Pengaruh locus of control goal orientation terhadap cheating mahasiwa fakultas psikologi UIN Syahid Jakarta
PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN GOAL ORIENTATION
TERHADAP CHEATING MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Disusun oleh:
MAIHAN ANDRESTIA
NIM: 106070002199
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
(2)
PENGARUH
LOCUS OF CONTROL
DAN
GOAL
ORIENTATION
TERHADAP
CHEATING
MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh
gelar Sarjana Psikologi
Oleh
Maihan Andrestia
NIM:106070002199
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Yunita Faela Nisa, M. Psi., Psi.
NIP. 19770608 200501 2 003
Pembimbing II
Solicha, M.Si.
NIP. 19720415 199903 2 001
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1431 H/2010 M
iii
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN GOAL ORIENTATION
TERHADAP CHEATING MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 10 Desember 2010
Sidang Munaqasah
Dekan/ Pembantu Dekan/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph. D Dra. Fadhilah Suralaga, M. Si NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2 001
Anggota :
Dra. Netty Hartati, M. Si Solicha, M. Si
NIP.19531002 198303 2 001 NIP. 19720415 199903 2 001
Yunita Faela Nisa, M. Psi., Psi. NIP. 19770608 200501 2 003
(4)
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Maihan Andrestia NIM : 106070002199
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Locus Of Control Dan Goal Orientation Terhadap Cheating Mahasiswa Fakultas Psikologi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 30 November 2010
Maihan Andrestia NIM : 106070002199
(5)
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Maihan Andrestia
NIM : 106070002199
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN GOAL ORIENTATION TERHADAP CHEATING MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau ciplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 30 November 2010
Yang Menyatakan
Maihan Andrestia
NIM 106070002199
ix
(6)
iv
Motto
“Sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat buat yang lainnya”
-Kejujuran pasti selalu lebih baik dari
kebohongan-
(7)
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) November 2010
C) Maihan Andrestia
D) Pengaruh Locus of Control dan Goal Orientation Terhadap Cheating
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
E) XIII + 56 Halaman + 4 Lampiran
Cheating di kalangan pelajar telah menjadi suatu fenomena yang lazim, bahkan ada yang melakukan secara terang-terangan. Hal ini karena semakin berkembangnya teknologi, maka semakin berkembang pula cara-cara untuk melakukan cheating. Dari anak SD hingga Perguruan Tinggi dapat menjadi pelaku cheating. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cheating adalah mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, atau pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, bahkan di Amerika Serikat tingkat cheating pelajarnya pun tinggi. Hal ini membuat beberapa peneliti tertarik untuk meneliti fenomena tersebut sehingga diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi cheating.
Faktor-faktor itu ada yang berasal dari dalam diri individu, ada juga yang berasal dari luar dirinya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk melihat faktor keyakinan individu tentang apa dan siapa yang menyebabkan sesuatu terjadi pada dirinya yang disebut locus of control (LoC), dan apa tujuan belajarnya yang disebut goal orientation (GO). Penelitian yang dilakukan oleh Forsyth, et al., Karabenick dan Srull, serta Leming menyebutkan bahwa individu yang memiliki LoC eksternal lebih mungkin melakukan cheating. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Anderman et al dan Murdock et al menemukan bahwa cheating sering muncul pada pelajar yang tujuan belajarnya bukan pada penguasaan materi. Dengan kata lain, pelajar yang memiliki performance goal lebih cenderung cheating dibanding pelajar yang memiliki masterygoal. Maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian ini untuk melihat apakah ada pengaruh yang signifikan LoC dan GO terhadap
cheating mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester III dan V yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 86 orang (laki-laki dan perempuan). Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan LoC
dan GO terhadap cheating mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
(8)
vi
Jakarta. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya variabel lain yang lebih berpengaruh.
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti variabel-variabel lain yang juga ikut mempengaruhi cheating.
F) Bahan Bacaan: 16 buku + 18 artikel internet
(9)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb. Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirabbil’alamiin puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat kekuasaan-Nya, rahmat, karunia, anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam terlimpah kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarga beliau, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Allahumma shalli ‘ala saiyidinaa Muhammad wa’ala alisaiyidina Muhammad.
