Pengaruh Keputusan Pansus Century Terhadap Koalisi Partai Demokrat Dan PKS

(1)

PENGARUH KEPUTUSAN PANSUS CENTURY TERHADAP KOALISI PARTAI DEMOKRAT DAN PKS

Disusun Oleh : ARIS PRATOMO

040906031

Dosen Pembimbing : Indra Kesuma, M.Si Dosen Pembaca : Warjio S.S MA

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ARIS PRATOMO (040906031)

PENGARUH KEPUTUSAN PANSUS CENTURY

TERHADAP KOALISI PARTAI DEMOKRAT DAN PKS

Rincian isi skripsi : 72 halaman, 3 gambar, 14 buku, 21 situs internet

Abstrak

Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang analisis keputusan Pansus Bank Century terhadap kelanjutan koalisi partai Demokrat dengan Partai Keadlian Sejahtera (PKS). Kasus bank Century ini menarik perhatian publik dan banyak pejabat pemerintahan yang terliHasil Voting Kasus Bank Century, Kasus Bank Century di Mata Publik, Koalisi Partai Demokrat Dalam Pansus Century, Pandangan Fraksi terkait Kasus Bank Century, Kelanjutan Koalisi antara Demokrat dan PKS. Dengan melihat analisis tersebut maka penelitian ini akan menjawab bagaimana pengaruh keputusan Pansus bank Century terhadap kelanjutan koalisipartai Demokrat dengan PKS.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori koalisi, dan penjelasan tentang partai politik

Potensi untuk mengeluarkan PKS dari koalisi partai Demokrat kecil kemungkinan terjadi. Karena , sikap politik PKS terkait kasus Bank Century memiliki common sense dengan masyarakat luas. Isu yang juga berkembang di tubuh Demokrat adalah Partai Demokrat ingin menarik PDI-P dan Gerindra menjadi patner koalisi. Namun apabila Presiden SBY memilih untuk mengikat janji dengan PDI Perjuangan dan Gerindra sebagai pengganti PKS, tetap saja tidak ada jaminan bahwa dua parpol ini pun bisa seiring-sejalan dengan SBY dan Demokrat


(3)

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Keputusan Pansus Century

Terhadap Koalisi Partai Demokrat dan PKS”

Dalam skripsi ini diuraikan bahwa telah berkembang isu di Partai Demokrat akan mengeluarkan partai yang tidak sejalan dengan pilihan voting Pansus Century, dimana partai Demokrat, PKB dan PAN telah memilih opsi A yang berisi sejumlah kesimpulan yakni munculnya permasalahan bank Century akibat dari merger/akuisi Bank Pikko, Bank CIC dan Bank Danpac, Namun salah satu partai koalisi Demokrat yaitu PKS tidak memilh opsi A melainkan memilih opsi C yang berisi kesimpulan yang lebih tegas, Patut diduga terjadi penyimpangan dalam proses pengambilan kebijakan oleh otoritas moneter dan fiskal yang diikuti banyak penyalahgunaan mulai dari akuisisi merger, pemberian FPJP, PMS hingga tahap aliran dana. penyalahgunaan ini mengikutsertakan pemilik saham dan manajemen Bank Century. Namun setelah diteliti perbedaan pendapat itu tidak akan menyebabkan perpecahan koalisi antara Demokrat dan PKS.

Skripsi ini diajukan guna melengkapi syarat dalam menyelesaikan gelar Sarjana Sosial jenjang pendidikan strata satu program studi ilmu politik pada fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini sulit untuk dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusinya baik material maupun spiritual khususnya kepada :

1. Mamak, Bapak dan Adik tercinta yang tanpa henti memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi dan memberikan semangat baik itu spiritual, moril dan materil.

2. Bang Indra Kesuma Nst. M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan dan penulisan skripsi.

3. Bang Warjio. S.S, MA selaku dosen pembaca yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan dan penulisan skripsi.

4. Bang Faisal selaku dosen dan abang yang meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi.

5. Sahabat karibku Andri Ansari dan Harry Perdana yang dari awal mensupport penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Tanpa kalian dua yang nyuruh aku untuk nyiapin skripsi, mungkin skripsi ini takkan siap. 6. Sohibku Dana Permana, yang sudah merelakan waktunya untuk berdiskusi


(4)

7. Kepada selutuh temen-temenku di jurusan ilmu politik, khususnya kepada : Bang Didi dan bang Hendra yang sudah banyak membantu diadministrasi, bang Fauzan dan Fuad Hasan yang sudah mensupport pengerjaan skripsi, bang Idan yang banyak bantuin pada masalah-masalah operasional , Rizki Jansen, Bimbi, Ika Kecik yang sudah meminjamkan buku-buku politik,

8. Kepada selutuh temen-temen ilmu politik 04, antara lain : Amel, Icut, Fera, Heni, Rahmat Dongoran, Sayuti, Bembeng, Ilham, Arifin, Serta, Sastri, Medrow, Icha, Cahaya,

9. Seluruh pengurus Fosma Kampunk 165 yang sudah mengizinkan saya untuk cuti sementara dari kepengurusan, khususnya kepada Roni Aprizal, Padlian, Santi, Ulfi dan Aznelia.

10.Seluruh siswa NIIT DTE USU yang juga sudah mensupport untuk segera menyelesaikan skripsi

11.Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung secara langsung maupun tak langsung dalam penulisan skripsi ini

Semoga Allah SWT memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata , penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak serta menambah wacana pemikiran bagi kita semua.

Medan, 13 April 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Abstrak ... 1

Kata Pengantar ... 2

DAFTAR ISI ... 4

BAB I ... 6

PENDAHULUAN ... 6

1.1 Latar Belakang ... 6

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Kerangka Teori ... 9

1.5.1. Koalisi ... 9

1.5.2. Partai Politik ... 17

1.6 Metodologi Penelitian ... 20

1.6.1 Jenis Penelitian ... 20

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ... 20

1.6.3 Teknik Analisis Data ... 20

BAB II ... 22

DESKRIPSI KASUS BANK CENTURY ... 22

2.1 Sejarah Bank Century ... 22

2.1.1 Merger Tiga Bank ... 24

2.1.2 Status Bank Century ... 25

2.2 Indikasi Pelanggaran dan Penyalahgunaan Wewenang ... 28


(6)

2.3 Proses Penyelidikan Kasus Bank Century di DPR ... 33

2.4 Koalisi Partai Demokrat ... 37

2.4.1 Proses Terjadinya Koalisi ... 37

2.4.2 Komposisi Koalisi ... 41

2.5 Profil Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ... 43

2.5.1 Sejarah PK Sejahtera ... 44

2.6 Hasil Keputusan Pansus Century ... 49

BAB III... 51

KELANJUTAN KOALISI PARTAI DEMOKRAT DENGAN PKS ... 51

3.1 Hasil Voting Kasus Bank Century ... 51

3.2 Kasus Bank Century di Mata Publik (Survey versi Indo Barometer) ... 53

3.3 Koalisi Partai Demokrat Dalam Pansus Century ... 55

3.4 Pandangan Fraksi terkait Kasus Bank Century ... 57

3.5 Kelanjutan Koalisi antara Demokrat dan PKS ... 64

BAB IV ... 69

PENUTUP ... 69

4.1 Kesimpulan... 69

4.2 Saran ... 70


(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ARIS PRATOMO (040906031)

PENGARUH KEPUTUSAN PANSUS CENTURY

TERHADAP KOALISI PARTAI DEMOKRAT DAN PKS

Rincian isi skripsi : 72 halaman, 3 gambar, 14 buku, 21 situs internet

Abstrak

Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang analisis keputusan Pansus Bank Century terhadap kelanjutan koalisi partai Demokrat dengan Partai Keadlian Sejahtera (PKS). Kasus bank Century ini menarik perhatian publik dan banyak pejabat pemerintahan yang terliHasil Voting Kasus Bank Century, Kasus Bank Century di Mata Publik, Koalisi Partai Demokrat Dalam Pansus Century, Pandangan Fraksi terkait Kasus Bank Century, Kelanjutan Koalisi antara Demokrat dan PKS. Dengan melihat analisis tersebut maka penelitian ini akan menjawab bagaimana pengaruh keputusan Pansus bank Century terhadap kelanjutan koalisipartai Demokrat dengan PKS.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori koalisi, dan penjelasan tentang partai politik

Potensi untuk mengeluarkan PKS dari koalisi partai Demokrat kecil kemungkinan terjadi. Karena , sikap politik PKS terkait kasus Bank Century memiliki common sense dengan masyarakat luas. Isu yang juga berkembang di tubuh Demokrat adalah Partai Demokrat ingin menarik PDI-P dan Gerindra menjadi patner koalisi. Namun apabila Presiden SBY memilih untuk mengikat janji dengan PDI Perjuangan dan Gerindra sebagai pengganti PKS, tetap saja tidak ada jaminan bahwa dua parpol ini pun bisa seiring-sejalan dengan SBY dan Demokrat


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2008 dunia perbankan Indonesia di kejutkan oleh kasus krisis perbankan yang di alami oleh Bank Century. Dimana Bank Century tidak dapat memenuhi permintaan para nasabahnya. Hal ini berawal ketika pada tanggal 13 November 2008, Bank Century mengalami kalah kliring.

Century memang sudah memburuk sejak sebelum krisis (2005)1

1

Dikutip dari: http://www.detikfinance.com. Berita: Menkeu:Kasus Bank Century dan Bank IFI Bukan Karena Krisis.

. Hal tersebut diketahui setelah pemerintah menelusuri kebelakang sejarah Bank tersebut, dimana bank tersebut sudah mengidap ‘penyakit’ dalam tata kelola kinerja perusahaan.

Hasil investigasi pemerintah, melalui Bank Indonesia dan Poliri, kasus Bank Century dapat dimasukan ke dalam proses hukum. Dimana terjadi penggelapan dana nasabah dan penipuan yang dilakukan oleh petinggi Bank Century.

Gunjang-ganjing kasus century ini pun merebak di berbagai media massa dapat dilihat betapa kasus Century ini menjadi konsumsi publik dan mau tidak mau pemerintah menaruh concern yang besar terhadap kasus ini. Isu Century yang semula bermuara pada sisi hukum kini merambah keranah politik.


(9)

Ibarat bola salju parlemen dalam hal ini DPR-RI (Dewan Perwakilan Rakyat – Republik Indonesia) menaruh perhatian yang besar terhadap kasus Century terutama terhadap porsi pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan untuk membailout Century dengan 6,7 Trilyun Rupiah dengan alasan krisis Bank Century bisa berdampak sistemik.

Adanya indikasi pelanggaran tesebutlah yang menstimulir DPR menggunakan hak angket dan membentuk Pansus (Panitia Khusus) Bank Century. Dari awal kasus ini menggelinding ke ranah DPR sampai akhirnya menghasilkan rekomendasi bahwa DPR mengeluarkan putusan bahwa terjadi kesalahan dalam proses penyelamatan Bank Century secara politik menimbulkan pertanyaan tentang rapuhnya koalisi yang dibangun oleh Partai Demokrat dengan mitra koalisinya mengingat proses keputusan di DPR terkait dengan hasil keputusan DPR tentang Century dilakukan dengan voting dan secara hitung-hitungan Demorat seharusnya bisa menang dengan tentunya didukung olek mitra koalisinya namun yang terjadi tidak. Hanya PAN (Partai Amanat Nasional) dan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) saja yang satu suara dengan Demokrat sedangkan mitra koalisinya yang lain yaitu Partai Golkar (Golongan Karya) dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) tidak satu suara dengan Demokrat. Sehingga setelah keputusan Pansus Century tersebut beredar isu di tubuh Demokrat yakni mengeluarkan Golkar dan PKS dari koalisi. Untuk itulah hal ini menjadi menarik untuk dikaji apakah Demokrat akan mengeluarkan Partai yang tidak sependapat dengannya.


