antioksidan lebih kuat, dengan demikian kulit umbi jalar ungu mempunyai potensi besar  sebagai  sumber  antioksidan  alami  dan  sekaligus  sebagai  pewarna  alami
Hardoko  et  al.,  2010.  Senyawa  antosianin  berfungsi  sebagai  antioksidan  dan penangkap  radikal  bebas,  sehingga  berperan  untuk  mencegah  terjadi  penuaan,
kanker,  dan  penyakit  degeneratif.  Selain  itu,  antosianin  memiliki  kemampuan sebagai  antimutagenik  dan  antikarsinogenik,  mencegah  gangguan  fungsi  hati,
antihipertensi, dan menurunkan kadar gula darah Jusuf et al., 2008. Menurut  hasil  penelitian  Laiku  2012  bahwa  penggunaan  10  ubi  jalar
ungu  Ipomoea  Batatas  L.  terfermentasi  dengan  inokulan  berbeda  ke  dalam ransum  itik  Bali  betina  umur  23  minggu  menunjukan  hasil  bobot  potong,  bobot
karkas, persentase karkas, persentase daging, persentase tulang, persentase lemak itik  Bali  betina  umur  23  minggu  tidak  berbeda  nyata  dengan  pemberian  ransum
perlakuan  kontrol.  Hal  ini  disebabkan  oleh  kandungan  nutrien  ransum  yang mendekati  sama  pada  setiap  perlakuan  sehingga  tingkat  konsumsi  ransum  juga
mendekati sama.
2.6 Upaya Peningkatan Nilai Nutrien Kulit Buah Naga
Pemanfaatan  kulit  buah  naga  sebagai  pakan  ternak  terutama  unggas memiliki  keterbatasan,  hal  tersebut  karena  kulit  buah  naga  memiliki  kandungan
serat  kasar  tinggi  dan  protein  yang  rendah.  Salah  satu  proses  yang  banyak dilakukan  untuk  meningkatkan  nilai  nutrien  suatu  bahan  berserat  tinggi  adalah
melalui fermentasi Ghanem et al., 1991. Fermentasi adalah segala macam proses metabolisme  dengan  bantuan  enzim  dari  mikroba  untuk  melakukan  oksidasi,
reduksi,  hidrolisis  dan  reaksi  kimia  lainnya,  sehingga  terjadi  perubahan  kimia pada  suatu  substrat  organik  dengan  menghasilkan  produk  tertentu  atau  proses
fermentasi  sering  didefinisikan  sebagai  proses  pemecahan  karbohidrat  dan  asam amino secara anaerob, yaitu tanpa memerlukan oksigen Fardiaz, 1998.
Proses  fermentasi  bahan  pakan  oleh  mikroorganisme  menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu pakan baik dari aspek
nutrien  maupun  daya  cerna  serta  meningkatkan  daya  simpannya  Supriatna, 2005. Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrien yang lebih tinggi dari
bahan  aslinya,  hal  ini  disebabkan  mikroba  bersifat  katabolik  yang  mempunyai kemampuan  merubah  komponen  kompleks  yang  terkandung  dalam  bahan  pakan
asal  menjadi  zat  yang  lebih  sederhana  sehingga  mudah  dicerna  Winarno  dan Fardiaz, 1979. Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim tertentu
terhadap  bahan  yang  tidak  dapat  dicerna,  misalnya  seluosa  dan  hemiselulsa menjadi  gula  sederhana.  Selama  proses  fermentasi  terjadi  pertumbuhan  kapang,
selain  dihasilkan  enzim  juga  dihasilkan  protein  ekstraseluler  dan  protein  hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein Winarno, 1983.
Salah  satu  mikroba  yang  dapat  digunakan  adalah  Aspergillus  niger  yang termasuk dalam kelompok jamur kapang, kapang ini sangat baik dikembangkan
karena  tumbuh  cepat  Winarno,  1983.  Klasifikasi  Aspergillus  niger  menurut Hardjo  et  al.  1989  sebagai  berikut:  genus  Aspergillus,  famili  Euritaceae,  ordo
Eutiales,  kelas  Asomycotina,  divisi  Asmatgmycota.  Hidayat  2007  Aspergillus niger  memiliki  bulu  dasar  berwarna  putih  atau  kuning  dengan  lapisan
konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidia berwarna hitam,  bulat,  cenderung  memisah  menjadi  bagian  yang  lebih  longgar  dengan
bertambahnya  umur.  Konidiospora  memiliki  dinding  yang  halus  dan  berwarna
coklat  Hidayat,  2007.  Aspergillus  niger  dapat  tumbuh  pada  suhu  35ºC  -  37ºC optimum, 6ºC - 8ºC minimum, 45ºC - 47ºC maksimum Hidayat, 2007.
Penggunaan Aspergillus
niger sudah
banyak dilakukan
karena pertumbuhannya  relatif  mudah,  cepat,  menghasilkan  enzim  selulolitik,  dan  juga
enzim  amilolitik  seperti  amylase  dan  glukoamilase  Ratanaphadit  et  al.,  2010
.
Kapang  Aspergillus  niger  merupakan  salah  satu  jenis  Aspergillus  yang  tidak menghasilkan  mikotoksin  sehingga  tidak  membahayakan  Supriatna,  2005.
Selain  itu,  penggunaannya  mudah  karena  banyak  digunakan  secara  komersial sehingga  banyak  digunakan  untuk  memproduksi  asam  sitrat,  asam  glukonat,  dan
beberapa  enzim  seperti  amilase,  pektinase,  amilo-glukosidase,  dan  selulase Hardjo  et  al.,  1989.  Enzim  selulase  yang  dihasilkan  Aspergillus  niger  mampu
merombak  struktur  serat  kasar  yang  sulit  dicerna  menjadi  lebih  sederhana sehingga mudah dicerna Lunar, 2012. Hasil analisis proksimat yang dilakukan di
Balai Penelitian Ternak BALITNAK dan Balai Pemeriksaan Mutu Pakan Ternak BPMPT bahwa komposisi nutrien kulit buah naga difermentasi Aspergillus niger
didapatkan protein 10,71, serat kasar 21,78, abu 17,95, lemak 1,23, energi 2975 Kkalkg, kalsium 1,75, dan posfor 0,35.
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian dan diketahui  bahwa terdapat perubahan  kandungan  nilai  nutrien  pada  substrat  melalui  proses  fermentasi
dengan  menggunakan  Aspergillus  niger.  Fermentasi  bungkil  kelapa  dengan Aspergillus  niger  dapat  meningkatkan  kandungan  protein  kasar  dan  asam  amino
serta  menurunkan  kandungan  serat  kasar  Sinurat  et  al.,  1998.  Fermentasi  kulit umbi ketela pohon oleh Aspergillus niger selama 96 jam menurunkan serat kasar
dari  32,07  menjadi  23,66  Gushairiyanto,  2004.  Fermentasi  limbah  sawit
dengan  kandungan  serat  kasar  48,88  oleh  Aspergillus  niger  menghasilkan kandungan serat kasar 27,31 Mirwandhono et al., 2004. Fermentasi kulit buah
markisa  dengan  Aspergillus  niger  meningkatkan  protein  dari  13,12  menjadi 18,13 dan menurunkan serat kasar dari 29,9 menjadi 22,1 Supriatna, 2005
2.7 Kulit Buah Naga untuk Pakan Ternak