Pengaruh self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs al-hidayah Bekasi
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh:
Hasnatul
‘
Alawiyah
106070002171
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
HASNATUL ‘ALAWIYAH
NIM : 106070002171
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si Solicha, M.Si
NIP.19561223 198303 2 001 NIP. 19720415 199903 2 001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
SISWA MTS. AL-HIDAYAH BEKASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Desember 2011 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 9 Desember 2011 Sidang Munaqasyah
Dekan/ Pembantu Dekan/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2 001
Anggota :
Dra. Diana Mutiah, M.Si Solicha, M.Si
(4)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hasnatul ‘Alawiyah NIM : 106070002171
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 30 November 2011
Hasnatul ‘Alawiyah NIM : 106070002171
(5)
“
Berlaku jujurlah, karena sesungguhnya
Berlaku jujurlah, karena sesungguhnya
Berlaku jujurlah, karena sesungguhnya
Berlaku jujurlah, karena sesungguhnya
kejujuran itu menuntun kepada kebaikan,
kejujuran itu menuntun kepada kebaikan,
kejujuran itu menuntun kepada kebaikan,
kejujuran itu menuntun kepada kebaikan,
dan sesungguhnya kejujuran itu menuntun ke surga.
dan sesungguhnya kejujuran itu menuntun ke surga.
dan sesungguhnya kejujuran itu menuntun ke surga.
dan sesungguhnya kejujuran itu menuntun ke surga.
Dan jauhilah dusta, karena dusta itu menyeret kepada
Dan jauhilah dusta, karena dusta itu menyeret kepada
Dan jauhilah dusta, karena dusta itu menyeret kepada
Dan jauhilah dusta, karena dusta itu menyeret kepada
dosa dan kemungkaran, dan sesungguhnya dosa itu
dosa dan kemungkaran, dan sesungguhnya dosa itu
dosa dan kemungkaran, dan sesungguhnya dosa itu
dosa dan kemungkaran, dan sesungguhnya dosa itu
menuntun ke neraka.
”
menuntun ke neraka.
”
menuntun ke neraka.
”
menuntun ke neraka.
”
(
(
(
( HR. Bukhari
HR. Bukhari
HR. Bukhari
HR. Bukhari ) ) ) )
“
Man
“
Man
“
Man
“
Man jadda wa
jadda wa
jadda wa
jadda waja
ja
ja
jadddda
a
a
a
”
”
”
”
Barang siapa yang bersungguh
Barang siapa yang bersungguh
Barang siapa yang bersungguh
Barang siapa yang bersungguh----sunggu
sunggu
sunggu
sungguhhhh
maka
maka
maka
(6)
Sebuah Dedikasi
Karya ini kupersembahkan untuk Ema & Bapak tercinta,
Sungguh pencapaian ananda ini tidak akan pernah sebanding
dengan segala pengorbanan yang telah Ema & Bapak berikan.
Terimakasih atas cinta dan kasih sayangnya serta doa
yang selalu terucap untuk ananda.
Kakak-kakak tersayang, yang selalu menyayangiku dengan
sepenuh hati, dan selalu memberikan dukungan
serta mendoakanku dalam kebaikan.
Serta kedua keponakanku yang selalu menghibur
(7)
C) Hasnatul ‘Alawiyah
D) Pengaruh self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi
E) XVII + 99 halaman + 30 lampiran
F) Kecenderungan menyontek dalam kegiatan akademis kerap kali terjadi di dunia pendidikan. Oleh karena itu, menyontek menjadi salah satu fenomena yang muncul menyertai aktifitas proses belajar-mengajar sehari-hari di sekolah khususnya bila ada ulangan dan ujian. Oleh karena itu perilaku mencontek bukan hal baru dalam dunia pendidikan, menyontek sudah sangat populer mulai dari pelajar SD, SMP, hingga SMA sampai Perguruan tinggi. Dengan semakin maraknya perilaku menyontek (cheating) di kalangan siswa maka perlu diantisipasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku menyontek (cheating). Tujuan penelitian ini adalah menguji signifikansi faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku menyontek seperti
self-efficacy, konformitas, goal orientation, jenis kelamin dan tingkatan kelas. Berdasarkan pengujian statistik penelitian ini diharapkan akan mengungkapkan seberapa besar pengaruh dari setiap variabel prediksi yang dianalisis tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan metode probability sampling, dengan menggunakan teknik stratified random sampling dimana pemilihan sampel dari populasi berdasarkan pada strata tiap-tiap kelas. Partisipan pada penelitian ini adalah siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi yang berjumlah 150 siswa.
Kesimpulan penelitian ini adalah secara keseluruhan terdapat pengaruh yang signifikan dari self-efficacy, konformitas acceptance, konformitas compliance, mastery goal orientation, performance goal orientation, jenis kelamin dan tingkatan kelas terhadap perilaku menyontek (cheating). Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, perilaku menyontek dipengaruhi oleh independen variabel yang diteliti sebesar 39,9% sedangkan sisanya yaitu 60.1% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Akan tetapi jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi varian sumbangan kontribusi dari masing-masing IV
(8)
Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyarankan jika ada yang ingin melanjutkan penelitian dengan tema yang sama, untuk peneliti selanjutnya disarankan agar sebaiknya menggunakan beberapa variabel lain yang mempengaruhi cheating untuk dijadikan independent variabelnya dan hendaknya menambahkan atau memperbanyak jumlah sampel, sehingga hasil penelitian yang didapat lebih akurat. Untuk para pendidik hendaknya dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya memperhatikan tingkatan kelas siswa dalam melakukan pembelajaran terutama dalam ujian, karena cenderung yang melakukan cheating adalah siswa tingkat kelas lebih tinggi. Oleh karena itu perlu perhatian dan pembinaan khusus pada kelas-kelas tersebut agar tidak terlalu memiliki perilaku menyontek (cheating).
(9)
berkat kekuasaan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si, Pembantu Dekan I, beserta seluruh jajaran dekanat lainnya, yang selalu berusaha menciptakan lulusan-lulusan Fakultas Psikologi yang berprestasi dan berkualitas.
2. Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si. Dosen Pembimbing satu, yang selalu sabar memberikan solusi-solusi cerdas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, berdiskusi, memberi masukan yang sangat berarti, dan memberi semangat kepada penulis. Terimakasih atas keikhlasannya untuk meluangkan waktu di sela-sela kesibukan dengan jadwal ibu yang begitu padat.
3. Ibu Solicha, M.Si. Dosen pembimbing dua, yang telah memberikan masukan yang bermanfaat dan sangat berarti yang berkaitan dengan penelitian sehingga sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih atas semangat yang ibu berikan, buku-buku yang ibu pinjamkan dan sudah meluangkan waktu di sela-sela kesibukan ibu yang sedang hamil sambil melanjutkan S3, semoga ibu dimudahkan dalam melahirkan dan di berikeselamatan, Amin.
4. Ibu S. Evangeline I Suaidy M. Psi. Psi., Pembimbing akademik kelas A angkatan 2006 yang selalu menyempatkan diri untuk mengikuti acara-acara kelas A untuk memberikan perhatian dan nasehat-nasehat yang berarti demi masa depan yang lebih baik.
(10)
bermanfaat untuk penulis maupun untuk orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
6. Teristimewa, Ema dan Bapak yang rela mengeluarkan keringat demi pendidikan dan kebahagiaan anak-anaknya walaupun dengan kondisi badan yang mudah sakit. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan kepada Ema dan Bapak, amin. Skripsi ini adalah sebuah dedikasi sederhana atas pengabdian penulis kepada Ema dan Bapak tercinta.
7. Kakak-kakakku, Ibu Ngkis (Mpo)yang selalu memotivasi baik secara moril maupun materil untuk selalu semangat dalam menjalani kehidupan ini terutama merapungkan skripsi yang sudah membuatku jungkir-balik dan jatuh-bangun untuk menyelesaikannya. Bang Haji, Teh Haji, Bang Uding dan Teh Ika terimakasih sudah menjadi motivator Neng untuk menjadi Sarjana. Teh Enca, terimakasih udah ngurusin semua perlengkapan Neng kuliah. Terimakasih juga buat Aa yang udah mau antar jemput Neng Bogor-Ciputat. Serta kedua keponakanku tersayang, Bilqis dan Zahran, walaupun kalian sering ngebuat teteh pusing tapi berkat kalian hari-hari teteh lebih berwarna. 8. Kepala Sekolah MTs. Al-hidayah Bekasi, Bapak H. Jahrudin, S. Ag, M.M.pd
dan seluruh siswa-siswi MTs. Al-Hidayah Bekasi, terimakasih atas iin dan partisipasinya dalam merapungkan penelitian ini.
9. Teman-temandi Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) serta Senpai-senpai
dan teman-teman Karate UIN Jakarta, yang telah banyak mengajarkan arti dan makna hidup serta pengalaman berorganisasi. Khususnya Senpai Abi yang selalu mengajarkan dan menekankan pentingnya mempunyai jiwa yang pemberani yang tidak takut untuk menantang dunia namun tetaplah mempunyai hati yang jernih, ikhlas dan tidak sombong.
10.Sahabat-sahabatku tersayang (Sarah, Susi, Kori, K’edo, Sofyan, Ali, Bambang, Rere, Baiti, Bima, Ayu, Dimas, Eja, Mayhant, Adyo, Teteh ibu, Ifa dan anak-anak ko Balans ceria), serta teman-teman yang lain yang tidak
(11)
saudara-saudaraku jauh di seberang sana. Persahabatan yang indah ini tidak akan pernah terlupakan sampai kapanpun. Terimakasih untuk persahabatan yang indah ini.