(10)

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari penjelasan yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh keputusan Panitia Khusus Bank Century terhadap kelanjutan koalisi Partai Demokrat dengan Partai Keadilan Sejahtera ?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh keputusan Pansus Century terhadap kelanjutan koalisi partai Demokrat dan PKS

2. Untuk mengetahui bagaimana sikap Partai Demokrat terhadap rekan koalisinya, dalam hal ini dikhususkan kepada PKS saja.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Kita dapat mengetahui pengaruh keputusan Pansus Century terhadap kelanjutan koalisi partai Demokrat dan PKS

2. Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan solusi dalam permasalahan koalisi, khususnya koalisi partai Demokrat dan PKS.

3. Sebagai bahan masukan terhadap kajian ilmiah yang berkaitan tentang pemerintahan dan lobi politik.


(11)

1.5 Kerangka Teori

Bagian ini merupakan unsur yang paling penting di dalam penelitian, karena pada bagian ini peneliti mencoba menjelaskan fenomena yang sedang diamati dengan menggunakan teori-teori yang relevan dengan penelitiannya. Teori menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi dalam buku Metode Penelitian Sosial mengatakan, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan preposisi, untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.2

1.5.1. Koalisi

Wacana koalisi bukanlah barang baru dalam perpolitikan Indonesia, tahun 1999, pernah terbentuk Poros Tengah, hasil koalisi beberapa partai politik yang dimotori PAN dan PPP. Koalisi ini secara fenomenal sukses menaikkan Abdurahman Wahid sebagai presiden pertama era reformasi. Namun usia kemassifan dan kesolidan Poros Tengah ternyata hanya seumur jagung. Kemudian tahun 2004 terbentuk Koalisi Kebangsaan untuk mendukung pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi dan Koalisi Kerakyatan untuk mendukung pasangan capres dan cawapres Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Tetapi, kedua koalisi ini pun dalam perkembangannya tidaklah solid dan massif bahkan cenderung mencair.

2


(12)

Qodari dalam bukunya mengemukakan ada empat hukum koalisi Capres dan Cawapres3

Dalam hal platform ekonomi, hampir semua partai besar punya platform yang sama: dalam retorika menekankan ekonomi kerakyatan, tapi dalam praktek melaksanakan kebijakan-kebijakan ekonomi pasar. Karena itu, platform ekonomi belum menjadi faktor yang menentukan kenapa dua partai atau lebih membangun sebuah koalisi, sementara partai lainnya tidak bergabung dengan koalisi tersebut. Dalam hal platform keagamaan, ada partai yang menekankan mendesaknya keterlibatan negara dalam menegakkan syariat Islam bagi kehidupan publik, seperti PBB, PKS, dan PPP, dan ada pula yang tidak demikian, seperti PDI-P,

. Pertama, Calon dari partai dengan perolehan kursi (atau persentase suara) lebih besar akan menjadi capres dan calon dari wakil harus puas dengan posisi calon wapres. Kedua, Tiap partai dan calon akan berusaha berkoalisi dengan partai dan calon lain yang punya perolehan kursi yang signifikan di legislatif. Itu adalah koalisi yang berusaha mengupayakan penguatan kaki di DPR. Penguatan diperlukan untuk menjamin dukungan politik terhadap pembuatan kebijakan pemerintah. Ketiga, Partai dan calon akan mencari partai yang lebih tinggi popularitas individualnya. Keempat, Partai dan calon akan berkoalisi dengan partai dan calon lain yang dekat idiologi dan flatformnya.Meski ada kebutuhan menciptakan pasangan yang mewakili spektrum idiologis atau demografis.Terjadinya koalisi dimungkinkan oleh banyak faktor, di antaranya karena adanya kesamaan platform di antara partai yang akan berkoalisi tersebut. Platform yang dimaksud termasuk dalam masalah agama dan ekonomi.

3


(13)

Partai Golkar, PKB, dan PAN. Untuk sederhananya, kelompok yang pertama adalah partai Islam, sementara kelompok kedua adalah partai sekuler. Dalam dikotomi partai Islam dan partai sekuler ini, PKB dan PAN berada pada posisi yang agak kelabu. Walapun tidak berplatform Islam, sebagian besar elite dan pendukung partai ini secara historis terkait dengan organisasi Islam. Karena itu, secara kasar keduanya kadang-kadang dimasukkan ke kategori partai Islam.

Kalau kesamaan platform keagamaan yang jadi dasar untuk koalisi, berarti koalisi yang mungkin adalah antara PPP, PBB, dan PKS, atau ditambah PAN dan PKB di satu sisi, dan di sisi lain PDI Perjuangan dan Partai Golkar. Dalam politik Indonesia pasca-Soeharto, koalisi yang pertama dikenal dengan nama Poros Tengah pernah terjadi dan sukses dalam pemilihan presiden di MPR tahun 1999. Waktu itu Abdurrahman Wahid sebagai calon dari Poros Tengah menang mengalahkan Megawati. Kalau benar koalisi itu didasarkan atas sentimen keagamaan, mengapa koalisi tidak terjadi antara Golkar dan PDI-P, yang sama-sama sekuler dan terancam oleh kekuatan Islam? Orang yang biasa melihat politik Indonesia dari kacamata Islam versus nasionalis-sekuler biasanya melakukan definisi ulang terhadap Golkar ketika dihadapkan dengan masalah tersebut: Golkar pasca-Soeharto adalah Golkar yang didominasi anak-anak santri, terutama yang berlatar belakang HMI. Dalam banyak hal, Golkar dan PAN tidak banyak berbeda. Karena itu, wakil-wakil Golkar di MPR tahun 1999 cenderung mendukung calon presiden dari Poros Tengah ketika dihadapkan pada pilihan antara Megawati yang nasionalis-sekuler dan Gus Dur yang berlatar belakang santri. Kalau memang faktor sentimen keislaman yang paling menentukan dalam koalisi ini, kemungkinan pola yang sama, yakni Poros Tengah plus Golkar, akan


(14)

kembali terulang, karena sentimen keagamaan elite partai-partai itu sekarang pun kurang-lebih sama. Tapi kemungkinan lain juga harus dipertimbangkan.

Pengertian koalisi Menurut Ensiklopedi populer politik pembangunan pancasila edisi ke IV4

Definisi tersebut menunjukan bahwa koalisi dibentuk/terbentuk untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pendapat lain Koalisi adalah persekutuan, gabungan atau aliansi beberapa unsur, di mana dalam kerjasamanya, masing-masing memiliki kepentingan sendiri-sendiri.

menjabarkan bahwa, koalisi berasal dari bahasa latin co-alescare, artinya tumbuh menjadi alat pengabung. Maka koalisi merupakan ikatan atau gabungan antara 2 atau beberapa negara untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Atau beberapa partai/fraksi dalam parlemen untuk mencapai mayoritas yang dapat mendukung pemerintah.

5

4

Ensiklopedi populer politik pembangunan pancasila edisi ke IV (1988:50)

Aliansi seperti ini mungkin bersifat sementara atau berasas manfaat. Hal ini menunjukan bahwa dalam pembentukan sebuah koalisi muthlak adanya unsur kepentingan juga manfaat, sebuah koalisi tidak akan terbentuk begitu saja melainkan karena adanya faktor-faktor penentu yang mendukung. Misalkan partai A berkoalisi dengan partai B, hal tersebut terjadi karena partai A bisa mengakomodir kepentingan dari partai B, demikian juga sebaliknya. Dengan kata lain terjadilah simbiosis mutualisme (saling menguntungkan satu sama lain) dalam hal ini kepentingan masing-masing partai yang saling berkoalisi. Selain kepentingan dan untuk tercapainya tujuan tertentu pengertian lain dari koalisi bisa juga karena untuk memperoleh perolehan suara

5

dijelaskan oleh Yudha Hariwardana dalam artikelnya Mempertanyakan Urgensi Koalisi Permanen


(15)

yang signifikan agar dapat memenangkan pertarungan.Essensi dari sebuah koalisi adalah adanya bergabungnya beberapa orang atau kelompok yang memiliki kepentingan. Karena dalam dunia politik yang berbicara adalah kepentingan, hal tersebut diperkuat n bahwa secara teoritis, masalah koalisi sebenarnya hanya relevan dalam konteks sistem pemerintahan parlementer.6

Koalisi merupakan penggabungan dua kekuatan atau lebih untuk menggalang kekuatan lebih besar. Tujuan koalisi yakni mempengaruhi proses politik: pembuatan undang-undang dan perebutan kekuasaan.

Terciptanya koalisi sebenarnya diperuntukan hanya dalam menggalang dukungan dalam membentuk pemerintahan oleh partai pemenang pemilu, serta dibutuhkan untuk membangun dan memperkuat oposisi bagi partai-partai yang mempunyai kursi di parlemen namun tidak ikut memerintah

7

6

Haris, Syamsudin, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005. hal.43

7

Kian Gie Kwik, Kebijakan ekonomi-politik dan hilangnya nalar, Jakarta : KOMPAS Media Nusantara, 2006. Hal 127

Biasanya, koalisi lahir untuk menghadapi kekuatan besar. Tak ada kamus, di mana koalisi melumat kekuatan kecil. Bisa juga, koalisi menghadapi ketidak pastian politik, di mana risiko kalah dan tersingkir jauh lebih besar ketimbang peluang menang. Koalisi amat akrab dalam praktis partai politik. Mereka yang bersekutu diwarnai perbedaan ideologi, kultural atau atribut kelompok menjadi satu barisan setelah diikat isu bersama mengenai persamaan persepsi terhadap masalah, atau kesejajaran kepentingan. Koalisi juga bisa lahir karena adanya musuh bersama.


(16)

Bahkan, seringkali kambing hitam itu menjadi kebutuhan dasar yang sengaja diciptakan sebagai alasan bersatu. Tapi, koalisi juga bisa dibangun atas dasar kepentingan politik murni, yakni untuk mendapatkan jabatan publik strategis dan kemudian membagi-baginya di antara sesama peserta koalisi.

Sejarah Koalisi Di Indonesia

Kehidupan partai politik di Indonesia dikenal semenjak adanya maklumat presiden tanggal 16 Oktober 1945 Nomor X, dan pada tahun tersebut banyak partai politik yang di bentuk oleh rakyat berdasarkan pada maklumat tersebut.

Sebelumnya saat pemerintahan Proklamasi dibentuk, dalam susunan kabinetnya tidak terdapat dan tidak ditempati oleh orang-orang dari partai politik, walaupun telah keluar maklumat pemerintahan RI pada tanggal 3 November tahun 1945 yang menganjurkan mendirikan partai politik dalam rangka memperkuat memperjuangkan kemerdekaan. Pada saat itu kabinetnya di sebut sebagai kabinet presidensial dan dipimpin oleh seorang presiden. Dalam perjalanannya usia dari kebinet ini tidak berlangsung lama hanya 3 bulan, dari tanggal 19 Agustus 1945 sampai dengan 14 November 1945. Hal tersebut terjadi karena adanya maklumat presiden No X, juga pengaruh dari Syahrir tokoh Nasional yang sangat vocal pada saat itu yang menuntut dibentuknya kabinet parlementer.Inilah kejadian pertama dari penyimpangan terhadap UUD 1945. Mulai saat itu kabinet-kabinet ke dua dan seterusnya dijabat oleh partai-partai politik dan bertanggung jawab kepada parlemen, dan partai-partai yang memimpin kementrian dalam kabinet baik parlementer maupun presidensial pada saat itu adalah partai-partai yang yang melakukan koaliasi (berkoalisi) seperti Parkindo&Masyumi yang berkoaliasi pada


(17)

masa kabinet Syahrir I. Adapun partai yang tidak ikut berkoalisi adalah partai yang memilih jalur sebagai oposisi,

Miftah Toha juga menjelaskan, Kabinet yang tersusun pada waktu itu ternyata telah dilakukan berdasarkan koalisi diantara parpol8

Dikutip dari buku Rusadu Kartaprawira, bahwa: Setelah selesai pemilihan umum pada tahun 1955, partai-partai politik merasa mempunyai legalitas dan memperoleh kekuasaan secara formal. Sejak saat itu, dalam politik Indonesia, prtailah yang memegang kekuasaan politik; walaupun dalam kenyataan kepemimpinan politiknya dilakukan atas dasar kerjasama, aliansi, koalisi antara dua kekuatan atau lebih.

