b. Makna Konotatif
Lagu yang terdapat dalam Seni Naluri Reyog Brijo Lor terdapat makna konotatif yang mengandung nasihat dan sindiran.
Beberapa kata yang diambil dari kehidupan dunia bertujuan untuk melambangkan sesuatu dan mengandung nilai-nilai kehidupan.
Misalnya dalam syair kembang pring jaran kuru lara wahing, gebras-gebres prawan ayu ora bares. Syair tersebut merupakan
nasihat untuk semua laki-laki supaya berhati-hati dalam menilai seorang wanita. Selain itu terdapat makna konotatif yang
mengandung sindiran misalnya dalam syair kembang uwi kebo lara dhadung siji, munthar-munthir wong ayu nyusahke fikir.
Syair tersebut merupakan sindiran untuk laki-laki yang mempunyai banyak keingingan terhadap wanita, namun tidak
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
2. Fungsi Lagu dalam Seni Naluri Reyog Brijo Lor
Fungsi lagu dalam Seni Naluri Reyog Brijo Lor digolongkan menjadi dua fungsi yaitu, fungsi terhadap masyarakat dan
pendukungnya serta fungsi terhadap penyajian Seni Naluri Reyog Brijo Lor. Fungsi lagu dalam Seni Naluri Reyog Brijo Lor mempunyai
delapan fungsi terhadap Masyarakat dan pendukungnya. Fungsi-fungsi tersebut yaitu: 1 sebagai sebuah bentuk hiburan, 2 membantu
pendidikan, 3 memberi sarana kritik sosial, 4 fungsi upacara adat, 5 kesinambungan kebudayaan, 6 fungsi norma keluarga, 7 fungsi
norma adat istiadat, dan 8 fungsi nasihat. Fungsi lagu dalam Seni Naluri Reyog Brijo Lor terhadap penyajiannya memiliki empat fungsi,
yaitu: 1 fungsi pengungkapan estetika, 2 fungsi pengatur pertunjukkan, 3 fungsi perlambangan, dan 4 fungsi pengiring tari.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti menyampaikan saran yang ditujukan kepada pendukung Seni Naluri Reyog Brijo Lor,
hendaknya memperhatikan makna dan fungsi-fungsi lagu dalam setiap pertunjukan terutama pada saat menyanyikan lagu. Lagu-lagu Seni Naluri
Reyog Brijo Lor seharusnya dinyanyikan secara urut sesuai dengan masing-masing fungsi iringan tari..
Daftar Pustaka
Ali, Lukman.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, Jakarta: Balai Pustaka.
Andriessen, H. 1965. Hal Ihwal Musik, Jakarta: PRADNJAPARAMITA. Banoe, Pono.2003. Kamus Musik. Kanisius: Yogyakarta
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Kencana: Jakarta. Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineke
Cipta Fang, Liaw. Y. 2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia. Grimonia, Eya. 2014. Dunia Musik.Bandung: Nuansa Cendekia.
Hartono. 1980. Reyog Ponorogo, Jakarta: Majalah Pengetahuan Umum. Herawati, Nanik. 2009. Kesenian Tradisional Jawa, Klaten: Saka Mitra
Kompetensi. Jamalus. 1998. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta Kartasapoetra, G dan Hartini, 2007. Kamus Sosiologi dan Kependudukan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara. Khoiruddin, Alang, dkk.2007. Sapu Jagat Bahasa dan sastra Indonesia.
Lamongan: Pustaka Ilalang. Khoirudin, dkk. Buku Pintar Bahasa Indonesia. 2009. Yogyakarta: Lentera
Ilmu. Kodijat, Latifah. 1986. Istilah-istilah Musik. Cetakan Ke-2. Djambatan: Jakarta
Miller, M. H.1994.Pengantar Apresiasi Musik Introduction to Music a Guide To Good Listening. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Prier, Edmund. 2011. Ilmu Bentuk Musik, Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Purnomo, Sigit. 2015. Karakteristik dan Fungsi Musik FilmOvertaken dalam
Film Serial Animasi One Piece. Skripsi FBS Universitas Negeri Yogyakarta: UNY.