Transaksi Transfer Pricing antar Perusahaan antar Negara

Seiring dengan berjalannya waktu tarif pajak penghasilan badan di Indonesia telah berubah berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2008 dimana tarif pajak penghasilan badan menggunakan tarif tunggal sebesar 28 dan akan berubah menjadi 25 pada tahun 2010. Melalui transaksi transfer pricing, PT. X dapat menghindari penghasilan kena pajak dengan tarif 30 dengan cara mengalokasikan penghasilannya ke PT. Y karena penghasilan kena pajak PT. Y belum mencapai tarif pajak 30 sehingga secara keseluruhan jumlah pajak penghasilan PT. X dan PT. Y lebih kecil dibandingkan jika PT. X tidak mengalokasikan penghasilannya.

F. Transaksi Transfer Pricing antar Perusahaan antar Negara

Dengan perkembangan dunia usaha yang demikian cepat, yang sering kali bersifat transnasional dan diperkenalkannya produk dan metode usaha baru yang belum dikenal dalam bidang usaha misalnya dalam bidang keuangan dan perbankan, maka bentuk dan variasi transaksi transfer pricing dapat tidak terbatas. Oleh karena itu, transfer pricing juga dapat terjadi pada wajib pajak dalam negeri dengan pihak luar negeri, terutama yang berkedudukan di tax heaven countries negara yang tidak memungut pajak lebih rendah dari Indonesia. Dalam perusahaan multinasional, banyak barang atau jasa secara rutin dijual ke perusahaan yang ada di negara lain dengan ketentuan pajak yang berbeda. Universitas Sumatera Utara Bentuk transaksi transfer pricing antar negara ada 5, yaitu: 1. Reinvoicing Center. Aktivitas reinvoicing center merupakan pengambilalihan invoicing semua barang yang dijual dari suatu perusahaan kepada asosiasi atau pihak ketiga. Dalam mekanisme perdagangan, barang langsung dikirim dari pabrik atau gudang penjual perusahaan ke tempat pembeli tanpa melalui transit di negara tertentu center. Invoicing dilakukan dari penjual ke center seolah-olah center yang membeli dan kemudian negara center tersebut mengirimkan invoice ke negara pembeli seolah-olah center sebagai penjual. Perbedaan beban pajak antar negara penjual 30, negara center 15, dan negara pembeli 10 akan memberikan kecenderungan invoicing dari negara penjual ke negara center dengan harga yang rendah dengan maksud menggeser laba negara penjual ke negara center. Sedangkan negara center memberikan invoicing dengan harga yang tinggi dengan maksud untuk menggeser laba negara pembeli ke negara center. 2. Imbalan dan Royalti. Jasa teknik dan manajemen, alokasi biaya overhead serta paten, merk dagang, dan benda-benda yang tak berwujud merupakan hal-hal unik dengan sangat langka dasar harga pasarnya. Transfer pricing atas jasa dan intangible mempunyai konsekuensi finansial dan pajak yang sama seperti dalam kasus transfer pricing atas barang. Royalti pembayaran lisensi dan imbalan jasa manajemen merupakan Universitas Sumatera Utara instrumen alokasi sumber dana yang banyak dilakukan oleh perusahaan multinasional. Pendekatan yang kebanyakan dianut dalam peunyusunan transfer pricing atas intangible tersebut dilegitimasikan dalam bentuk lisensi dan sebagainya. 3. Pinjaman antar perusahaan. Salah satu instrumen utama pendanaan operasi serta alokasi sumber daya internasional perusahaan multinasional adalah dengan aktivitas peminjaman antar perusahaan. Pemberian dan pembayaran pinjaman kadangkala dapat merupakan satu-satunya instrumen yang dapat diterima sebagai mekanisme transfer dana antar entitas dalam suatu perusahaan multinasional. Berbagai variasi pinjaman antar perusahaan dapat berupa: a. Pinjaman langsung. b. Back to Back Loan. c. Paralel Loans. d. Currency Swap. 4. Alokasi biaya bersama. Salah satu karakteristik dari perusahaan multinasional adalah grup perusahaan sering menimbulkan biaya sehubungan dengan fungsi manajemen. Beberapa pendekatan alokasi biaya bersama yang sering ditempuh oleh perusahaan multinasional adalah cost sharing urun biaya, dan cost financing pendanaan biaya. Universitas Sumatera Utara 5. Kerugian struktural. Seperti halnya perusahaan independen, perusahaan multinasional dapat menderita kerugian. Namun kalau kerugian tersebut selalu muncul tiap tahun selama masa yang cukup lama, maka nampak adanya kerugian struktural. Kerugian tersebut lebih bersifat informal dan terencana. Anggota perusahaan multinasional anak perusahaan direncanakan untuk menderita rugi, sedangkan laba dari jaringan operasi tersebut dialirkan ke negara lain yang beban pajaknya lebih rendah. Meskipun anak perusahaan rugi terus-menerus, tetapi induk segan menutup bisnis anak perusahaan tersebut karena masih adanya harapan untuk menghasilkan laba.

G. Penetapan Transfer Pricing