
: Tipe lingkungan jalan COM = Komersial, RES = Permukiman, RA = Akses terbatas.
Kolom 3 :Tingkat Hambatan Samping
Tinggi: Besar arus berangkat padatempat masuk dan keluar berkurang oleh karena aktivitas disamping jalan padapendekatan
seperti angkutan umum berhenti,perjalan kaki berjalan sepanjang ataumelintasipendekat,kelur-masuk halaman disamping jalan
Rendah: Besar arus berangkat pada tempat masuk dan keluar tidak berkurang oleh hambatan samping dari jenis-jenis yang
disebutkan diatas. Kolom 4
: Median jika terdapat median pada bagian kanan dari garis hentidalam
pendekatan. Kolom 5
: Kelandaian kelandaian dalam , naik = +; turun = -. Kolom 6
:Belok Kiri Langsung LTOR diijinkan YaTidak pada pendekatan.
Kolom 7 : Jarak ke Kendaraan Parkir
jarak normal antara garis-henti dan kendaraan pertama yang diparkir disebelah hulu pendekatan.
Kolom 8 :Lebar Pendekata W
A
merupakan lebar dari bagianpendekat diperkeras, diukur dibagian tersempit disebelah hulu m.
Kolom 9 : Lebar Pendekat W
MASUK
merupakan lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur pada garis henti m.
Kolom 10 : Lebar Pendekat W
LTOR
merupakan dari bagian pendekat yang diperkeras, yang digunakan untuk belok kiri langsung.
Kolom 11 : Lebar Pendekat W
E
merupakan lebar dari bagian yang diperkeras, yang digunakan dalam perhitungan kapasitas
commit to user 61
4.6.2 Data Arus Lalu Lintas SIG II
Data survei arus lalu lintas simpang Solo Paragon pada jam puncak siang dilakukan setiap 15 menit selama 2 jam. Survei dimulai pukul 06.00-08.00. Data
yang didapat adalah volume arus kendaraan yang melewati simpang. Arus kendaraan yang terdiri dari kendaraan bermotor dan kendaraan tak bermotor.
Kemudian data dijadikan dalam satuan smpjam.
Setelah mendapatkan data volume lalu lintas masukkan hasil survei dalam SIG II diketahui besarnya arus lalu lintas yang melewati Simpang Solo Paragon pada jam
puncak. Hasil survei data arus lalu lintas Simpang Solo Paragon pada jam puncak Pagi
Keterangan: Kolom 1
: Kode pendekat terdiri arah Utara, Selatan, Barat, Timur. Kolom 2
:Arah arus kendaraan terdiri LTLTOR belok kiribelok kiri langsung, ST lurus, RT belok kanan.
Kolom 3 : Jumlah arus kendaraanjam pada kendaraan ringan LV.
Kolom 4 : Hasil kali kendaraanjam dengan emp terlindung = 1,0
pada kendaraan ringan LV smpjam. Kolom 5
: Hasil kali kendaraanjam dengan emp terlawan = 1,0 pada kendaraan ringan LV smpjam.
Kolom 6 : Jumlah arus kendaraanjam pada kendaraan berat HV.
Kolom 7 : Hasil kali kendaraanjam dengan emp terlindung = 1,3
pada kendaraan berat HV smpjam. Kolom 8
: Hasil kali kendaraanjam dengan emp terlindung = 1,3 pada kendaraan berat HV smpjam.
Kolom 9 : Jumlah arus kendaraanjam pada sepeda motor MC.
Kolom 10 : Hasil kali kendaraanjam dengan emp terlindung = 0,2 pada sepeda motor MC smpjam.
Kolom 11 : Hasil kali kendaraanjam dengan emp terlindung = 0,4
pada sepeda motor MC smpjam.
commit to user 62
Kolom 12 : Hasil total seluruh kendaraanjam.
Kolom 13 : Hasil total seluruh kendaraan terlindung smpjam.
Kolom 14 : Hasil total seluruh Kendaraan terlawan smpjam.
Kolom 15 : Rasio kendaraan belok kiri P
LT
.
jam smp
Total jam
smp LT
P
LT
Kolom 16
: Rasio kendaraan belok kanan P
RT
jam smp
Total jam
smp RT
P
RT
Kolom 17
: Jumlah arus kendaraan tak bermotor UM. Kolom 18
: Rasio kendaraan tak bermotor P
UM
.