11.Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas A yang selalu smart dalam berpikir dan berdiskusi, serta angkatan dibawah penulis, terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran yang begitu indah selama ini. Semua kenangan indah yang telah kita lalui bersama tidak akan pernah terlupakan. 12.Teman-teman J-Pers (Jejak Petualngan), Mahachala (Mahasiswa Pecinta
Alam) Psikologi UIN Jakarta, B2W Bogor (Bike To Work), B2C Bogor (Bike To Campus) dan Topas (Tekun Olahraga Pasti Sehat Selalu) yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas pengalaman petualangan yang sungguh mengesankan dan tidak terlupakan.
13.Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan laporan ini.
Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan kepada semua pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.
(12)
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing...i
Pengesahan Panitia Ujian ...ii
Pernyataan Bukan Plagiat... .iii
Motto...iv
Persembahan...v
Abstrak ...vi
Kata Pengantar………viii
Daftar Isi………... xi
Daftar Tabel ...……… xiv
Daftar Bagan ……….. xvi
Daftar Lampiran ………...xvii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang...1
1.2. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ...16
1.3. Tujuan Penelitian ...19
1.4. Manfaat Penelitian ...19
1.5. Sistematika Penulisan...20
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...21
2.1. Perilaku Menyontek (cheating)...21
2.1.1. Pengertian Perilaku Menyontek (Cheating)...22
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek (cheating)...23
2.1.4. Dimensi-dimensi Perilaku Menyontek (cheating)...29
2.2. Self-efficacy...29
2.2.1. Pengertian Self-efficacy...30
(13)
2.3.3. Kondisi yang Mendorong Terjadinya Konformitas ...42
2.4. Goal Orientation...45
2.4.1. Pengertian Goal Orientation...45
2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Goal Orientation...46
2.4.3. Dimensi-Dimensi Goal Orientation...47
2.5. Kerangka Berfikir ...52
2.6. Hipotesis Penelitian...56
BAB III METODE PENELITIAN...57
3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...57
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel...57
3.2.1. Populasi ...57
3.2.2. Sampel...58
3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel ...58
3.3. Variabel Penelitian...59
3.3.1. Identifikasi Variabel...59
3.3.2. Definisi Oprasional Variabel ...60
3.4. Pengumpulan Data ...62
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data ...62
3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data ...62
3.5. Teknik Uji Instrumen dan Analisis Data...73
3.5.1. Uji Validitas...73
3.5.2. Uji Reliabilitas ...74
3.6. Prosedur Penelitian ...75
3.7. Teknik Analisa Data ...77
BAB IV HASIL PENELITIAN ...78
4.1. Gambaran Umum Responden...78
4.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin...78
(14)
4.2.3. Kategorisasi Skor Konformitas ...82
4.2.4. Kategorisasi Skor Goal Orientation...83
4.3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian...84
4.3.1. Hasil Uji Hipotesis Mayor...84
4.3.2. Hasil Uji Hipotesis Minor ...86
4.3.3. Pengujian Sumbangan Masing-masing Independent Variable...90
4.3.4. Sumbangan Masing-masing Independent Variable...91
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN………..94
5.1. Kesimpulan………...94
5.2. Diskusi………95
5.3. Saran………...98
5.3.1. Saran Teoritis………....….98
5.3.2. Saran Praktis………..99 DAFTAR PUSTAKA
(15)
Tabel 2.2. Konsep-konsep goal orientation... 49
Tabel 3.1. Populasi siswa-siswi MTs. Al-Hidayah Bekasi tahun 2011 ... 58
Tabel 3.2. Pilihan jawaban dan skoring respon jawaban ... 63
Tabel 3.3. Pedoman skoring kuisioner jenis kelamin ... 64
Tabel 3.4. Pedoman skoring kuisioner tingkatan kelas... 64
Tabel 3.5. Blue print perilaku menyontek (cheating)try out... 65
Tabel 3.6. Blue print perilaku menyontek (cheating)... 66
Tabel 3.7. Blue print self-efficacy try out... 67
Tabel 3.8. Blue print self-efficacy... 68
Tabel 3.9. Blue print konformitas try out... 69
Tabel 3.10. Blue print konformitas ... 70
Tabel 3.11. Blue print goal orientation try out... 71
Tabel 3.12. Blue print goal orientation... 72
Tabel 3.13. Skor hasil uji reliabilitas skala... 75
Tabel 4.1. Gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin ... 78
Tabel 4.2. Gambaran umum subjek berdasarkan tingkatan kelas... 79
Tabel 4.3. Skor peroleh perilaku menyontek (cheating)... 80
Tabel 4.4. Klasifikasi skor perilaku menyontek (cheating)... 80
Tabel 4.5. Skor perolehan self-efficacy... 81
Tabel 4.6. Klasifikasi skor selfefficacy... 81
Tabel 4.7. Perolehan Z score konformitas... 82
Tabel 4.8. Klasifikasi responden pada konformitas... 83
Tabel 4.9. Perolehan Z scoregoal orientation... 83
Tabel 4.10. Klasifikasi responden pada goal orientation... 84
Tabel 4.11. Tabel R-square... 85
Tabel 4.12. Tabel ANOVA pengaruh IV terhadap DV... 85
Tabel 4.13. Koefisiensi regresi ... 86
Tabel 4.14. Uji beda jenis kelamin ... 89
(16)
(17)
Lampiran 2 Surat Bukti Penelitian Lampiran 3 Skala Try Out
Lampiran 4 Data Mentah Perilaku Menyontek Cheating Try Out
Lampiran 5 Data Mentah Selfefficacy Try Out
Lampiran 6 Data Mentah Konformitas Try Out
Lampiran 7 Data Mentah Goal Orientation Try Out
Lampiran 8 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Perilaku Menyontek
(cheating)
Lampiran 9 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Self-efficacy
Lampiran 10 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Konformitas Lampiran 11 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Goal Orientation
Lampiran 12 Skala Field Study
Lampiran 13 Data Mentah Cheating Field Test
Lampiran 14 Data Mentah Self-efficacy Field Test
Lampiran 15 Data Mentah Konformitas Acceptance Field Test
Lampiran 16 Data Mentah Konformitas Compliance Field Test
Lampiran 17 Data Mentah Mastery Goal orientation Field Test
Lampiran 18 Data Mentah Performance Goal Orientation Field Test
Lampiran 19 Data Mentah Tingkatan Kelas dan Jenis Kelamin Terhadap perilaku menyontek (cheating)
(18)
Lampiran 23 Z score Goal Orientation
Lampiran 24 Data Responden Hasil Penelitian
Lampiran 25 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Perilaku Menyontek (cheating)
Lampiran 26 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field StudySelf-efficacy
Lampiran 27 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Konformitas Lampiran 28 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field StudyGoal Orientation
Lampiran 29 T-Test Jenis Kelamin dan Tingkatan Kelas Lampiran 30 Z score Konformitas dan Goal Orientation
(19)
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi saat ini kompetisi antar individu dengan individu yang lainnya sangat ketat disegala bidang. Kompetisi yang terjadi tidak hanya antar individu dalam negeri saja, akan tetapi juga antar bangsa. Hal terpenting dalam era globalisasi ini adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Negara yang maju adalah Negara yang mampu mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu menciptakan teknologi baru.
Negara Indonesia sebagai Negara berkembang, termasuk salah satu Negara yang sedang giat-giatnya membangun dan meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan. Oleh karena itu untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam segala hal.
Agar tidak ketinggalan dengan Negara-negara yang lain, Indonesia dituntut untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju sangat pesat. Mau tidak mau peningkatan sumberdaya manusia mutlak diperlukan.
Dalam hal ini pemerintah Indonesia sangat menyadari pentingnya menciptakan warga Negara yang berkualitas, agar sumberdaya manusia Indonesia tidak kalah dari sumber daya manusia di Negara lain. Agar dapat mengontrol kualitas manusia Indonesia dalam jalur pendidikan dilakukan Ujian Nasional (UN).
(20)
Ujian merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi proses belajar. Dalam dunia pendidikan, ujian dimaksudkan untuk mengukur taraf pencapaian suatu tujuan pengajaran oleh siswa sebagai peserta didik, sehingga siswa dapat mengetahui tingkat kemampuannya dalam memahami pelajaran yang sedang ditempuh. Bila ternyata hasilnya belum maksimal, maka proses belajar harus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas (Maradina, 2008).
Dalam usaha untuk meraih keberhasilan mendapatkan nilai yang baik dalam ujian, ada siswa yang belajar dengan tekun dan ada pula siswa yang tidak belajar, akan tetapi mengandalkan teman atau berbuat curang, misalnya menyontek saat mengikuti ujian. Hal ini terjadi karena hasil ujian dan ulangan itu merupakan salah satu kriteria yang dipakai pendidik atau pengajar dalam menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar yang dilakukan. Tak dipungkiri lagi, dalam pelaksanaan ujian dan ulangan itu, sebagian peserta didik mencontek (Silvano dkk, 2008).