. Selebihnya diantara parpol yang tidak berkoalisi memilih jalur oposisi, koalisi dan oposisi di mulai dari kabinet parlementer syahrir pertama sampai seterusnya dan kembali ke kabinet presidensial Moh.Hatta dan seterusnya

9

Oleh karena itu, perkembangan situasi Tanah Air yang rawan oleh pemberontakan. Pada tahun 1945 presiden Soekarno menganjurkan untuk membubarkan partai-partai kecil karena tidak mampu membuat konsensus pembentukan kabinet koalisi. Dari penjabaran di atas jelas terlihat bahwa istilah koalisi antar partai politik bukanlah merupakan barang baru dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Koalisi tidak muncul pertama kalinya pada saat PEMILU Capres/Cawapres tahun 2004 lalu, melainkan dari tahun 1945. Selanjutnya pada PEMILU 2004 saat diadakannya pemilihan presiden secara

8

Miftah Thoha, Birokrasi dan politik di Indonesia , Jakarta: LP3ES, 2003. Hal 119 9

Rusadu, Kartaprawira, Sistem Pengambilan Keputusan Demokratis Menurut Konstitusi, Bandung: Sinar Baru, 2000. Hal 19


(18)

langsung untuk pertama kalinya di Indonesia, wacana koalisi terangkat kembali, partai politik yang mengusung pasangan Capres-Cawapres adalah partai poltitik yang saling berkoalisi terlepas dari tujuan diakannya koalisi tetrsebut, apakah untuk memenangkan PEMILU, menghadapi kekuatan besar ataukah hanya kepentingan. Terlepas dari berbagai regulasi mengenai koalisi point penting terhadap masalah ini adalah sejauh mana para pemimpin bangsa sungguh-sungguh bertanggung jawab dan berpihak kepada aspirasi dan kepentingan rakyat, dan hal tersebut barangkali masih merupakan pertanyaan besar. Begitupula, kualitas demokrasi dan tata-pemerintahan mungkin masih memerlukan waktu untuk mengevaluasi dan menilainya. Apakah koalisi tersebut bersifat permanen atau masih hanya sekedar untuk kemenangan calon saja (koalisi pragmatis). Kendati demikian, berbagai kecenderungan proses dan hasil pemilihan capres-cawapres, tetap merupakan bahan kajian yang menarik. Kecenderungan proses pencalonan dan koalisi antar partai dalam mengajukan kandidat atau pasangan calon adalah salah satu fenomena paling menarik Daya tarik itu tidak hanya terletak pada kecenderungan yang berbeda dengan yang terjadi melainkan juga pada pola koalisi antar partai yang cenderung berbeda dengan hasil pemilu legislatif. Partai-partai yang secara ideologis sering dipandang sangat berbeda satu sama lain bahkan bisa saling berkoalisi dalam mengajukan pasangan kandidat dalam pemilihan Capres-Cawapres.10

10


(19)

1.5.2. Partai Politik

Kehadiran partai politik dalam sistem demokrasi tidak dapat yang dikelola tetapi juga kepada hangsa dan negara. Karena, organisasi partai politik yang dapat menempatkan orang-orangnya dalam jabatan-jabataii politic berarti akan menentukan kebijakan publik wing berdanipak luas, tidak hanya kepada konstituen mereka. Sehingga, kehadiran partai politik juga perlu diletakkan dalam kerangka yang lebill luas dan tidak terbatas pada kelompok ideologi mereka saja. Baik buruktinya sistem kaderisasi dan regenerasi dalam tubuh organisasi partai politik akan menentukan kualitas calon-calon pemimpin bangsa.

Untuk dapat menganalisis, peran dan kontribusi partai politik dalam konteks yang lebih luas, ada baiknya kita memahami apa itu partai politik. Karenanya, penulis melakukan penelusuran referensi yang memuat definisi penting partai politilk. Tindakan ini bertujuan agar pomahaman kita tentang partai politik dapat menjadi komprehensif. Pemahaman dasar tentang apakah partai politik itu dapat memberikan kesamaan pemahaman kita tentang objek yang kita bicarakan. Pemahaman ini diperlukan karma penulis melihat perlunya usaha untuk mengembalikan fungsi dan kedudukan partai politik, di tengah-tengah kepragmatisan para politisi, agar kita tidak mudlah terbawa oleh arus populer. Untuk dapat mongetahui apabli kita sudah berada di jalur yang tepat atau tidak. ada baiknya kita nielihat kembali definisi yang benar mengenai partai politik.

a. Definisi Partai Politik

Partai politik modern seperti yang kita kenal merupakan fenomena Baru dalam sistem politik. Untuk mengetahui apa dan bagaimana partai politik beroperasi, ada baiknya kita melihat kembali literatur yang terkait dengan partai


(20)

politik. Max (Veber dapat dikategorikan yang dikategorikan sebagai pendiri pemikiran politik modern (Brechon, 1999). Dalam bukunya yang berjudul Economic et Societe (1959) Max Weber menekankan aspek profesionalisme dalam dunia politik modern. Partai politik kemudian didefinisikan sebagai organisasi publik yang bertujutan untuk menibawa pemimpinnya berkuasa dan memungkinkan para pendukungnya (politisi) untuk mendapatkan keuntungan Bari dukungan tersebut. Partai politik menurut Max Weber sangat berkembang pesat di abad ke-19 karna didukung oleh legitimasi legal-rasional. Partai politik adalah organisasi yang bertujuan untuk membentuk opini publik (Seilere. I993). Sebagai suatu organisasi yang khas, partai politik dilihat sebagai suatu bentuk organisasi yang berbeda dengan organisasi lain (Duverger, 1976). Partai politik dilihat sebagai 'autonomous groups that make nominations and contest elections in the hope of eventuallY, gaining and exercise control of the personnel and policies of government' (Kinney & Kendall, 1956). Dalam konteks ini, mereka melihat bahwa tujuan utama dibentuknya partai politik adalah mendapatkan kekuasaan dan melakukan kontrol terhadap orang-orang yang duduk dalam pemerintahan sekaligus kehijakannya. partai politik sangat terkait dengan kekuasaan, mituk membentuk dan mengontrol kebijakan publik. Selain itu, partai politik juga diharapkan independen dari pengaruh peme rintah. Hal ini tentunya menyiratkan tujuan agar partai politik bisa mangkritisi setiap kebijakan dan tidak tergantung pada pemerintah yang dikritisi.

Partai politik dalam era modern dimaknai sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan


(21)

merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.11

b. Fungsi Partai Politik

Dilihat dari pengertian tersebut, ada beberapa unsur penting yang ada dalam partai politik, yaitu: orang-orang, ikatan antara mereka hingga terorganisir menjadi satu kesatuan, serta orientasi, nilai, cita-cita, tujuan dan kebijaksanaan yang sama.

Dalam praktek kekinian, setidaknya ada empat fungsi partai politik, yaitu: Pertama, partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang disampaikan kepada penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan pada masyarakat.

Kedua, partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai memberikan sikap, pandangan, pendapat, dan orientasi terhadap fenomena (kejadian, peristiwa dan kebijakan) politik yang terjadi di tengah masyarakat. Sosialisi politik mencakup juga proses menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan, partai politik berusaha menciptakan image (citra) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum.

Ketiga, partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik berfungsi mencari dan mengajak orang untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai.

11


(22)

Keempat, partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Di tengah masyarakat terjadi berbagai perbedaan pendapat, partai politik berupaya untuk mengatasinya. Namun, semestinya hal ini dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi atau partai itu sendiri melainkan untuk kepentingan umum.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang penemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau perhitungan lainnya.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Sebuah test dikatakan reliable apabila test tersebut scbagai alat ukur mampu memberikan hasil yang relative tetap apabila dilakukan secara langsung pada sekelompok individu yang sama. Maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

Penelitian kepustakaan (Library Research)

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menghimpun dan mempelajari data dari buku-buku serta sumber bacaan lain yang relevan dan mendukung penelitian.

1.6.3 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan melalui tahapan pengumpulan data, klasifikasi data yang relevan dengan subjek penelitian, analisa, lalu menarik kesimpulan.


(23)

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada langkah-langkah kongkrit yang akan ditempuh yaitu :

Pertama, mengumpulkan data dari berbagai sumber, data yang sudah dikumpulkan kemudian disusun terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah pengumpulan data dan pengolahan data dirasakan cukup, maka langkah selanjutnya adalah analisis data atau penilaian. Setelah menganalisis semua data dan akan mendapatkan hasil penelitian, maka tahap selanjutnya adalah memberi kesimpulan.


(24)

BAB II

DESKRIPSI KASUS BANK CENTURY

2.1 Sejarah Bank Century

Kisah Bank Century berawal dari tahun 1989 ketika didirikan, hingga 20 November 2008 saat ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai bank gagal yang memiliki dampak sistemik. Berikut adalah beberapa catatan penting terkait perjalanan Bank Century.12

Pada tanggal 16 April 1990, Bank Century memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. 462/KMK.013/1990.

PT Bank Century Tbk didirikan berdasarkan Akta No. 136 tanggal 30 Mei 1989 yang dibuat Lina Laksmiwardhani, SH, notaris pengganti Lukman Kirana, SH, notaris di Jakarta. Disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C.2-6169.HT.01.01.TH 89 tertanggal 12 Juli 1989. Didaftarkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2 Mei 1991 dengan No. 284/Not/1991. Anggaran Dasar Bank telah disesuaikan dengan Undang-Undang PerseroanTerbatas No. 1 Tahun 1995 dalam Akta No. 167 tanggal 29 Juni 1998 dari Rachmat Santoso, S.H, notaris di Jakarta.

13

12

13


(25)

Pada tanggal 22 April 1993, Bank Century memperoleh peningkatan status menjadi Bank Devisa dari Bank Indonesia melalui Surat Keputusan No. 26/5/KEP/DIR. Anggaran Dasar Bank Century telah beberapa kali berubah, terakhir sesuai Akta No.159 tanggal 29 Juni 2005 dari Buntario Tigris Darmawa NG, SH, S.E, notaris di Jakarta.

Perubahan anggaran dasar ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia No. C-20789.HT.01.04.TH.2005 tanggal 27 Juli 2005. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan usaha adalah menjalankan kegiatan umum perbankan termasuk berdasarkan prinsip syariah. Bank Century memulai operasi komersialnya pada bulan April 1990.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 6/92/KEP.GBI/2004 tanggal 28 Desember 2004, menyetujui perubahan nama PT Bank CIC Internasional Tbk menjadi PT Bank Century Tbk dan izin untuk melakukan usaha sebagai bank umum berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 462/KMK.013/1990 tanggal 16 April 1990 tentang Pemberian Izin Usaha, nama PT Bank CIC Internasional Tbk dinyatakan tetap berlaku bagi PT Bank Century Tbk.14

14

Bank Century berdomisili di Indonesia dengan 27 Kantor Cabang Utama, 30 Kantor Cabang Pembantu dan 8 Kantor Kas. Kantor Pusat Bank beralamat di Gedung Sentral Senayan II, Jl. Asia Afrika No. 8 Jakarta. Dari jumlah kantor tersebut diatas yang beroperasi sebanyak 63 kantor.


(26)

2.1.1 Merger Tiga Bank

Sesuai dengan permintaan Bank Indonesia melalui surat Bank Indonesia tanggal 14 Desember 2001 (yang dipertegas melalui surat Bank Indonesia tanggal 20 Agustus 2004) dan pertemuan dengan Bank Indonesia pada tanggal 16 April 2004, manajemen Bank dan pemegang saham pengendali First Gulf Asia Holdings Limited (d/h Chinkara Capital Limited) setuju untuk melakukan merger dengan PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac Tbk untuk menghasilkan sinergi dan memperkuat permodalan bank hasil merger. Proposal merger tersebut disampaikan kepada Bank Indonesia pada tanggal 26 April 2004.15

Pada tanggal 7 September 2004, Bank mengajukan Pernyataan Penggabungan kepada BAPEPAM dalam rangka penggabungan usaha dengan

Pada tanggal 21 Mei 2004, Bank, PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank Pikko Tbk, telah menandatangani kesepakatan untuk melakukan tindakan hukum penyatuan kegiatan usaha dengan cara Penggabungan atau Merger dimana Bank Century sebagai “Bank Yang Menerima Penggabungan” dan PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank Pikko Tbk sebagai “Bank Yang Akan Bergabung”.

