M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUCING DAN MITOLOGI
2. 1.
Kucing di Jepang
Kucing Felis Silvestris-Catus adalah sejenis hewan karnivora, pemakan daging. Kata “kucing” biasanya merujuk kepada “kucing” yang telah dijinakkan dan dipelihara di
rumah-rumah. Tetapi bisa juga merujuk kapada “kucing Raksasa” seperti singa, harimau, macan dan sebagainya.
Penelusuran terhadap leluhur kucing telah mengantarkan para peneliti pada sejenis kucing liar yang kerabat dekatnya masih berkeliaran di gurun terpencil Timur
Tengah saat ini. Adapun perubahan kucing dari hewan pemangsa ganas menjadi binatang peliharaan lucu, menurut analisa genetis, perubahaan itu diduga terjadi sekitar 10.000
tahun lalu. Pada saat itu manusia mulai bercocok tanam. Maksudnya, kucing pertama yang bersahabat dengan manusia kemungkinan besar berperan sebagai pemburu tikus
yang sering mengganggu biji-bijian yang disimpan manusia. Itulah awal mula dari sejarah alam terjadinya hubungan manusia dengan kucing. Stephen O’Brien 1987:43
mengatakan, kucing mulai disenangi manusia karena kucing membantu manusia dalam bidang pertanian.
Sampai sekarang para peneliti mengetahui sedikit saja tentang hubungan genetis antara berbagai jenis kucing, termasuk antara kucing liar dan kucing rumahan. Salah satu
penyebabnya adalah karena kucing rumahan seringkali kawin dengan kucing liar. Sehingga sulit bagi peneliti untuk membedakan antara kucing campuran rumahan dan liar
dengan kucing yang benar-benar liar.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
Perbedaan utama antara kucing rumahan dan kucing liar adalah perilaku mereka. Kucing rumahan hidup berkelompok dan pada umumnya tidak takut manusia. Karena
analisa perilaku terhadap kelompok-kelompok kucing nyaris mustahil dilakukan, maka tim peneliti internasional menyelidiki dari sisi genetisnya. Carlos Driscoll dari National
Cancer Institute dan rekan-rekannya menganalisa materi genetis dari hampir 1000 ekor kucing, termasuk kucing-kucing rumahan dan jenis subspesies kucing-kucing liar, seperti
kucing liar Eropa, kucing liar Timur Dekat, kucing liar Asia Tengah, kucing liar Afrika Selatan, dan kucing gurun China.
Mereka menemukan bahwa masing-masing kelompok mewakili sebuah subspesies kucing liar yang disebut Felis silvestris. Sedangkan DNA dari kucing rumahan
cocok dengan DNA milik subspesies kucing liar Timur Dekat, Felis silvestris lybica, yang hidup di gurun-gurun terpencil Israel dan Arab Saudi.
Adapun kucing-kucing itu, baik yang rumahan maupun yang liar berasal dari satu leluhur yang sama. Leluhur yang menurunkan mereka muncul lebih awal dari dugaan
semula, yakni sekitar 130.000 tahun lalu. Namun, menurut perkiraan, keturunan dari leluhur kucing tersebut mungkin mengambil dua jalan berbeda saat menyebar dari Timur
Tengah. Satu kelompok melalui Mesir, sedangkan kelompok lain berjalan dari
Mesopotamia ke India, lalu ke China dan kemudian sampai ke Jepang. Mengenai kapan kucing rumahan muncul dari perjalanan tersebut belum ada yang bisa mengetahuinya
dengan pasti. Untuk memecahkan teka-teki tersebut, para ilmuwan meneliti catatan sejarah dan hasil temuan arkeologi. Sebagai contoh, lukisan di makam-makam Mesir
menunjukkan bahwa sekitar 3.600 tahun lalu kucing rumahan telah hidup di Mesir.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
Sementara itu tempat pemakaman yang berisi seekor kucing dan manusia berusia sekitar 9.500 tahun lalu baru-baru ini ditemukan di Cyprus.
