Preparasi CuO-zeolit alam Difraksi Sinar-X XRD

28 Zeolit kemudian dicuci menggunakan akuades sampai filtrat bebas klor yang ditandai dengan tidak terbentuk endapan putih saat penambahan AgNO 3 dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 120 o C selama 5 jam. Aktivasi menggunakan HCl bertujuan untuk membersihkan zeolit dari kation pengotor sehingga zeolit kaya akan atom H yang mudah dipertukarkan dengan kation lain dan juga mempermudah terjadinya dispersi CuO kedalam pori-pori zeolit. Aktivasi dengan asam akan menghilangkan alumina Al 2 O 3 yang tidak termasuk dalam kerangka zeolit. Kemudian dilakukan aktivasi secara fisika, yaitu dengan memanaskan zeolit secara bertahap pada suhu 300 o C selama 2 jam. Pemanasan dapat menyebabkan pori-pori pada zeolit lebih terbuka dan luas permukaannya menjadi lebih besar Nanik Dwi Nurhayati Atit Atikasari, 2015.

B. Preparasi CuO-zeolit alam

Pada penelitian ini sintesis CuO-zeolit alam dilakukan dengan metode impregnasi. CuO-zeolit alam disintesis dengan cara mendispersikan sebanyak 2,5; 5; dan 7,5 gr zeolit alam teraktivasi ke dalam 40 ml akuades dan diaduk. Kemudian ditambahkan CuSO 4 .5H 2 O masing-masing 7,5 ; 5 ; dan 2,5 gr sehingga membentuk perbandingan Zeolit Alam : CuSO 4 .5H 2 O masing-masing 1:3 ; 1:1 ; dan 3:1. Ke dalam campuran tersebut masing–masing ditambahkan 40 ml etanol p.a, kemudian diaduk dengan pengaduk magnet selama 5 jam. Etanol yanng ditambahkan akan mengikat air yang menyebabkan air tidak membasahi 29 zeolit sehingga air akan mudah dihilangkan dari zeolit. Campuran disaring dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 120 o C selama 5 jam. Setelah itu campuran dikalsinasi secara bertahap pada suhu 400 o C selama 5 jam. Hasil yang diperoleh berupa padatan berwarna coklat. Tujuan dari kalsinasi ini adalah untuk membentuk oksida CuO. CuO terbentuk pada suhu kalsinasi 400-650 o C Shrivastav, et al., 2006. Pada penelitian ini kalsinasi dilakukan pada suhu 400 o C karena dikhawatirkan suhu yang terlalu tinggi akan merusak struktur zeolit. Reaksi pembentukan oksida CuO adalah sebagai berikut: CuSO 4 .5H 2 O s CuO s + SO 3 g +H 2 O l CuO-zeolit alam yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi menggunakan XRD, FTIR, UV-Vis Difuffuse Reflectance, dan SEM-EDX.

