Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan Cheating

3. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan mastery goal orientation terhadap cheating mahasiswa. 4. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan performance goal orientation terhadap cheating mahasiswa. 5. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan interaksi antara locus of control dan goal orientation terhadap cheating mahasiswa.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan tentang perilaku cheating serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai referensi yang dapat digunakan bagi pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam menelaah dan memperhatikan lagi perilaku cheating yang terjadi pada pelajar-pelajar yang merupakan generasi harapan bangsa ini. 8 9

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I: Pendahuluan: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II: Kajian Teori: cheating, locus of control, goal orientation, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. BAB III: Metode Penelitian: pendekatan dan jenis penelitian, konseptual dan operasional variabel, populasi dan sampel partisipan, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, analisis data. BAB IV: Hasil Penelitian: analisis deskriptif dan uji hipotesis. BAB V: Kesimpulan, diskusi, dan saran. BAB II KAJIAN TEORI Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Ada pun subbab yang akan dipaparkan terdiri dari lima subbab yaitu subbab pertama membahas tentang cheating dan faktor-faktor yang mempengaruhi cheating. Subbab kedua membahas tentang locus of control. Subbab ketiga membahas tentang goal orientation. Subbab keempat membahas tentang kerangka berpikir, dan dilanjutkan dengan subbab kelima membahas tentang hipotesis penelitian.

