Kemandirian Belajar di Sekolah

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Kemandirian Belajar di Sekolah

2.1.1.1 Pengertian Kemandirian Belajar di Sekolah Kartini dan Dali dalam Syafaruddin, 2012:147 mendefinisikan bahwa kemandirian adalah: hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian: a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya. b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. c. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya. d. Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannnya. Menurut Desmita 2014:185-186 bahwa kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik secara relatif bebas dari pengaruh penilaian. Dengan otonomi tersebut, peserta didik diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian: 1 Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri 2 Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. 3 Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya. 4 Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya Fatimah 2008:143 mengemukakan bahwa kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan, dan individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandiriannya, seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang dengan lebih mantap. Daryanto dan Darmiatun 2013:70 mengemukakan bahwa mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Memahami beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan siswa untuk mengendalikan, mengatur serta mengembangkan potensi yang dimilikinya secara mandiri, penuh tanggung jawab, dan tanpa bantuan orang lain agar dapat belajar secara mandiri. Kemandirian berlaku pada semua tingkatan. Setiap orang perlu mengembangkan kemandiriannya sesuai dengan kapasitas dan tahapan perkembangannya. Kemandirian belajar membuat seseorang dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri dalam belajar. Oleh karena itu kemandirian belajar sangat penting bagi peserta didik. 2.1.1.2 Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian di Sekolah Kemandirian seseorang akan selalu mengalami perkembangan. Kemandirian dalam perkembangannya memiliki tingkatan-tingkatan. Perkembangan seseorang berlangsung secara bertahap sesuai dengan perkembangan kemandirian tersebut. Lovinger dalam Desmita, 2014:187 mengemukakan tingkatan kemandirian dan karakteristiknya sebagai berikut: 1 Tingkat pertama, adalah tingkatan implusif dan melindungi diri. ciri- cirinya: a. Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain. b. Mengikuti aturan secara spontanistik dan hedonistik c. Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu stereotype d. Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum games. e. Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya. 2 Tingkat kedua, adalah tingkat konformitas. Ciri-cirinya : a. Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial. b. Cenderung berpikir stereotype dan klise . c. Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal. d. Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian. e. Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya instropeksi. f. Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal. g. Takut tidak diterima kelompok. h. Tidak sensitif terhadap keindividualan. i. Merasa berdosa jika melanggar aturan. 3 Tingkat ketiga, adalah tingkat sadar diri a. Mampu berpikir alternatif. b. Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi. c. Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada. d. Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah. e. Memikirkan cara hidup. f. Penyesuaian terhadap situasi dan peranan. 4 Tingkat keempat, adalah adalah tingkat saksama conscientious . Ciri- cirinya: a. Bertindak atas dasar nilai-nilai internal. b. Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan. c. Mampu melihat keragaman emosi, motif dan perspektif diri sendiri maupun orang lain. d. Sadar akan tanggung jawab. e. Mampu melakukan kritik dan penilaian diri. f. Peduli akan hubungan mutualistik. g. Memiliki tujuan jangka panjang. h. Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial. i. Berfikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis. 5 Tingkat kelima, tingkat individualitas. Ciri-cirinya: a. Peningkatan kesadaran individualistik. b. Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dan ketergantungan. c. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri. d. Mengenal eksistensi perbedaan individual. e. Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan. f. Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya. g. Mengenal kompleksitas diri. h. Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial. 6 Tingkat keenam, adalah tingkat mandiri. Ciri-cirinya : a. Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan. b. Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri snediri dan orang lain. c. Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial. d. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan. e. Toleransi terhadap ambiguitas. f. Peduli akan pemenuhan diri self-fulfilment . g. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal. h. Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain. i. Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan. Sependapat dengan Fatimah 2008:144 menyatakan bahwa “ kemandirian, seperti halnya kondisi psikologis lain dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan sejak dini. Latihan tersebut dapat berupa pemberian tugas-tugas tanpa bantuan, dan tentu saja tugas-tu gas tersebut disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa . tingkatan dan karakteristik kemandirian di sekolah akan mengalami perkembangan dari setiap tingkatan. Perkembangan tingkatan dan karakteristik kemandirian dimulai sejak dini dan dapat berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus. Tingkatan kemandirian mulai dari tingkat implusif sampai dengan tingkat mandiri. 2.1.1.3 Ciri-Ciri Kemandirian Belajar di Sekolah Ratri Sunar Astuti dalam Syafaruddin 2010:155 menyatakan bahwa ciri-ciri anak yang mandiri meliputi : 1 Aktif 2 Kreatif 3 Kompeten 4 Tidak bergantung pada orang lain 5 Tampak spontan Desmita 2015:185 menyatakan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar meliputi : 1 Menentukan nasib sendiri 2 Kreatif 3 Inisiatif 4 Mengatur tingkah laku 5 Bertanggung jawab 6 Mampu menahan diri 7 Membuat keputusan-keputusan sendiri 8 Mampu mengatasi masalah tanpa tanpa ada pengaruh dari orang lain Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri- ciri kemandirian di sekolah meliputi: aktif, kreatif, tanggung jawab, tidak bergantung pada orang lain, mampu menyelesaikan masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Ciri-ciri kemandirian sangat penting untuk mengetahui tingkat kemandirian anak dalam belajar. 2.1.1.4 Aspek Kemandirian Belajar di Sekolah Menurut Havighurst dalam Fatimah, 2008:143 menyatakan bahwa kemandirian dalam belajar terdiri dari beberapa aspek, yaitu: 1 Emosi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak bergantung kepada orang tua. 2 Ekonomi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak bergantungnya kebutuhan ekonomi kepada orang tua. 3 Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. 4 Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Sejalan dengan pendapat tersebut Steiberg dalam Desmita:2014:186 membedakan karakteristik kemandirian atas tiga bentuk meliputi : 1 Kemandirian emosional, yakni aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional atar individu seperti hubungan emosional peserta didik dengan guru atau dengan orang tuanya. 2 Kemandirian tingkah laku, yakni suatu kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab. 3 Kemandirian nilai, yakni kemampuan memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, tentang apa yang penting apa yang tidak penting. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek kemandirian pada anak berasal dari dalam dan dari luar anak. Aspek kemandirian yang berasal dari anak meliputi : emosi, intelektual, nilai, dan tingkah laku. Sedangkan aspek kemandirian yang berasal dari dari luar anak meliputi: sosial dan ekonomi. Kedua aspek tersebut sangat mempengaruhi kemandirian belajar anak di sekolah. 2.1.1.5 Pentingnya Kemandirian Belajar Bagi Peserta Didik Azzel 2014:72 menyatakan bahwa “karakter bisa belajar secara mandiri seperti ini sangat dibutuhkan, apalagi persaingan kehidupan di masa mendatang semakin ketat. Hanya orang-orang berkarakter mandirilah yang akan memperoleh keb erhasilan”. Suyanto dan Jihad 2013:183 mengemukakan bahwa dalam menghadapi tantangan kehidupan modern kemandirian dan kreativitas sangat diperlukan supaya siswa mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Alasan pentingnya kemandirian meliputi: 1 Memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya. 2 Memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah. 3 Memberikan kepuasan hidup. 4 Memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidup. 5 Memungkinkan manusia meningkatkan inovasi dan perubahan hidupnya. Memahami beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya kemandirian belajar bagi peserta didik adalah peserta didik dapat menghindari fenomena-fenomena peserta didik yang kurang mandiri dalam belajar sehingga dapat memilih jalan hidupnya dalam mencapai keberhasilan. 2.1.1.6 Indikator Kemandirian Belajar di Sekolah Indikator mandiri pada kelas 1-3 meliputi: melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya dan mengerjakan PR tanpa meniru pekerjaan temannya. Sedangkan indikator mandiri pada kelas 4-6 meliputi: mencari sumber untuk menyelesaikan tugas sekolah tanpa bantuan pustakawan sekolah dan mengerjakan PR tanpa meniru pekerjaan temannya Bintoro, 2013:146. Sufyarman 2006:50-51 mengemukakan bahwa orang-orang yang mandiri dapat dilihat dengan indikator antara lain: 1. Progesif dan ulet, seperti tampak pada usaha mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan dan mewujudkan harapan-harapannya. 