Skripsi ini penulis akui bukanlah hasil karya penulis seorang diri. Banyak pihak yang berhati mulia turut berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk mengucapkan sekedar rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menjadi dekan inspiratif. Beribu pengalaman Bapak membuat kami menjadi lebih termotivasi lagi.
2. Jajaran Dekanat, Pudek I Bu Fadhilah Suralaga, M. Si., Pudek II Pak Bambang Suryadi, Ph. D., Pudek III Bu Nihayah, M. Si., yang telah memberikan banyak ilmu serta pengalaman, baik sebagai pembimbing maupun dosen.
3. Ibu Yunita Faela Nisa, M. Psi., dan Ibu Solicha, M. Si., yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberi saran serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mendapat banyak masukan dan wawasan yang berharga.
4. Ibu S. Evangeline I Suaidy M. Psi. Psi., sebagai Pembimbing akademik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. Semoga ilmu yang telah diberikan berkah dan menjadi amal jariyah, amin.
6. Kedua orang tua penulis yang penulis yakin dalam setiap do’anya pasti ada do’a untuk anak-anaknya. Kasih orang tua sepanjang masa. Terima kasih Mak, Pak, kalian telah memberikan apa pun untuk anakmu ini sehingga bisa sampai ke jenjang sekarang ini. Didikan keras dari kalian membuat ku mampu hidup merantau dan menghadapi segala realita yang ada. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat-Nya untuk kalian, memberikan yang terbaik yang tak mampu ku berikan. 7. Kedua adikku tercinta yang menjadi motivasi bagi ku agar dapat menjadi yang
terbaik, menjadi contoh buat kalian, yang membuatku menjadi lebih bijaksana dan mandiri. Tia dan Arya, semoga kalian bisa dan harus bisa jadi lebih baik lagi daripada ayuk. Do’a dan dukungan ku penuh untuk kalian.
8. Teman-teman seperjuangan penulis, yang juga memiliki kontribusi besar dalam penyelesaian skripsi ini, Mutiara dan Korrina, kita berjuang bersama bukan hanya di bangku kuliah, tapi dari SMA, hidup bersama kalian lebih dari empat tahun
vii
(10)
viii
memberiku makna hidup tersendiri, terimakasih untuk segitu banyaknya berbagi ilmu, pengalaman, maupun materi, hanya Allah yang dapat membalasnya. Untuk teman-teman seperjuanganku lainnya, Obi, Ade, Eja, Adam, Desi, Nisa, Reisty, Rikha, Pipin. Terima kasih juga buat Abang yang selalu memberi dukungannya. Semoga Rahmat-Nya selalu bersama kalian dan kita dipertemukan lagi kelak di akhirat. Amin.
9. Teman-teman kelas A angkatan 2006, kurang lebih empat tahun bersama kalian yang terkadang membuat penulis kewalahan, tapi harus diakui, rindu kebersamaan kita. 10.Teman-teman Mentor Akademis angkatan I, terima kasih atas kerja samanya selama
ini, ilmunya, pengalamannya yang luar biasa, penulis merasa bangga bisa berada diantara kalian, Adiyo, Amir, Ami, Isni, Dara, Amal, Bima, Mut, Santi, Kiki, Wenny, Sarah, dan Ega.
11.Teman-teman responden yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi skala pada penelitian ini.
12.Keluarga Bapak Fathurrahman yang telah menjadi keluarga penulis setahun belakangan.
13.Keluarga besar RSJK Dharma Graha yang telah memberikan ilmu serta makna kehidupan yang lain kepada penulis.
14.Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
15.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan materi, doa maupun moral serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan laporan ini.
Penulis tidak dapat membalas semua yang telah diberikan, hanya do’a dan asa yang penulis panjatkan, semoga semuanya berkah dan Allah SWT membalasnya berlipat-lipat ganda, amin..