Ras-ras kucing ada banyak, seperti ras Persia, Siamese, Norwegian Forest Cat, Abyssinian, Angora, Sphynx, Birma dan masih banyak lagi. Karakter dan jenis ras-ras
kucing ini pun jelas berbeda. Nama ras-ras kucing ini dibuat sesuai dengan nama Negara kucing itu berada.
Di Jepang ras kucing yang terkenal adalah jenis ras Japanese Bobtail. Japanese Bobtail adalah salah satu ras kucing yang terbentuk secara alamiah. Sesuai namanya, ras
kucing dengan ekor pendek bobtail ini berasal dari Jepang. Ras kucing ini telah ada selama beberapa abad. Kucing-kucing ini banyak disebutkan dan digambarkan dalam
berbagai dokumen kuno yang berasal dari Jepang. Berbagai cerita, legenda dan mitos berhubungan dengan ras ini banyak sekali.
Salah satu wujud ras ini yang terkenal adalah “Maneki Neko”. Digambarkan sebagai kucing Japanese Bobtail yang sedang duduk dengan salah satu kaki depan terangkat. Pose
ini sangat terkenal, karena merupakan lambang “keberuntungan” dan “selamat dating”. Patung kucing atau boneka dengan posisi tersebut, bahkan dengan tangan yang bergerak
seolah melambaika-lambai banyak ditemukan ditoko-toko mengisyaratkan untuk memanggil para pelanggan.
Asal kucing bobtail ini pertama kali dibawa ke Jepang berasal dari Asia tenggara, sekitar 1000 tahun yang lalu. Kucing-kucing ini digunakan oleh para petani dan pembuat
sutera dari Jepang untuk menjaga pertanian mereka dari serangan hama tikus dan hewan pengerat lainnya.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
Ketertarikan orang terhadap kucing ini sebagai satu ras tersendiri dimulai setelah parang dunia II. Orang-orang Amerika yang tinggal di Jepang banyak memelihara kucing
bobtail ini sebagai hewan kesayangan dirumah mereka. Sepasang kucing Japanese bobtail yang tercatat dalam program pengembangbiakkan pada tahun 1968 adalah kucing jantan
warna putih bernama Rchard dan betina tiga warna bernama Madame Butterfly. Pada tahuh 1971, Japanese Bobtail mendapat status provisi dari Cat Fanciers Association
CFA, setelah itu pada tahun 1976 bisa dikompetisikan dalam suatu cat show. Ras ini juga mempunyai versi bulu panjang longhair. Versi longhair Japanese Bobtail baru
mendapatkan persetujuan untuk kompetisi dari CFA pada tahun 1993.httwikipedia About The Cat
Karakteristik jenis ras Japanese bobtail sangat unik. Kucing ini berukuran medium dan badan berotot. Ciri khas ras ini adalah ekornya yang pendek seperti ekor
kelinci dan sudut-sudut wajah kaku serta tulang pipi menonjol. Telinga lebar, mata berbentuk oval dan hidung lurus. Ekor kucing Japanese Bobtail bisa melingkar atau
bengkok. Ekornya bisa fleksibel tapi ada juga yang kaku. Faktor genetik yang mempengaruhi ekor Japanese bobtail berbeda dengan yang mempengaruhi ekor pada
kucing manx. Para ahli menyatakan bobtail bersifat gen resesif. Artinya, bobtail hanya bisa dihasilkan dari perkawinan dua kucing bobtail.
Temperamen Japanese bobtail termasuk kucing yang aktif dan cerdas. Kucing ini sangat suka berada disekitar pemiliknya dan mudah beradaptasi dengan anak-anak atau
hewan lain. Ras ini juga mempunyai versi bulu panjang sei longhair. Baik bulu pendek atau
panjang, kucing ini mempunyai tekstur yang halus dan tidak memerlukan penyisiran
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
setiap hari. Kucing ini juga mempunyai warna dan pola warna yang bermacam-macam. Yang sering ditemui adalah tiga warna tri-color. Warna ini dipercaya merupakan warna
keberuntungan dan mengimfirasikan lahirnya boneka “maneki neko”. Sebab boneka ini disimbolkan sebagai boneka pembawa keberuntungan.