Perilaku menyontek dapat dilakukan oleh siapapun juga untuk mendapatkan nilai yang tinggi dan mengurangi kemungkinan mendapatkan nilai yang buruk. Karena masyarakat berpandangan bahwa seseorang dikatakan cerdas atau pintar jika nilai-nilai raport atau ijaahnya tinggi. Oleh karena itu para pelajar berlomba-lomba untuk mendapat nilai tinggi (Silvano dkk, 2008). Pandangan tersebut menimbulkan tekanan pada siswa untuk mencapai nilai yang tinggi. Tekanan yang dirasakan akan membuat siswa lebih berorientasi pada nilai, bukan pada ilmu. Siswa dapat mempersepsi ujian sebagai alat untuk menyusun peringkat dan dapat menyebabkan dirinya mengalami kegagalan, bukan sebagai instrumen
(21)
yang dapat menunjukkan kemajuan dalam proses belajar (Sujana & Wulan, dalam Setyani, 2007).
Kecenderungan menyontek dalam kegiatan akademis kerap kali terjadi di dunia pendidikan. Oleh karena itu, menyontek menjadi salah satu fenomena yang muncul menyertai aktifitas proses belajar-mengajar sehari-hari di sekolah khususnya bila ada ulangan dan ujian. Oleh karena itu perilaku mencontek bukan hal baru dalam dunia pendidikan, menyontek sudah sangat populer mulai dari pelajar SD, SMP, hingga SMA sampai Perguruan tinggi. Bahkan dalam sejarah Cina Kuno menyebutkan bahwa pada aman pemerintahan Kaisar Wen Ti pada tahun 77 Masehi telah diberlakukan aturan ujian yang ketat bagi orang-orang yang mengikuti ujian menjadi pegawai kerajaan. Peserta yang kedapatan menyontek dalam ujian tersebut diancam hukuman mati (Alhada dalam Setyani, 2007). Akan tetapi walaupun perilaku menyontek telah dikenal sejak lama tetapi dalam Kamus Bahasa Indonesia (Suharto & Iryanto, 1995), kata tersebut tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek baru ditemukan pada kata jiplak-menjiplak yang artinya meniru tulisan atau pekerjaan orang lain. Sedangkan Dalam Kamus Bahasa Inggris (Echols & Shadily, 2003) kata menyontek atau menjiplak disebut dengan istilah Cheating. Hal ini sesuai dengan artikel yang ditulis oleh Alhada, kata menyontek sama dengan cheating. Beliau mengutip pendapat Bower, yang mengatakan cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis (Alhada, 2007).
(22)
Menurut Mulyana (dalam Setyani, 2007), perilaku menyontek dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut: menulis contekan di meja atau di telapak tangan, menulis di sobekan kertas yang disembunyikan di lipatan baju, bisa juga dengan melihat buku pedoman atau buku catatan sewaktu ujian. Seiring dengan perkembangan teknologi, telepon genggam dapat digunakan sebagai sarana untuk menyontek, yaitu dengan menyimpan data contekan di memori telepon genggam atau saling berkirim jawaban melalui SMS (short message service) pada saat ujian (Muljadi, dalam setyani 2007).
Berdasarkan pengertian di atas, menyontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang dan menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran. Dapat disimpulkan menyontek dalam pelaksanaan ujian adalah mengambil jawaban soal-soal ujian dari cara-cara yang tidak dibenarkan dalam tata tertib ujian seperti: dari buku, catatan, hasil pemikiran temannya dan media lain yang kemudian disalin pada lembar jawaban ujian pada saat ujian berlangsung.
Pada dasarnya perilaku menyontek dapat merugikan banyak pihak, baik itu orang yang menyontek ataupun orang yang dicontek. Dengan menyontek, orang yang menyontek tidak dapat mengetahui seberapa besar kemampuan dirinya dalam memahami atau menguasai pelajaran yang didapat, sedangkan orang yang dicontek secara tidak langsung haknya diambil oleh orang yang menyontek. Selain itu perilaku menyontek dapat menyulitkan guru dalam mengukur tingkat keberhasilan dari proses belajar-mengajar di sekolah. Sebab nilai yang diperoleh siswa dengan hasil menyontek bukanlah nilai yang sesungguhnya yang
(23)
menunjukan tingkat kemampuan dan pemahaman siswa itu sendiri. Secara psikologispun, perilaku nyontek memiliki dampak yang tidak baik, sebab perilaku menyontek dapat mendidik siswa untuk berbohong demi mendapatkan sesuatu yang nantinya akan menjadi kebiasaan dan menjadikan pribadi pembohong. Padahal seharusnya sekolah adalah tempat untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik bukan tempat untuk belajar berbohong atau berbuat curang.
Secara keseluruhan bila melihat dari kenyataan yang terjadi, perilaku menyontek (cheating) merupakan masalah serius dan penting dalam dunia pendidikan. Akan tetapi sepertinya masalah ini kurang mendapatkan perhatian khusus, meskipun beberapa penelitian mengenai perilaku menyontek kerap dilakukan. Oleh karena itu sebaiknya semua pihak dalam dunia pendidikan sepakat untuk mengatasi masalah menyontek dan tidak hanya terpaku oleh nilai semata akan tetapi berusaha untuk dapat mencapai prestasi akademis yang optimal dengan memahami materi yang diberikan.
Dengan semakin maraknya perilaku menyontek (cheating) dalam kalangan siswa maka perlunya diantisipasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku menyontek (cheating). Salah satu faktor yang diduga dapat meningkatkan dan menurunkan perilaku menyontek pada kalangan remaja Siswa SMP adalah keyakinan dalam diri siswa akan kemampuannya sendiri. Keyakinan akan kemampuan diri ini dikenal dengan istilah self-efficacy.
Self-efficacy adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan (Bandura dalam Baron & Byrne, 2003). Evaluasi ini dapat bervariasi
(24)
tergantung pada situasi (Cervone dalam Baron & Byrne, 2003). Oleh karena itu, seorang siswa yang memiliki keyakinan diri yang baik akan mampu menampilkan kemampuan terbaiknya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan disekolah dan mampu mengatasi hambatan demi tercapainya suatu tujuan dengan apa yang dimilikinya.
Self-efficacy merupakan bagian dari psikologi positif. Self-efficacy yang tinggi sangat baik apabila dimiliki oleh setiap individu terutama siswa yang akan atau sedang menghadapi ujian, sebab self-fficacy merupakan persepsi atau keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya sendiri. Selain itu menurut Bandura (1994), self-efficacy menentukan bagaimana seseorang merasa, berpikir, memotivasi diri sendiri dan berperilaku. Jadi sudah jelas sekali kalau self-efficacy
ini sangat penting untuk dimiliki oleh siswa. Sebab dengan adanya keyakinan pada kemampuan diri tersebut akan ikut mempengaruhi kinerja siswa dalam mencapai keberhasilan, sehingga self efficacy pada siswa dalam mengerjakan ujian sangat diperlukan.
Menurut Bandura (1994), Self-efficacy berkaitan dengan keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimilikinya untuk menjalankan kontrol atau fungsi mereka sendiri lebih dari peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka. Keyakinan dalam keberhasilan mempengaruhi pilihan hidup seseorang, motivasi dan ketahanan terhadap kesulitan baik itu stress atau depresi.
Seorang siswa yang memiliki self-efficacy yang baik dalam menghadapi ujian akan memiliki pengharapan akan nilai yang bagus dan hasil yang memuaskan dengan mempersiapkan diri sebelum dilakukannya ujian. Sebaliknya,
(25)
siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah pada saat menghadapi ujian akan merasakan perasaan yang cemas, menunjukkan sikap yang tidak tenang karena tidak mampu untuk menyelesaikan soal-soal ujian, sehingga siswa tersebut akan merasa putus asa dalam menghadapi rintangan saat ujian dilaksanakan dan akhirnya memutuskan untuk menyontek sebagai alternatif terakhir.
Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Clara Maradina (2008) yang dari penelitiannya menghasilkan: bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara self-efficacy dalam menghadapi ujian dengan kecenderungan menyontek pada mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi Ubaya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy maka semakin rendah kecenderungan menyontek dan begitu juga sebaliknya semakin rendah
self-efficacy maka semakin tinggi kecenderungan untuk menyontek.
Selain self-efficacy faktor yang diduga dapat meningkatkan perilaku menyontek adalah faktor konformitas. Sebab seringkali kita mendengar tentang solidaritas remaja yang kadang kala disalahartikan. Dengan beranggapan bahwa sikap solider itu adalah bagaimana kita membantu teman, baik itu dalam hal positif maupun negatif, baik dengan rasa senang hati atau keterpaksaan karena takut dibilang tidak solider. Melihat fenomena ini kita juga sering melihat para siswa di sekolah misalnya pada saat ujian berlangsung mereka membantu temannya dengan cara memberikan jawaban dengan alasan bahwa itu merupakan sikap solider.
Menurut Sujana (dalam Nadhirah, 2008), perilaku menyontek tidak lepas dari pengaruh adanya pengakuan atau persetujuan terhadap tindakan menyontek
(26)
dan contoh tindakan menyontek yang dilakukan oleh teman sebaya dalam satu kelompok atau teman sekelas. Jadi pengaruh kelompok sebaya akan sangat besar dalam pemberian norma tingkahlaku yang akan dianut oleh individu, dimana salah satu tingkahlaku tersebut adalah perilaku menyontek.
Perilaku mengikuti orang lain yang dimaksud disini adalah perilaku konformitas. Biasanya perilaku konformitas ini terjadi karena mengikuti orang lain yang ada dalam lingkungan individu berada, baik itu dengan terpaksa maupun dengan sukarela.