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberika manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Jakarta, November 2010
(11)
DAFTAR ISI
Cover
Pengesahan Oleh Panitia Ujian ... ii
Lembar Pengesahan Pembimbing ... iii
Motto ... iv
Abstrak ... v
Kata Pengantar ... vii
Pernyataan Bukan Plagiat ... ix
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xii
Daftar Skema………xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
1.5. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II KAJIAN TEORI... 10
2.1. Cheating ... 10
2.1.1. Pengertian Cheating ... 11
2.1.2. Faktor-fakor yang mempengaruhi cheating ... 13
2.2. Locus of Control ... 18
2.2.1. Pengertian locus of control ... 18
2.2.2. Dimensi locus of control ... 20
2.3. Goal Orientation ... 22
2.3.1. Pengertian goal orientation ... 22
2.3.2. Dimensi goal orientation ... 22
2.4. Kerangka Berpikir………. 25
2.5. Hipotesis Penelitian………28
(12)
xi
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1. Pendekatan dan Jenis Peneitian ... 29
3.1.1. Pendekatan Penelitian ... 29
3.1.2. Jenis Penelitian ... 29
3.2. Populasi dan Sampel ... 30
3.2.1. Populasi ... 30
3.2.2. Sampel ... 30
3.3. Variabel Penelitian……… 30
3.3.1. Identifikasi variabel ... 30
3.3.2. Definisi konseptual ... 30
3.3.3. Definisi operasional ... 31
3.4. Teknik Pengumpulan Data……… 32
3.5. Uji Alat Ukur ... 33
3.5.1. Uji validitas ... 33
3.5.2. Uji reliabilitas ... 35
3.6. Analisis Data………. 36
3.7. Prosedur Penelitian………... 37
3.7.1. Prosedur penelitian secara umum ... 37
3.7.2. Prosedur pilot study ... 37
3.7.3. Prosedur field study ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36
4.1. Analisis Deskriptif ... 39
4.2. Hasil Uji Hipotesis ... 46
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 49
5.1. Kesimpulan ... 50
5.2. Diskusi ... 51
5.3. Saran ... . 53
5.3.1.Saran teoritis ... .53
5.3.2.Saran praktis ... . 54
DAFTAR PUSTAKA ... . 54 LAMPIRAN
(13)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skala Perilaku Cheating ... 34
Tabel 3.2 Blue Print Skala Locus of Control ... 34
Tabel 3.3 Blue Print Skala Goal Orientation ... 35
Tabel 4.1 Jenis Kelamin ... 39
Tabel 4.2 Persebaran skor cheating berdasarkan jenis kelamin ... 40
Tabel 4.3 Mean cheating berdasarkan jenis kelamin ... 40
Tabel 4.4 Signifikansi cheating berdasarkan perbedaan jenis kelamin ... 41
Tabel 4.5 Asal sekolah ... 41
Tabel 4.6Persebaran Skor Cheating Berdasarkan Asal Sekolah... 42
Tabel 4.7 Meancheating berdasarkan asal sekolah ... 43
Tabel 4.8 Signifikansi cheating berdasarkan perbedaan asal sekolah ... 43
Tabel 4.9 Mean cheating berdasarkan locus of control ... 44
Tabel 4.10 Signifikansi cheating berdasarkan locus of control ... 44
Tabel 4.11 Mean cheating berdasarkan goal orientation ... 45
Tabel 4.12 Signifikansi cheating berdasarkan goal orientation ... 45
Tabel 4.13 Interaksi LoC dan GO terhadap cheating ... 46
Tabel 4.14 Pengaruh LoC Internal terhadap cheating ... 46
Tabel 4.15 Pengaruh LoC Eksternal terhadap cheating ... 47
Tabel 4.16 Pengaruh mastery goal terhadap cheating………...47
Tabel 4.17 Pengaruh performance goal terhadap cheating……….. 48
(14)
xiii
DAFTAR SKEMA
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tidak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa. Sekecil apa pun itu, sadar
tidak sadar, dosa tetaplah dosa yang nantinya akan dipertanggungjawabkan di
akhirat kelak. Tapi terkadang manusia terlalu menganggap remeh dosa-dosa kecil
sehingga lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan karena telah biasa dilakukan.
Suatu hal yang sering kali dianggap remeh oleh kebanyakan umat manusia adalah
kejujuran.
Seorang yang cerdas ruhaniah, senantiasa memotivasi dirinya dan berada
dalam lingkungan orang-orang yang memberikan makna kejujuran. Kejujuran
adalah komponen ruhani yang memantulkan berbagai sikap terpuji (honorable,
respectable, creditable, maqamam mahmuda). Mereka berani menyatakan sikap secara transparan, terbebas dari segala kepalsuan dan penipuan (free from fraud or deception) (Tasmara, 2001).