2. 2. Simbol-Simbol Kucing Dalam Kepercayaan Jepang
Selama ini kucing masih menjadi hewan yang misterius. Mitos yang beredar luas dimasyarakat menempatkan kucing adalah hewan yang keramat dan harus diperlakukan
istimewa. Begitu juga bagi masyarakat Jepang, kucing selalu dijadikan sebagai hewan teristimewa dalam kehidupan mereka. Katanya dahulu orang Jepang lebih suka
memelihara kucing dari pada anjing. Para kaisar yang pernah menduduki kerajaan negeri tirai bambu itu pun, katanya selalu memelihara kucing. Ini dikarenakan adanya mitos
turun-temurun yang menyatakan bahwa kucing adalah hewan kesayangan Dewa Amaterasu, yaitu dewa matahari. Masyarakat Jepang mempercayai, kucing jelmaan dewa
sering turun ke dunia manusia untuk mengamati kehidupaan para manusia dan melaporkan segala yang dilihatnya itu kepada para dewa. Jika ia menemukan orang yang
berhati mulia namun sangat miskin, ia akan melaporkan kepada dewa kemakmuran agar orang baik tersebut diberi rahmat berupa rejeki. Oleh karena itu orang Jepang
berkeyakinan kucing sebagai simbol perantara antara manusia dengan para dewa. Kemisterian kucing masih terlihat dengan selalu menghiasi film atau cerita horor.
Kalau di Jepang banyak film-film yang menceritakan tokoh utama kucing sebagai hewan pemberani, ajaib, dan selalu membantu orang. Seperti Doraemon, kokochan, koro-koro,
pokemon dan lain sebagainya.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
Dibeberapa primbon atau buku pusaka diungkapkan beberapa mister tetang kucing, terutama yang berhubungan dengan kesejahteran bagi yang memeliharanya.
Walaupun ini tidak layak dianggap sebagai keyakinan, tetapi kebanyakan orang telah mempraktekkan dan merasakan hal yang baik dengan memeliharanya.
Berikut ini adalah tanda-tanda kucing yang baik dan yang tidak baik bagi yang memeliharanya;
1. Berbulu putih dan pada bagian dada sampai punggung ada warna hitam namanya Sanggabuana, ini tidak baik, yang memelihara selalu menderita sakit.
2. Berbulu hitam mulus dan panjang ekornya, namanya; Putraka Jantaka, berwatak selalu menumpahkan darah si pemelihara, sering memperoleh kematian dan kesusaha
yang bermacam-macam. 3. Berbulu kembang asem, panjang ekornya bundle, namanya; Bramapati, ini tidak
baik, yang memelihara sering kehilangan dan boros. 4. Kucing yang berbulu apa saja, tetapi jika bagian kepala, dada, dan punggungnya
terdapat usar-usar, namanya; Candramawat, ini amat baik, yang memeliharanya akan memperoleh keuntungan serta kemulian. Kucing jenis seperti inilah yang diyakin orang
Jepang sebagai simbol kemakmuran dan keuntung. Sekarang yang dikenal dengan nama “maneki neko” baik dibuat dalam bentuk boneka, celengan, atau ornamen lainnya.
5. Kucing yang bisu, berwarna apa saja, namanya; Wisnutaga, ini baik, yang memeliharanya akan tercapai apa yang diinginka dan mendapat keselamatan.
6. Kucing yang ke empat kakinya berwarna hitam, namanya; Witanaba, ini baik, yang memeliharnya akan memperoleh keselamatan.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
7. Kucing yang telapak dapat sampai ke kepala, namanya; Kusumawaibawa, ini baik, yang memeliharanya akan banyak memperoleh rejeki.