Istilah konformitas pertama kali dipublikasikan oleh seorang ahli psikologi sosial Solomon Asch tahun 1951, 1955. Eksperimen Asch ini menunjukan bahwa orang cenderung melakukan konformitas, mengikuti penilaian orang lain, ditengah tekanan kelompok yang mereka rasakan (Sarwono & Meinarno, 2009). Sedangkan dalam Wade (2007) setiap orang pasti akan melakukan konformitas dalam situasi tertentu dan untuk alasan yang sama dengan yang lain. Ada orang yang melakukannya karena mereka mengidentifikasikan diri mereka dengan kelompok dan anggota kelompok, serta ingin tampil serupa dengan mereka, sebab teman-teman menggunakan pengaruh sosial satu sama lain.
Dalam kamus lengkap Psikologi J.P. Chaplin (2008) konformitas diartikan sebagai kecendrungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Selain itu disebutkan juga kalau konformitas merupakan ciri pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya.
(27)
Sedangkan dalam Wikipedia istilah konformitas diartikan sebagai proses dimana seorang individu bersikap, meyakini, dan berperilaku yang dikondisikan oleh sesuatu untuk menjadi apa yang orang lain bisa lihat. Dilain pihak seseorang menyesuaikan keinginannya sendiri untuk mencapai rasa aman dalam kelompoknya yang biasanya terdapat kesamaan dalam hal usia, budaya, agama, bahkan status pendidikan. Akan tetapi konformitas ini sering dikaitkan dengan remaja dan budaya kaum muda, karena remaja sangat terikat dengan kelompok teman sebaya terutama di lingkungan sekolah (http://translate.google.co.id. http://en.wikipedia.org/Conformity).
Dari fenomena yang biasa terjadi, konformitas pada remaja lebih banyak memiliki efek yang buruk, padahal tidak semua konformitas memiliki efek buruk, karena baik atau buruk tergantung pada situasi, kondisi dan tentunya pada individu itu sendiri. Akan tetapi yang sering terjadi pada remaja adalah hal-hal yang negatif (Santrock, 2002).
Konformitas dapat berperan secara positif atau negatif pada seorang remaja, yang dimaksud peran negatif disini adalah perilaku menyontek (cheating). Seperti yang terjadi baru-baru ini di SDN 2 Gadel, Surabaya, adanya fenomena konformitas menyontek massal saat Ujian Nasional 2011, dimana seorang murid bernama Alifah Ahmad Maulana (Aam) diminta oleh pihak sekolah “memadu”
teman-temannya menggarap soal ujian, karena takut kepada guru akhirnya Aam memberikan hasil jawabannya kepada teman-temannya, dan hasilnya baik (Riadi, 2011). Sedangkan konformitas yang berperan secara positif adalah bagaimana
(28)
siswa mempersiapkan diri dengan belajar bersama teman-temannya untuk menghadapi ujian sekolah.
Biasanya pada perilaku konformitas seseorang mengikuti perilaku kelompoknya meskipun ia berbeda pendapat dengan kelompoknya (Khrisnaresa, 2009). Semakin tinggi konformitas terhadap kelompok sebaya, maka kecenderungan perilaku menyontek pun akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadhirah (2008) yang dari penelitiannya menghasilkan kalau adanya hubungan yang positif dan signifikan antara konformitas kelompok dan perilaku menyontek pada mahasiswa IAIN “SMH”
Banten Fakultas Tarbiyah. semakin tinggi konformitas terhadap kelompok sebaya, maka makin tinggi pula kecenderungan menyontek.
Selain self-efficacy dan konformitas kecendrungan menyontek siswa juga dapat dikaitakan oleh goal orientation. Sebab ketika siswa menyontek, siswa tersebut memiliki tujuan yang ingin dicapainya dan tentunya tujuan dari setiap siswa yang menyontek berbeda-beda. Akan tetapi tujuan tersebut sangat terkait dengan pencapain prestasi di kelas. Ini berarti perilaku menyontek (cheating) yang terjadi pada siswa dapat dikaitkan dengan bagaimana siswa mengorientasikan tujuannya.
Beragam usaha yang dilakukan siswa untuk meraih prestasi dalam kegaiatan akademis terkait dengan suatu orientasi tujuan itu sendiri dalam mencapai tujuan yang diharapkannya. Orientasi tujuan atau biasa disebut dengan istilah goal orientation.
(29)
Wikipedia mengartikan goal orientation (GO) adalah "tujuan". Disini GO sebagai cara untuk mengejar dan mencapaian tujuan dalam konteks prestasi. Selain itu GO merupakan motivasi internal dalam diri siswa dalam kompetensi mengejar prestasi akademik disekolah http://en.wikipedia.org/wiki/Goal-oriented.
Goal atau tujuan adalah sesuatu yang diusahakan oleh seseorang untuk dicapai, dan sesuatu itu berada diluar diri individu (Locke & latham, 1990 dalam Pintrich & Schunk, 1996). Sedagkan goal orientation merupakan pola keyakinan yang mengarahkan pada cara yang berbeda dalam pendekatan, penggunaan dan respon terhadap achievement situation (Ames, 1992, dalam Pintrich & Schunk, 1996). Goal orientation merefleksikan standar individu dalam mencapai keberhasilan.
Sedangkan dalam kamus lengkap Psikologi J.P. Chaplin (2008) goal orientation diartikan sebagai kondisi dituntun menuju kearah sasaran. Dalam kegiatan belajar keluar dari jalan yang ruwet simpang-siur, merupakan upaya atau jalan tempuh yang mengarah pada sasaran, baik merupakan jalan buntu atau menjadi bagian dari jalan yang benar.
Berkaitan dengan hal di atas, maka dapat diketahui bahwa seorang siswa yang memiliki tujuan dalam proses belajar, maka siswa tersebut akan menetapkan tujuan sebagai harapan, hal ini dapat dikatakan mengikuti ujian dan mendapatkan kelulusan dengan nilai yang baik merupakan harapan yang harus dicapai. Maka untuk memantapkan tujuan siswa yaitu mendapatkan keberhasilan saat ujian dan meningkatkan prestasi, siswa akan mempersiapkan dirinya dengan banyak belajar
(30)
dan meningkatkan waktu untuk membaca berbagai literatur yang mendukung materi pelajaran (Maradina, 2008).
Secara umum ada dua jenis orientasi tujuan dalam kegiatan akademis, yaitu tujuan untuk mengembangkan kemampuan (mastery orientation) dan tujuan untuk menunjukan kemampuan (performance orientation). Menurut Pintrich dan Schunk (1996), siswa yang berorientasi pada mastery orientation akan memfokuskan tujuannya pada pengembangan kemampuan, dan berusaha untuk memahami setiap tugas yang diberikan oleh para guru, dan selalu meningkatkan kompetensi diri. Sebaliknya, siswa yang berorientasi pada performance orientation lebih memfokuskan pada bagaimana penilaian orang lain terhadap kemampuan yang dimiliki oleh para siswa.
Bila melihat kedua jenis orientasi tujuan, performance orientation lebih mengarah pada pola perilaku maladaptip dari pada mastery goals. Oleh karena itu siswa yang berorientasi pada performance orientation cenderung menggambarkan siswa yang melakukan menyontek, sedangkan siswa yang berorientasi pada
mastery orientation cenderung menghindari perilaku menyontek (cheating) dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Oleh karena itu tidak setiap siswa yang berorientasi pada performance orientation dia akan selalu menyontek dan siswa yang berorientasipada mastery orientation tidak akan menyontek.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh setya (2005) yang menghasilkan kalau orientasi tujuan siswa dan struktur tujuan kelas secara bersama-sama memberikan sumbangan pada perilaku menyontek siswa SMP dalam pelajaran Matematika. Hal ini berarti orientasi tujuan siswa memiliki peran
(31)
adanya kecendrungan menyontek siswa SMP dalam pelajaran Matematika. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa orientasi tujuan dapat mempengaruhi seseorang untuk menyontek atau tidak dalam mencapai tujuan yang diharapkannya.
Dari pernyataan di atas sudah jelas kalau Goal orientation dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi hambatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan. Baik itu hambatan dalam pendidikan dan ujian ataupun hambatan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, seperti halnya siswa SMP/MTs yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan Sekolah Dasar di masa anak-anak menuju masa remaja awal di Sekolah Menengah Pertama. Oleh karena itu, sebaiknya siswa dalam menghadapi ujian menganggap tugas mereka sebagai tantangan, bukan sebagai ancaman. Sebab ketika siswa memandang tugas sebagai tantangan, bukan sebagai ancaman, mereka tidak akan merasa takut dalam menghadapi kegagalan. Akan tetapi malah termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar dengan hasil yang maksimal.
Selain variabel independen di atas, penelitian ini juga menggunakan variabel demografis yang terdiri dari jenis kelamin dan tingkatan kelas. Variabel demografis ini digunakan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengungkapkan mengenai jenis kelamin dan tingkatan kelas dalam hal menyontek, seperti penelitian yang dilakukan oleh Calabrese dan Cochran (1990 dalam Anderman, Griesinger & Westerfield, 1998) yang mengemukakan bahwa di Sekolah Negeri atau Swasta, perilaku menyontek (cheating) lebih umum dilakukan oleh laki-laki. Dalam penelitian yang dilakukan pada kalangan
(32)
mahasiswapun menyatakan hal yang sama, bahwa laki-laki lebih sering menyontek daripada perempuan. Selain itu laki-laki juga mengatakan bahwa mereka lebih banyak menyontek pada saat ulangan dengan menggunakan berbagai metode menyontek. Di sisi lain perempuan menyetujui kalau cheating lebih banyak dilakukan oleh laki-laki, sebab perempuan akan merasa bersalah jika mereka menyontek (Baird, 1980 dalam Andermana & Midgley, 2004).
