Transaksi Transfer Pricing antar Perusahaan Domestik

E. Transaksi Transfer Pricing antar Perusahaan Domestik

Transaksi transfer pricing secara domestik merupakan transaksi yang terjadi pada perusahaan dengan anak perusahaan, atau pihak yang memiliki hubungan istimewa dan kedua pihak tersebut berada di dalam satu negara yang sama. Secara prinsip transaksi transfer pricing secara domestik sama dengan transaksi transfer pricing antar perusahaan pada umumnya, tapi yang menjadi perbedaan adalah pihak-pihak yang bersangkutan dalam transaksi transfer pricing secara domestik ada pada negara yang sama. Sebagai contoh PT. X yang berkedudukan di Medan mempunyai anak perusahaan PT. Y yang berkedudukan di Surabaya. Induk perusahaan melakukan transfer barang ’A’ kepada anak perusahaan yang selanjutnya akan menjual kepada konsumen. Harga pembelian barang ’A’ oleh PT. X adalah Rp. 40.000.000 dengan suatu proses yang memakan biaya Rp. 15.000.000. PT. X menjual barang ’A’ senilai Rp. 100.000.000 kepada PT. Y. Jika tidak ada biaya lainnya maka keuntungan PT. X terhadap PT. Y dari transaksi tersebut adalah Rp. 45.000.000 Rp. 100.000.000-Rp. 55.000.000. Seandainya transfer pricing dari PT. X ke PT. Y adalah Rp. 90.000.000 dan barang tersebut dijual kembali oleh PT. Y ke PT. Z, maka PT. X akan mendapat laba Rp. 35.000.000 dan PT. Y mendapat Rp. 10.000.000 Ada atau tidaknya pengaruh transaksi transfer pricing terhadap pajak penghasilan yang akan dibayar ditentukan oleh dua kondisi, yaitu: 1. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam transaksi transfer pricing memiliki jumlah laba yang hampir sama atau tidak terlalu berbeda. Universitas Sumatera Utara Dalam kondisi seperti ini, berapapun jumlah transfer pricing tidak akan berdampak terhadap jumlah pajak yang akan dibayar oleh wajib pajak secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan alokasi penghasilan dari PT. X ke PT. Y akan mengurangi pajak yang akan dibayar oleh PT. X tetapi akan menambah pajak yang dibayar PT. Y karena mendapat alokasi penghasilan dari PT. X. 2. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam transaksi transfer pricing memiliki perbedaan jumlah laba yang cukup besar. Dalam kondisi seperti ini, transaksi transfer pricing akan berdampak terhadap besar kecilnya pajak penghasilan yang akan dibayar oleh PT. X dan pajak penghasilan yang akan dibayar oleh PT. Y. Hal ini disebabkan karena pajak penghasilan dihitung berdasarkan tarif progresif dikalikan dengan penghasilan kena pajak. Tarif progresif ditentukan berdasarkan jumlah penghasilan kena pajak, semakin besar jumlah penghasilan kena pajak maka semakin tinggi tarif pajak yang dikenakan. Tarif pajak penghasilan badan di Indonesia berdasarkan pasal 17 ayat 1 b Undang-Undang No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut: Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak a. sampai dengan Rp. 50.000.000 10 b. antara Rp. 50.000.000 – Rp. 100.000.000 15 c. diatas Rp. 100.000.000 30 Universitas Sumatera Utara Seiring dengan berjalannya waktu tarif pajak penghasilan badan di Indonesia telah berubah berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2008 dimana tarif pajak penghasilan badan menggunakan tarif tunggal sebesar 28 dan akan berubah menjadi 25 pada tahun 2010. Melalui transaksi transfer pricing, PT. X dapat menghindari penghasilan kena pajak dengan tarif 30 dengan cara mengalokasikan penghasilannya ke PT. Y karena penghasilan kena pajak PT. Y belum mencapai tarif pajak 30 sehingga secara keseluruhan jumlah pajak penghasilan PT. X dan PT. Y lebih kecil dibandingkan jika PT. X tidak mengalokasikan penghasilannya.

F. Transaksi Transfer Pricing antar Perusahaan antar Negara