2. Berinisiatif berarti mampu berfikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh insiatif. 3. Mengendalikan dari dalam, adanya kemampuan mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakannya serta kemampuan mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri. 4. Kemantapan diri, mencakup dalam aspek percaya pada diri sendiri. 5. Memperoleh kepuasan atas usahanya sendiri, manusia kreatif dapat menjadikan manusia mandiri dan pada akhirnya dapat menjadi manusia mandiri. Memahami kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kemandirian belajar di sekolah meliputi: Progesif dan ulet, inisiatif, mengendalikan dari dalam, kemantapan diri, memperoleh kepuasan atas usahanya, bertanggung jawab dan dapat menyelesaikan masalah tanpa ada pengaruh dari orang. Peneliti memfokuskan indikator kemandirian belajar di sekolah meliputi Progesif dan ulet, inisiatif, mengendalikan dari dalam, kemantapan diri, memperoleh kepuasan atas usahanya. 2.1.1.7 Upaya Mengembangkan Kemandirian Anak Upaya untuk mengembangkan nilai kemandirian melalui ikhtiar pengembangan atau pendidikan sangat diperlukan untuk kelancaran perkembangan kemandirian siswa. Pendidikan di sekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian siswa. Desmita 2014:190 mengemukakan upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk mengembangkan kemandirian siswa sebagai berikut: 1 Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa dihargai. 2 Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah. 3 Memberikan kebebasan kepada anak untuk mengekplorasi lingkungan serta mendorong rasa ingin tahu. 4 Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lainnya. 5 Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak. Sejalan dengan pendapat di atas Fatimah 2008:144 menyatakan bahwa kemandirian berkembang melalui latihan yang dilakukan terus menerus dan dilakukan sejak dini. Latihan tersebut dapat berupa pemberian tugas-tugas tanpa bantuan, dan tentu saja tugas-tugas tersebut disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa upaya mengembangkan kemandirian anak meliputi: melakukan tindakan penciptaan kebebasan keterlibatan dan partisipasi siswa dalam berbagai kegiatan, menciptakan hubungan yang akrab, hangat dan harmonis dengan siswa, menciptakan keterbukaan, penerimaan positif tanpa syarat, menciptakan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan serta menciptakan empati kepada siswa dan memberikan latihan secara terus menerus yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. 2.1.2 Prestasi Belajar 2.1.2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan Hamdani, 2011:21. Djamarah 2011:13 mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Rachmawati dan Daryanto 2015:36 menyatakan bahwa Belajar adalah suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun pada hakikatnya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar dan dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu proses peruabahan tingkah laku sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan. Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang dialami seseorang untuk meningkatkan kemampuannya serta pengetahuannya sebagai hasil dari pengalaman yang melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Dengan demikian, belajar merupakan hal yang terpenting untuk merubah tingkah laku seseorang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu belajar merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan kemampuan dan pengetahuan seseorang. Jadi seseorang belajar agar dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya. Rifa’i dan Anni 2012:79 menyatakan bahwa beberapa prinsip- prinsip belajar meliputi : 1 Prinsip keterdekatan contiguity menyatakan bahwa situasi stimulus yang hendak direspon oleh pembelajar harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan. 2 Prinsip pengulangan repetition menyatakan bahwa situasi stimulus dan respon perlu diulang-ulang atau dipraktikan, agar belajar dapat diperbaiki dan meningkat retensi belajar. 3 Prinsip penguatan reinforcement menyatakan bahwa belajar sesuatu yang baru akan diperkuat apabila belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil yang menyenangkan. Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Suprijono 2012: 4 mengemukakan prinsip-prinsip belajar antara lain: 1 Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari, berkesinambungan dengan perilaku lainnya, bermanfaat sebagai bekal hidup, positif, direncanakan dan dilakukan, permanen, bertujuan dan terarah, mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. 2 Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Berupa proses sistemik yang dinamis, konstruktif, serta organik. 