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Newstead et al. (1996 dalam Anderman, Griesinger & Westerfield, 1998) mengungkapkan bahwa di kalangan mahasiswa, laki-laki lebih banyak menyontek dari pada perempuan, selain itu dalam penelitian itu pula diungkapkan kalau mahasiswa yang lebih muda atau semester bawah lebih banyak menyontek dari pada murid yang tua atau semester atas. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh McCabe, Trevino dan Butterfield (2001) menunjukkan bahwa mahasiswa yang lebih muda cenderung untuk menyontek dari mahasiswa yang lebih tua. McCabe dan Trevino mengemukakan bahwa pada kesatu dan kedua tahun pertama mahasiswa merasa berat dengan program fakultas, dan tidak ingin mengulang kembali mata kuliah yang telah dipelajari, oleh karena itulah mahasiswa semester bawah lebih memilih untuk menyontek. Sebaliknya, pada tahun katiga dan keempat perkuliahan, mahasiswa tampaknya lebih antusias akan program fakultas karena sudah terbiasa dengan program tersebut.
Berdasarkan asumsi penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai variabel demografis, peneliti ingin mengetahui apakan benar perilaku menyontek itu lebih banyak dilakukan oleh laki-laki dari pada perempuan ataukah berbanding
(33)
terbalik dengan penelitian sebelumnya. Selain itu apakah dalam jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) perilaku menyontek lebih banyak dilakukan oleh kelas bawah ataukah berbanding terbalik dengan penelitian sebelumnya.
Adapun dalam penelitian ini, fokusnya adalah para siswa pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebab siswa SMP/MTs merupakan usia peralihan dari usia anak-anak menuju usia remaja awal, selain itu merekapun mengalami masa peralihan dari Sekolah Dasar ke jenjang yang lebih tinggi yakni Sekolah Menengah Pertama. Pada masa ini siswa perlu menyesuaikan diri dengan konteks sosial yang berbeda dengan sebelumnya dan proses pencapaian prestasipun berbeda degan sekolah dasar. Oleh karena itu perlunya kesiapan dalam diri siswa dalam menghadapi proses perubahan yang terjadi, sebab apabila siswa kesulitan dalam menghadapi perubahan ini maka mereka akan berusaha mencari jalan keluar yang belum tentu benar. Dalam kondisi tersebut perilaku menyontek mungkin akan terjadi karena dipandang sebagai jalan keluar termudah agar mereka tetap dapat berprestasi di sekolah.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian longitudinal Anderman (dalam Murdock & Anderman, 2006) menunjukkan bahwa menyontek sering dilakukan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dikarenakan adanya perubahan keadaan lingkungan belajar yang dialami siswa, yaitu siswa mengalami masa transisi dari Sekolah Dasar ke Sekolah Menengah Pertama, yang mana perubahan struktur kelas yang kecil menjadi struktur kelas yang lebih besar, sehingga lingkungan sekolah menjadi lebih kompetitif.
(34)
Selain itu karena siswa SMP/MTs, termasuk siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi adalah termasuk pada masa remaja awal yang mana masa ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, maka pada masa ini seseorang banyak sekali mengalami perubahan dalam dirinya, baik itu pertumbuhan dan perkembangan fisik, pertumbuhan dan kematangan seks serta perkembangan sosial. Oleh karena itu, remaja sangat dituntut untuk bisa memiliki rasa keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi ujian dan tidak mudah terpengaruh dalam perilaku konformitas serta dapat menentukan tujuan mereka dalam bidang akademis untuk mencapai prestasi sesuai dengan apa yang diharapkan tanpa menyontek.
Berdasarkan penjelasan di atas, ada indikasi bahwa sebenarnya self-efficacy, konformitas dan goal orientation serta variabel demografis dapat menjelaskan terjadinya perilaku menyontek di sekolah. Berdasarkan pada pemikiran tersebut penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh keempat faktor self-efficacy, konformitas dan goal orientation serta variabel demografis terhadap perilaku menyontek siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
Alasan mendasar penelitian ini dilakukan di MTs. Al-Hidayah Bekasi karena sekolah ini memiliki siswa cukup banyak dalam satu kelas, yang memungkinkan siswa untuk melakukan konformitas dalam menyontek.
1.2. Pembatasan dan Rumusan Masalah
2.1. Pembatasan Masalah
Agar penulisan penelitian ini menjadi terarah dan tidak meluas, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
(35)
1. Perilaku menyontek (cheating) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbuatan curang yang dilakukan dalam dunia pendidikan, baik itu meniru tulisan atau pekerjaan orang lain dengan perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran, seperti: menulis contekan di meja atau di telapak tangan, menulis di sobekan kertas yang disembunyikan di lipatan baju, melihat buku pedoman atau buku catatan, atau menyontek melalui media lain seperti HP sewaktu ujian (Murdock & Anderman, 2006).
2. Self-efficacy yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keyakinan siswa akan kemampuan dirinya dalam menghadapi tantangan dalam dunia pendidikan. Keyakinan ini merupakan kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam mencapai keberhasilan pada saat ujian tanpa perlu menyontek yang diungkapkan melalui skor-skor dari alat ukur skala self-efficacy (Bandura, 1986).
3. Konformitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku meniru orang lain, baik itu berupa sikap atau tingkah laku dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh siswa. Akan tetapi konformitas disini lebih ditekankan apakah siswa mengikuti temannya dalam
(36)
menyontek di kelas atau sebaliknya yang diungkapkan melalui skala konformitas (Sarwono & Meinarno, 2009).
4. Goal orientation yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orientasi tujuan yang dimiliki siswa dalam belajar yang terdiri dari mastery goal dan performance goal yang diungkapkan melalui skala goal orientation (Pintrich & Schunk, 1996). 5. Variabel demografis disini adalah jenis kelamin yang terdiri
dari laki-laki dan perempuan, dan tingkatan kelas yang ada di MTs Al-Hidayah Bekasi.
6. Penelitian ini dilakukan di MTs. Al-Hidayah Bekasi Kelas I, II dan III atau kelas VII, VIII dan kelas IX.
2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating)
siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi?
2. Seberapa besarkah pengaruh self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi?
3. Faktor-faktor manakah yang paling mempengaruhi perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi?
(37)
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat:
1. Ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara self-efficacy,
konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek
(cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
2. Faktor yang paling mempengaruhi perilaku menyontek (cheating)
siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat berupa:
1. Manfaat teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan. Selain itu dari hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menambah khaanah pengetahuan tentang perilaku cheating serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Manfaat praktis
Bagi pihak MTs. Al-Hidayah Bekasi diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor penyebab siswa menyontek, khususnya pada saat ujian, sehingga mampu mengurangi intensitas menyontek pada siswa. Bagi siswa diharapkan hasil penelitian
(38)
menyontek. Dengan demikian diharapkan siswa dapat menghilangkan kebiasaan menyontek dan dapat memperoleh hasil ujian dengan baik dan jujur.
1.5. Sistematika Penulisan
BAB I. Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri atas: Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II. Bab ini memaparkan teori perilaku menyontek (cheating),
self- efficacy, konformitas dan goal orientation pada siswa SMP yang dilengkapi dengan kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.
BAB III. Bab ini menggambarkan metode yang digunakan untuk penelitian yang terdiri atas: pendekatan dan jenis penelitian, definisi variabel, populasi dan sampel, metode pengambilan data, teknik pengambilan data, dan teknik uji instrumen, hasil uji instrumen serta prosedur penelitian.
BAB IV. Hasil penelitian yang terdiri dari: analisis deskriptif dan uji hipotesis.
(39)
BAB II
KAJIAN TEORI
Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun subbab yang akan dipaparkan terdiri dari enam subbab yaitu subbab pertama membahas tentang perilaku menyontek (cheating) dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Subbab kedua membahas tentang
self-efficacy. Subbab ketiga membahas tentang konformitas. Subbab keempat membahas tentang goal orientation. Subbab kelima membahas tentang kerangka berpikir, dan dilanjutkan dengan subbab keenam membahas tentang hipotesis penelitian. Adapun fokus penelitian ditekankan pada siswa Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah.
2.1. Perilaku menyontek
Perilaku menyontek (cheating) telah dipelajari di bidang pendidikan, sosiologi, filsafat, dan ekonomi (dalam Anderman & Murdock , 2007). Akan tetapi perilaku menyontek (cheating) yang dibahas dalam penelitian ini adalah perilaku menyontek (cheating) dalam bidang pendidikan. Sebab kecenderungan menyontek dalam kegiatan akademis kerap kali terjadi di dunia pendidikan. Oleh karena itu, menyontek menjadi salah satu fenomena yang muncul menyertai aktivitas proses belajar-mengajar sehari-hari di sekolah. Schab (1991 dalam Anderman & Midgley, 2004) pun dikatakan kalau perilaku menyontek dalam dunia pendidikan merupakan fenomena umum di sekolah, baik itu pada Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan perguruan
(40)
tinggi. Akan tetapi Departemen Pendidikan California menemukan hasil penelitian perilaku menyontek yg lebih tinggi pada siswa Sekolah Menengah Pertaman (SMP), yakni sebesar 75%.
2.1.1. Pengertian perilaku menyontek (cheating)
Perilaku menyontek (cheating) adalah strategi yang digunakan siswa untuk meningkatkan kinerja (dalam hal ini kinerja yang dimaksud adalah nilai) mereka dengan cara yang tidak benar (Anderman, Griesinger & Westerfield, 1998). Menurut Gehring dan Pavela (1994 dalam Pincus & Schmelkin 2003) perilaku menyontek (cheating) merupakan suatu tindakan curang yang sengaja dilakukan ketika seorang siswa mencari dan membutuhkan adanya pengakuan atas hasil belajarnya dari orang lain meskipun dengan cara yang tidak sah seperti memalsukan informasi terutama ketika dilaksanakan evaluasi akademis.