Firman Allah SWT,
“Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang padamu.” (Q.S. al-Maa’idah: 48)
“Sesungguhnya yang mengada-ngadakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (Q.S. AN-Nahl: 105)
Berbuat tidak jujur atau curang (cheating) dapat dilakukan oleh siapa pun juga, bahkan anak kecil sekalipun di jaman yang makin canggih saat ini sudah
(16)
dapat berlaku tidak jujur. Cheating yang akan dibahas adalah cheating dalam bidang pendidikan yang dilakukan oleh para pelajar.
Dalam tulisan karya Abdullah Alhaza (Rektor Universitas Muhammadiyah
Kendari) yang berjudul Masalah mencontek (Cheating) di dunia pendidikan (dalam Indri, 2007), cheating didefinisikan menurut Bower pada 1964 sebagai “manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end (achieve academic success or avoid academic failure),” maksudnya cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang
sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari
kegagalan akademis. Selain itu Deighton pada 1971 menyatakan “Cheating is attempt an individuas makes to attain success by unfair methods.” Maksudnya,
cheating adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak fair (tidak jujur).
Dalam konteks pendidikan atau sekolah, beberapa perbuatan yang
termasuk dalam kategori cheating antara lain adalah meniru pekerjaan teman, bertanya langsung pada teman ketika sedang mengerjakan tes/ujian, membawa
catatan pada kertas, pada anggota badan atau pada pakaian masuk ke ruang ujian,
menerima dropping jawaban dari pihak luar, mencari bocoran soal, arisan (saling tukar) mengerjakan tugas dengan teman, menyuruh atau meminta bantuan orang
lain dalam menyelesaikan tugas ujian di kelas atau tugas penulisan paper dan take home test (dalam Indri, 2007).
Budaya curang atau mencontek ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di
Amerika sekali pun masih banyak yang melakukan tindakan ini. Hal ini terlihat
(17)
dari studi yang dilakukan atas 30.000 siswa Amerika Serikat, dimana sebagian
besar menyatakan bahwa berbohong, mencuri dan mencontek merupakan hal
biasa (dalam Yahdillah, 2008).
Di Amerika Serikat studi tentang cheating di penghujung abad 20 telah banyak dilakukan seperti oleh Bower pada 1964, Dientsbier pada 1971, Monte
pada 1980, Antion pada 1983, Haines pada 1986, dan Dayton pada 1987 (dalam
Monalisa, 2007). Dari sini tampak bahwa masalah cheating sesungguhnya adalah isu lama yang tetap aktual dibicarakan dalam sistem persekolahan di seluruh
dunia. Dalam konteks kehidupan bangsa saat ini, tidak jarang kita mendengar
asumsi dari masyarakat yang menyatakan bahwa koruptor-koruptor besar,
penipu-penipu ulung dan penjahat “krah putih” (white crimers) yang marak disorot saat ini adalah pencontek-pencontek berat ketika mereka masih berada di bangku
sekolah. Atau sebaliknya, mereka yang terbiasa mencontek di sekolah, memiliki
potensi untuk menjadi koruptor, penipu, dan penjahat “krah putih” dalam
masyarakat nanti. Meskipun asumsi seperti di atas bersifat sangat spekulatif dan
masih jauh dari nalar ilmiah, namun paling tidak pernyataan itu dapat menggelitik
kepedulian mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan terhadap masalah
cheating di sekolah.
Kecurangan akademik tidak terjadi tanpa alasan. Sejumlah perbedaan
demografi seperti jenis kelamin, usia atau tingkatan, budaya, status sosial
ekonomi, status pernikahan atau pekerjaan, dan agama telah diteliti sebagai
prekursor untuk kecurangan akademik. Selain faktor perbedaan demografi, terdapat pula faktor akademis (kemampuan dan wilayah subjek), motivasi (
(18)
efficacy dan goal orientation), dan karakteristik personal (impulsivitas, self-control, tipe kepribadian dan locus of control) (dalam Anderman dan Murdock, 2007). Sedangkan Nicole Zito (2009) menjelaskan bahwa karakteristik tugas,
hubungan guru dan pelajar, orientasi kelas, dan akuntabilitas pelajar adalah dapat
mengurangi kecurangan pelajar.