8. Kucing yang berwarna hitam, lambung kiri tembong putih, namanya; Wulantumanggal, ini baik, yang memeliharanya akan mendapat apa yang diinginkan dan memperoleh
keselamatan. 9. Putih warnanya, kepala sampai dada hitam, namanya; Janggamenku, ini baik, bagi si
pemeliharanya akan memperoleh banyak keuntungan dan memperoleh keselamatan.htt:en wikipedia.orgwikikucing
Sifat dan gelagat kucing memiliki arti tersendiri bagi pemeliharanya,contohnya seperti di bawah ini:
a. Jika kucing memandang tidak berkedip pada tuanya, pertanda akan memperoleh rejeki
b. Jika duduk tidak bergerak di depan tuanya, pertanda akan memperoleh anugerah c. Jika kucing tidur di atas ikat kepala, topi, atau baju tuannya, pertanda akan
memperoleh uang yang halal d. Jika kucing betah di sudut rumah, selalu diam di sudut rumah pertanda akan
memperoleh uang yang banyak e. Jika kucing bergulung-gulung di depan tuannya pertanda tidak baik mendapat
fitnah f. Jika kucing menunjukan kukunya kepada tuannya, pertanda tuannya di incar
penjahat Orang Jepang sangat mengagungkan kucing. Orang Jepang tidak akan
memperlakukan jenazah kucing mereka dengan sembarangan. Sampai sekarang tradisi ini
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
masih tetap berlaku bagi orang Jepang. Mereka akan menguburkan jenazah kucing itu di pemakaman khusus hewan seperti layaknya pemakaman manusia. Mereka memasang
dupa di kuburan kucingnya dan mendoakan supaya arwah sang kucing diterima di kerajaan Dewa. Diyakini imbal-imbalnya, arwah sang kucing akan melaporkan perlakuan
baik yang diterimanya selama berada di bawah asuhan majikannya kepada Dewa dan Dewa akan memberkati manusia yang menjadi majikannya tersebut.
Dahulu awal kucing di sayang dan di puji manusia karena kucing membantu para petani mengusir tikus agar tidak memakan dan merusak tanaman. Inilah yang membuat
orang Jepang begitu terkesan terhadap kucing karena dapat membantu mereka dalam bidang pertanian. Sehingga kucing dijadikan sebagai simbol penolong bagi mereka dan
sebagai simbol kemakmuran apabila tanaman padi mereka berhasil karena dijaga oleh kucing dari tikus dan hewan pengerat lainya.
Selain itu, di Jepang banyak pribahasa dan ungkapan bahasa Jepang yang menggunakan kata “kucing” Neko di dalamnya. Misalnya, ungkapan “nekojita” artinya
“lidah kucing” untuk menjuluki orang yang tidak bisa makan makanan panas karena lidahnya sensitif. Kemudian “karate kita neko” artinya “kucing pinjaman”, “neko
kawaigari suru” artinya “sangat memanjakan kucing”, “neko ni koban” artinya “memberi uang emas kepada kucing” dan masih banyak lagi.
2. 3. Mitologi Kucing Di Jepang
Mitologi asal katanya adalah mitos. Kata mitos berasal dari kata Yunani yaitu muthos yang secara harfiah diartikan sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan
seseorang, suatu pernyataan, sebuah cerita, ataupun alur suatu drama Dhavamony
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
2001:147. Sedangkan ilmu yang mempelajari mitos disebut mythology. Kata mythology dalam bahasa Inggris menunjukkan pengertian, baik sebagai studi atas mitos atau isi
mitos, maupun bagian tertentu dari sebuah mitos. Kata mitos kalau dilihat dari bahasa Inggris myth yang artinya adalah dongeng atau cerita yang dibuat-buat.