Berdasarkan pengertian di atas, dalam penelitian ini perilaku menyontek diartikan sebagai tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan sengaja dengan cara-cara yang tidak jujur atau perbuatan curang dengan menghalalkan segala cara yang dilakukan siswa khususnya dalam pelaksanaan ujian ataupun penyelesaian tugas akademis untuk mencapai tujuan tertentu.
Praktek menyontek lainnya yang kerap kali dilakukan oleh siswa selama ujian maupun dalam menyelesaikan tugas akademis antara lain seperti dalam Pincus dan Schmelkin (2003) yang menyebutkan beberapa bentuk kecurangan akademik yang biasanya terjadi seperti: plagiat, menyalin jawaban orang lain, membeli kunci jawaban, mencuri soal ujian, atau memalsukan dokumen sekolah. Sims (1995; dalam Pincus dan Schmelkin, 2003) menemukan bahwa perilaku
(41)
menyontek (cheating) yang paling serius adalah menggunakan kertas atau hasil jawaban orang lain, mengambil jawaban orang lain, meminta seseorang untuk menjawab ujian, membeli jawaban, dan menggunakan contekan selama ujian. Nuss (1984; dalam Pincus dan Schmelkin, 2003) menemukan bahwa menyalin selama ujian, membayar seseorang untuk menulis makalah, dan menggunakan sinyal selama ujian. Graham et al. (1994; dalam Pincus dan Schmelkin, 2003) mengambil soal ujian untuk orang lain, menyalin kertas jawaban, menggunakan jasa joki, dan menyalin jawaban selama ujian.
Dalam sebuah penelitian kualitatif mahasiswa di Kanada menjelaskan berbagai strategi yang digunakan siswa untuk memastikan bahwa mereka tidak dicurigai menyontek oleh orang lain sebagai cheater, seperti menatap langit-langit sambil berpikir, berpakaian tanpa saku, dan membuat ekspresi wajah yang menyampaikan keterlibatan serius dengan bahan ujian (Albas & Albas, 1996; dalam Murdock & Anderman, 2006).
Goldsmith, (1998; dalam Gallant & Drinan, 2006), meningkatnya kecanggihan teknologi memperbesar peluang siswa untuk menyontek dan dapat meningkatkan perilaku menyontek pada siswa.
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek
(cheating)
Anderman dan Murdock (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cheating. Faktor-faktor tersebut digolongkan ke dalam empat karakteristik, yaitu:
(42)
1. Karakteristik demographic
Perbedaan individual pada perilaku mencontek sisiwa telah dipelajari dalam kaitannya dengan faktor demografik seperti:
a. Gender
Beberapa penelitian telah meneliti secara khusus perbedaan gender dalam perilaku menyontek (cheating). Kebanyakan dari penelitian ini mengoperasionalkan perilaku menyontek (cheating) berdasarkan self-report dari pelajar. Penelitian yang dilakukan oleh Calabrese dan Cochran, Davis dan kawan-kawan, Michaels dan Miethe, Newstead, Franklyn-Stokes, serta Armstead (dalam Anderman & Murdock, 2007), menemukan bahwa laki-laki lebih banyak menyontek (cheating)
dibandingkan perempuan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Jacobson dan kawan-kawan (1970 dalam Anderman & Murdock, 2007), mengemukakan bahwa perempuan lebih banyak menyontek (cheating)
dari pada laki-laki. Terdapat juga penelitian yang tidak menemukan perbedaan perilaku menyontek (cheating) antara laki-laki dan perempuan seperti penelitian yang dilakukan oleh Haines dan kawan-kawan (1986 dalam Anderman & Murdock, 2007).
Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anderman dan Midgley (2004), yang menyatakan siswa Sekolah Menengah Pertama menunjukkan bahwa laki-laki lebih mungkin untuk menyontek daripada perempuan (misalnya, Ciek, 1999; Schab, 1969). Penelitian yang dilakukan oleh McCabe, Trevino & Butterfield (2001),
(43)
juga mengatakan kalau laki-laki lebih sering menyontek dari pada perempuan.
b. Usia
Penelitian Jensen dan kawan-kawan (2002 dalam Anderman & Murdock, 2007), menemukan bahwa pelajar yang lebih muda lebih mungkin mencontek daripada pelajar yang lebih tua ketika perbandingan ini dibuat antara siswa dan mahasiswa. Dari penelitian ini ditemukan bahwa perilaku menyontek (cheating) akan berkurang dengan bertambahnya usia.
c. Status sosio-ekonomi
Calabrese dan Cochran (1990 dalam Anderman & Murdock, 2007), juga meneliti perilaku menyontek (cheating) pada siswa berdasarkan status sosio-ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa private school (sekolah swasta) yang memiliki status sosio-ekonomi tinggi lebih banyak menyontek dibandingkan dengan siswa yang berasal dari public school (sekolah negeri).
d. Agama
Terdapat bermacam-macam hasil penelitian mengenai perilaku menyontek (cheating) dan agama. Penelitian Rettinger dan Jordan (2005 dalam Anderman & Murdock, 2007), yang dilakukan pada kelas religi dan kelas liberal, menemukan bahwa kelas religi lebih sedikit melakukan
(44)
2. Karekteristik akademik
a. Ability (kemampuan)
Newstead dan kawan-kawan (1996 dalam Anderman & Murdock, 2007), menekankan pada kompleksnya hubungan antara ability dan
cheating. Para peneliti pada umumnya menunjukkan bahwa ability
berhubungan dengan cheating, dan hal tersebut secara umum dipercaya bahwa siswa yang memiliki ability rendah lebih berkemungkinan melakukan cheating.
b. Area subjek
Bowers, Davis dan Ludvigson, Newstead dan kawan-kawan (dalam Anderman & Murdock, 2007), menyatakan bahwa subjek yang berada pada area sains, bisnis, dan mesin, diidentifikasi sebagai disiplin ilmu dengan indikasi tinggi adanya cheating jika dibandingkan dengan subjek yang berada pada area seni dan sosial.
3. Karakteristik motivasi
a. Self-efficacy
Penelitian Murdock dan kawan-kawan (2001 dalam Anderman & Murdock, 2007), pada siswa Sekolah Menengah Pertama menemukan bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik antara cheating dan self-efficacy. Menurut Finn dan Frone (2004 dalam Anderman & Murdock, 2007), self-efficacy memprediksi cheating ketika tingkat prestasi siswa telah dikontrol. Beberapa penelitian seperti penelitian Calabrese dan
(45)
Cochran, Michaels dan Miethe, serta Malinowski dan Smith (dalam Anderman & Murdock, 2007), menemukan bahwa pelajar mencontek lebih sering ketika mereka memiliki self-efficacy rendah yang meliputi takut akan kegagalan.
b. Goal orientation
Studi mengenai cheating yang dikaitkan dengan teori achievement goal menegaskan bahwa cheating sering muncul pada siswa yang tujuan belajarnya bukan pada penguasaan materi. Hubungan antara goal dan
cheating telah ditemukan pada siswa yang lebih muda. Penelitian Anderman dan kawan-kawan, dan Murdock dan kawan-kawan (dalam Anderman & Murdock, 2007), pada siswa Sekolah Menengah Pertama menemukan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara cheating
dan mastery goals. Hal ini memberikan asumsi bahwa mastery goal orientation tidak ada kaitannya dengan perilaku menyontek.
4. Karakteristik personality
a. Impulsivitas dan sensation-seeking
Impulsivitas dan sensation-seeking merupakan dua konstruk pada literatur psikologi kepribadian yang mungkin berhubungan dengan
cheating (dalam Anderman & Murdock, 2007).
b. Self-control
Grasmick, Tittle, Bursik, dan Arneklev (1993 dalam Anderman & Murdock, 2007), menemukan bahwa self-control dan persepsi terhadap
(46)
kesempatan menyontek berhubungan dengan cheating. Sebab control diri akan menentukan apa yang orang akan lakukan.
c. Tipe kepribadian
Pada penelitian eksperimen Davis (1995 dalam Anderman & Murdock, 2007), ditemukan siswa dengan tipe kepribadian A lebih banyak melakukan cheating daripada siswa dengan tipe kepribadian B. hal ini membuktikan bahwa kepribadian seseorang memungkinkan seseorang untuk menyontek.
d. Locus of control
Locus of control (pusat kendali) adalah gambaran keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Locus of control
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku individu, termasuk bagaiman seseorang menentukan apakah ia akan menyontek atau tidak menyontek. Dalam penelitian eksperimen mengenai Locus of control
ditemukan bahwa seseorang yang memiliki eksternal locus of control lebih berkemungkinan melakukan cheating (Anderman & Murdock, 2007).
Perilaku menyontek memang terkait dengan banyak faktor seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Akan tetapi dari sekian banyak faktor tersebut, dalam penelitian ini difokuskan kepada self-efficacy, konformitas dan goal orientation.
(47)
2.1.3. Dimensi-dimensi perilaku menyontek (cheating)
Ciek dalam Anderman (2007) menyatakan bahwa perilaku menyontek
(cheating) terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Giving (memberi), taking (mengambil), or receiving (menerima)
information
2. Menggunakan materi (bahan) yang terlarang
3. Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk memperoleh keuntungan
2.2. Self-efficacy
Bagaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung pada respirokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif. Khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinan bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini sebagai self-efficacy (Alwisol, 2004). Konsep ini sesungguhnya merupakan versi ilmuan tentang hikmah di balik kekuatan berfikir positif (Luthfi, Saloom & Yasun, 2009).