MV UM
P
UM
4.6.3Data Waktu Antar Hijau dan Waktu HilangSIG III
Data yang terdiri dari Lalu Lintas Berangkat, Lalu Lintas Datang dan Waktu Merah Semua.
4.6.3.1 Waktu Antar Hilang
1. Lalu Lintas Berangkat
Kolom 1 : Pendekat Timur, Barat, Utara dan Selatan.
Kolom 2 : Kecepatan V
EV
mdtk. Dimana:
V
EV :
kecepatan masing-masing untuk kendaraan yang berangkat mdet. Namun dalam MKJI untuk nilai V
EV :
10 mdet kendaraan bermotor, tergantung dari komposisi lalu lintas dan kondisi
kecepatan pada lokasi, dapat dipilih dengan ketiadaan aturan di Indonesia akan hal ini.
commit to user 63
2. Lalu Lintas Datang
Kolom 1 : Pendekat Timur, Barat, Utara dan Selatan.
Kolom 2 : Kecepatan V
AV
mdet. Dimana:
V
AV :
kecepatan masing-masing untuk kendaraan yang datang mdet. Namun dalam MKJI untuk nilai V
AV :
10 mdet kendaraan bermotor, tergantung dari komposisi lalu lintas dan kondisi
kecepatan pada lokasi, dapat dipilih dengan ketiadaan aturan di Indonesia akan hal ini.
Kolom 3 : Jarak Berangkat L
EV
– Datang L
AV
m Dimana:
L
EV
dan L
AV
jarak dari garis henti ke titik konflik masing - masing untuk kendaraan yang berangkat dan yang dating mdet,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar pada lampiran.I
EV
: panjang kendaraan yang berangkat m. Namun dalam MKJI
untuk nilai I
EV :
5 m LV atau HV dan 2 m MC atau UM, tergantung dari komposisi lalu lintas dan kondisi kecepatan pada
lokasi, dapat dipilih dengan ketiadaan aturan di Indonesia akan hal ini.
Kolom 4 : Waktu Berangkat V
EV
– Datang V
AV
mdet. Dimana:
V
EV
dan V
AV
kecepatan masing -masing untuk kendaraan yang berangkat dan yang datang mdet, Namun dalam MKJI untuk
nilai V
AV
: 10 mdet kendaraan bermotor, V
EV
: 10 mdet kendaraan bermotor 3 mdet kendaraan tak bermotor
1,2 mdet perjalan kaki, tergantung dari komposisi lalu lintasdan kondisi kecepatan pada lokasi, dapat dipilih dengan
ketiadaan aturan di Indonesia akan hal ini.
commit to user 64
3. Waktu Merah Semua
Dapat dimasukkan dalam rumus sebagai berikut: Merah Semua Barat
AV AV
EV EV
EV
V L
V I
L
10
6 ,
13 10
5 9
, 8
= 0,03 dibulatkan 2 detik
Merah Semua Timur
AV AV
EV EV
EV
V L
V I
L
10
9 ,
10 10
5 52
, 15
= 0,94 dibulatkan 2 detik Gambar dapat di lihat pada lampiran D titik konflik Simpang Solo Paragon.
4.6.3.2 Waktu Hilang
Waktu Hilang LTI merupakan jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang lengkap det.
Waktu Hilang Total LTI dapat dihitung dengan waktu merah semua total ditambahkan dengan waktu kuning.
LTI = Waktu merah semua + waktu kuning
= 6 + 9 = 15 detik
4.6.4 Data Waktu Sinyal dan Kapasitas SIG IV
Keterangan SIG IV : Kolom 1
: Pendekat Utara, Barat, Timur dan Selatan. Kolom 2
: Nomor dari fase yang masing-masing pendekat atau gerakannya mempunyai nyala hijau.
commit to user 65
Kolom 3 : Tipe dari setiap pendekat, pelindung P atau terlawan O.
