Apa faktor pendukung diterapkanya pembinaan akhlak ini?
                                                                                luar  sekolah.  Dan  tidak  hanya  itu,  bagi  kami  dengan  di  adakannya  pembinaan akhlak  ini  setidaknya  dapat  menepis  anggapan  sebagian  masyarakat  yang
mengganggap bahwa siswa-siswi SMK biasanya akhlaknya kurang baik, sehingga dengan  adanya  pembinaan  akhlak  ini,  dapat  menghapus  anggapan  masyarakat
semacam tersebut.
6. Apakah ada hambatan yang bapakibu temukan dalam pembinaan akhlak ini?dan
bagaimana solusinya?
 Hambatan pasti ada, tentunya hambatan yang kami temui di sini adalah masalah
waktu, sebab waktu untuk ketemu di sekolah hanyalah 7 jam dan tidak seimbang dengan waktu yang siswa-siswi gunakan di luar jam sekolah. Sehingga kami tidak
bisa memantau secara penuh akhlakperilaku yang siswa-siswi lakukan di luar jam sekolah. Bagi kami hambatan yang membuat kami sedikit susah dalam pembinaan
akhlak  ini  adalah  tentunya  hambatan  dari  lingkuan  siswa-siswi  tinggal,  dimana lingkungan  kadang-kadang  secara  tidak  langsung  bisa  mempengaruhi  seorang
siswa untuk berakhlak yang kurang terpuji. Dan hambatan yang terakhir ialah dari media,  baik  dari  media  televisi  maupun  internet,  dimana  secara  tidak  langsung
media  televisi  ataupun  internet  bisa  mempengaruhi  perilaku  seorang  siswa-siswi untuk berakhlak yang baik ataupun akhlak yang tidak baik.
7. Metode  apa yang digunakan guru agama dalam pembinaan akhlak kepada siswa?
 Metoda yang kami gunakan ada 2 yaitu sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah dan para dewan guru memberi teladan yang baik
kepada siswa-siswinya. Sehingga diharapkan dengan itu para siswa dapat dengan mudah untuk meneladaninya.
2. Jika terdapat siswa-siswi yang akhlaknya kurang baik maka akan
kami  beri  sanksi  sesuai  dengan  tingkat  akhlakperilaku  yang  dia lakukan.
3. Apabila  dalam  pembinaan  akhlak  ini  masih  saja  terdapat  siswa-
siswi yang akhlaknya masih belum bisa menjadi baik atau bahkan bertambah  menjadi  bandel,  sehingga  para  dewan  guru  yang
bersangkutan  tidak  lagi  mampu  menanganinya,  maka  terpaksa kami kirim siswa-siswi tersebut ke salah satu pesantren yang sudah
bekerja  sama  dengan  kami,  sehingga  di  Pesantren  tersebut  siswa- siswi yang akhlaknya kurang baik akan dibina oleh para ustad yang
ada di pesantern tersebut, dan tentunya di psantren itu pula siswa- siswi yang akhlaknya kurang baik akan diberi banyak pembekalan
tentang agama dan akhlak.
                