Sifat kimia Farmakologi Tetrasiklin

Wood, 2003. Pada penelitian lainnya, terapi tetrasiklin pada permukaan dentin meningkatkan ikatan fibronektin, sehingga merangsang perlekatan dan pertumbuhan fibroblast Terranova, 2006.

2.7.1. Sifat kimia

Semua terasiklin berwarna kuning dan bersifat amfoter, garam klorida fosfat paling banyak digunakan. Larutan garam ini hanya stabil pada pH 2 dan terurai pesat pada pH lebih tinggi. Kapsul yang disimpan ditempat panas dan lembab mudah terurai, terutama di bawah pengaruh cahaya. Produk pengurainya epi-dan anhidrotetrasiklin bersifat sangat toksis bagi ginjal Tan dan Kirana, 2002.

2.7.2. Farmakologi

Tetrasiklin merupakan sutau kelompok antibiotika yang diproduksi secara alami dari spesies tertentu yang berasal dari streptomyces atau derivat semi sintetik. Antibiotika ini memilki sifat bakteriostatik dan efektif untuk melawan perkembangbiakan bakteri yang cepat. Tetrasiklin lebih efektif dalam melawan bakteri gram-positif daripada gram-negatif Jolkovsky dan Ciancio, 2006. a. Farmakodinamik Terjadi 2 proses masuk ke dalam ribosom bakteri yaitu pertama difusi pasif berikatan dengan ribosom, mencegah ikatan tRNA-aminoasil pada kompleks mRNA ribosom, terhentinya sintesis protein Jolkovsky dan Ciancio, 2006. Terapi tetracycline HCL pada permukaan dentin meningkatkan ikatan fibronektin. Fibronektin akan merangsang perlekatan dan pertumbuhan fibroblas. Fibronektin adalah high molecular weight glycoprotein yang bisa diisolasi dari plasma, diproduksi oleh fibroblas, sel epitel, dan sel endotel. Fibronektin memainkan peran penting dalam penyembuhan luka dan berhuungan dengan perlekatan sel satu dengan lainnya dan dengan ekstracelluler matriks. Perlekatan adalah elemen yang diperlukan dalam pertumbuhan fibroblas dan sel lainnya secara in vitro. Terranova et al. mengevaluasi perlekatan fibroblas dan sel epitel ke periodontal pada spesimen dentin yang telah diskaling dan didekalsifikasi dengan citric acid. Penulis melaporkan, penambahan fibronektin ke media kultur meningkatkan perlekatan dan proliferasi fibroblas disekitar akar gigi dan menurunkan perlekatan sel epitel. Pada penelitian selanjutnya, mereka melaporkan, fibronektin meningkatkan perlekatan fibroblas gingiva ke dentin specimen yang tidak didemineralisasi. Caffesse et al. mengevaluasi efek akar gigi yang didemineralisasi dengan citric acid dan aplikasi fibronektin pada penyembuhan bedah flap periodontal pada beagle dog dengan periodontitis alami. Mereka menemukan, penggunaan citric acid dan fibronektin dikombinasi dengan prosedur bedah flap menghasilkan keuntungan yang besar pada perlekatan daripada hanya dilakukan bedah flap. Kemudian Caffesse et al. dengan analisis autoradiografi menunjukkan proliferasi selular meningkat secara signifikan saat dua minggu pertama setelah bedah dengan kombinasi terapi tersebut dibandingkan hanya dengan bedah saja Terranova, 2006. b. Farmakokinetik Tetrasiklin terutama berbeda dalam absorbsi setelah pemberian oral dan eliminasinya. Absorbsi setelah pemberian oral adalah sekitar 30 untuk chlortetrasikline, 60-70 untuk tetrasiklin, oksitetrasiklin, demeclosiklin dan metasilin, serta 95-100 untuk doxysiklin dan minosiklin Katzung, 2004. Tetrasiklin sekitar 30-80 diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap lebih dari 90. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus. Makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan Karlina dkk., 2009. Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55 golongan tetrasiklin di ekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang di ekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik, maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami akumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap, diekskresi melalui tinja Karlina dkk. 2009. Tetrasiklin didistribusikan secara luas ke dalam jaringan-jaringan dan cairan- cairan tubuh, kecuali dalam cairan serebrospinal, dimana konsentrasinya adalah sebesar 10-25 dari konsentrasi serum. Sekitar 40-80 tetrasiklin diikat oleh protein-protein serum. Tetrasiklin mempunyai masa kerja singkat berdasarkan waktu paruh serum Katzung, 2004.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP PENELITIAN, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

3.1. Kerangka Berpikir

Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang bila tidak terawat bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan pendukung periodontal berupa kerusakan fiber ligament periodontal dan tulang alveolar. Perubahan-perubahan patologis pada gingivitis berhubungan dengan adanya mikroorganisme oral yang melekat pada gigi dan di dalam atau di dekat sulkus gingiva. Organisme-organisme ini mampu mensintesis produk-produk misal: kolagenase, hyaluronidase, protease, kondroitin sulfatase, endotoksin yang dapat menyebabkan kerusakan epitel dan sel-sel jaringan ikat serta pada komponen interseluler seperti kolagen, substansi dasar dan glycocalyx cell coat . Keradangan pada jaringan periodontal ini menyebabkan peningkatan pembentukan MMP atau enzim kolagenase oleh bakteri penyebab periodontitis. Enzim kolagenase yaitu enzim yang dapat memecah kolagen pada peristiwa remodeling jaringan. MMP terlibat dalam degradasi matriks kolagen interstitial ekstraseluler. Tetrasiklin selain memiliki efek antibiotic, juga memiliki efek non- antibiotik dalam terapi penyakit periodontal, diantaranya : menghambat enzim kolagenase, menghambat resorpsi tulang, dan efek langsung pada penyebaran dan perlekatan sel. Pada penelitian lainnya, terapi tetrasiklin pada permukaan dentin