Istilah mitologi telah dipakai sejak abad 15, yang artinya ilmu yang menjelaskan tentang mitos. Di masa sekarang, mitologi menurut kamus besar bahasa Indonesia 1997
adalah ilmu tentang sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus di suatu kebudayaan. Menurut pakarnya, mitos tidak
boleh disamakan dengan fable, legenda, cerita rakyat, dongeng, anekdot atau kisah fiksi. Mitos dan agama juga berbeda, namun menutupi beberapa aspek.
Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, perualangan para dewa, kisah percintaan mereka
dan sebagainya. Mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan
oleh proses adaptasi karena perubahan jaman. Seperti cerita prosa rakyat di dunia, cerita prosa di Jepang juga mengadung tipe
cerita tale type dan motif cerita tale motif yang universal Danandjaja, 1997:70. Begitu jugalah dengan Negara Jepang, mereka memiliki banyak cerita mitos, baik itu
mengenai penciptaan dunia ini, para dewa-dewa, binatang, makhluk ajai, dan lain sebagainya.
Menurut Danandjaja, 1997:70 istilah bahasa Jepang untuk mite mitos adalah shinwa yang berarti “kisah mengenai para dewa”. Mite Jepang merupakan gabungan
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
tema-tema pribumi dan yang berasal dari daratan Asia Timur, dan dipengaruhi oleh ajaran Budhisme dan Taoisme.
Pada umumnya bahan untuk menyusun mitologi Jepang bersumber pada dua sumber tertulis, yaitu Kojiki berasal dari 712 M dan merupakan catatan mengenai hal-hal
kunol, dan Nihon Shoki 720 M; merupakan chronicle Jepang dan juga dikenal dengan nama Nihongi
Foklor sekarang disebut mitologi Jepang, hampir seluruhnya berdasarkan cerita yang terdapat dalam Kojiki, Nihonshoki dan Fudoki dari berbagai propinsi di Jepang.
Dalam kata lain, mitologi Jepang sebagian besar berkisar pada berbagai kami penghuni Takammonohara Takamahara, atau Takamagahara, dan hanya sedikit sumber literature
tertulis yang dapat dijadikan rujukan.Crownia 2003:1 Di zaman kuno Jepang, setiap daerah diperkirakan memiliki sejenis kepercayaan
dalam berbagai bentuk folklor. Bersamaan dengan meluasnya kekuasaan kekaisaran Yamato, berbagai macam kepercayaan diadaptasi menjadi Kumitsugami atau “dewa yang
dipuja” yang bentuknya menjadi hampir seragam, dan semuanya dikumpulkan ke dalam “mitologi Takamanohara”. Sementara itu, wilayah dan penduduk yang sampai di abad
berikutnya tidak dikuasai kekaisaran Yamato atau pemerintahan pusat Jepang yang lain. Seperti suku Ainu dan orang kepulauan Ryukyu masing-masing juga memiliki mitologi
sendiri. Mitologi Jepang membedakan dua kategori dewa; pertama para dewa yang
berasal dari langit amatsu-kami dan kedua para dewa pribumi atau lokal kunitsu-kami. Beberapa mite mengisahkan para dewa dari langit yang turun ke bumi Jepang untuk
menjajah atau mengusai para dewa pribumi. Bukan hanya untuk menguasai para dewa,
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
terkadang para dewa turun ke bumi untuk melihat tingkah laku menusia dan membantu manusia. Para dewa bisanya turun dalam bentuk binatang seperti kucing dan lain
sebagainya. Para dewa yang turun dalam bentuk seokor kucing, mereka melihat sifat dan tingkah laku manusia. Karena kucing hewan peliharaan, maka barangsiapa yang
menyayai kucing dan memeliharan dengan baik, maka kucing tarsebut akan melaporkan perbuatan baik tersebut kepada dewa tertinggi Amaterasu dewa matahari. Sebagai
imbalannya, orang tersebut akan mendapatkan kebahagian dan keberuntungan. Menurut Fabelwesen 1996, makhluk dalam legenda dan mitos banyak sekali, makhluk
