Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Deskripsi Teori

3 diharapkan mampu menggabungkan sifat sorpsi yang dimiliki oleh zeolit dan sifat fotokatalis yang dimiliki oleh material fotokatalis yang disisipkan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ada, antara lain: 1. Metode preparasi komposit CuO-zeolit alam 2. Karakterisasi komposit CuO-zeolit alam 3. Uji fotokatalis komposit CuO-zeolit alam pada fotodegradasi polutan organik 4. Sumber sinar yang digunakan pada proses fotodegradasi polutan organik

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah dalam peneltian ini antara lain: 1. Metode preparasi fotokatalis komposit CuO-zeolit alam yang digunakan adalah metode impregnasi 2. Karakterisasi fotokatalis komposit CuO-zeolit alam dianalisis menggunakan XRD, FTIR, UV-Vis Diffuse Reflectance, dan SEM- EDX 3. Uji fotokatalis komposit CuO-zeolit alam dilakukan pada fotodegradasi congo red 10ppm dengan variasi berat CuO-zeolit alam 50; 100; 150; 200; dan 250 mg dan variasi waktu penyinaran selama 5; 10; 15; 20; 25; 30; 60; 90; 120; dan 150 menit 4 4. Sumber sinar yang digunakan pada proses fotodegradasi congo red adalah sinar ultraviolet

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah karakterisasi komposit CuO-zeolit alam menggunakan XRD, FTIR,UV-Vis Diffuse Reflectance dan SEM-EDX? 2. Berapa berat CuO-zeolit alam yang optimum pada fotodegradasi zat warna congo red 10ppm di bawah sinar ultraviolet? 3. Berapa waktu optimum fotodegradasi zat warna congo red 10ppm menggunakan fotokatalis komposit CuO-zeolit alam di bawah sinar ultraviolet?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui karakterisasi CuO-zeolit alam menggunakan XRD, FTIR, UV-Vis Diffuse Reflectance dan SEM-EDX 2. Mengetahui berat CuO-zeolit alam yang optimum pada fotodegradasi zat warna congo red 10ppm di bawah sinar ultraviolet 3. Mengetahui waktu optimum fotodegradasi zat warna congo red 10ppm menggunakan fotokatalis komposit CuO-zeolit alam di bawah sinar ultraviolet

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya: 5 1. Memberikan masukan atau informasi mengenai salah satu cara dalam pengolahan limbah zat warna dengan memanfaatkan komposit CuO- zeolit alam sebagai fotokatalis 2. Memberikan informasi karakteristik komposit CuO-zeolit alam yang disintesis menggunakan metode impregnasi 3. Memberikan informasi waktu dan berat optimum pada fotodegradasi zat warna congo red 10ppm menggunakan fotokatalis komposit CuO- zeolit alam di bawah sinar ultraviolet 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Zeolit