Para pemegang saham PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac Tbk telah menyetujui penggabungan usaha bank-bank tersebut ke dalam Bank sesuai dengan risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa masing-masing bank yang diaktakan masingmasing dengan Akta No.155 dan No.157 pada tanggal 22 Oktober 2004 dari Buntario Tigris Darmawa NG, SH, notaris di Jakarta.

15


(27)

bank-bank yang menggabungkan diri dan telah mendapat pemberitahuan efektifnya penggabungan tersebut sesuai dengan surat Ketua BAPEPAM No. S.3232/PM/2004 tanggal 20 Oktober 2004.

Berdasarkan Akta No. 158 tanggal 22 Oktober 2004 dari Buntario Tigris Darmawa NG, S.H, S.E, notaris di Jakarta, Bank dan bank-bank yang menggabungkan diri yang terdiri dari PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac Tbk dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa telah sepakat melakukan peleburan usaha. Peleburan usaha dilaksanakan dengan syarat dan ketentuan antara lain sebagai berikut:

• Semua kekayaan dan kewajiban serta operasi, usaha, kegiatan setiap bank yang menggabungkan diri beralih hukum kepada Bank Century.

• Semua pemegang saham bank-bank yang bergabung karena hukum menjadi pemegang saham Bank Century.

• Bank sebagai Perusahaan hasil penggabungan tetap mempertahankan eksistensinya sebagai perusahaan terbatas dan sebagai bank umum dengan memakai nama PT Bank Century Tbk.

• Semua perusahaan yang menggabungkan diri karena hukum akan bubar tanpa melakukan likuidasi.

2.1.2 Status Bank Century

Sejak tanggal 29 Desember 2005, Bank Century dinyatakan sebagai Bank Dalam Pengawasan Intensif sesuai dengan surat BI No. 7/135/DPwB1/PwB11/Rahasia. Hal ini karena Surat-surat Berharga (SSB) valuta asing dan penyaluran kredit yang berpotensi menimbulkan masalah. Status ini


(28)

terus disandang oleh Bank Century hingga tanggal 6 November 2008, saat ditetapkan menjadi Bank Dalam Pengawasan Khusus (DPK).16

Gambar 1 : Skema Status Bank Century

Sejak tanggal 6 Nopember 2008, PT Bank Century Tbk ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Dalam Pengawasan Khusus. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 tanggal 26 Maret 2004, No. 7/38/PBI/2005

16


(29)

tanggal 10 Oktober 2005 dan No. 10/27/PBI/2008 tanggal 30 Oktober 2008, status ini ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan.

Pada tanggal 13 Nopember 2008, PT Bank Century Tbk mengalami keterlambatan penyetoran dana pre-fund untuk mengikuti kliring dan dana di Bank Indonesia yang telah berada dibawah saldo minimal, sehingga Bank di-suspend untuk transaksi kliring pada hari tersebut, pada tanggal 14 Nopember 2008 sampai dengan 20 Nopember 2008, transaksi kliring sudah dibuka kembali namun terjadi penarikan dana nasabah secara besar-besaran akibat turunnya tingkat kepercayaan yang timbul sebagai akibat dari pemberitaan-pemberitaan seputar ketidakikutsertaan Bank pada kliring tanggal 13 Nopember 2008.

Pada tanggal 20 Nopember 2008, berdasarkan Surat No. 10/232/GBI/Rahasia, Bank Indonesia menetapkan PT Bank Century Tbk sebagai Bank Gagal yang ditengarai berdampak sistemik.

Selanjutnya, sesuai dengan Perpu No. 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melalui Keputusan No. 04/KSSK.03/2008 tanggal 21 Nopember 2008 menetapkan PT Bank Century Tbk sebagai bank gagal yang berdampak sistemik dan menyerahkan penanganannya kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sesuai dengan Pasal 40 UU No. 24 Tahun 2004 tentang LPS, terhitung sejak LPS melakukan penanganan bank gagal, maka LPS mengambil alih segala hak dan wewenang RUPS, kepemilikan, kepengurusan, dan/atau kepentingan lain pada bank dimaksud.


(30)

2.2 Indikasi Pelanggaran dan Penyalahgunaan Wewenang

Hasil Audit Investigatif BPK yang diserahkan kepada DPR RI tertanggal 20 November 2009 memaparkan 8 temuan penting, sejak kisah meleburnya (merger) 3 Bank hingga penggelapan dana di Bank Century. Pada intinya, temuan-temuan yang ada mencoba mengkonfirmasi satu hal, yaitu bahwa penyelamatan Bank Century adalah sebuah keputusan yang keliru dan diambil dengan tidak memperhatikan berbagai catatan praktek perbankan yang tidak sehat juga kinerja perbankan yang buruk. Dengan demikian, keputusan menggelontorkan dana hingga triliunan rupiah terhadap Bank Century sangat beresiko untuk diselewengkan.

Indikasi korupsi terkait dengan kasus ini terutama terlihat dari terjadinya pelanggaran aturan dan penyalahgunaan wewenang. Berikut beberapa catatan indikasi korupsi dari laporan BPK17

1. Terkait Merger 3 bank :

2. Terkait Penyaluran fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP)

3. Terkait Pengambilan Keputusan KSSK dan Penyaluran Penyertaan Modal Sementara (PMS).

4. Penyalahgunaan Dana FPJP dan PMS.

2.2.1 Indikasi Korupsi Terkait Penggabungan (Merger) 3 Bank

Sebelum penggabungan 3 Bank, Bank Pikko dan Bank CIC memiliki permasalahan terkait Surat-Surat Berharga (SSB) dan Capital Adequacy Ratio

17


(31)

(CAR). Merger ini diduga untuk menghindari penutupan Bank Pikko dan Bank CIC yang kondisinya tidak sehat.

Sejak penggabungan, status Bank Century selalu bermasalah. Terdapat beberapa Indikasi Pelanggaran yang terjadi pada saat proses merger ini. BI diduga memberikan kelonggaran terhadap persyaratan merger yaitu dengan:

1. Aset SSB yang semula dinyatakan macet oleh BI kemudian dianggap lancar untuk memenuhi performa CAR.

2. Tetap mempertahankan pemegang saham pengendali (PSP) yang tidak lulus fit and proper test.

3. Komisaris dan Direksi Bank ditunjuk tanpa fit and proper test. 4. Audit KAP atas laporan keuangan Bank Pikko dan Bank CIC

dinyatakan disclaimer.

Temuan BPK terkait penggabungan 3 bank ini adalah sebagai berikut: 1. Akuisi Bank Danpac dan Bank Picco tidak sesuai dengan

ketentuan BI.

2. Surat izin Akuisisi Chinkara atas bank Picco dan Bank Danpac tetap dilakukan meskipun terdapat indikasi praktek perbankan yang tidak sehat dan perbuatan melawan hukum yang melibatkan Chinkara.

3. BI menghindari penutupan Bank CIC dengan memasukan Bank tersebut di dalam Skema merger.

4. Tidak membatalkan persetujuan akuisisi meskipun tahun 2001-2003 hasil pemeriksaan BI pada ke-3 Bank menemukan indikasi pelanggaran yang signifikan.


(32)

5. Adanya perlakuan Surat-surat Berharga (SSB) yang semula macet menjadi lancar dengan rekomendasi KEP (komite evaluasi perbankan).

Terkait dengan beberapa catatan temuan di atas, dapat dibuat daftar indikasi korupsi sebagai berikut:


(33)

(34)

G

am

b

ar

2

: D

af

tar

P

el

an

g

g

ar

an

T

er

k

ai

t P

ro

ses

M

er

g

er

3

B

an


(35)

2.3 Proses Penyelidikan Kasus Bank Century di DPR

Bergulirnya kasus Bank Century di DPR merupakan tindak lanjut dari laporan BPK terkait dengan indikasi dugaan penyalahgunaan wewenang untuk membailout. Secara umum ada 3 tahapan bergulirnya kasus century di DPR,

1. Tahapan sidang pendahuluan

Dalam tahapan ini mayoritas anggota dewan menyatakan bahwa ada pelanggaran wewenang kekuasaan yg dilakukan oleh stake holder yang terkait (ketua KKSK dan Gubernur BI dalam proses bailout century senilaio 6,7 triliun). Untuk menindak lanjuti adanya penyelewangan tersebut maka DPR menyepakati untuk menggunakan salah satu haknya yaitu hak angket (penyelidikan), artinya DPR melakukan investigasi terhadap kronologis kasus bailot Bank Century dengan membentuk panitia khusus yang disebut Pansus Century

2. Tahapan investigasi Pansus Century

Panitia Khusus Hak Angket Bank Century atau secara umum disebut Pansus Century adalah sebuah panitia hak angket Dewan Perwakilan Rakyat yang dibentuk pada tanggal 1 Desember 2009 dalam sebuah Sidang Paripurna Pengesahan Hak Angket Bank Century terhadap usulan penggunaan hak angket DPR yang diusulkan oleh 503 Anggota DPR tersebut disahkan dan disetujuinya penggunaan hak angket untuk mengungkap skandal Bank Century dengan didukung oleh seluruh fraksi yang berada di DPR yakni 9 Fraksi. Latar belakang

Panitia Khusus Hak Angket Bank Century berawal dari para pengusul yang terdiri dari sembilan orang yang kemudian hari lebih disebut sebagai


(36)

Tim 9 yakni Maruarar Sirait (PDI-P), Ahmad Muzani (Gerindra), Andi Rahmat (PKS), Lili Wahid (PKB), Mukhamad Misbakhun (PKS), Akbar Faisal (Hanura), Chandra Tirta Wijaya (PAN), Kurdi Mukhtar (PPP), dan Bambang Soesetyo (Golkar) yang disertai fokus penyelidikan Panitia Angket Century yang diajukan beberapa anggota DPR tersebut adalah sebagai berikut:18

Menyelidiki ke mana saja aliran dana talangan Bank Century, mengingat sebagian dana talangan tersebut oleh direksi Bank Century justru ditanamkan dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) dan dicairkan bagi nasabah besar (Budi Sampoerna). Sementara kepentingan nasabah

Mengetahui sejauh mana pemerintah melaksanakan peraturan perundangan yang berlaku, terkait keputusannya untuk mencairkan dana talangan (bail out) Rp 6,76 triliun untuk Bank Century. Adakah indikasi pelanggaran peraturan perundangan, baik yang bersifat pidana maupun perdata.

Mengurai secara transparan komplikasi yang menyertai kasus pencairan dana talangan Bank Century. Termasuk mengapa bisa terjadi perubahan Peraturan Bank Indonesia secara mendadak, keterlibatan Kabareskrim Mabes Polri ketika itu, Komjen Susno Duadji, dalam pencairan dana nasabah Bank Century, dan kemungkinan terjadi konspirasi antara para pemegang saham utama Bank Century dan otoritas perbankan dan keuangan pemerintah.

18


(37)

kecil justru terabaikan. Adakah faktor kesengajaan melakukan pembobolan uang negara demi kepentingan tertentu, misalnya politik, melalui skenario bail out bagi Bank Century.

Menyelidiki mengapa bisa terjadi pembengkakan dana talangan menjadi Rp 6,76 triliun bagi Bank Century? Sementara Bank Century hanyalah sebuah bank swasta kecil yang sejak awal bermasalah, bahkan saat menerima bail out, bank ini dalam status pengawasan khusus. Rasionalkah alasan pemerintah bahwa Bank Century patut diselamatkan karena mempunyai dampak sistemik bagi perbankan nasional secara keseluruhan.