dalam legenda merupakan makhluk mitologi dan hidup dalam cerita rakyat yang sering dikenal sebagai “makhluk ajaib” dalam buku-buku sejarah. Beberapa makhluk, seperti
naga dan Griffin, memiliki asal muasal dalam mitologi tradisional mereka, dan dipercaya merupakan makhluk yang benar-benar ada. Beberapa diantaranya berdasarkan kenyataan
yang mungkin faktanya diputarbalikan oleh kisah para pengembara, seperti “sayuran beranak dari Tartaria”. Ada juga kisah Unicorn, mungkin muncul dari cerita tentang
badak yang diputarbalikkan kenyataanya. Sebaliknya, beberapa makhluk yang keberadaanya hanya dituturkan dari mulut ke
mulut, kini dicari-cari dan ditentukan sebagai makhluk yang benar-benar ada seperti; cumi-cumi raksasa. Di Afrika, pengduduk Kongo bercerita kepada para pelancong atau
turis asal Eropa tentang keberadaan binatang yang wujudnya seperti perpaduan antara zebra dan jerapah. Ketika para turis menganggap behwa itu hanya cerita rakyat, namun
pada tahun 1901, seorang peneliti yang bernama Sir Harry Johnston menemukan sebuah kulit binatang sebagai bukti keberadaan makhluk tersebut, yang kini disebut Okapi.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
Di Jepang, mitologi tentang binatang banyak sekali seperti, ajing, rubah, burung, kucing dan lain-lain. Berikut ini penulis akan menceritakan mitologi tentang kucing yang
bernama Nekomata di Jepang. Nekomata adalah sebuah makhluk dari cerita mitologi Jepang, dipercaya sebagai
sebuah metamorfosis dari kucing peliharan. Ia berasal dari hutan kematian di utara Hokkaido dan konon pertama kali ditemukan di hutan iblis Hokkaido, ia berasal dari
hutan kematian berbeda dengan hutan iblis di utara Hokkaido. Bentuknya berupa monster kucing hitam raksasa, yang terkadang ditampilkan dengan dua sayap malaikat
berwarna hitam yang besar. Dia adalah peliharan dewa kematian. Nekomata hidup dari memakan mayat dan jiwa-jiwa orang mati.
Legenda mengatakan, awalnya Nekomata hanyalah seekor kucing peliharaan yang sering disiksa pemiliknya. Setelah si kucing mencapai umur sepuluh tahun, secara
perlahan buntutnya akan terbelah menjadi dua bagian, bersamaan dengan meningkatnya kekuatan nujum shamanism dan sihir necromancy si kucing. Beberapa orang yang
mempercayai ini biasanya memotong ekor kucing mereka karena takut berubah menjadi monster.
Nekomata memiliki berbagai macam ilmu sihir dan nujum, tetapi yang paling umum digunakan ialah membangkitkan orang mati dengan kehendaknya. Nekomata
dikatakan dapat menciptakan dan mengontrol kematian dengan menggerakan buntutnya atau dengan gerakan kaki depanya. Nekomata memakan orang yang dibencinya, apabila
pemiliknya lebih kejam, maka si kucing akan menjadi lebih sadis. Nekomata tidak akan pernah melupakan siksaan oleh seseorang dan akan manyimpan dendam selamanya pada
orang tersebut. Bila orang itu sudah mati, maka kerabatnya akan didatangi oleh Nekomata
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
dan dihantui terus menerus. Cara menenangkannya ialah memberikan penghormatan, permohonan maaf dan makanan.
Beberapa cerita rakyat Jepang juga mengatakan bahwa Nekomata dapat merubah bentuk tubuhnya menjadi manusia, bagaimanapun, tidak seperti kebanyakan Nekomusune,
Nekomata betina cenderung terlihat sebagai wanita tua, memiliki kepribadian buruk, dan selalu menebarkan aroma menyeramkan disekitarnya, yang jika dihirup dalam jangka
waktu tertentu akan menyebabkan panyakit dan wabah.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
BAB III KARAKTERISTIK DAN MITOS “MANEKI NEKO” DI JEPANG