Zeolit adalah mineral dengan struktur kristal alumina silikat yang berbentuk rangka framework tiga dimensi, mempunyai rongga dan saluran serta mengandung ion-ion logam seperti Na + , K + , Mg 2+ , Ca 2+ dan Fe 2+ serta molekul air. Zeolit mempunyai pori dan sisi aktif yang bermuatan negatif yang mengikat lemah kation penyeimbang muatan. Pemanfaatan zeolit sangat luas seperti sebagai adsorben yang mampu menyerap zat organik dan anorganik, penukar ion, dan katalis. Zeolit dikenal sebagai salah satu mineral yang memiliki sifat katalitik yang baik yang mempunyai energi celah pita 7 ev Ulrich Simon Marion E. Franke, 1999. Kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan dengan tersedianya pusat-pusat aktif dalam saluran antar zeolit. Bila zeolit digunakan pada proses katalitik maka akan terjadi difusi molekul ke dalam ruang kosong antar kristal dan reaksi kimia juga terjadi di permukaan tersebut Arief, dkk., 2012. Pada kerangka zeolit, tiap atom Al bersifat negatif dan akan dinetralkan oleh ikatan dengan kation yang mudah dipertukarkan. Kation yang mudah dipertukarkan yang ada pada kerangka zeolit ini berpengaruh dalam proses adsorpsi dan sifat-sifat thermal zeolit. Selain jenis kation, kemampuan adsorpsi zeolit juga dipengaruhi oleh perbandingan SiAl dan geometri pori-pori zeolit, termasuk luas permukaan dalam, distribusi 7 ukuran pori dan bentuk pori Laeli, M. Djaeni Aprilina Purbasari, 2011. Zeolit merupakan salah satu bahan pengemban yang baik karena memiliki struktur yang stabil, murah, tersedia dalam berbagai macam ukuran dan distribusi pori serta memiliki permukaan yang cukup luas. Logam-logam yang diembankan ke dalam zeolit akan menyebabkan luas permukaan relatif besar L. Kurnasari, 2010. Klinoptilolit adalah zeolit alami yang paling umum dan memiliki isostruktural dengan Heulandit yang ditandai dengan 4-4-1 unit bangunan sekunder membentuk sistem aluran 2-dimensi Rina, 2012. Zeolit klinoptilolite memiliki rumus kimia Na 4 K 4 A l8 Si 40 O 96 .24H 2 O dan mempunyai struktur seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur Zeolit Klinoptilolit 2. CuO TembagaIIoksida CuO merupakan kristal hitam yang diperoleh melalui pirolisis garam nitrat atau garam-garam okso lainnya. CuO terdekomposisi pada suhu diatas 800 C menjadi Cu 2 O. 8 CuO mempunyai titik leleh 1200 C. CuO merupakan oksida basa sehingga mudah larut dalam asam mineral seperti asam klorida dan asam sulfat membentuk garam-garam tembagaII. CuO mempunyai sistem kristal monoklinik Citra, 2012. Tembaga oksida CuO adalah semikonduktor tipe-p dengan energi celah pita berkisar antara 1,2-1,9 eV. CuO telah diteliti secara luas untuk berbagai aplikasi seperti konversi energi surya, baterai, sensor, semikonduktor, dan katalis. Sifat CuO yang tidak beracun dan ketersediaan yang melimpah di alam membuat CuO menguntungkan dan menjanjikan sebagai bahan untuk membuat perangkat aplikasi Senthuran, et al., 2013.

3. Fotokatalis

Reaksi fotokatalik akan melalui beberapa tahap yaitu adsorpsi sinar oleh semikonduktor sehingga menyebabkan pembentukan dan pemindahan e - dan h + , reaksi redoks, dan desorpsi polutan Lu, et al., 2011. Pada semikonduktor dikenal istilah pita konduksi dan pita valensi. Pita konduksi dan pita valensi ini memegang peranan penting dalam semikonduktor. Jarak antara pita konduksi dan pita valensi ini dinamakan energi celah pita Eg. Eg merupakan besaran energi yang diperlukan suatu elektron untuk dapat tereksitasi dari pita valensi menuju ke pita konduksi. Semakin besar Eg dari suatu senyawa atau unsur maka semakin sulit elektron untuk dapat tereksitasi karena semakin besar energi yang dibutuhkan untuk eksitasi elektron Yusni, 2009. 9 Pengaktifan semikonduktor yang disuspensikan dalam larutan berair dengan sinar yang mempunyai energi sama atau lebih besar dari energi celah pita semikonduktor akan menyebabkan elektron pada pita valensi pv tereksitasi ke pita konduksi pk. Eksitasi ini menyebabkan terbentuknya hole yang bermuatan positif pada pv h + dan elektron yang bermuatan negatif pada pk sehingga terbentuklah pasangan elektron e - dan hole h + pada permukaan semikonduktor Li Wang, 2011. Hole positif apabila berinteraksi dengan molekul yang nukleofilik maka akan terjadi reaksi oksidasi pada molekul tersebut dan membentuk radikal. Sedangkan elektron pada pita konduksi apabila berinteraksi dengan molekul yang elektrofilik maka molekul tersebut akan mengalami reaksi reduksi sehingga menghasilkan radikal Wijaya, dkk., 2006. Degradasi total polutan organik ini akan menghasilkan CO 2 , H 2 O, dan asam mineral. Salah satu fotokatalis yang sudah dikenal adalah oksida logam transisi yang memiliki struktur semikonduktor. Aktivitas fotokatalis suatu bahan semikonduktor dapat ditingkatkan melalui pengembanan. Kualitas cahaya mempengaruhi proses degradasi zat warna dalam fotokatalis. Penyinaran dengan sinar matahari pada sistem fotokatalis menghasilkan penurunan konsentrasi zat warna yang lebih tinggi daripada perlakuan dengan sinar UV maupun perlakuan dalam kondisi gelap. Hal tersebut dikarenakan sinar matahari memiliki intensitas dan panjang gelombang yang kontinyu mulai dari UV hingga tampak. Dalam kondisi gelap Arfi