Mengetahui seberapa besar kerugian negara yang ditimbulkan oleh kasus bail out Bank Century dan sejumlah kemungkinan penyelamatan uang negara bisa dilakukan. Sebab lain penegakan hukum, di tengah berbagai kesulitan hidup yang dialami masyarakat kebanyakan, aspek penyelamatan uang negara ini sangat penting untuk dijadikan perioritas demi memenuhi rasa keadilan rakyat. Selanjutnya, uang negara yang dapat diselamatkan bisa digunakan untuk kepentingan meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya.19

Dalam sidang pansus menghasilan 2 pilihan : yaitu opsi pilihan A yang menyatakan bahwa tidak terjadi pelanggran yang digagas oleh Demokrat, PKB dan PAN, Opsi C bahwa telah terjadi pelanggaran

19


(38)

terhadap bailout century yang direkomendasikan oleh PDI-P, GOLKAR dan HANURA

Keanggotaan Panitia Khusus Hak Angket Bank Century terdiri dari tigapuluh anggota yang berasal dari fraksi yang ada dalam Dewan Perwakilan Rakyat terdiri dari :

Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Yahya Sacawiria, Benny K Harman, Achsanul Qosasi, Radityo Gambiro, I Wayan Gunastra, Agus Hermanto, dan Ruhut Sitompul.

Fraksi Partai Golkar Idrus Marham, Ade Komaruddin, Ibnu Munzir, Bambang Soesatyo, Melkiyas Mekeng, dan Agun Gunanjar.

Fraksi PDI Perjuangan Maruarar Sirait, Eva Kusuma Sundari, Ganjar Pranowo, Hendrawan Supratikno, dan Gayus Lumbuun. Fraksi PKS Andi Rahmat, Mahfudz Siddik dan Fahri Hamzah. (Muhammad Misbakhun sebagai pengusul tidak diikutkan menjadi anggota pansus oleh Fraksi PKS)

Fraksi PAN Asman Abnur dan Tjatur Sapto Edy. Fraksi PKB Anna Mu'awanah dan Marwan Ja'far. Fraksi PPP Romahurmuziy dan Ahmad Yani. Fraksi Gerindra Ahmad Muzani.

Fraksi Hanura Akbar Faisal

3. Sidang Paripurna

Setelah pansus Century menghasilkan keputusan maka selanjutnya permasalahan Bank Century dibawa kesidang Paripurna. Inti dari sidang


(39)

paripurna adalah menetapkan status Bank Century bermasalah atau tidak, opsi A atau opsi C, dalam paripurna itu DPR menyepakati untuk memilih opsi bahwa telah terjadi penyelewengan kewenangan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dalam bailout Bank Century

2.4 Koalisi Partai Demokrat

2.4.1 Proses Terjadinya Koalisi

Dalam pemilu legislatif 2009 partai Demokrat tampil sebagai peraub suara terbanyak mengalahkan 2 partai besar yaitu GOLKAR DAN PDI-P yang pada pemilu sebelumnya merupakan peraih suara terbanyak, PDI-P pada pemilu tahun 1999 dan GOLKAR pada pemilu 2004

Kemenangan partai Demokrat ini merupakan sebuah kejutan mengingat partai ini baru berusia 5 tahun, namun dari segi pencampain banyak para ahli memandang bahwa keberhasilan Demokrat menjadi pemenang pemilu 2004 ini lebih disebabkan oleh ketokohan SBY ketimbang kekuatan partai Demokrat itu sendiri, hal ini terbukti kembali pada hasil Pilpres 2009 dimana SBY kembali menjabat untuk kedua kalinya setelah mengalahkan pesaingnya yaitu Megawati dan Yusuf Kalla.

Kemengan partai Demokrat pada pemilu 2009 kemarin secara otomatis menjadikan partai Demokrat menguasai mayoritas kursi di parlemen dan juga menjadi partai pendukung pemerintah, untuk mengankan dan memperlancar proses berlangsungnya pemerintahan secara efektif dan efisien, partai Demokrat


(40)

melakukan koalisi dengan partai-partai politik yang lain. Koalisi ini dibangun setelah pemilu legislatif berakhir.

Jalan untuk memperkuat sistem presidensial harus dimulai, koalisi ini

merupakan suatu keharusan untuk melakukan konsolidasi dengan menjadikan sistem multipartai ke penyederhanaan partai. Harus diakui, terlepas dari berbagai kekurangannya, pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto telah menerapkan sistem presidensial. Salah satu faktornya adalah sistem kepartaian yang sederhana. Walaupun pemerintahan Orde Baru memiliki sisi kelemahan, yaitu dominasi absolut Partai Golkar pada waktu itu yang didukung oleh pemerintahan yang berkuasa dan TNI.

Berdasarkan hasil pileg yang ditetapkan KPU, partai Demokrat memperoleh 20,85% (148 kursi), Golkar 14,45 (108kursi), PDI-P 14,03% (93 kursi), PKS 7,88% (59 kursi), PAN 6,01% (42 kursi), PPP 5,32% (39 kursi), PKB 4,94% (26 kursi),Gerindra 4,46% (30 kursi), dan Hanura 3,77% (15 kursi). Adapun suara 29 parpol lainnya berada di bawah PR. Sebagai parpol pemenang pemilu dan ditambah dengan elektabiltas SBY yang tinggi, Partai Demokrat seolah menjadi “gadis cantik” yang mengundang banyak pria. Sejumlah parpol kecil yang tak lolos PR dan partai menengah, seperti PBB, PKS dan PKB, langsung merapat ke Demokrat tanpa kendala politik internal berarti. Hal yang sama juga ditunjukkan Golkar. Menyadari perolehan suaranya yang lebih kecil daripada Demokrat, Golkar mengusung kembali pasangan SBY-JK. Hsl ini bisa dilihat pengalaman pahit SBY berduet dengan JK selama periode 2004-2009, membuatnya relatif hati-hati. Selain karena pemerintahannya dinilai banyak orang memiliki “dua sopir”, Golkar juga mengesankan bermain mata dengan PDI-P yang diawali dari


(41)

pertemuan kedua parpol tersebut di Palembang tahun 2007. Keberatan terhadap JK juga secara jelas dinyatakan elit PKS.20

Dengan motto “lebih cepat lebih baik”, Golkar – Hanura melompat ke luar dan mendeklarasikan JK-Wiranto sebagai pasangan capres-cawapres dan sekaligus membuyarkan impian “koalisi besar” blok Megawati dan sekaligus ancaman boikot pemilu. Jalan buntu yang dihadapi PDI-P – Gerindra pun semakin tampak karena masing-masing pihak tak juga bergeming dari pendiriannya.

Penolakan halus SBY terhadap JK telah membuat Golkar beralih ke PDI-P dengan mengusung JK sebagai capres. Keadaan tersebut telah membuat peta koalisi besar beralih dari blok SBY ke blok Megawati. Golkar, PDI-P, Gerindra, Hanura, dan sejumlah parpol kecil lainnya pun mendeklarasikan “koalisi besar” di parlemen. Tetapi, keceriaan tersebut seolah terhenti ketika mereka tak bisa menemukan titik temu untuk mengusung capresnya. Sebab semua pimpinan parpol berlindung di balik amanat parpolnya untuk hanya menjadi capres dan bukan cawapres.

Tanpa mengesampingkan faktor lainnya, seperti elektabilitas, jalan buntu yang dihadapi blok Megawati tersebut agaknya juga disebabkan oleh usia para capres masing-masing parpolnya. Usia rata-rata mereka yang di atas kepala 6 dan mendekati kepala 7 telah membuat mereka tak melihat kesempatan lain, kecuali dalam pemilu ini. Itulah sebabnya mengapa realitas perolehan suara pileg masing-masing parpol seperti dikesampingkan.

20

24 Maret 2010 Pukul 00.10


(42)

Sementara itu, pilihan untuk mencari cawapres dari parpol lain semakin sulit. Sebab PAN dan PPP sudah menunjukkan kecenderungannya untuk merapat ke Demokrat. Seolah menyertai keduanya isu terakhir yang mengejutkan banyak pihak adalah adanya kabar angin yang menyebutkan bahwa PDI-P telah menjalin komunikasi dan menjajaki kemungkinan berkoalisi dengan Demokrat.

Melihat jalannya drama koalisi politik tersebut, tampak sekali bahwa pembangunan koalisi antarparpol sangat dipengaruhi oleh faktor kepentingan partai dan elitnya., platform dan misi partai masing-masing. Fenomena ini sesungguhnya bukan hal baru. Pada masa Orde Lama, misalnya, dua partai Islam terbesar, yakni NU dan Masyumi saling berseberangan. NU lebih memilih merapat ke Sukarno, sedangkan Masyumi justru memilih menjadi rivalnya Sukarno.

Kalaupun pernah terjadi koalisi antarparpol Islam dalam bentuk “Poros Tengah”, koalisi tersebut bersifat sangat rapuh karena sarat dengan kepentingan politik. Meskipun koalisi tersebut berhasil menjadikan Gus Dur sebagai presiden pertama era reformasi, masa koalisi tersebut tak lebih dari seumur jagung yang pupus seiring dengan dilengserkannya Gus Dur dari kursi kepresidenannya, khususnya, oleh kelompok mereka sendiri.21

Fenomena yang sama juga dialami oleh SBY dan partainya. Tidak sedikit kebijakan pemerintah yang tak didukung oleh parpol yang mengaku berkoalisi dengan Demokrat. Sejumlah hak angket di DPR, misalnya, juga dimotori oleh beberapa anggota DPR dari parpol yang berkoalisi dengan pemerintah, termasuk

21

Satu peristiwa yang dapat dicermati adalah Poros Tengah Menaikkan Gusdur ke kursi Presiden dan mereka juga yang mendepak Gusdur dari kursi Presiden


(43)

PKS dan Golkar. Oleh karena itulah, jauh-jauh hari SBY sudah menyatakan hanya akan membangun koalisi dengan kontrak politik yang jelas.

2.4.2 Komposisi Koalisi

Diawal awal selesainya Pemilu Legislatif jelas memang Partai Demokrat masih hati-hati dalam menentukan koalisi dalam pemilu 2009. untuk merajut koalisi dan penjajakan dengan Partai Politik yang ingin bergabung ada dua cara yang dilakukan oleh Partai Demokrat:

Pertama, Menunggu Partai politik untuk menyatakan bergabung dan berkomitmen membangun koalisi dan pemerintahan.

Kedua,bersafari melakukan silaturahmi dan kunjungan ke Partai Politik yang memberikan sinyal positif untuk bergabung bersama dengan partai

Demokrat22

22

Keterangan Hadi Utomo dalam keterangan persnya di Bravo Media Center Jakarta, Rabu 1 April2009.

Tujuh partai yang dimaksud yakni, Partai Keadilan Sejahtera atau PKS, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia atau PKP Indonesia, Partai Patriot, dan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP).

Meski telah melakukan kunjungan kepada tujuh parpol itu, namun Demokrat tetap membuka peluang untuk menjajaki komunikasi dengan partai lain. Bahkan, tetap terbuka kemungkinan koalisi dengan PDI-P dan Partai Golkar. dalam suatu kesempatan Hadi Utomo menambahkan


(44)

“pembicaraan mengenai koalisi sebelum Pemilu Legislatif sangat rapuh. Karena itu, pertemuan itu hanya bersifat silaturrahmi untuk mensukseskan pemilu legislatif.

Terutama dengan ketujuh partai diatas kesepatakan untuk berkoaliasi masih menjadi pembahasan panjang dan hal ini memang dapat terlihat jelas dengan tahapan koalisi pada fase berikutnya.

Komposisi yang dibangun Demokrat dalam mengukuhkan koalisi di isi dengan beragam partai politik. Diantara partai politik tersebut:

1. Partai Keadilan Sejahtera 2. Partai Persatuan Pembangunan 3. Partai Amanat Nasional 4. Partai Kebangkitan Bangsa

Dalam kabinet partai tersebut ikut berpatisipasi dalam menempatkan kadernya di Kabinet dan di tambah dengan partai Golkar23

23

Khusus untuk Partai Demokrat yang berbeda paham dengan Demokrat dalam Pilpres kemarin malakukan koalisi bukan dengan partai Demokrat melainkan dengn SBY.

yang menitipkan kadernya mendukung peemerintahan yang digawangi oleh partai Demokrat itu. Komposisi penempatan porsi kabinet meliputi dua unsur dari kalangan Partai Politik khususnya partai koalisi, tekhnisi dan kelompok professional.