C. Difraksi Sinar-X XRD

Hasil XRD dari zeolit alam sebelum kalsinasi menunjukkan puncak 2 θ = 9,984 o ;13,56 o ; 22,558 o ; 25,755 o dan 27,785 o . Sedangkan pada zeolit alam kalsinasi menunjukkan puncak 2 θ = pada 9,833 o ; 13,55 o ; 22,31 o ; 25,699 o dan 27,68 o . Hal ini menunjukkan bahwa pemanasan pada suhu 300 o C tidak merusak struktur zeolit. Hasil pencocokan data nilai 2 θ zeolit alam dengan data JCPDS No. 25-1349 Joint Comitte for Powder Diffraction Standard menggunakan software PCPDFWIN menunjukkan zeolit yang digunakan adalah zeolit jenis klinoptilolit dengan beberapa titik kesamaan nilai 2 θ, II , dan hkl yang ditunjukkan pada Tabel 2. 30 Tabel 2. Perbandingan 2 θ, II , dan hkl Zeolit Alam Eksperimen dan Klinoptilolit JCPDS Zeolit Alam Eksperimen JCPDS No. 25-1349 h k l 2 θ II 2 θ II 9,83 87,96 9,83 85 0 2 0 22,31 100 22,38 100 0 0 1 25,69 79,66 26,06 45 1 3 1 26,31 34,02 26,34 25 1 5 0 27,68 67,68 28,19 40 5 1 0 CuO-zeolit alam dengan perbandingan 3:1 memiliki puncak 2  21,53 o ; 25,473 o ; 27,60 o dan 35,46 o . Pada CuO-zeolit alam dengan perbandingan 1:1 memiliki puncak 2 =13,24 o ; 21,63 o ; 23,43 o ; 25,46 o ; 27,52 o ; 35,35 o dan 67,61 o . Sedangkan untuk CuO-zeolit alam dengan perbandingan 1:3 muncul puncak 2 = 9,69 o ; 13,39 o ; 21,65 o ; 25,60 o ; 27,72 o dan 35,53 o . Pola difraksi zeolit alam dan CuO-zeolit alam ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 7. Difraktogram zeolit alam CuO-zeolit alam 20 40 60 80 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 Int ensit y count s 2-tetha deg Zeolit Tanpa kalsinasi Zeolit Dengan Kalsinasi CuO-Z 3 : 1 CuO-Z 1 : 1 CuO-Z 1 : 3 CuO 31 Penelitian yang dilakukan oleh M. Nur Kholilur Rohman Dina Kartika Maharani 2014 menunjukkan puncak utama CuO berada pada 2 = 35,62 o dan 38.84 o , serta muncul juga puncak pada 2 = 48,79 o ; 58,44 o ; 61,59 o dan 72,32 o . Tunjung Wismadi 2001 dalam penelitiannya menyebutkan puncak CuO muncul pada 2 = 35,306 o ; 38,502 o ; 61,475 o dan 65,538 o . Ikram, dkk, 2013 melaporkan puncak CuO muncul pada 2 35 o ; 39 o ; 49 o ; 54 o ; 61 o ; 67 o dan 75 o . Data JCPDS No. 48-1548 puncak CuO muncul pada 2 = 35,5 o ; 38,9 o ; 48,7 o ; 58,2 o ; 61,5 o ; 65,8 o ; 66,2 o ; 67,9 o dan 68,1 o . Dari ketiga perbandingan CuO-zeolit alam memiliki kesamaan puncak CuO dengan referensi pada 2 = 35 o . Dan pada CuO-zeolit alam dengan perbandingan 1:1 memiliki kesamaan puncak CuO pada 2 = 67 o . D. Spektrofotometer Inframerah Spektrum FTIR pada Gambar 8 menunjukkan pita serapan pada daerah 3448-3457 cm -1 yang merupakan vibrasi ulur gugus O-H dari H 2 O yang diperkuat dengan adanya serapan pada 1635,64 cm -1 merupakan vibrasi tekuk gugus O-H dari molekul H 2 O. Serapan pada bilangan gelombang 1095,57 cm -1 merupakan vibrasi ulur asimetris eksternal dari O-Si-O atau O-Al-O . Sedangkan pada 794,67 cm -1 menunjukkan vibrasi ulur simetris Si-O-Al M. Nur, 2014. Pada rentang bilangan gelombang 600-400 cm -1 merupakan daerah serapan vibrasi ulur oksida logam Nakamoto, K., 1997. Muncul puncak 586,36 cm -1 yang menunjukkan Cu-O stretching. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yusni Nurdani 2009. Serapan yang 32 muncul dari Zeolit Alam kalsinasi maupun CuO-zeolit alam sama, namun intensitas serapan pada CuO-zeolit alam lebih tinggi dibanding zeolit alam kalsinasi yang menunjukkan ikatan yang muncul semakin kuat. Spektra dari zeolit alam dan CuO-zeolit alam tersaji pada Gambar 8

E. Spektroskopi UV-Vis Diffuse Reflectance