4. C

digun dapa cong terak ginja ditun peng Kem diseb adala adala deng asam p, penuruna ina, Wardha Congo Red Congo re nakan. Kebe t merusak b go red yang kumulasi da al, dan sya njukkan sepe Penelitian gukuran me mudian terpe babkan adan ah 4,4-dihid ah asam 4- gan mz 160 m 4-amino na an konsentr ni Triandi ed merupak eradaan zat berbagai sp g mempuny alam tubuh araf Ward erti pada Gam Gambar n dari L. enggunakan ecah menjad nya keterliba droksil bifen -amino naft muncul yan aftalena sulf 10 rasi terjadi i, 2015. an salah sat warna cong esies makhl ai toksisitas dapat men dhana, 2004 mbar 2 r 2. Struktur . Ghomath GC-MS, di mz pada atan radikal il dan senya alena sulfon ng dimungkin fonik dengan akibat ada tu zat warn go red dalam luk hidup k s cukup tin nyebabkan g 4. Struktur Congo Red hi Devi congo red a 249, 253 hidroksil. M awa warna r nik. Selanju nkan sebaga n melepaska anya proses na tekstil ya m lingkunga karena sifat nggi. Congo gangguan fu r kimia C 2009, me memiliki , 274, dan Molekul yang radikal yang utnya 1,4-na ai turunan da an ion NH 4 + s adsorpsi ang banyak an perairan zat warna red yang ungsi hati, Congo Red enunjukkan mz 651. 186 yang g terbentuk g terbentuk aptalendiol ari senyawa + , NO 3 - dan SO 3 - bens fenol mz 4 Tabel No 1 2 3 4 5 6

5. D

radia mate diham dalam . 4,4-dihid ena. Muncu l. Kemudian 44. Daftar fr l 1. Daftar Fr mz 249 186 160 162 110 94 Difraksi Sin Kristal d asi elektrom eri, terjadi mburkan ke m satu fasa droksil bife l mz 152 ya n keduanya ragmentasi d ragmentasi C Str ar-X XRD dapat diguna magnetik. Ke interaksi d e segala ara dan saling 11 nil terfragm aitu asam 2- terfragment dari congo re Congo Red ruktur akan sebagai etika radiasi dengan elek ah. Dalam b memperkua mentasi me -formilbenzo tasi kembali ed ditunjukk N Asam naftal 4,4, d 1,4 na Asam Quino bense Fenol i kisi tiga d i elektromag ktron dalam beberapa ara at satu sama enjadi 1,4- oid dan mz i menjadi C kan pada Tab Nama interm m 4-amino, 3- lena sulfonik dihidroksi bif aftalena diol m 2-formilben ol 1,4 dihidr ena l dimensi untu gnetik mele m atom dan ah, gelomba a lain sehin -dihidroksil 94 sebagai CO 2 dengan bel 1. mediet -azo k fenil nsoid roksil uk difraksi ewati suatu n sebagian ang berada gga terjadi 12 interferensi konstruktif sedangkan sebagian tidak satu fase dan saling meniadakan sehingga terjadi interferensi destruktif. Pada umumnya XRD digunakan untuk analisa kuantitatif dan kualitatif seperti penentuan bentuk dan ukuran sel satuan kristal d, sudut, panjang ikatan, jumlah atom persatuan kristal, identifikasi atau penentuan jenis kristal, dan lain sebagainya karena pola difraksi yang dihasilkan merupakan sejenis sidik jari yang dapat dikenali Oxtoby, 2002. Sinar-X yang datang akan mengenai suatu bidang dan dipantulkan kembali seperti terlihat pada Gambar 3. Gambar 3. Difraksi Sinar-X Prinsip dari XRD adalah interaksi elektromagnetik antara sinar-X dengan elektron dalam materi untuk memberikan efek perantara dengan membandingkan ukuran struktur dan panjang gelombang radiasi. Zat padat dapat diidentifikasi dengan membandingkannya pada pola dasar difraksi standar yang umumnya digunakan adalah JCPDS Join Committee on Powder Diffraction Standar Desinta, 2015. 13