(45)

2.5 Profil Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Visi dan Misi24

1. Partai da'wah yang memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

VISI

Visi Umum:

"Sebagai Partai Da'wah Penegak Keadilan Dan Kesejahteraan Dalam Bingkai Persatuan Ummat Dan Bangsa."

Visi Khusus:

Partai Berpengaruh Baik Secara Kekuatan Politik, Partisipasi, Maupun Opini Dalam Mewujudkan Masyarakat Indonesia Yang Madani.

Visi ini akan mengarahkan Partai Keadilan Sejahtera sebagai :

2. Kekuatan transformatif dari nilai dan ajaran Islam di dalam proses pembangunan kembali umat dan bangsa di berbagai bidang.

3. Kekuatan yang mempelopori dan menggalang kerjasama dengan berbagai kekuatan yang secita-cita dalam menegakkan nilai dan sistem Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

4. Akselerator bagi perwujudan masyarakat madani di Indonesia.

MISI

1. Menyebarluaskan da'wah Islam dan mencetak kader-kadernya sebagai anashir taghyir.

24


(46)

2. Mengembangkan institusi-institusi kemasyarakatan yang Islami di berbagai bidang sebagai markaz taghyir dan pusat solusi.

3. Membangun opini umum yang Islami dan iklim yang mendukung bagi penerapan ajaran Islam yang solutif dan membawa rahmat.

4. Membangun kesadaran politik masyarakat, melakukan pembelaan, pelayanan dan pemberdayaan hak-hak kewarganegaraannya.

5. Menegakkan amar ma'ruf nahi munkar terhadap kekuasaan secara konsisten dan kontinyu dalam bingkai hukum dan etika Islam.

6. Secara aktif melakukan komunikasi, silaturahim, kerjasama dan ishlah dengan berbagai unsur atau kalangan umat Islam untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah dan wihdatul-ummah, dan dengan berbagai komponen bangsa lainnya untuk memperkokoh kebersamaan dalam merealisir agenda reformasi.

7. Ikut memberikan kontribusi positif dalam menegakkan keadilan dan menolak kedhaliman khususnya terhadap negeri-negeri muslim yang tertindas.

2.5.1 Sejarah PK Sejahtera

Partai Keadilan Sejahtera (PK-Sejahtera) merupakan pelanjut perjuangan Partai Keadilan (PK) yang dalam pemilu 1999 lalu meraih 1,4 juta suara (7 kursi DPR, 26 kursi DPRD Propinsi dan 163 kursi DPRD Kota/Kabupaten).

PK-Sejahtera percaya bahwa jawaban untuk melahirkan Indonesia yang lebih baik di masa depan adalah dengan mempersiapkan kader-kader yang berkualitas baik secara moral, intelektual, dan profesional. Karena itu,


(47)

PK-Sejahtera sangat peduli dengan perbaikan-perbaikan ke arah terwujudnya Indonesia yang adil dan sejahtera.

Kepedulian inilah yang menapaki setiap jejak langkah dan aktivitas partai. Dari sebuah entitas yang belum dikenal sama sekali dalam jagat perpolitikan Indonesia hingga dikenal dan eksis sampai saat ini. Sebagai partai yang menduduki peringkat 7 dalam pemilu 1999 lalu, PK (kini PK-Sejahtera) bertekad untuk meningkatkan daya pengaruhnya dalam pemilu 2004 mendatang.

Untuk mengetahui sekilas sejarah PK-Sejahtera25

Tahun 1998

, akan dipaparkan secara singkat di bawah ini:

20 Juli 1998

Partai Keadilan (PK) didirikan di Jakarta. Hal tersebut dinyatakan dalam konferensi pers di Aula Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta.

9 Agustus 1998

Deklarasi PK di lapangan Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, dihadiri oleh 50.000 massa.

19

September 1998

PK menolak pemberlakuan asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Hal itu dinyatakan Presiden PK Dr Ir Nurmahmudi Isma'il dalam pidato politik peresmian DPW PK DIY.

3-6 Desember 1998

Musyawarah Kerja Nasional I digelar di Kampung Wisata Insan Krida (KWIK), Parung, Bogor, dan ditutup di hotel Cempaka, Jakarta setelah sebelumnya melakukan konvoi kendaraan dari Bogor-Jakarta.

Tahun 1999

19 Februari 1999

KH Didien Hafidhudin ditetapkan sebagai Calon Presiden RI dari Partai Keadilan.

30 Mei 1999

Delapan partai politik berasaskan Islam menyatakan bersatu dan menyepakati penggabungan sisa suara (stembus accord) hasil Pemilu 1999. Ke delapan partai itu adalah PPP, Partai Keadilan, Partai Kebangkitan Ummat, Partai Ummat Islam, PPII Masyumi. PNU. PBB. dan PSII 1905.

3 Juni 1999 Ribuan kader dan simpatisan Partai Keadilan memenuhi janji mereka untuk "memutihkan" Ibukota serta berkumpul di Bundaran HI menandai berakhirnya kampanye partai tersebut di Jakarta. 2 Agustus Partai Keadilan (PK) menandatangani hasil penghitungan suara

25


(48)

1999 pemilu dengan catatan pemilu relatif luber dan tidak jujur dan adil (jurdil). Keputusan ini diambil PK dengan pertimbangan adanya reaksi positip berupa pengakuan dari panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) bahwa Pemilu 1999 yang baru lalu masih jauh dari jurdil. Penandatanganan hasil pemilu dilakukan di kantor KPU, Senin sore (2/8).

20 Oktober 1999

PK menerima tawaran kursi kementerian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid.

21 Oktober 1999

PK menunjuk Dr Ir Nurmahmudi Isma'il MSc sebagai calon menteri yang diajukan karena memiliki kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas.

Tahun 2000

16 April 2000

Dr Ir Nurmahmudi Isma'il mengundurkan diri dari jabatan Presiden Partai dan selanjutnya akan berkonsentrasi di kementerian Kehutanan dan Perkebunan.

18-21 Mei 2000

PK menggelar Musyawarah Nasional I di hotel Bumiwiyata, Depok.

21 Mei 2000

Dr Hidayat Nurwahid, MA terpilih sebagai Presiden kedua Partai Keadilan menggantikan Dr. Ir. Nurmahmudi Isma'il dalam Musyawarah Nasional I PK di hotel Bumiwiyata, Depok.

3 Agustus 2000

Delapan partai Islam (PPP, PBB, PK, Masyumi, PKU, PNU, PUI, PSII 1905) menggelar acara Sarasehan dan Silaturahim Partai-partai Islam di masjid Al Azhar dan meminta Piagam Jakarta masuk dalam Amandemen UUD 1945.

12 Oktober 2000

DPP Partai Keadilan (PK) menemui Wakil Ketua DPR Ri Soetardjo Soerjogoeritno di gedung DPR RI dan meminta delegasi IPU DPR RI untuk mengusahakan resolusi yang di dalamnya tidak hanya mengecam keras Israel, tapi sekaligus mengeluarkan Israel dari keanggotaan IPU.

13 Oktober 2000

Puluhan ribu massa Partai Keadilan (PK) yang berunjuk rasa di halaman Gedung DPR. Di bawah tangga gedung paripurna DPR aktivis PK membakar bendera Israel. PK meminta agar RI konsisten dengan sikap menyesalkan, menolak dan mengecam Israel menyusul penyerangan ke Palestina.

9

November 2000

Partai Keadilan menggelar acara Gelar Sambut Ramadhan. Masyarakat dan pemimpin bangsa diingatkan untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan. Ribuan massa Partai Keadilan (PK) dari Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi menghadiri acara Gelar Sambut Ramadhan. Tablik akbar ini diselenggarakan di Bumi Perkemahan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (19/11) pagi.

Tahun 2001

20 Januari 2001

PK menggelar Silaturahim dan Halal Bihalal di Silang Monas, Jakarta. Dalam orasinya Presiden PK Hidayat Nur Wahid menyatakan PK berlepas diri dari segala efek negatif pola dan


(49)

produk kepemimpinan kontroversial kontraproduktif yang dilakukan Presiden Abdurrahman Wahid.

2 Maret 2001

DPP PK mengadakan bakti sosial di propinsi Banten yang terkena musibah banjir dan tanah longsor.

8 Oktober 2001

Lebih dari 150 anggota legislatif dari Partai Keadilan (PK) dari seluruh Indonesia, Senin (8/10) mendatangi Kedubes Amerika Serikat di Jalan Merdeka Barat dan bergabung dengan massa yang sudah lebih dulu melakukan aksi menentang terorisme AS.

19 Oktober 2001

PK gelar demo besar menentang agresi militer AS ke Afghanistan. Aksi besar ini diikuti 40.000 orang dan mendapat pujian dari berbagai pihak karena berlangsung damai dan tertib. Dalam aksi itu dibentuk Komite Indonesia untuk Solidaritas Afghanistan (KISA) yang diketuai oleh Dr Salim Segaf Al Djufri.

Tahun 2002

7 April 2002

PK gelar aksi keadilan untuk Palestina menentang aksi terorisme Israel atas bangsa Palestina di Silang Monas, Jakarta. PK juga membentuk Komite Keadilan untuk Pembebasan Al Aqsha (KKPA) yang diketuai oleh Dr Ahzami Zami'un Jazuli.

25 Mei 2002

PK gelar acara Gerak Jalan Keluarga (GJK) menyambut Maulid Nabi 1423 H dari Silang Monas - MH Thamrin - Bundaran HI - Silang Monas.

8 Juni 2002 15 pimpinan parpol yang tidak memenuhi ketentuanelectoral

threshold dua persen berdasar Undang-Undang (UU) Pemilu

Nomor 3 Tahun 1999 sepakat menandatangani dokumen bersama di Hotel Sahid, Jakarta, untuk menolak pemberlakuan ketentuan tersebut. Mereka juga menuntut agar semua parpol peserta Pemilu 1999 diikutkan lagi dalam Pemilu 2004 walaupun ada parpol yang sama sekali tidak mempunyai perolehan kursi di DPR/DPRD. Partai yang terlibat pada pertemuan yang diprakarsai Partai Keadilan dan Persatuan (PKP), yaitu Partai Keadilan (PK), Partai Demokrasi Kasih Bangsa, Partai Nahdlatul Umat, Partai Demokrasi Indonesia, Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia, Partai Katolik Demokrat, Partai Daulat Rakyat, Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Partai Persatuan, Partai Syarekat Islam Indonesia, Partai Nasional Indonesia Massa Marhaen, Partai Nasional Indonesia Front Marhaenis, Partai Politik Islam Indonesia Masyumi, dan Partai Kebangkitan Umat.

Tahun 2003

9 Februari 2003

Ratusan ribu massa PK berunjuk rasa menolak serangan AS ke Irak di sepanjang Jl. MH Thamrin hingga kedubes AS.

20 Maret 2003

Sekali lagi, PK bersama PKS menggelar aksi damai menentang serangan AS ke Irak di sepanjang Jl. MH Thamrin hingga kedubes AS. Aksi diikuti oleh 30.000 massa.

30 Maret 2003

PKS bersama Komite Indonesia untuk Solidaritas Rakyat Irak (KISRA) serta seluruh elemen masyarakat menggelar aksi ‘Sejuta


(50)

Umat' dari Bunderan HI hingga kedubes AS, Jakarta. Aksi ini merupakan aksi terbesar sepanjang massa dan mampu mengusik para pemimpin dunia.

17 April 2003

Musyawarah Majelis Syuro XIII Partai Keadilan yang berlangsung di Wisma Haji Jawa Barat, Bekasi, merekomendasikan PK untuk bergabung dengan PKS.

20 April 2003

Deklarasi DPP PKS di Silang Monas, Jakarta, yang dihadiri oleh 40.000 massa.

26 Mei 2003

PK dan PKS mendeklarasikan Crisis Centre untuk Rakyat Aceh (CCRA) di halaman Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. CCRA dimaksudkan untuk membantu rakyat Aceh yang tengah dilanda konflik berkepanjangan.

4 Juni 2003 DPP PKS dinyatakan lulus verifikasi oleh Depkehham. Verifikasi dilakukan di kantor sekretariat Jl. Mampang Prapatan VIII No. R-2, Jakarta.

