M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
Dengan demekian dapat disimpulkan bahwa, pembuatan Maneki Neko yang beraneka warna, setiap warna memiliki arti dan makna tersendiri. Oleh karena itu bagi
pembelinya, mereka membeli sesuia dengan harapan mereka, yang mereka harap dari Maneki Neko.
3.2.3 Ornamen “Maneki Neko”
Maneki Neko dianggap sebagai benda pembawa keberuntungan. Orang Jepang banyak yang membelinya di tahun baru agar tahun tersebut menjadi tahun keberuntungan.
Di beberapa daerah di Jepang, Maneki Neko banyak dijual bersama kumade dikios-kios pasar kaget di sekitar kuil Shinto. Toko khusus yang menjual Maneki Neko dalam
berbagai ukuran sering dijumpai di kota dengan tradisi dagang yang kuat. Pinggiran kota Takasaki di prefektur Gunma terkenal sebagai pusat produksi
Maneki Neko yang dibuat bersama-sama dengan Daruma. Teknik produksi yang paling banyak dipakai adalah Hariko rangka kayu yang ditempel dengan Washi.
Pada umumnya Maneki Neko terbuat dari bahan porcelain, kramik, dan plastik. Ukuran pembuatan Maneki Neko bermacam-macam 3-10 inci ada yang kecil,
berukuran sedang, bulat dan lain-lain. Posisi Maneki Neko selalu dibuat seperti kucing sedang duduk, tetapi ada juga yang berdiri. Selain itu Maneki Neko juga ada yang dibuat
dengan karakter enam ekor anak. Seperti induk kucing dengan enam ekor anaknya. Ada juga yang dibuat dengan dua ekor anak dan tiga ekor kucing bersaudara. Akhir-akhir ini
ada juga dibuat dalam bentuk oval, dibuat sebagai mainan kalung yang bergabarkan Maneki Neko sebagai simbol keberuntungan.
M. Mubarak Hasibuan : “Maneki Neko” Dalam Pandangan Jepang Nihon No Siso Kara Miru “Maneki Neko”, 2009. USU Repository © 2009
Maneki Neko biasanya mempunyai beberapa tambahan ornament di lehernya. Bisa berupa kalung lengkap dengan lonceng kecil atau juga kain yang diikatkan di leher
scarf. Ornamen yang paling populer adalah kalung berwarna merah yang terbuat dari hichirimen bunga merah lengkap dengan lonceng kecil. Ada juga kain yang berwarna
biru. Selain itu ada juga Maneki Neko yang dibuat sedang memakai kimono, seperti layaknya orang Jepang. Dekorasi ini adalah tiruan dari apa yang biasanya dipakai oleh
kucing-kucing yang dipelihara oleh keluarga bangsawan pada zaman Edo. Kain yang diikatkan di leher berhubungan dengan fungsinya sebagai pelindung.
Dekorasi yang mirip juga terdapat pada patung Bodhistwa Jizo, pelindung yang sering ditemukan di gerbang kuil atau tempat pemakaman.
Maneki Neko kadang-kadang digambarkan sedang memegang koin yang disebut Koban. Koban adalah uang yang dipakai pada zaman Edo. Koban ini biasanya di tulis
dengan huruf kanji 債 浸 仁 10 juta, uang lama. Figur ini dipercaya membawa keberuntungan dan kemakmuran, sehingga sering digunakan sebagai celengan coin
bank. Dengan demikian ornamen yang terdapat pada Maneki Neko mencontoh bentuk
asli dari kucing yang dipelihara oleh para bangsawa di zama Edo, seperti lonceng kecil atau kain yang diikat di leher scarf dan juga uang loga koban yang digunakan pada
zaman Edo. Selain itu sebagai palaris untuk penjualan Maneki Neko, ada juga yang di buat dalam bentuk induk kucing dengan enam ekor anaknya, tiga ekor kucing bersaudara,
mainan kalung dan Maneki Neko yang sedang memakai kimono.
3.3. Nilai Mitos “Maneki Neko”