Rancangan Penelitian Definisi Operasional

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah penelitian eksperimental randomized posttest only control group design. K P1 Gambar 4.1 Rancangan Penelitian P O1 R O2 S Ra a Keterangan : P = Populasi R = Random S = Sampel Ra = Random alokasi K = Kelompok kontrol, diinduksi LPS selama 8 hari dan diberikan placebo ke dalam sulkus gingiva selama 10 hari P = Kelompok perlakuan, diinduksi LPS selama 8 hari dan diberikan tetrasiklin gel 0,7 ke dalam sulkus gingiva selama 10 hari O1 = Observasi jumlah fibroblas dan ketebalan ligamen periodontal kelompok kontrol setelah diinduksi LPS selama 8 hari dan diberikan placebo ke dalam sulkus gingiva selama 10 hari O2 = Observasi jumlah fibroblas dan ketebalan ligamen periodontal kelompok perlakuan setelah diinduksi LPS selama 8 hari dan diberikan Tetrasiklin HCl Gel 0,7 ke dalam sulkus gingiva selama 10 hari

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi

Pembuatan tetrasiklin HCL gel dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Pemeliharaan tikus dan perlakuan terhadap tikus dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pemeriksaan histologis dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

4.2.2. Waktu penelitian

Pembuatan tetrasiklin HCL gel bulan September 2015, pemeliharaan tikus selama dua minggu, lalu dilakukan perlakuan pada tikus selama 18 hari. Pemeriksaan histologis dilakukan setelah preparat dibuat. Pembuatan preparat dilakukan selama dua minggu.

4.3. Penentuan Sumber Data

Sesuai dengan rancangan penelitian, maka sampel tikus dalam penelitian ini jumlahnya 38 dan dibagi dalam 2 kelompok, yaitu satu kelompok kontrol diinduksi LPS kemudian diberikan placebo, satu kelompok perlakuan diinduksi LPS kemudian diberikan Tetrasiklin HCl Gel 0,7;

4.3.1. Besar sampel

Menghitung jumlah sampel menggunakan rumus Federer : n-1 t- ≥ Keterangan : n = jumlah sampel t = jumlah kelompok perlakuan Dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh hasil sebagai berikut : n-1 2- ≥ = n- ≥ : = n- ≥ ≥ + ≥ Untuk mengantisipasi adanya sampel yang mati maka ditambah 20 dari sampel yang didapat dari perhitungan 20x16 = 3,2. Jadi jumlah sampel 16 + 3,2 = 19,2 = 19.

4.3.2. Kriteria sampel

Sampel yang digunakan sebagai obyek penelitian ini adalah tikus putih jantan Ratus novergicus yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

4.3.2.1. Kriteria inklusi

a. Tikus putih jantan dewasa strain wistar b. Umur 8 - 12 minggu c. Berat badan 180 – 200 gram d. Sehat

4.3.2.2. Kriteria ekslusi

a. Tikus yang sakit

4.3.2.3. Kriteria drop out

a. Tikus mati saat penelitian

4.4. Variabel Penelitian

4.4.1. Klasifikasi variable

Variabel bebas : a. Tetrasiklin HCl Gel 0,7 Variabel Tergantung : a. Jumlah fibroblas pada ligamen periodontal b. Ketebalan ligamen periodontal Variabel Terkendali a. Makanan dan kandang tikus b. Umur tikus 8 – 12 minggu c. Jenis kelamin jantan d. Berat badan tikus 180-200 gram

4.4.2. Hubungan antar variabel

Variabel bebas Tetrasiklin HCL Gel 0,7 Variabel Terkendali a. Makanan dan kandang tikus b. Umur tikus 2 bulan c. Jenis kelamin jantan d. Berat badan tikus 180-200 Variabel Tergantung a. Jumlah fibroblas pada ligament periodontal b. Ketebalan ligamen periodontal tikus

4.5. Definisi Operasional

a. Tetrasiklin HCl Gel 0,7 adalah tetrasiklin murni ditimbang sebanyak 70 mg dimasukkan ke dalam gel yg sebelumnya telah dibuat dengan mencampurkan 500 mg CMC-Na dengan 10 ml aquades. b. Jumlah fibroblas adalah banyaknya fibroblas yang aktif memiliki sitoplasma yang besar, kromatin halus, nucleus ovoid dan tampak nyata pada ligamen periodontal tikus yang telah dibuat preparat dengan pengecatan Harris Hematoxylin Eosin, dan dilihat pada lima lapang pandang menggunakan mikroskop elektrik dengan pembesaran 400X dan Olympus DP12 Digital Camera c. Ketebalan ligamen periodontal adalah pembentukkan kolagen yang ditandai dengan bertambahnya ketebalan ligamen periodontal tikus setelah diberikan tetrasiklin HCl gel ke dalam sulkus gingiva, yang sebelumnya telah diinduksi LPS sehingga mengalami periodontitis. Lalu dibuat preparat dengan pengecatan Harries Hematoxylin-Eosin dan dilihat pada lima lapang pandang yang diukur dengan mikroskop elektrik dengan pembesaran 400X dan Olympus DP12 Digital Camera. e. Periodontitis adalah keradangan pada jaringan periodontal tikus setelah diinduksi dengan LPS di daerah sulkus gingival incisivus rahang bawah, dengan dosis 5µl LPS0,05PBS yang dilakukan 24 jam sekali sebanyak 8 kali.

4.6. Bahan dan Alat Penelitian