Self-efficacy merupakan turunan dari teori Behavioral yang ditokohi oleh Albert Bandura. Self-efficacy ini berawal dari penelitiannya mengenai fobia ular untuk mengatasi rasa takutnya dengan cara meningkatkan efficacy seseorang dalam menghadapi ular (Bandura & Adams, 1977; dalam Baron & Byrne, 2003).
(48)
2.2.1. Pengertian self-efficacy
Karena self-efficacy ini ditokohi oleh Albert Bandura, maka pengertian mengenai self-efficacy ini lebih banyak didominasi oleh Bandura sendiri. Beberapa pengertian self-efficacy menurut Bandura adalah:
· Self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya untuk menghasilkan tigkat kinerja yang didapat dari hasil latihan atau kejadian yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Self-efficacy ini dapat menentukan bagaimana orang merasa, berfikir, memotivasi diri sendiri dalam berperilaku (Bandura, 1994).
· Self-efficacy adalah Evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan (dalam Baron dan Byrne, 2003).
· Self-efficacy adalah ekspektasi – keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh seseorang mampu melakukan suatu perilaku dalam suatu situasi tertentu (dalam Friedman dan Schustack, 2006).
Sedangkan dalam Alwisol (2004) Self-efficacy adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Self-efficacy
ini berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan yang diharapkan.
Dalam penelitian ini, self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan siswa (khususnya siswa SMP/MTs) akan kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan tugas yang diberikan sekolah untuk mencapai keberhasilan yang
(49)
Bandura (dalam Suprayogi, 2007) mengemukakan bahwa orang yang memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuannya akan memandang tugas yang sulit sebagai suatu tantangan yang harus dikuasai, bukan sebagai ancaman yang harus dihindari. Ia akan mengatur sendiri orientasi yang penuh tantangan dengan mempertahankan komitmen yang kuat untuk dirinya. Seseorang juga akan mempertinggi dan meningkatkan usahanya dalam menghadapi kegagalan. Secara cepat pula akan memulihkan kembali self-efficacy-nya setelah mengalami kegagalan. Sebaliknya orang yang tidak yakin dengan kemampuannya akan menghindari tugas-tugas yang sulit yang dianggapnya merupakan ancaman bagi dirinya. Orang tersebut memiliki aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap orientasi yang ingin diraih. Manakala menghadapi tugas-tugas yang sulit, ia lebih memikirkan kekurangan yang dimilikinya, halangan yang akan ditemui, dan hal-hal lain yang tidak memuaskan dari pada berkonsentrasi agar kinerja berhasil dengan baik. Orang tersebut juga akan mengurangi usahanya dan cepat menyerah ketika menghadapi kesulitan. Selain itu ia juga lambat dalam memulihkan kembali rasa self-efficacy yang mengikuti kegagalan karena memandang kinerja yang kurang sebagai kurangnya bakat.
Self-efficacy yang positif adalah keyakinan untuk mampu melakukan perilaku yang dimaksud. Tanpa self-efficacy seseorang akan enggan untuk melakukan suatu perilaku. Menurut Bandura, self-efficacy menentukan apakah seseorang akan menunjukkan perilaku tertentu, sekuat apa seseorang dapat bertahan saat menghadapi kesulitan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan
(1)
Output Uji Validitas dan Reliabilitas
Field Study
Perilaku Menyontek
(cheating)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001
26.2133
29.981
.424
.783
VAR00002
25.8733
28.407
.496
.776
VAR00003
26.1067
27.626
.628
.767
VAR00004
26.2467
27.986
.559
.772
VAR00005
26.2000
27.933
.627
.768
VAR00006
25.9867
28.792
.391
.785
VAR00007
26.1067
28.458
.512
.775
VAR00008
26.3067
28.550
.542
.774
VAR00009
26.1800
29.383
.505
.778
VAR00010
26.5200
30.734
.348
.787
VAR00011
26.4733
31.365
.189
.796
VAR00012
26.5600
31.389
.243
.792
VAR00013
26.3000
29.446
.455
.780
VAR00014
26.6267
31.752
.185
.795
VAR00015
25.9400
29.090
.468
.779
VAR00016
26.4333
32.059
.114
.799
VAR00017
25.6667
31.445
.026
.825
VAR00018
26.5200
31.258
.209
.795
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
(2)
LAMPIRAN 26
Output Uji Validitas dan Reliabilitas
Field Study
Self-efficacy
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001
16.0933
4.622
.291
.597
VAR00002
16.4267
4.031
.398
.555
VAR00003
16.6333
4.247
.376
.566
VAR00004
16.5333
4.143
.295
.600
VAR00005
16.5267
4.264
.325
.585
VAR00006
16.2867
3.776
.428
.541
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.619
6
LAMPIRAN 27
Output Uji Validitas dan Reliabilitas
Field Study
Konformitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001
33.7400
16.932
.117
.768
VAR00002
33.7467
15.237
.472
.717
VAR00003
33.5600
15.402
.465
.718
VAR00004
33.6867
14.874
.457
.718
VAR00005
33.4733
15.419
.531
.712
VAR00006
33.5733
15.052
.508
.712
VAR00007
33.8267
15.943
.312
.739
VAR00008
33.4333
15.724
.458
.720
VAR00009
33.5733
16.260
.363
.732
VAR00010
33.8667
15.673
.359
.732
VAR00011
33.5867
15.466
.375
.730
Reliability Statistics
(3)
Output Uji Validitas dan Reliabilitas
Field Study
Goal Orientation
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001
23.7133
32.005
.452
.815
VAR00002
24.0667
34.452
.298
.824
VAR00003
23.7667
31.885
.559
.807
VAR00004
23.3467
31.892
.493
.811
VAR00005
23.9667
34.046
.272
.828
VAR00006
24.0667
34.855
.190
.833
VAR00007
23.7933
31.950
.516
.810
VAR00008
23.8733
31.252
.598
.804
VAR00009
23.7333
31.405
.562
.806
VAR00010
23.6667
31.969
.592
.805
VAR00011
23.7000
31.339
.536
.808
VAR00012
23.5400
31.485
.499
.811
VAR00013
23.8867
31.376
.520
.809
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
(4)
LAMPIRAN 29
T-Test Jenis Kelamin dan Tingkatan Kelas
One-Sample Statistics
N
Mean
Std.
Deviation
Std. Error Mean
Laki
77
28,84
6,235
0,710
Perempuan
73
26,66
4,970
0,582
Satu
44
24,09
4,147
0,625
Dua
53
28,68
5,857
0,804
Tiga
53
29,94
5,369
0,737
LAMPIRAN 30
Z score Konformitas dan Goal Orientation
Descriptive Statistics
N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Kon. acceptance
150
8
25
15.45
3.845
Kon. compliance
150
5
20
10.31
2.951
Mastery orientation
150
16
32
26.83
3.312
(5)
Responden Jenis Kelamin Tingkatan Kelas Cheating Self-efficacy Kon. acceptance =Kon. compliance Mastery orientation Performance orientation
1 1 1 28 21 -0.89806 0.23492 0.956 0.5367
2 1 1 28 18 0.40222 -0.10391 -0.85537 -0.11253
3 1 1 28 18 0.14216 -0.10391 -0.85537 -0.11253
4 0 1 24 21 -0.63801 -0.10391 -0.85537 -0.11253
5 0 1 23 21 -0.63801 -0.10391 0.05032 1.18594
6 0 1 23 15 -1.41818 -0.44273 0.956 0.5367
7 0 1 30 18 0.14216 0.91256 -0.55347 -0.11253
8 1 1 27 19 0.14216 -0.10391 -0.85537 -0.11253
9 0 1 26 19 0.92234 1.25139 0.956 0.5367