3 Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa prinsip belajar adalah perubahan perilaku yang melalui sebuah proses dan secara kontinue berdasarkan pengalaman serta bermanfaat. Dengan demikian, prinsip belajar bagian terpenting dari belajar. Jadi prinsip-prinsip belajar harus dimengerti dan diterapkan dalam belajar. 2.1.2.2 Pengertian Prestasi Belajar Helmawati 2014:205 mengemukakan bahwa “ Prestasi belajar adalah hasil dari pembelajaran. Semua itu diperoleh dari evaluasi atau penilaian. Setiap orang akan memiliki hasil belajar atau prestasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Prestasi yang diperoleh dari hasil pembelajaran setelah dinilai dan dievaluasi dapat saja rendah, sedang, ataupun tinggi”. Dariyo 2013:121 mengemukakan bahwa prestasi belajar achievement or perfomance ialah hasil pencapaian yang diperoleh seorang pelajar siswa setelah mengikuti ujian dalam suatu pelajaran tertentu. Prestasi belajar diwujudkan dalam laporan nilai yang tercantum pada buku rapot report book atau kartu hasil studi KHS. Hasil laporan belajar ini diberikan setiap tengah semester atau setiap tahu. Menurut Hamdani 2014:138, prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dari dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dari dalam diri individu sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif , afektif , dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa pada periode tertentu. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan perilaku seseorang sebagai hasil dari pembelajaran dapat berupa kognitif , afektif dan psikomotorik yang dapat dikategorikan ke kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Prestasi belajar bagian terpenting dari belajar. Prestasi belajar tinggi berarti menunjukkan keberhasilan pembelajaran. 2.1.2.3 Ciri-Ciri Prestasi Belajar Rachmawati dan Daryanto 2015:37-38 menyatakan bahwa ciri-ciri Prestasi belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam diri individu. Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku adalah hasil belajar. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1 Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan, keterampilannya telah bertambah, ia lebih percaya terhadap dirinya, dan sebagainya. 2 Perubahan yang bersifat berkesinambungan, perubahan tingkah laku sebagai hasil pembelajaran akan berkesinambungan, artinya suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku yang lain. 3 Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan. 4 Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan perubahan dalam diri individu. 5 Perubahan yang diperoleh itu senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya. orang yang belajar akan merasakan ada sesuatu yang lebih banyak, sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih luas dalam dirinya. 6 Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi melalui aktivitas individu. Perubahan yang terjadi karena kematangan, bukan hasil pembelajaran karena terjadi dengan sendirinya sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya. 7 Perubahan yang bersifat permanen menetap, artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu untuk masa tertentu. 8 Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai. Dalam proses pembelajaran semua aktivitas terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Pendapat ini diperkuat oleh Djamarah 2011:15-17 mengemukakan bahwa ada perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri prestasi belajar meliputi : 1 Perubahan yang dilakukan secara sadar. Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadinya perubahan itu atau sekurang- kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. 2 Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses berikutnya. 3 Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, semakin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. 4 Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. 5 Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan belajar terarah pada pada tingkah laku yang benar-benar disadari. 6 Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri- ciri prestasi belajar meliputi: perubahan yang mengarah ke arah yang positif. Ciri-ciri prestasi belajar berkaitan erat dengan belajar. Dengan demikian ciri-ciri prestasi belajar dapat digunakan untuk mengidentikasi belajar anak. 2.1.2.4 Pengertian Pembelajaran Penjabaran tentang konsep dasar pengertian pembelajaran tersebut menjelaskan bahwa fokus dari pengertian pembelajaran adalah bagaimana seorang guru mengorganisasi materi, siswa, dan lingkungan belajar agar siswa dapat belajar dengan optimal Irham dan Wiyani, 2014:132 Rachmati dan Daryanto 2015:121 mengemukakan bahwa Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Rifa’i dan Anni 2012:159 menyatakan bahwa Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, atau antar peserta didik. Proses komunikasi dapat dilakukan secara verbal, dan dapat pula secara nonverbal seperti penggunaan media komputer dalam pembelajaran. Hamdani 2014:71 mengemukakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang baik serta upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta antar siswa. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk membuat belajar terjadi dalam diri siswa yang melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang baik serta mendapat hasil belajar yang maksimal. Dengan demikian pembelajaran bagian terpenting belajar. Oleh karena itu pembelajaran menjadi penentu dari hasil belajar anak. 2.1.2.5 Pembelajaran IPA Rustaman 2010:1 menyatakan bahwa IPA atau sains merupakan suatu proses yang menghasilkan pengetahuan. Proses tersebut bergantung pada proses observasi yang cermat terhadap fenomena dan pada teori temuan untuk memaknai hasil observasi tersebut. Perubahan pengetahuan terjadi karena hasil observasi yang baru yang mungkin menentang teori sebelumnya. Menurut Ahmad Susanto 2012:167 menyatakan bahwa Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: Pertama, sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended, Kedua, proses prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan, Ketiga, produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; Keempat, aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Memahami pengertian dari beberapa ahli tersbut dapat disimpulkan bahwa pengertian IPA adalah usaha manusia untuk mengetahui alam melalui sebuah proses yang menghasilkan pengetahuan. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran pokok di sekolah dasar. Oleh karena itu IPA menjadi mata pelajaran yang perlu dikuasai oleh siswa. Mengacu pada pengertian pembelajaran IPA hakikat IPA dibagi menjadi 4 diantaranya : 1 IPA sebagai produk IPA sebagai disiplin ilmu disebut produk IPA karena isinya merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuan selama berabad-abad. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori IPA. Jika ditelaah lebih lanjut, fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empirik dalam IPA, sedangkan konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik. 2 IPA sebagai proses Memahami IPA bukan hanya memahami fakta-fakta dalam IPA. Memahami IPA berarti juga memahami proses IPA yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur empirik dan prosedur analitik dalam usaha untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses IPA disebut juga keterampilan belajar seumur hidup. Sebab keterampilan ini dapat juga dipakai di bidang lain dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuan, di antaranya adalah: Mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesa, membuat grafik, membuat table data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen. 3 IPA sebagai sikap ilmiah Sikap yang dimaksud antara lain: 1 obyektif terhadap fakta, 2 tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung, 3 berhati terbuka, 4 tidak mencampuradukan fakta dengan pendapat, 5 bersifat hati-hati, dan 6 ingin menyelidiki. 4 IPA sebagai teknologi Konsep ilmu pengetahuan alam sebagai dasar pengembangan teknologi berawal dari sebuah keingintahuan mengenai sesuatu yang belum diketahui oleh manusia. Keingintahuan tersebut mendorong seseorang untuk mencari prinsip atau teori yang diperoleh melalui percobaan. Pengkajian ini bertujuan untuk memenuhi penjelasan dari objek benda dan energi dan peristiwa alam. Para ilmuwan menempatkan ilmu pengetahuan alam dasar sebagai ilmu dasar bagi ilmu terapan dan teknologi. 2.1.2.6 Ruang Lingkup IPA Ruang lingkup IPA dari SD, SMP, dan SMA pada dasarnya sama. Pembedanya yaitu terletak pada penjabaran yang ditekankan, kedalaman, dan keluasaan ruang lingkup itu disesuaikan dengan tingkat sekolah. Perwujudan selanjutnya adalah pada masing-masing Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD yang ada. Rumusan SK-KD sesungguhnya secara implisit telah menampilkan ruang lingkup materi apa yang hendak dibelajarkan dan ranah belajar mana yang hendak dibelajarkan. Ruang lingkup meliputi lima substansi kajian, sedangkan materi belajar merupakan jabaran dari ruang lingkup yang secara implisit termuat dalam rumusan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD. Berikut pemetaan ruang lingkup dan materi belajar IPA SDMI: Tabel II.1 Pemetaan Ruang Lingkup Bahan Kajian untuk IPA SDMI No. Ruang lingkup Aspek 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan 1. Manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. 2. BendaMateri, sifat- sifat, dan kegunaannya 1. cair, padat, dan gas 3. Energi dan perubahannya 1. gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta 1. tanah, bumi, tata susya, dan benda-benda langit lainnya. 5. Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat Salingtemas 1. Penerapan konsep IPA dan saling keterkaitan dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederha termasuk merancang dan membuat. Sumber: BSNP 2006:162 Dalam penelitian ini, peneliti menfokuskan pada ruang lingkup Energi dan perubahannya dengan aspek pesawat sederhana. Instrumen Penelitian yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada ranah kognitif C1 pengetahuan, C2 pemahaman, dan C3 aplikasi siswa kelas V semester 2 mata pelajaran IPA dalam KD 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. 