Kolom 4 : Rasio kendaraan berbelok kiri langsung P
LTOR
. Kolom 5
: Rasio kendaraan berbelok kiri P
LT
. Kolom 6
: Rasio kendaraan berbelok kanan P
RT
. Kolom 7
: Arus RT arah dari masing – masing pendekat
Kolom 8 : Arus RT arah lawan dari masing
– masing pendekat. Kolom 9
: Lebar efektif W
E
m. Kolom 10
: Nilai dasar S
O
Untuk tipe arus terlindung P
E O
W S
600
17 ,
4 600
= 2502 smpjam Kolom 11
: Tipe pendekat ukuran kota F
CS
dapat dilihat dalam tabel 2.6. Kolom 12
: Tipe pendekat Hambatan Samping F
SF
Kolom 13 : FG, faktor kelandaian , diperoleh dari gambar 2.5. Contoh untuk kelandaian 0 maka faktor kelandaian FG = 1.
Kolom 14 : Tipe pendekat Pakir F
P
dapat dilihat dalam grafik 2.6. Kolom 15
: Tipe pendekat terlindung belok kanan F
RT
dapat dilihat dalam grafik 2.7 berlaku bila tipe P, tanpa median dan jalan dua arah .
Kolom 16 : Tipe pendekat terlindung belok kiri F
LT
dapat dilihat dalam grafik 2.8 berlaku bila tipe P, tanpa LTOR, tanpa median dan
jalan dua arah . Kolom 17
: Nilai arus jenuh yang disesuaikan S dapat dihitung dengan rumus:
LT RT
P G
SF CS
F F
F F
F F
S S
Kolom 18 : Arus lalu lintas Q smpjam.
Kolom 19 : Rasio arus FR, dihitung dengan rumus:
FR = QS Kolom 20
: Rasio fase PR. Kolom 21
: Waktu hijau det. Kolom 22
: Kapasitas C, dihitung dengan rumus:
c g
S C
commit to user 66
kolom 23 : Derajat kejenuhan DS, dapat dihitung dengan rumus:
DS=QC
4.6.5 Panjang Antrian,Jumlah Kendaraan Terhanti, TundaanSIG V
Keterangan: SIG V: Kolom 1
: Kode pendekat terdiri arah Utara Barat, Timur, Selatan. Kolom 2
: Arus lalu lintas Q smpjam. Kolom 3
: Kapasitas C, dihitung dengan rumus:
c g
S C
Kolom 4 : Derajat kejenuhan DS, dapat dihitung dengan rumus:
DS=QC. Kolom 5
: Rasio hijau GR,dapat dihitung dengan rumus: GR=gc.
Kolom 6 : Jumlah kendaraan antri smp NQ
1
yang tersisa dari fase Hijaus sebelumnya, dapat dihitung dengan rumus:
C
DS DS
DS c
NQ 5
, 8
1 1
25 ,
2 1
. Kolom 7
: Jumlah kendaraan antri smp NQ
2
yang datang selama fase merah, dapat dihitung dengan rumus:
3600 1
1
2
Q DS
GR GR
c NQ
Kolom 8 : Jumlah kendaraan antri yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
smp ditambah jumlah kendaraan antri yang datang selama fase merah, dapatdihitung dengan rumus:
2 1
NQ NQ
NQ
1 Kolom 9
: Jumlah arus kendaraan antri max NQ
MAX
, Kolom 10 : QL , panjang antrian, diperoleh dengan rumus
Wmasuk X
NQ QL
20 max
Kolom 11
: Angka henti masing-masing pendekat.
3600 9
, X
c Qx
NQ x
NS
commit to user 67
Kolom 12 :Angka henti seluruh simpang dengan cara membagi jumlah
kendaraan terhenti pada seluruh pendekat dengan arus simpang total. Nsv= Q x NS
Kolom 13 : Tundaan lalu lintas rata-rata pendekatan DT pengaruh
timbal balikdengan gerakan-gerakan lainnya. DT =
C x
NQ cxA
3600
1
Kolom 14
: Tundaan geometri rata-rata DG akibat perlambatan dan percepatan ketika menunggu giliran pada suatu simpang.
