29
Buletin Informasi SDPPI |
edisi sebelas 2016
I. Pendahuluan
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia, sebagaimana terdapat pada Pasal 1 angka 1 yang dimaksud dengan
Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-
undang.
Pasal 2 ayat 1 kedudukan Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalam
Undang-Undang ini disebut kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melak-
sanakan kekuasaan negara di bidang penun- tutan serta kewenangan lain berdasarkan
undang-undang.
Pemanfaatan Peran Jaksa Sebagai Pengacara Negara Dalam Penyelesaian Kasus-Kasus Hukum
Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara
-
Marhum Djauhari
Analisis Materi Bantuan Hukum
Posisi Kejaksaan dalam ketatanegaraan Republik Indonesia menurut undang-undang
tersebut adalah bagian dari sistem Peradilan Pidana, Perdata dan Tata Usaha Negara,
sebagaimana dijelaskan dalam Undang- Undang Nomor 16 tahun 2004 Pasal 30 ayat
1, 2 dan 3 bahwa Tugas dan Wewenang Kejaksaan berada dibidang Pidana, Perdata
dan Tata Usaha Negara serta dalam bidang Ketertiban dan Ketenteraman umum. Pada
Tugas dan Wewenang Kejaksaan di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 30 ayat 2 bahwa :
Di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, Kejaksaan dengan Kuasa Khusus
dapat bertindak baik didalam maupun diluar pengadilan untuk dan atas nama Negara
atau Pemerintah.
Dari uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk menguraikan tentang Peran
Jaksa Sebagai Pengacara Negara Dalam Penyelesaian Kasus-Kasus Hukum Bidang
Perdata dan Tata Usaha Negara. Tulisan ini sebagai informasi dan seka-
ligus sosialisasi terhadap peran Jaksa Pen- gacara Negara, dan semoga melalui tulisan
ini dapat memberikan manfaat bagi pihak- pihak yang berencana menggunakan Jaksa
Pengacara Negara JPN sebagai penyele- saian kasus-kasus hukum dibidang Perdata
dan Tata Usaha Negara Datun.
II. Dasar Pembentukan Perdadilan Tata Usaha Negara
Dasar pembentukan atau pendirian Per- adilan Administrasi terdapat dalam Undang-
Undang Dasar tahun 1945 yaitu, dalam Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945
menyatakan bahwa “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna meneg- akkan hukum dan keadilan”.
Sedangkan pada ayat 2 menyatakan bahwa “Kekuasaan kehakiman dilakukan
oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konsti-
tusi.
Sebagai Pelaksanaan dari Pasal 24 Undang-Undang Dasar tersebut, maka
disusunlah Undang-Undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman. Sebagaimana tertuang pada Pasal 10 ayat 1 Undang-
Undang tersebut menyatakan bahwa kekua- saan kehakiman dilakukan oleh pengadilan
dalam lingkungan : 1. Peradilan
Umum 2. Peradilan
Agama; 3. Peradilan
Militer; 4. Peradilan Tata Usaha Negara.
30
Buletin Informasi SDPPI |
edisi sebelas 2016
Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, menyebutkan bahwa :
Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha
negara yang berdasarkan peraturan perun- dang-undangan yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan fi nal yang menim- bulkan akibat hukum bagi seseorng atau
badan hukum perdata.”