2.1.2.7 Tujuan Mata Pelajaran IPA BSNP 2006:162 memuat tujuan mata pelajaran IPA di SDMI agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMPMTS. 2.1.2.8 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar IPA Prestasi belajar pada diri anak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hamdani 2011: 139-145 mengemukakan bahwa pada dasarnya faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor dari dalam intern dan faktor dari luar ekstern . 1 Faktor Internal Faktor intern adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut: a. Kecerdasan Inteligensi Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. b. Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seorang. c. Sikap Sikap yaitu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif menerima kepada sesama siswa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakkannya untuk belajar. Adapun siswa yang sikapnya negatif menolak kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar. d. Minat Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban. Minat belajar yang dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seseorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah, siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu, akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diingankannya dapat tercapai. e. Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing- masing. Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya. Bakat memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar, terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. f. Motivasi Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut memengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. 2 Faktor eksternal Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan non sosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar. Pengaruh lingkungan apada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto dalam Hamdani, 2011: 143, faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat. a. Keadaan keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Ada rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Oleh karena itu, orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Adapun sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa. Perlunya kerja sama yang perlu ditingkatkan, ketika orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar siswa di rumah. b. Keadaan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajarnya. c. Lingkungan masyarakat Selain orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa sebab kehidupan sehari-hari siswa akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan dapat membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari, seorag anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di lingkungan teman yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya. Rifa’i dan Anni 2012:80-81 mengemukan bahwa faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan Prestasi belajar adalah : 1 Kondisi internal a Kesehatan organ tubuh b Kondisi psikis seperti kemampuan intelektual , emosional, dan kondisi sosial 2 Kondisi eksternal a Variasi dan tingkat kesulitan materi belajar yang stimulus yang dipelajari direspon. b Tempat belajar. c Iklim. d Suasana lingkungan. e Budaya belajar masyarakat akan memepengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar. Sugiyono dan Haryanto dalam Irham dan Wiyani, 2014:119 menyatakan bahwa faktor-faktor yang menjadi komponen dalam proses belajar sebagai berikut: 1 Kesiapan siswa, artinya agar proses belajar berhasil maka siswa perlu memiliki kesiapan, baik fisik maupun psikis serta kematangan untuk melakukan aktivitas-aktivias belajar. 2 Kemampuan interprestasi siswa, artinya siswa mampu membuat hubungan-hubungan di antara beberapa kondisi belajar, materi belajar dengan pengetahuan siswa, serta kemungkinan-kemungkinan. 3 Faktor lingkungan masyarakat dan budayanya. Faktor-faktor dari lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa, antara lain jenis kegiatan yang diikuti siswa di masyarakat. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal . Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu meliputi: kesehatan organ tubuh, kondisi psikis, ketekunan, kesiapan siswa, dan kemampuan interprestasi siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu meliputi: variasi dan tingkat kesulitan materi belajar yang stimulus yang dipelajari direspon, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar, motivasi dan perhatian. Dengan demikian kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Oleh karena itu kedua faktor tersebut harus saling mendukung dalam belajar anak.

2.2 KAJIAN EMPIRIS