5 Juni 2003 PK selenggarakan acara ‘Silaturahim Nasional Anggota Legislatif Partai Keadilan' di Wisma DPR, Cikupa, Cisarua, Bogor, yang diikuti oleh 180 anggota dewan dari seluruh Indonesia.

8 Juni 2003 PKS gelar ‘Dzikir dan Doa untuk Rakyat Aceh' di halaman Masjid Agung Al Azhar, Jl. Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta, diikuti oleh ribuan massa.

10 Juni 2003

PK bersama PKS melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung MPR/DPR Jl. Gatot Subroto, Jakarta, untuk mendukung disahkannya RUU Sisdiknas oleh DPR RI.

2 Juli 2003 Partai Keadilan Sejahtera (PK Sejahtera) telah menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM (Depkehham) di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat Propinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat Kabupaten/Kota). Ini berarti PK Sejahtera telah melengkapi 100% persyaratan verifikasi Depkehham.

3 Juli 2003 PK bergabung dengan PKS yang dilakukan di kantor pengacara Tri Sulistyowarni di Pamulang, Tangerang. Dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota dewan dan para kadernya.

20 Juli 2003

Musyawarah Majelis Syuro I PKS yang berlangsung di Ruang Binasentra, Kompleks Bidakara, Jakarta, menetapkan delapan kriteria Calon Presiden (Capres) RI versi PKS. Selain itu dicanangkan juga mekanisme pemilihan capres melalui Jaring Capres Emas.

22 Juli 2003

Ribuan massa PKS melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. PKS menolak kebijakan Bulog seperti beras impor dan dana talangan Sukhoi yang dinilai menyengsarakan ribuan petani.

8 Agustus 2003

DPP PKS mencanangkan program Safari ‘Aam Intikhobi (Tahun Pemenangan Pemilu), yaitu program safari tokoh-tokoh partai ke berbagai daerah untuk mensosialisasikan dan mensukseskan pemilu


(51)

2004. Acara berlangsung di Aula Masjid Baitussalam, Duren Tiga, Jakarta.

2.6 Hasil Keputusan Pansus Century

Terdapat 2 Opsi yang diajukan untuk voting:

1. Opsi A berisi sejumlah kesimpulan yakni munculnya permasalahan bank Century akibat dari merger/akuisi Bank Pikko, Bank CIC dan Bank Danpac. Kebijakan Bank Indonesia yang menyatakan bahwa krisis Bank Century berdampak sistemik hanya berdasarkan Perppu No 4/2008, dan Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) juga menggunakan Perppu yang sama untuk menetapkan krisis Bank Century berdampak sistemik.Penetapan ini disertai data-data yang cukup namun Pansus tidak menemui adanya aliran dana pada salah satu partai dan pasangan calon presiden. Melalui ini Pansus menyerahkan penilaian kasus Bank Century pada lembaga hukum.

2. Opsi C berisi kesimpulan yang lebih tegas, Patut diduga terjadi penyimpangan dalam proses pengambilan kebijakan oleh otoritas moneter dan fiskal yang diikuti banyak penyalahgunaan mulai dari akuisisi merger, pemberian FPJP, PMS hingga tahap aliran dana. penyalahgunaan ini mengikutsertakan pemilik saham dan manajemen Bank Century. Kasus Bank Century merupakan perbuatan melanggar hukum yang berlanjut/penyalahgunaan wewenang oleh pejabat otoritas moneter dan fiskal sehingga dapat di kelompokkan kedalam tindak pidana korupsi yang merugikan negara.


(52)

Namun dalam perjalanannya muncullah opsi ketiga yaitu opsi AC, akan tetapi opsi AC ini gagal mendapat sambutan karena hanya didukung oleh 246 suara sedangkan yang menolak terdapat 294 suara. Pendukung opsi AC ini adalah F. Partai Demokrat,F. Partai Amanat Nasional, F. Partai Kebangkitan Bangsa dan F. Partai Persatuan Pembanguanan. Agun Gunandjar Sudarsa dari F. Partai Golkar mengatakan opsi AC ini mnyesatkan, ia menduga opsi itu untuk memecah kesolidan fraksi-fraksi lain termasuk partai Golkar.

Malam itu juga sempat terjadi kejutan yang meriuhkan ruangan yaitu bergabungnya F. Partai Persatuan Pembangunan kedalam opsi C, seketika ruangan berubah menjadi ramai dengan yel-yel dukungan untuk F. Partai Persatuan Pembangunan.

Inilah kesimpulan akhir dari penelusuran panjang Bank Century yang dimenangkan oleh opsi C dengan 325 suara terdiri dari suara F. Partai Golkar, F. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, F. Partai Keadilan Sejahtera, F. Partai Gerindra dan F. Partai Hanura, sedangkan opsi A sebanyak 212 suara terdiri dari F. Partai Demokrat, F. Partai Kebangkitan Bangsa, F. Partai Amanat Nasional.


(53)

BAB III

KELANJUTAN KOALISI PARTAI DEMOKRAT DENGAN PKS

3.1 Hasil Voting Kasus Bank Century

Hasil voting dalam kasus bailout Bank Century di paripurna DPR memperlihatkan rapuhnya koalisi yang dibangun oleh Partai Demokrat (PD), partai pendukung Presiden SBY. Golkar dan PKS tegas melakukan perlawanan dan PPP bermain zigzag. Hanya PAN dan PKB yang tetap setia pada koalisi.

Dari awal Pansus Century dibentuk, politisi PKS dan Partai Golkar terlihat berani dan sering berlawanan dengan pesan-pesan yang dibawa PD. Hingga sampai sidang paripurna kedua digelar pada 3 maret 2010, sikap Fraksi PKS dan Fraksi Partai Golkar tetap tegas. Mereka menetapkan bahwa penyelamatan Bank Century dengan pemberian fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP) dan merupakan kebijakan yang salah.

Sedangkan PPP bermain dengan menyusuri jalan berkelok-kelok, meski akhirnya para politisi Fraksi PPP memilih opsi C yang menyatakan bahwa penyelamatan Bank Century bermasalah. Di Pansus Century, para politisi PPP tampak berani dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang tajam kepada para saksi yang diperiksa sebagaimana politisi PKS dan PD.

Namun, dalam paripurna kedua, PPP tampak mengubah sikap. Dalam pandangan akhirnya yang dibacakan Hasrul Azwar, Fraksi PPP tidak menyebutkan opsi yang dipilih. Fraksi PPP cenderung untuk berada satu haluan


(54)

dengan Partai Demokrat yang menyatakan bahwa bailout Century tidak bermasalah.

Condongnya Fraksi PPP kepada koalisi pendukung SBY-Boediono semakin terlihat saat mengusulkan dalam lobi penggabungan opsi A dan C. Fraksi PPP berada dalam satu barisan bersama Fraksi PD, Fraksi PAN dan Fraksi PKB. Dalam voting untuk menentukan perlu tidaknya opsi AC (penggabungan opsi A dan opsi C), hampir semua anggota FPPP memilih setuju.

Namun, Fraksi PPP berbalik arah setelah voting pertama menghasilkan opsi AC ditolak. Dalam voting kedua, semua anggota Fraksi PPP yang hadir memilih opsi C. Kontan saja, sikap Fraksi PPP ini mendapat tepukan dari para pendukung opsi C.

Hanya Fraksi PAN dan Fraksi PKB yang tetap setia dengan PD sebagai pemimpin koalisi. Sejak awal sidang paripurna hingga akhir sidang paripurna, Fraksi PAN dan Fraksi PKB selalu sejalan dengan dengan PD.

Sementara itu, para parpol yang tidak bergabung dalam koalisi selalu tancap gas berlawanan dengan PD. Fraksi PDI-P dan Fraksi Partai Hanura terlihat paling keras. Sedangkan Fraksi Partai Gerindra sempat melakukan akrobat politik, meski akhirnya dalam sidang paripurna berada dalam barisan opsi C.


(55)

3.2 Kasus Bank Century di Mata Publik (Survey versi Indo Barometer)

Kasus dana penyelamatan Bank Century merupakan isu yang sangat menyita perhatian publik. Hal ini terbukti dari tingkat pengetahuan publik yang sangat tertinggi terhadap kasus ini (77%). Angka ini diatas pengetahuan masyarakat tentang Program 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono ( 49%), dan penahanan Bibit Waluyo-Chandra Hamzah (69%). Ia hanya kalah populer terhadap kasus pembunuhan Nasruddin Zulkarnaen (79%).

Asumsi tersebut dicek di masyarakat dengan beberapa pertanyaan, salah satunya dengan meminta mereka memilih di antara dua pendapat tentang dampak kebangkrutan Bank Century, yakni apakah:

1. harus dihindari agar masyarakat tetap percaya pada bank, atau: 2. kebangkrutan itu tidak akan membuat kepercayaan pada bank hilang. Jawaban terhadap pertanyaan itu seperti sudah dikupas pada, bahwa yang setuju pendapat pertama ada 26% dan yang setuju pendapat kedua 36%. Dalam survei ini juga dicek persepsi masyarakat Indonesia tentang sebab kebangkrutan Bank Century, apakah karena krisis internasional atau salah kelola oleh pemilik bank.

Untuk masalah tersebut, lebih banyak masyarakat yang menganggap salah kelola sebagai penyebab (58%) ketimbang krisis internasional (10%). Adapun tentang pihak yang dianggap mengambil keputusan terhadap kasus Bank Century, mayoritas (43%) menyebut Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur BI (waktu itu) Boediono dan hanya 10% yang menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketika ditanya lebih lanjut apakah Menkeu Sri Mulyani telah


(56)

bertindak benar atau salah dalam kasus ini, 43% menyatakan Sri Mulyani salah dan 33% menyatakan benar.

Untuk Gubernur BI Boediono, 46% menyatakan Boediono salah dan 30% menyatakan benar. Namun sebaliknya untuk Presiden SBY, 53% menyatakan SBY benar dan 25% menyatakan salah. Salah satu aspek penting dari kasus Bank Century adalah kecurigaan bahwa dana penyelamatan terhadap Bank Century mengalir ke Presiden SBY, keluarganya, Partai Demokrat dan tim sukses pilpres 2009. Ternyata kelompok masyarakat yang menilai SBY, keluarganya, Partai Demokrat dan timses tidak menerima persentasenya lebih banyak daripada kelompok yang berpendapat SBY, keluarganya, Partai Demokrat, dan timses menerima.

Dari temuan-temuan di atas, terlihat bahwa kasus Bank Century cenderung berakibat lebih buruk terhadap Sri Mulyani dan Boediono ketimbang SBY. Hal ini juga terlihat dari tingkat kepuasan publik dan pilihan presiden dan wapres jika pemilu dilaksanakan pada hari ini. Publik yang puas pada kerja SBY masih dominan (75%) dibandingkan dengan yang tidak puas (23%). Bandingkan dengan yang puas pada Boediono (40%), sementara yang tidak puas (44%). Yang memilih (kembali SBY) sebagai presiden 55%, sementara yang memilih Boediono (kembali) sebagai wapres hanya 18%.

Yang jelas, kasus Bank Century ini telah menjadi “lampu merah” bagi Boediono karena yang berpendapat kasus Bank Century dapat jadi alasan memakzulkan Wapres Boediono mencapai 33% . Angka ini lebih lebih tinggi daripada daripada yang berpendapat sebaliknya (26%). Akhirnya, publik sangat menunggu penyelesaian kasus Bank Century oleh Pansus Bank Century di DPR.


(57)

3.3 Koalisi Partai Demokrat Dalam Pansus Century

Panitia Khusus Hak Angket Bank Century berawal dari para pengusul yang terdiri dari sembilan orang yang kemudian hari lebih disebut sebagai Tim 9 yakni :

1. Maruarar Sirait (PDI-P), 2. Ahmad Muzani (Gerindra), 3. Andi Rahmat (PKS), 4. Lili Wahid (PKB),

5. Mukhamad Misbakhun (PKS), 6. Akbar Faisal (Hanura),

7. Chandra Tirta Wijaya (PAN), 8. Kurdi Mukhtar (PPP), dan 9. Bambang Soesetyo (Golkar) Yang disertai fokus penyelidikan26

1. Mengetahui sejauh mana pemerintah melaksanakan peraturan perundangan yang berlaku, terkait keputusannya untuk mencairkan dana talangan (bail out) Rp 6,76 triliun untuk Bank Century. Adakah indikasi pelanggaran peraturan perundangan, baik yang bersifat pidana maupun perdata.

