Sragen, Sukoharjo, D.I.Yogyakarta Sleman, Bantul, Kulonprogo, Sumatera Utara Deli Serdang, Sumatera Barat Padang Pariaman, Lampung Lampung
Timur, Tulang Bawang, Lampung Selatan, Riau Kota Pekanbaru, Siak, Kepulauan Riau Kota Batam, Bintan, Karimun, Tanjung Pinang dan Kalimantan
Wibawa, 2008. Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menjadi salah satu pusat produksi buah naga di Indonesia Direktorat
Hortikultura Kementrian Pertanian, 2014. Kulit buah naga merupakan bagian terluar yang biasanya dibuang sekitar
30-35 dari buah Citramukti, 2008. Sedangkan bijinya menyatu dengan buah Mustika et al., 2014. Produksi pada tahun 2014 adalah 28.819 ton dari jumlah
sebanyak itu dapat diperoleh total kulit 8.645-10.086 ton BPS Kabupaten Banyuwangi, 2014. Pada beberapa penelitian kulit buah naga memiliki
kandungan antioksidan dan zat warna alami yaitu antosianin cukup tinggi yang berperan memberikan warna merah Daniel et al., 2014. Antosianin adalah
kelompok pigmen yang berwarna merah sampai biru yang tersebar dalam tanaman Abbas, 2003. Warna merah pada daging dan kulit mengindikasikan tingginya
kandungan phenol Nurliyana et al., 2010. Senyawa phenol dilaporkan banyak berperan dalam aktivitas biologis seperti antimutagenik, antikarsinogenik,
antiaging, dan antioksidan Kosem et al., 2007.
2.3 Proses Mendapatkan Kulit Buah Naga
Tanaman buah naga Hylocereus sp pada awalnya dipergunakan sebagai tanaman hias karena sosoknya yang unik, eksotik, serta tampilan bunga dan buah
yang menarik Winarsih, 2007. Buah naga berkembang menjadi buah dengan tampilan berkulit merah serta bersisik dan semakin naik daun lantaran dipicu oleh
impor dari Thailand yang semakin membludak di pasar buah-buahan Indonesia Winarsih, 2007. Semakin banyaknya permintaan, menjadi peluang para pekebun
mulai mengembangkan budidaya buah naga di Indonesia. Buah naga sudah masuk pasaran, sehingga gampang dijumpai di swalayan diseluruh nusantara. Selain
rasanya yang manis, buah naga mengandung manfaat bagi kesehatan. Maka tidak heran jika permintaan konsumen buah naga semakin hari semakin meningkat
Winarsih, 2007. Tanaman ini selain disukai buahnya untuk dikonsumsi, limbah kulitnya dapat diolah untuk diberikan pada ternak Sadarman, 2013.
Semakin meningkatnya produksi buah naga diikuti dengan semakin banyaknya produksi makanan olahan berbahan baku buah naga maka akan
meningkatkan jumlah limbah yang dihasilkan Wahyuni, 2011. Cara mendapatkan kulit buah bisa langsung mencarinya ke tempat pembuatan makanan
dari buah naga seperti keripik, mie, dodol, stik, bolu dan selai atau industri minuman seperti jus, sari buah, dan sirup.
Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari pemerasan atau penghancuran buah segar yang telah masak. Pada prinsipnya dikenal dua macam sari buah,
pertama sari buah encer dapat langsung diminum, yaitu cairan buah yang diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan
gula pasir. Kedua sari buah pekat atau sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan
cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus
diencerkan dulu dengan air Margono et al., 1993. Adapun diagram alir pengolahan pembuatan sari atau sirup buah dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Bagan Proses Pengolahan Buah Menjadi Sari Buah dan Sirup Margono et al., 1993
2.4 Kandungan Gizi Kulit Buah Naga