penelitian, antara lain : letak, keadaan fisik lingkungan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bersumber dari data yang sudah ada
di aparat desa maupun pemerintah setempat, serta data tentang khasiat berbagai spesies tumbuhan obat.
2. Metode Pengambilan data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Teknik wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui jenis tumbuhan obat yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Data dikumpulkan
dengan cara tanya jawab secara langsung oleh masyarakat yang dijadikan responden.
2. Teknik Observasi
Lokasi pengambilan contoh penelitian dilakukan secara sengaja purposive sampling, yaitu lokasi tumbuhan obat yang biasa
dikunjungi oleh masyarakat untuk mengambil tumbuhan obat berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan. Metode yang
digunakan dalam mengambil data vegetasi adalah dengan analisis vegetasi menggunakan metode garis berpetak. Pada petak ukur
persegi data yang diambil adalah tegakan pada tingkatan pohon dalam petak 20x20 m, pada tingkat tiang dalam petak 10x10 m, pancang
dalam petak 5x5 m dan permudaan atau semai, terna, herba, perdu, liana ataupun epifit dengan ukuran petak 2 x 2m Kusmana, 1997.
A
B
C A
B
C Desain metode garis berpetak yang digunakan dalam pengamatan
vegetasi dapat dilihat pada Gambar 1. Tumbuhan yang diamati adalah tumbuhan obat yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat dari hasil
wawancara yang telah dilakukan sebelumnya.
Gambar 3. Desain metode garis berpetak yang digunakan untuk pengamatan vegetasi
Keterangan: A = petak ukur persegi dengan ukuran 20 m x 20 m B = petak ukur persegi dengan ukuran 10 m x 10 m
C = petak ukur persegi dengan ukuran 5 m x 5 m D = petak ukur persegi dengan ukuran 2 m x 2 m
Luas areal Repong Damar di Pahmungan adalah 900 ha dengan intensitas sampling 0,2 1,8 ha sehingga jumlah seluruh petak ukur
yang harus dibuat sebanyak 45 petak ukur.
3. Metode Pengolahan Data
a. Analisis vegetasi
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mengetahui komposisi vegetasi. Menurut Mueller-Dombois dan Ellenberg 1974,
parameter analisis vegetasi yang diukur adalah sebagai berikut : 1.
Kerapatan K=
-
KR- i = D
D
2. Frekuensi
F = FR-i =
3. Dominansi spesies
D-i = DR-i =
4. Indeks nilai penting
INP=KR+FR+CR INP-i= KR-i+FR-i+CR-i
b. Pola Distribusi
Pola distribusi dibagai menjadi pola distribusi acak, seragam dan berkelompok. Dalam menentukan pola distribusi digunakan rumus
Setiadi sebagai berikut Hotma, 2005 : ∑
1 -
n n
Xi Xi
V Variance
2 n
I i
n I
i 2
Keterangan : n = banyaknya plot contoh Xi = kepadatan spesies pada plot ke-i
Dalam menentukan pola distribusi terdapat beberapa ketentuan, yaitu: Vm = 1 berarti pola distribusi acak,
Vm 1 berarti pola distribusi berkelompok, Vm 1 berarti pola distribusi seragam.
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebun Damar yang oleh masyarakat Lampung Krui biasa disebut Repong Damar adalah suatu sistem pengelolaan tanaman perkebunan yang
dibudidayakan dan dikelola oleh masyarakat, serta ekosistemnya yang membentuk suatu hutan. Repong Damar termasuk dalam sistem agroforestri
kompleks merupakan suatu sistem pertanian menetap yang berisi banyak jenis tanaman berbasis pohon yang ditanam dan dirawat dengan pola tanam dan
ekosistem menyerupai hutan. Didalam sistem ini tercakup beraneka jenis komponen seperti pepohonan, perdu, tanaman musiman dan rerumputan
dalam jumlah banyak. Kenampakan fisik dan dinamika didalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder.
Repong Damar, memiliki sumber daya alam hayati yang tinggi dan begitu melimpah tersebut, banyak memberikan manfaat yang bisa diperoleh dari
dalamnya, baik manfaat secara langsung maupun tidak langsung, yaitu berbagai manfaat dibidang jasa lingkungan, ekonomi, sosial dan budayanya
yang dapat berupa produk kayu dan non kayunya. Salah satu produk non kayu yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal disekitar hutan sejak
dahulu adalah tumbuhan obat.
Berdasarkan hasil penelitian, di Indonesia ada sekitar 940 spesies tumbuhan yang dikenal dan digunakan sebagai obat tradisional Syukur dan Hernani,
2002. Sebagian masyarakat hingga saat ini masih terbiasa memanfaatkan tumbuhan alam untuk mengobati berbagai penyakit yang diderita, bahkan
masyarakat yang terbiasa menggunakan obat-obatan kimiasintetis, saat ini mulai banyak yang tertarik untuk menggunakan obat-obatan tradisional yang
berasal dari bahan-bahan alami. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat dalam perawatan kesehatan masyarakat.
Pemanfaatan tumbuhan obat tanpa dibudidayakan oleh masyarakat dapat membuat spesies tumbuhan obat hilang dan ekosistem yang ada di dalam
repong damar menjadi rusak. Oleh karena itu, informasi mengenai tingkat kerapatan, frekuensi, dominansi dan persebaran tumbuhan obat yang berada
di Repong Damar sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak tumbuhan obat yang masih tersisa disana, sehingga dapat menunjang kegiatan
konservasi di kawasan Repong Damar Krui. Tumbuhan obat di Repong Damar merupakan aset yang perlu digali dan diberdayagunakan demi
kelestarian alam dan kesehatan masyarakat.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana persentasi kerapatan, dominansi, frekuensi dan pola penyebaran
horizontal tumbuhan obat yang berada di Repong Damar Pahmungan.