Panitia Angket Century yang diajukan beberapa anggota DPR tersebut adalah sebagai berikut:

2. Mengurai secara transparan komplikasi yang menyertai kasus pencairan dana talangan Bank Century. Termasuk mengapa bisa terjadi perubahan

26


(58)

Peraturan Bank Indonesia secara mendadak, keterlibatan Kabareskrim Mabes Polri ketika itu, Komjen Susno Duadji, dalam pencairan dana nasabah Bank Century, dan kemungkinan terjadi konspirasi antara para pemegang saham utama Bank Century dan otoritas perbankan dan keuangan pemerintah.

3. Menyelidiki ke mana saja aliran dana talangan Bank Century, mengingat sebagian dana talangan tersebut oleh direksi Bank Century justru ditanamkan dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) dan dicairkan bagi nasabah besar (Budi Sampoerna). Sementara kepentingan nasabah kecil justru terabaikan. Adakah faktor kesengajaan melakukan pembobolan uang negara demi kepentingan tertentu, misalnya politik, melalui skenario bailout bagi Bank Century.

4. Menyelidiki mengapa bisa terjadi pembengkakan dana talangan menjadi Rp 6,76 triliun bagi Bank Century. Sementara Bank Century hanyalah sebuah bank swasta kecil yang sejak awal bermasalah, bahkan saat menerima bailout, bank ini dalam status pengawasan khusus. Rasionalkah alasan pemerintah bahwa Bank Century patut diselamatkan karena mempunyai dampak sistemik bagi perbankan nasional secara keseluruhan. 5. Mengetahui seberapa besar kerugian negara yang ditimbulkan oleh kasus

bail out Bank Century dan sejumlah kemungkinan penyelamatan uang negara bisa dilakukan. Sebab lain penegakan hukum, di tengah berbagai kesulitan hidup yang dialami masyarakat kebanyakan, aspek penyelamatan uang negara ini sangat penting untuk dijadikan perioritas demi memenuhi rasa keadilan rakyat. Selanjutnya, uang negara yang dapat diselamatkan


(59)

bisa digunakan untuk kepentingan meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya.27

Dalam sidang pansus menghasilkan 2 pilihan : yaitu opsi pilihan A yang menyatakan bahwa tidak terjadi pelanggaran yang digagas oleh Demokrat, PKB dan PAN, Opsi C bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap bailout century yang direkomendasikan oleh PDI-P, GOLKAR dan HANURA

3.4 Pandangan Fraksi terkait Kasus Bank Century

Pecahnya koalisi partai Demokrat dengan partai pendukung koalisi di sidang pansus kasus hukum Bank Century sebenarnya bisa dianalisis sejak awal pembentukan oleh deklarator Bank Century. Dalam sidang kansus Bank Century yang digelar saling tuding juga turut mewarnai antar negara anggota kasus Bank Century misalnya antara Demokrat-PDI-P.

Dalam sidang Pansus ini berulangkali di undang orang yang diindiaksikan terlibat dalam kasus Bank Century ini yang menarik adalah ketika tiba giliran Boediono dan Sri Mulyani dipanggil ke sidang pansus Century. Kompilasi pandangan akhir fraksi-fraksi yang tergabung dalam Panitia Khusus Angket Kasus Bank Century. Sekutu yang tersisa untuk Partai Demokrat mungkin hanya PAN karena tidak menyebut pihak yang harus bertanggung jawab.

Golkar akhirnya mengaskan sikapnya. Hanura yang paling langsung tunjuk hidung Wapres Boediono, sedang PPP? Yang ini tak menjamah Wapres dan Menkeu. Tapi, secara keseluruhan, PKS adalah pemilik daftar siapa saja yang

27


(60)

harus bertanggung jawab paling panjang. Berikut adalah pandangan Fraksi tersebut:

1) PPP

a) BI bertanggung jawab atas proses merger tiga bank menjadi Bank Century Sementara

b) Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dan LPS dianggap bertanggung jawab dalam penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik

c) mendesak aparat hukum menyita kekayaan RT (Robert Tantular), dan menangkap RAR dan HW (Rafat Ali Rizvi, Hesham al-Warraq)

d) Pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab dalam kasus Century adalah Manajemen CIC, Bank Century, BI saat akuisisi hingga merjer, BI pascamerjer, pejabat KSSK, LPN periode FPJP dan PMS

2) PDI-P

a) Yang bertanggungjawab dalam proses merger dan akuisisi karena terjadi pelanggaran hukum dan peraturan internal BI dan penyalahgunaan kewenangan BI: direksi, pemegang saham pengendali century, serta deputi gubernur BI

b) Yang bertanggung jawab dalam rangka penyertaan modal sementara: Ketua dan anggota KKSK, Deputi Gubernur BI.

c) Yang bertanggung jawab dalam aliran dana Century karena ada tindak pidana korupsi, pidana umum dan pelanggaran aturan perbankan : LPS, manajemen Century, Deputi Gubernur BI, Direktur Pengawasan BI, serta mantan Gubernur BI Boediono, mantan ketua KSSK Sri Mulyani, mantan


(1)

kursi, PAN 46 kursi, PPP 37 kursi dan PKB 28 kursi. Sedangkan oposisi hanya 137 kursi (24,47%) yang terdiri dari PDIP 94 kursi, Partai Gerindra 26 kursi, dan Hanura Partai 17 kursi.

Hitungan itu akan berubah jika usulan Partai Demokrat agar SBY mendepak PKS dan Partai Golkar diterima. Kekuatan oposisi akan menguat menjadi 301 (53,75%) dengan bergabungnya Partai Golkar dan PKS ke barisan PDIP cs. Sementara, koalisi pemerintah hanya sebesar 259 (46,25%) dengan hilangnya suara Golkar dan PKS.

Jika dilihat survey dari Indo Barometer28

28

Lihat Survey yang dilakukan oleh indo barometer pada sub judul nomor

, potensi pendepakan terhadap PKS kecil kemungkinan terjadi. Karena , sikap politik PKS terkait kasus Bank Century memiliki common sense dengan masyarakat luas. Kalau mengeluarkan PKS dari koalisi, publik justru akan ada di belakang dua partai ini seperti kasus Bibit-Chandra. Ini riskan bagi SBY.

Oleh karena itu pilihan paling aman bagi Presiden SBY dan Demokrat adalah merangkul kembali PKS dengan cara mengambil alih tanggung jawab politik atas kesalahan kebijakan yang diduga dilakukan oleh Boediono dan Sri Mulyani. Sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara, Presiden SBY harus melakukan itu jika ingin menyelamatkan negeri ini dari kisruh politik yang tidak berujung.


(2)

BAB IV

PENUTUP

4.1Kesimpulan

1. Hubungan antar parpol anggota koalisi mitra Pemerintah memanas ketika Pansus Century bergulir. Hal itu dibuktikan dengan adanya perbedaan pendapat dalam menyikapi kasus Century

2. Tiga parpol anggota koalisi yakni Golkar, PKS, PPP memilih opsi C yang menyatakan kebijakan fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) dan penyertaan modal sementara (PMS) ke Bank Century melanggar. Sedangkan Demokrat, PKB dan PAN memilih opsi sebaliknya

3. Isu yang berkembang di tubuh partai demkrat adalah mengeluarkan PKS dari koalisi, disebabkan PKS tidak sejalan dengan pemerintahan karena memilih opsi C yang menyatakan kebijakan fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) dan penyertaan modal sementara (PMS) ke Bank Century melanggar

4. Potensi untuk mengeluarkan PKS dari koalisi partai Demokrat kecil kemungkinan terjadi. Karena , sikap politik PKS terkait kasus Bank Century memiliki common sense dengan masyarakat luas. Kalau mengeluarkan PKS dari koalisi, publik justru akan ada di belakang dua partai ini seperti kasus Bibit-Chandra

5. Isu yang juga berkembang di tubuh Demokrat adalah Partai Demokrat ingin menarik PDI-P dan Gerindra menjadi patner koalisi. Namun apabila Presiden SBY memilih untuk mengikat janji dengan PDI


(3)

Perjuangan dan Gerindra sebagai pengganti PKS, tetap saja tidak ada jaminan bahwa dua parpol ini pun bisa seiring-sejalan dengan SBY dan Demokrat

4.2Saran

1. Secara real, koalisi sudah tidak efektif, partai koalisi tidak memiliki sikap yang sama, dan koalisi hanya perjanjian di atas kertas dan tidak efektif, untuk itu Partai Demokrat harus membenahi lagi partai koalisinya.

2. Agar SBY segera membuat langkah kongkrit dengan meneruskan rekomendasi DPR untuk dituntaskan secara hukum, oleh lembaga-lembaga terkait seperti KPK, Kejaksaan dan Kepolisisan

3. Pilihan paling aman bagi Presiden SBY dan Demokrat adalah merangkul kembali PKS dengan cara mengambil alih tanggung jawab politik atas kesalahan kebijakan yang diduga dilakukan oleh Boediono dan Sri Mulyani. Sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara, Presiden SBY harus melakukan itu jika ingin menyelamatkan negeri ini dari kisruh politik yang tidak berujung.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Denny, Napak Tilas Reformasi Politik Indonesia, Jakarta: LKIS. 2004 Ensiklopedi populer politik pembangunan pancasila edisi ke IV

Haris, Syamsudin, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005

Kartaprawira, Rusadu, Sistem Pengambilan Keputusan Demokratis Menurut Konstitusi, Bandung: Sinar Baru, 2000.

Kian Gie Kwik, Kebijakan ekonomi-politik dan hilangnya nalar, Jakarta : KOMPAS Media Nusantara, 2006

Mardalis, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta : Bumi Aksara, 1995.

Mclver, R.M., An Introductory Analysis, New York: Reinhart Holt & Winston, 1949

Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : LP3ES, 1998

Sumarto, Hatifah, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Obor, Jakarta. 2009.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik, Jakarta:Grasindo, 1992.

Thoha , Miftah, Birokrasi dan politik di Indonesia , Jakarta: LP3ES, 2003

Temuan Hasil Audit Investigatif oleh BPK tanggal 20 November 2009


(5)

Internet :

http://www.hukumonline.com. Berita: Kasus Bank Century picu rumor penarikan dana besar-besaran

http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=5f14615696649541a0 25d3d0f8e0447f&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5&PHPSESSID=1f 1d82cd26377d78a067a0414b116079

http://sorot.vivanews.com/news/read/12602-_kami_tak_lambat_tangani_century_ http://www.detikfinance.com. Berita: Menkeu:Kasus Bank Century dan Bank IFI Bukan Karena Krisis.

http://www.hukumonline.com. Berita: Mantan Dirut Bank Century di Tangkap. http://politikana.com/baca/2010/01/28/hasil-survey-indo-barometer-pada-kasus-century-di-mata-publik.html

http://mimbaropini.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=4151 http://www.inilah.com/news/read/politik/2010/02/27/371391/soal-century- http://bataviase.co.id/detailberita-10395431.html

http://korandemokrasiindonesia.wordpress.com http://bataviase.co.id/node/68234?page=9486

http://korandemokrasiindonesia.wordpress.com/2010/01/21/pansus-century-para-ahli-perdebatan-panjang-yang-tidak-terselesaikan/

http://berita.liputan6.com/politik/201002/262534/Megawati.Puas.Hasil.Kinerja.Pa nsus.Century

http://www.scribd.com/doc/26805566/Bank-Century http://bataviase.co.id/node/115628


(6)

http://korandemokrasiindonesia.wordpress.com/2009/12/15/kasus-bank-century-dalam-sorotan-media-bank-century-dari-kasus-moneter-ke-ranah-politik/

http://id.wikipedia.org/wiki/Pansus_Century

http://www.scribd.com/doc/27308211/Publik-Accountability-Review-Kasus-Bank-Century