2.1 Cheating

Cheating dapat dilihat dari berbagai perspektif disiplin ilmu dan teori. Cheating telah dipelajari di bidang pendidikan, sosiologi, filsafat, dan ekonomi dalam Anderman Murdock , 2007. Cheating yang dibahas dalam penelitian ini adalah cheating dalam bidang pendidikan. Beberapa penelitian ada yang menyebutkannya sebagai academic cheating atau academic dishonesty. Kecurangan akademis sering kali terjadi dalam institusi pendidikan. Kecurangan dapat menjadikan bias penilaian pada pelajar dalam dua aspek, yaitu tingkat pengetahuan pelajar dan feedback pengajar dalam perencanaan pembelajaran. 10 2.1.1 Pengertian Cheating Pengertian mencontek menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, atau pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Menurut Ehrlich, Flexner, Carruth, dan Hawkins, cheating adalah perbuatan yang tidak jujur yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan menurut Athanasou dan Olasehinde, cheating didefinisikan sebagai penggunaan bahan yang bukan haknya atau bantuan dalam pekerjaan akademis atau aktivitas yang membahayakan proses pengukuran akademis dalam Anderman Murdock, 2007. Cheating dalam berbagai perspektif menurut Anderman Murdock 2007 antara lain adalah: 1. Berdasarkan perspektif pembelajaran learning, cheating merupakan sebuah strategi yang berfungsi seperti cognitive shortcut membuat kita berpikir pendek. Hal ini menyebabkan cheating akan menghalangi pengguna pengaturan diri dan strategi kognitif yang kompleks dalam pembelajaran efektif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelajar yang memilih untuk cheating karena mereka tidak mengetahui bagaimana menggunakan strategi pembelajaran efektif atau sederhananya karena mereka tidak ingin menghabiskan waktu untuk menggunakan strategi tersebut. 2. Berdasarkan perspektif perkembangan, cheating dapat muncul dalam kuantitas dan kualitas yang berbeda tergantung dari level perkembangan kognitif, sosial dan moral siswa. Miller, Murdock, Anderman, dan 11 Poindexte rmenemukan bahwa cheating cenderung sedikit muncul pada anak-anak daripada remaja, dikarenakan adanya perubahan pada kemampuam kognitif siswa dan struktur sosial dari konteks pendidikan di mana anak-anak dan remaja berinteraksi. 3. Berdasarkan perspekstif motivasi, cheating muncul karena adanya alasan tertentu dari pelajar yang bersangkutan. Beberapa pelajar melakukan cheating karena mereka sangat fokus pada hasil ekstrinsik seperti ranking, pelajar lain yang juga cheating karena menjaga kesan untuk diri mereka sendiri atau untuk teman-teman mereka. Selain itu, pelajar melakukan cheating karena kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan diri self efficacy dalam menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks atau juga karena sifat yang telah berkembang dalam diri mereka. Menurut Bushway dan Nash 1997, cheating di kelas bentuknya bermacam-macam diantaranya, menggunakan tempat menyimpan catatan pada saat ujian, mengopi jawaban dari teman, membiarkan yang lain mengopi lembar tugas, plagiat, dan mengarang untuk orang lain. Cizek dalam Anderman 2007 menyatakan bahwa perilaku cheating terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Giving memberi, taking mengambil, or receiving menerima information 2. Menggunakan materi bahan yang terlarang 12 3. Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk memperoleh keuntungan 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi cheating Anderman dan Murdock 2007 menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cheating. Faktor-faktor tersebut digolongkan ke dalam empat karakteristik, yaitu: 1. Karakteristik Demographic Perbedaan individual pada perilaku mencontek sisiwa telah dipelajari dalam kaitannya dengan faktor demografik seperti: a. Gender Beberapa penelitian telah meneliti secara khusus perbedaan gender dalam perilaku cheating. Kebanyakan dari penelitian ini mengoperasionalkan perilaku cheating berdasarkan self-report dari pelajar. Penelitian yang dilakukan oleh Calabrese dan Cochran, Davis et al., Michaels dan Miethe, Newstead, Franklyn-Stokes, serta Armstead menemukan bahwa laki-laki lebih banyak melakukan cheating dibandingkan perempuan. Penelitian Jacobson et al. mengemukakan bahwa perempuan lebih banyak melakukan cheating daripada laki-laki. Terdapat juga penelitian yang tidak menemukan perbedaan perilaku cheating antara laki-laki dan perempuan seperti penelitian yang dilakukan oleh Haines et al. 13 b. Usia Penelitian Jensen et al. menemukan bahwa pelajar yang lebih muda lebih mungkin mencontek daripada pelajar yang lebih tua ketika perbandingan ini dibuat antara siswa dan mahasiswa. Penelitian Franklyn-Stokes dan Newstead, serta Haines et al. membandingkan tingkat yang lebih rendah dengan tingkat yang lebih tinggi dan yang masih berkuliah dengan yang sudah lulus, ditemukan bahwa cheating berkurang dengan bertambahnya usia. c. Culture Penelitian cross-culture dilakukan untuk menentukan bahwa tingkat cheating menggambarkan tipe sistem pendidikan di mana pelajar belajar dan nilai-nilai sosial di mana pelajar dibesarkan. Secara umum, penelitian ini mengemukakan bahwa cheating bersifat universal dan muncul di semua sistem pendidikan. Meski demikian, tingkat cheating tidak tetap dan persepsi terhadap kepelikan dan akibat dari cheating itu sendiri bervariasi sesuai dengan perbedaan kultur dan sosial. d. Etnik Calabrese dan Cochran meneliti cheating pada sekolah menengah atas. Penelitian ini menemukan bahwa siswa yang berasal dari etnik Caucasian 14 lebih berkemungkinan dalam mencontek dibandingkan dengan teman- temannya yang berasal dari Hispanic atau Asian. e. Status sosio-ekonomi Calabrese dan Cochran juga meneliti cheating pada siswa berdasarkan status sosio-ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa private school sekolah swasta yang memiliki status sosio-ekonomi tinggi lebih banyak melakukan cheating dibandingkan dengan siswa yang berasal dari public school sekolah negeri. f. Status pernikahan atau pekerjaan Diekhoff dan kawan-kawan menemukan bahwa banyak dari pekerjaan jam-an freelance tidak berhubungan dengan cheating. Penelitian Haines et al. juga menemukan bahwa pelajar yang belum menikah lebih banyak melakukan cheating daripada pelajar yang telah menikah. g. Agama Terdapat bermacam-macam hasil penelitian mengenai cheating dan agama. Penelitian Rettinger dan Jordan yang dilakukan pada kelas religi dan kelas liberal, menemukan bahwa kelas religi lebih sedikit melakukan cheating dibandingkan kelas liberal. Penelitian lain tentang moral seperti penelitian Michaels Miethe, serta Smith et al. menemukan bahwa tidak ada hubungan antara agama dan cheating. Sutton dan Huba menemukan 15 bahwa pelajar yang religious lebih rendah kemungkinannya untuk melakukan cheating dan juga lebih sedikit dalam membenarkan cheating. 2. Karekteristik Akademik a. Ability Newstead dan kawan-kawan menekankan pada kompleksnya hubungan antara ability dan cheating. Para peneliti pada umumnya menunjukkan bahwa ability berhubungan dengan cheating, dan hal tersebut secara umum dipercaya bahwa siswa yang memiliki ability rendah lebih berkemungkinan melakukan cheating. b. Area subjek Bowers, Davis Ludvigson, Newstead et al. menyatakan bahwa subjek yang berada pada area sains, bisnis, dan mesin yang diidentifikasi sebagai disiplin ilmu dengan indikasi tinggi adanya cheating jika dibandingkan dengan subjek yang berada pada area seni dan sosial. 3. Karakteristik Motivasi a. Self-Efficacy Peneltian Murdock et al. pada siswa sekolah menengah menemukan bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik antara cheating dan self- efficacy. Menurut Finn dan Frone, self-efficacy memprediksi cheating ketika tingkat prestasi mahasiswa telah dikontrol. Beberapa penelitian 16 seperti penelitian Calabrese Cochran, Michaels Miethe, serta Malinowski Smith menemukan bahwa pelajar mencontek lebih sering ketika mereka memiliki self-efficacy rendah yang meliputi takut akan kegagalan, dan menurut Anderman et al., mencontek ditemukan pula pada mereka yang khawatir akan performa. b. Goal orientation Studi mengenai cheating yang dikaitkan dengan teori achievement goal menegaskan bahwa cheating sering muncul pada siswa yang tujuan belajarnya bukan pada pengusaan materi. Hubungan antara goal dan cheating telah ditemukan pada siswa yang lebih muda. Penelitian Anderman et al., dan Murdock et al. pada siswa sekolah menengah menemukan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara cheating dan mastery goals. 4. Karakteristik Personality a. Impulsivitas dan sensation-seeking Impulsivitas dan sensation-seeking merupakan dua konstruk pada literatur psikologi kepribadian yang mungkin berhubungan dengan cheating. b. Self-control Grasmick, Tittle, Bursik, dan Arneklev menemukan bahwa self-control dan persepsi terhadap kesempatan berhubungan dengan cheating. 17 c. Tipe kepribadian Pada penelitian eksperimen Davis et al., ditemukan mahasiswa dengan tipe kepribadian A lebih banyak melakukan cheating daripada mahasiswa dengan tipe kepribadian B. d. Locus of control Locus of control juga diteliti melalui penelitian eksperimen, hasil penelitiannya ditemukan lebih konsisten. Penelitian Forsyth et al., Karakbenick Srull, serta Leming menemukan bahwa seseorang yang memiliki eksternal locus of control lebih berkemungkinan melakukan cheating. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi cheating yaitu, tekanan untuk nilai yang baik, stress siswa, penghindaran yang tidak efektif, ampunan guru, dan kekurangan integritas akademis dalam Puett, 2009.

2.2 Locus of Control