6. Scaning Electron Microscopy- Electron Dispersive X-Ray Alanyser

SEM-EDX Hasil dari pola refleksi dalam proses SEM memberikan informasi berupa topologi, morfologi, komposisi, informasi mengenai kekristalan bahan. Gambaran permukaan yang diperoleh merupakan gambaran topologi dengan semua tonjolan dan lekukan permukaan. Gambaran topologi ini diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh sampel yang dilapisi konduktor sehingga berinteraksi dengan berkas elektron yang dapat memberi informasi mengenai struktur morfologi dan jenis unsur. Sinyal yang dihasilkan ditangkap oleh detektor kemudian direkam melalui monitor sehingga diperoleh gambaran topologi permukaan sampel. Mekanisme proses dari SEM ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4. Mekanisme pembentukan Bayangan pada SEM 14 EDX menggunakan emisi spektrum sinar-X dari sampel yang ditembak dengan elektron yang terfokus untuk analisis kandungan kimianya. Analisis kualitatifnya melibatkan identifikasi pada garis spektrum dari X-Ray. Analisis kuantitatif membandingkan setiap unsur pada sampel dengan unsur yang sama pada standar kalibrasi yang telah diketahui komposisinya Goldstein, 2003. Pada dasarnya SEM-EDX merupakan pengembangan SEM. Kombinasi SEM dengan EDX Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy merupakan dua perangkat analisis yang digabungkan menjadi satu panel analitis sehingga mempermudah analisis dan lebih efisien. Analisa SEM-EDX dilakukan untuk memperoleh gambaran permukaan atau fitur material dengan resolusi sangat tinggi hingga memperoleh suatu tampilan dari permukaan sampel yang kemudian dikomputasikan dengan software untuk menganalisis komponen materialnya.

7. Spektroskopi FTIR

Instrumen FTIR menggunakan sumber radiasi dalam kisaran inframerah bilangan gelombang 4000-300 cm -1 . Radiasi dalam kisaran energi ini sesuai dengan kisaran frekuensi vibrasi rentangan stretching dan vibrasi bengkokan bending ikatan kovalen dalam kebanyakan molekul. Bila molekul menyerap radiasi inframerah, energi yang diserap menyebabkan kenaikan amplitudo vibrasi atom-atom yang saling berikatan. Panjang gelombang absorbsi oleh suatu tipe tertentu ikatan, bergantung pada jenis vibrasi ikatan tersebut. Ikatan antar atom akan 15 menyerap radiasi inframerah pada panjang gelombang berbeda. Spektrometer akan secara otomatis membaca sejumlah radiasi yang menembus sampel dengan kisaran frekuensi tertentu dan akan merekam berapa persen radiasi yang ditransmisikan. Setiap tipe ikatan akan mempunyai sifat frekuensi yang berbeda. Instrument FTIR terdiri dari sumber cahaya, monokromator, detektor, dan sistem pengolah data Sastrohamidjojo, 2001.

8. Spektrofotometer UV-Vis

Molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis karena mengandung elektron yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrofotometer UV-Vis dapat membaca transisi pada panjang gelombang antara 190-1000 nm Yusni, 2012. Berdasarkan hukum Lambert-Beer, absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi, sesuai persamaan: A= .b.C A= a.b.C dimana A adalah absorban, a adalah absoptivitas molar , b adalah tebal kuvet, dan C adalah konsentrasi Alexeyev, 1969. Material yang telah disintesis dapat diketahui besarnya energi celah pita yang dihasilkan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV- Vis Diffuse Reflectance. Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas UV-Vis yang direflektansikan oleh sampel berdasarkan persamaan reflektansi yang telah terukur: 16 R’ ∞ = Jika ketebalan lapisan material besar, maka reflektan akan menjadi R ∞, sehingga persamaan diatas dapat disusun kembali sebagai FR ∞ = dimana nilai FR ∞ adalah faktor Kubelka-Munk Wiley, 1998: 192-193. Nilai energi celah pita dapat diperoleh dari grafik hubungan antara hv eV vs F ∞hv ½ , dimana nilai hv eV diperoleh dari persamaan: Eg = hv= Energi celah pita semikonduktor adalah besarnya hv pada saat F ∞hv ½ = 0 Wiley, 1998: 192-193.

B. Penelitian yang Relevan