10 0 1 22 20 -0.11789 -0.10391 -0.55347 0.5367
11 0 1 24 21 0.66228 -0.10391 -0.55347 0.5367
12 1 1 23 20 -0.37795 -0.44273 0.956 1.18594
13 0 1 27 18 1.70251 0.57374 -1.76106 -0.11253
14 0 1 26 18 0.66228 0.57374 -0.85537 -0.76177
15 1 1 27 9 0.66228 -0.44273 -0.85537 1.18594
16 0 1 29 21 -0.37795 0.57374 0.35221 0.5367
17 1 1 34 14 2.48268 0.23492 -2.36485 -2.70948
18 0 1 18 21 -0.11789 -0.78155 -0.55347 -0.76177
19 0 1 22 19 -0.37795 -0.44273 -0.55347 -0.11253
20 1 1 21 22 -1.15812 -0.44273 0.35221 1.18594
21 0 1 18 23 -0.89806 -0.10391 -0.25158 0.5367
22 0 1 21 20 -1.15812 -1.4592 1.2579 1.18594
23 0 1 21 21 -0.37795 0.57374 0.05032 -0.76177
24 0 1 29 20 0.92234 2.60668 0.35221 -1.41101
25 0 1 20 18 0.14216 0.23492 0.956 1.18594
26 1 1 20 20 0.40222 0.23492 0.35221 -0.11253
27 1 1 20 22 -0.37795 -0.44273 0.35221 -0.11253
28 1 1 22 21 -1.15812 -0.44273 1.55979 1.18594
29 1 1 20 21 -1.15812 -1.4592 0.956 0.5367
30 1 1 27 19 -0.63801 -1.12038 -0.25158 -0.11253
31 1 1 27 21 0.66228 -0.78155 -1.15727 1.18594
32 1 1 24 21 -0.63801 -0.10391 -0.25158 1.18594
33 1 1 18 24 -1.93829 -1.79802 1.55979 1.18594
34 1 1 18 24 -1.93829 -1.79802 1.55979 1.18594
35 0 1 20 20 0.40222 -0.44273 -1.15727 -0.11253
36 0 1 34 19 1.96256 -0.10391 -0.25158 1.18594
37 0 1 25 21 -0.37795 -1.79802 1.55979 0.5367
38 1 1 20 19 -1.41818 -0.44273 1.2579 1.18594
39 1 1 18 21 -0.89806 -1.12038 0.956 0.5367
40 1 1 24 23 -0.89806 -0.78155 -0.85537 1.18594
41 1 1 28 19 0.14216 -1.12038 0.05032 -0.11253
42 0 1 25 19 -0.89806 1.25139 0.35221 0.5367
43 0 1 23 21 -0.63801 0.57374 -0.25158 -0.11253
44 0 1 28 21 -0.89806 -1.79802 -0.25158 -0.11253
45 0 2 32 17 0.40222 -0.44273 0.05032 -0.11253
46 0 2 29 20 1.70251 1.25139 -0.85537 0.5367
47 0 2 22 24 1.96256 3.28433 0.35221 1.18594
48 0 2 31 21 2.48268 0.91256 -0.85537 -1.41101
49 0 2 24 20 1.44245 2.60668 0.35221 -0.11253
50 0 2 30 19 1.44245 1.25139 0.35221 -0.11253
51 0 2 29 19 1.44245 2.26786 0.35221 -0.11253
52 0 2 20 20 -0.11789 1.59021 0.65411 0.5367
53 0 2 29 18 -0.11789 0.23492 -0.55347 -0.11253
54 0 2 29 18 -0.11789 0.91256 -0.25158 -0.11253
55 0 2 35 21 0.92234 0.57374 -1.45916 -2.06024
56 0 2 26 19 -0.11789 0.57374 -1.45916 1.18594
57 1 2 28 20 0.92234 1.25139 -0.25158 -0.76177
58 0 2 32 21 0.66228 -0.10391 -0.85537 0.5367
59 0 2 34 19 0.66228 -1.12038 0.35221 0.5367
60 0 2 22 20 0.40222 0.23492 0.35221 1.18594
61 0 2 30 21 -0.11789 -0.78155 0.35221 0.5367
62 0 2 34 20 0.92234 0.91256 0.05032 -1.41101
63 0 2 37 21 0.66228 -1.12038 0.65411 -0.76177
64 1 2 30 21 0.14216 0.57374 0.35221 1.18594
65 1 2 28 22 -0.37795 -1.4592 0.65411 1.18594
66 0 2 26 20 1.70251 2.26786 0.65411 0.5367
67 1 2 33 20 1.18239 -0.10391 -1.15727 -0.76177
68 1 2 27 23 -0.11789 0.57374 0.65411 0.5367
69 1 2 36 20 1.44245 0.57374 -1.15727 -1.41101
70 1 2 35 16 0.66228 0.23492 0.05032 -0.11253
71 0 2 43 23 1.70251 -0.10391 0.65411 0.5367
72 0 2 38 20 -1.41818 -1.4592 -2.36485 -0.76177
73 0 2 28 19 -0.89806 -0.44273 0.35221 -0.76177
74 0 2 33 16 1.18239 -0.10391 0.35221 -0.76177
(6)
Responden Jenis Kelamin Tingkatan Kelas Cheating Self-efficacy Kon. acceptance =Kon. compliance Mastery orientation Performance orientation
75 0 2 46 18 0.66228 0.91256 -1.45916 -0.76177
76 1 2 25 17 0.40222 0.23492 -2.36485 -3.35871
77 0 2 29 15 -0.63801 -1.12038 0.35221 0.5367
78 0 2 31 15 0.92234 0.23492 0.05032 -2.70948
79 0 2 27 16 -0.89806 -0.44273 0.35221 -1.41101
80 1 2 19 24 -1.93829 -0.78155 1.55979 0.5367
81 1 2 28 20 -0.11789 -0.10391 0.65411 1.18594
82 1 2 33 16 1.96256 1.25139 -2.06295 -2.06024
83 1 2 24 21 -1.15812 0.57374 0.956 1.18594
84 1 2 27 15 1.18239 0.57374 -2.66674 -1.41101
85 1 2 33 23 -0.89806 -1.12038 0.65411 1.18594
86 1 2 24 20 -1.15812 -0.78155 0.956 0.5367
87 1 2 20 22 -1.41818 -1.4592 0.65411 -0.11253
88 1 2 30 21 -0.37795 0.23492 0.956 0.5367
89 1 2 21 21 -0.89806 -0.44273 0.35221 -0.11253
90 1 2 25 14 0.40222 1.25139 0.35221 -1.41101
91 1 2 20 23 -1.15812 -0.78155 1.55979 1.18594
92 1 2 25 22 -1.67824 -1.4592 1.55979 -0.11253
93 1 2 18 24 -1.67824 -1.12038 0.956 0.5367
94 1 2 19 24 -1.67824 -1.79802 1.55979 -1.41101
95 1 2 26 21 -0.89806 -1.12038 1.2579 -0.76177
96 1 2 30 19 -1.15812 -0.78155 -0.25158 0.5367
97 1 2 30 18 -1.15812 -1.12038 -0.55347 -0.76177
98 1 3 31 17 0.66228 0.57374 -1.15727 -0.76177
99 1 3 27 13 1.44245 0.23492 -1.15727 -2.06024
100 1 3 34 17 0.92234 -0.78155 -0.55347 0.5367
101 1 3 26 21 0.14216 -0.44273 -0.55347 -0.11253
102 1 3 30 18 -0.11789 0.23492 0.05032 -0.11253
103 1 3 26 20 0.14216 -0.78155 0.05032 -0.76177
104 1 3 35 19 -0.11789 -0.44273 -0.85537 1.18594
105 1 3 33 19 -0.37795 -0.44273 -1.15727 1.18594
106 1 3 33 19 0.14216 0.91256 0.65411 1.18594
107 0 3 27 21 0.14216 1.25139 0.65411 -0.11253
108 0 3 27 20 0.14216 0.91256 -3.27053 -2.70948
109 0 3 25 19 -0.89806 0.91256 -1.45916 0.5367
110 0 3 26 20 -0.11789 0.23492 -1.76106 -1.41101
111 0 3 34 21 -1.15812 -0.44273 -0.25158 -0.11253
112 0 3 27 20 0.66228 1.25139 -2.36485 -0.11253
113 0 3 32 19 1.70251 0.91256 0.956 -0.11253
114 1 3 26 20 0.14216 -0.44273 -0.85537 -0.76177
115 0 3 21 19 -0.63801 0.23492 0.65411 -0.76177
116 0 3 29 16 0.40222 -0.10391 -0.55347 -2.06024
117 1 3 28 20 0.92234 -0.44273 0.65411 -0.76177
118 0 3 29 19 1.70251 -0.10391 -0.25158 -1.41101
119 0 3 43 21 0.66228 -0.44273 -0.25158 -0.11253
120 0 3 43 21 2.22262 2.94551 0.956 1.18594
121 1 3 24 18 -0.63801 0.23492 -0.85537 -0.76177
122 0 3 24 21 -0.89806 -1.12038 0.05032 -1.41101
123 0 3 30 22 1.44245 2.94551 -0.25158 0.5367
124 0 3 34 21 -0.63801 -0.44273 0.956 1.18594
125 0 3 24 17 0.14216 0.57374 -0.25158 -0.11253
126 0 3 29 18 0.66228 -0.44273 -2.36485 -0.11253
127 0 3 46 21 0.66228 -0.44273 0.65411 -0.11253
128 0 3 36 21 0.14216 -0.44273 0.05032 0.5367
129 0 3 38 20 1.44245 0.23492 -0.55347 0.5367
130 0 3 25 22 -0.11789 -1.4592 0.65411 0.5367
131 0 3 31 19 -1.41818 -0.10391 1.55979 1.18594
132 0 3 31 19 -1.41818 -0.10391 1.55979 1.18594
133 0 3 32 19 -1.41818 -0.10391 1.55979 1.18594
134 0 3 33 21 -0.11789 -0.44273 0.35221 0.5367
135 0 3 34 21 -0.11789 -0.44273 0.05032 -0.11253
136 0 3 27 17 -0.11789 -0.44273 0.35221 0.5367
137 1 3 27 17 0.14216 0.23492 -0.85537 -0.76177
138 1 3 35 21 -0.63801 -0.10391 0.956 1.18594
139 1 3 28 22 -0.11789 0.23492 0.35221 -0.11253
140 1 3 29 22 -0.11789 0.23492 0.65411 -0.76177
141 1 3 32 21 0.14216 0.91256 0.956 1.18594
142 1 3 32 17 0.14216 -0.10391 0.35221 -0.76177
143 1 3 34 19 0.92234 1.92904 -1.15727 -2.06024
144 1 3 27 21 0.14216 0.57374 0.35221 -0.11253
145 1 3 33 23 -0.89806 -1.12038 0.65411 1.18594
146 1 3 24 20 -1.15812 -0.78155 0.956 0.5367
147 1 3 20 22 -1.41818 -1.4592 0.65411 -0.11253