Pengertian dari unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut:
a. Penetapan tertulis, menurut penjelasan pasal tersebut istilah penetapan ter-
tulis terutama menunjuk kepada isi dan bukan kepada bentuk keputusan yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Keputusan Tata
Usaha Negara itu memang diharuskan tertulis, namun yang diisyaratkan tertulis
bukanlah bentuk formalnya seperti surat keputusan pengangkatan dan seba-
gainya;
b. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, menurut Pasal 1
angka 8 yang dimaksud dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah
Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c Berisi tindakan hukum tata usaha negara berdasarkan peraturan perundang-
undangan, menurut penjelasan Pasal 1 angka 3 yang dimaksudkan dengan Tin-
dakan hukum tata usaha negara adalah perbuatan hukum Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara yang bersumber pada ketentuan hukum tata usaha negara
yang dapat menimbulkan hak atau kewajiban pada orang lain;
d Bersifat konkret, induvidual, dan fi nal, bersifat konkret artinya objek yang dipu-
tuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak abstrak, tetapi berwujud,
bersifat individual artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak ditujukan
untuk umum, tetapi tertentu, baik alamat maupun hal yang dituju, bersifat fi nal
artinya sudah defi nitif atau sudah tidak dapat dirubah lagi dan karenanya dapat
menimbulkan akibat hukum;
e Menimbulkan akibat hukum bagi sese- orang atau badan hukum perdata. Yang
dimaksud menimbulkan akibat hukum adalah menimbulkan akibat hukum tata
usaha negara, karena penetapan ter- tulis yang dikeluarkan oleh Badan atau
Pejabat Tata Usaha yang menimbulkan akibat hukum tersebut adalah berisi tin-
dakan hukum tata usaha negara. Akibat hukum tata usaha negara tersebut dapat
berupa menguatkan suatu hubungan hukum atau keadaan hukum yang telah
ada declaratoir, menimbulkan suatu hubungan hukum atau keadaan hukum
yang baru constitutief, menolak untuk menguatkan hubungan hukum atau
keadaan hukum yang telah ada, Menolak untuk menimbulkan hubungan hukum
atau keadaan hukum yang baru.
III. Pembahasan
Pada Bab III ini membahas tentang Tugas dan Wewenang Kejaksaan, Peraturan Pres-
iden Nomor 38 tahun 2010 tentang Organ- isasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia,
Pertimbangan Hukum serta Tata Cara Pelak- sanaan Bantuan Hukum.
Tugas dan wewenang Kejaksaan di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, ter-
cantum dalam Pasal 30 ayat 2 Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia secara tegas menyatakan bahwa :
Di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, Kejaksaan dengan Kuasa Khusus
dapat bertindak baik didalam maupun diluar pengadilan untuk dan atas nama Negara
atau Pemerintah.
Berdasarkan Pasal 30 ayat 2 tersebut, kejaksaan dapat bertindak untuk dan atas
nama Negara baik diluar maupun didalam pengadilan di bidang Perdata maupun Tata
Usaha Negara berdasarkan adanya suatu Surat Kuasa Khusus, yaitu surat yang berisi
mengenai pemberian kuasa yang dilakukan hanya untuk satu kepentingan tertentu atau
lebih yang di dalamnya dijelaskan mengenai tindakan-tindakan apa saja yang harus
dilakukan oleh penerima kuasa.
Sebagaimana juga dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
tentang Adminitrasi Pemerintahan Pasal 6 ayat 2 huruf j yang menyatakan bahwa, Hak
Pejabat Pemerintah; “memperoleh bantuan hukum dalam pelaksanaan tugasnya”.
Tugas dan Kewenagan Perdata dan Tata Usaha Negara Menurut Peraturan Presiden
Nomor 38 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
Menurut Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, seba- gaimana terdapat pada Pasal 24 secara
tegas menyatakan, bahwa Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara mempunyai
tugas dan wewenang di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara. Yang ruang lingkupnya
meliputi; penegakan hukum, bantuan hukum, pertimbangan hukum dan tin-
dakan hukum lainnya, yang bertujuan untuk menyelamatkan, memulihkan kekayaan
Negara, menegakkan kewibawaan pemer- intah dan Negara, serta memberikan pelay-
anan hukum kepada masyarakat.
Ruang lingkup Tugas dan wewenang Kejakasaan di bidang Perdata dan Tata
Usaha Negara sebagaimana terdapat pada gambar di bawah ini :
Tugas dan Wewenang Kejaksaan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004
Pasal 30, menyebutkan bahwa tugas dan wewenang kejaksaan meliputi :
1. Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:
a. Melakukan penuntutan; b. Melaksanakan penetapan hakim dan
putusan pengadilan yang telah mem- peroleh kekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan Undang-
Undang; e.
Melengkapi berkas perkara tert- entu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dil- impahkan kepengadilan yang dalam
pelaksanaannya di koordinasikan dengan penyidik.
2. Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak baik didalam maupun diluar pengadilan untuk dan atas nama negara
atau pemerintah.
3. Dalam bidang ketertiban dan keten- traman umum, kejaksaan turut menye-
lenggarakan kegiatan : a. Peningkatan kesadaran hukum
masyarakat; b. Pengamanan kebijakan penegak
hukum; c. Pengawasan peredaran barang
cetakan; d .Pengawasan aliran kepercayaan