DG =
4 x
Psv +
6 Pt x
x Psv
- 1
Keterangan : Psv
= NS1 Pt
= Rasio kendaraan berbelok dari SIG IV Kolom 15
:Tundaan rata-rata smpdet, dapat dihitung dengan rumus: D = DT+DG
Kolom 16 : Tundaan total smpdet,dapat dihitung dengan rumus:
D x Q
commit to user 68
commit to user 69
commit to user 70
commit to user 71
commit to user 72
commit to user 73
4.7. Pembahasan
Desain ulang Simpang Tak Bersinyal menjadi Simpang Bersinyal Solo Paragon di dasarkan pada kinerja simpang yang tidak memenuhi syarat yaitu Derajat
kejenuhan lebih besar dari 0,85 DS0,85 maka direncanakan simpang bersinyal dengan 3 fase. Perencanaan dengan 3 fase di dasarkan pada arus belok kanan pada
pendekat Barat simpang Solo Paragon melebihi 200 smpjam. Arus tersebut terlalu besar bila direncanakan dengan 2 fase. Hasil perbandingan kinerja simpang
dapat di lihat pada tabel di bawah ini : Kondisi Eksisting
Tabel 4.13. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Simpang tak Bersinyal
Pilihan Arus lalu
lintas Derajat
Tundaan Lalu
Tundaan Lalu
Tundaan lalu
Tundaan Tundaan
Peluang kejenuhan
lintas simpang
lintas Jl. Utama
lintas jl. Minor
Geometric simpang
antrian smpjam
Detsmp Detsmp
Detsmp Simpang
Detsmp Detsmp
DS DTI
DTMA DTMI
DG D
OP
1 3032
1.09 21
14 39.2
4.00 25.00
50 - 100
Desain Ulang Waktu hijau minimum pada Simpang Solo Paragon di dasarkan pada waktu
pejalan kaki menyeberang jalan.
Tabel 4.14. Waktu Hijau Minimum
Waktu Hijau Minimum Kode Pendekat
Tipe Pendekat Lebar
Pendekat m
Kecepatan Pejalan Kaki
V
EV
mdtk Waktu Hijau
detik B
P 8.74
1.2 10.5
T P
8.74 1.2
10.5 U
O 6.82
1.2 8.2
S O
1.2 8.2
commit to user 74
Tabel 4.15. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Simpang Bersinyal 3 fase
Pendekat Waktu
Hijau g Waktu
Siklus c
Derajat kejenuhan
Panjang Antrian
QL Angka
Henti NS
Tundaan D
detik detik
DS m
stopsmp detsmp B
15
56 0,695
59 0,896
26,16 T
16 0,695
58 0,896
26,17 U
10 0,695
49 1,034
33,70 S
10 0,188
25 0,760
23,67 Dari hasil perhitungan desain ulang kinerja simpang diatas menunjukan kinerja
Simpang Solo Paragon menjadi lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat pada penurunan jumlah nilai Derajad kejenuhan DS lebih kecil dari 0,85 DS0,85.
Gambar 4.2.Penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.
Ket : 1.
Penempatan alat pemberi Isyarat lalu-lintas dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah di lihat dengan jelas oleh pengemudi, Pejalan kaki dan
ditempatakan pada persimpangan di sisi jalur lalu-lintas menghadap arah datangnya lalu-lintas dan dapat diulangi pada sisi kanan atau sisi atas jalur
lalu-lintas.
2.
Tingi lampu bagian yang paling bawah sekurang-kurangnya 3m dari permukaan jalan.
U
commit to user
75
BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN
TIME SCHEDULE
5.1. Penghitungan Biaya Survei
1. Survei Geometrik
Surveyor : 3 orang
Waktu : 1 hari
Harga Satuan : Rp 30.000,00 orghr Total Biaya
: Jumlah Surveyor x Waktu x Harga Satuan : 3 x 1 x 30.000
: Rp 90.0000,00 2.
Survei Pendahuluan Surveyor
: 4 orang Waktu
: 3 hari Harga Satuan : Rp 30.000,00 orghr
Total Biaya : Jumlah Surveyor x Waktu x Harga Satuan
: 4 x 3 x 30.000 : Rp 360.000,00
3. Survei Arus Lalu Lintas
Surveyor : 9 orang
Waktu : 1 hari
Harga Satuan : Rp 30.000,00 orghr Total Biaya
: Jumlah Surveyor x Waktu x Harga Satuan : 9 x 1 x 30.000
: Rp 270.000,00 Total Biaya Survey
: Survey Geometrik+ Pendahuluan + Arus Lalu Lintas : 90.0000 + 360.000 + 270.000
:Rp 720.000,00