Penelitian mengenai cheating sebelumnya banyak yang terfokus pada isu-isu deskriptif seperti gender dan perbedaan kebudayaan. Sebagai contoh,
penelitian Newstead et al. melaporkan bahwa diantara pelajar, laki-laki dilaporkan
lebih banyak yang cheating dari pada perempuan, pelajar yang lebih muda lebih banyak cheating dari pada yang lebih tua, dan pelajar yang tingkat kemampuannya rendah lebih banyak mencontek dari pada pelajar yang tingkat
kemampuannya lebih tinggi (Anderman et al, 1998).
Sebagian pelajar mencontek karena mereka berfokus pada hasil ekstrinsik
seperti nilai (performance orientation), karena mereka khawatir dengan menurunnya self-image mereka yang dipandang oleh teman sebayanya, karena kurangnya self-efficacy dalam menyelesaikan tugas yang kompleks, atau karena faktor jenis atribusi yang mereka kembangkan (Anderman dan Tamera, 2007).
Wasty Soemanto (2006) mengindentifikasikan beberapa faktor penting
dari kepribadian dan motivasi yang mempengaruhi tingkah laku anak di kelas dan
keberhasilan dalam belajar, yaitu: self concept, locus of control, kecemasan, dan motivasi hasil belajar. Self concept yang dimaksud adalah pikiran atau persepsi seseorang tentang dirinya sendiri. Sedangkan Locus of control yaitu bagaimana
(19)
individu merasa atau melihat garis atau hubungan antara tingkah lakunya dan
akibatnya, apakah ia dapat menerima tanggung jawab atau tidak atas tindakannya.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cheating, diantaranya adalah locus of control dan goal orientation. Tiga penelitian yang dilakukan oleh Forsyth dkk, Karabenick dan Srull, dan Leming menemukan
bahwa seseorang yang memiliki eksternal Locus of Control lebih berkemungkinan melakukan cheating (Anderman, 2007). Dalam Friedman dan Schustack (2008), Findley dan Cooper menyatakan bahwa orang dengan lokus control internal lebih berorientasi pada keberhasilan karena mereka menganggap perilaku mereka dapat
menghasilkan efek positif dan juga mereka lebih cenderung tergolong ke dalam
high-achiever. Orang dengan lokus control eksternal cenderung kurang independen dan lebih mungkin menjadi depresi dan stress.
Studi mengenai cheating yang dikaitkan dengan teori achievement goal
menegaskan bahwa cheating sering muncul pada pelajar yang tujuan belajarnya bukan pada penguasaan materi (Anderman dan Tamera, 2007). Goal orientation
terbagi menjadi dua, yaitu mastery goal orientation dan performance goal orientation. Pelajar yang tujuan belajarnya pada penguasaan materi adalah pelajar yang memiliki mastery goal orientation, sedangkan pelajar yang hanya berfokus pada performance agar dilihat oleh orang lain adalah pelajar yang memiliki
performance goal orientation. Penelitian pada siswa sekolah menengah menemukan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara cheating dan
mastery goals (Anderman et al., 1998; Murdock et al.,2001). 5
(20)
Berbagai alasan atau penyebab yang mendasari orang melakukan cheating
akan dibahas pada pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi cheating di Bab dua. Walau bagaimanapun, cheating dalam dunia pendidikan yang dilakukan oleh para pelajar patutnya mendapat perhatian lebih untuk segera ditanggulangi karena
akan berdampak negatif baik untuk pelakunya sendiri, orang lain, dan terlebih lagi
untuk perkembangan dunia pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti tertarik
untuk meneliti seberapa besar pengaruh locus of control yang menjadi keyakinan atas kendali diri dan goal orientation yang menjadi tujuan dalam belajar. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul, “Pengaruh Locus of Control dan Goal Orientation terhadap Cheating Mahasiswa”.
1.2.Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Cheating adalah perilaku curang dalam bidang pendidikan yang dilakukan oleh pelajar, yaitu: memberi, mengambil, dan menerima informasi yang
tidak diperbolehkan, menggunakan bahan-bahan atau materi yang tidak
diperbolehkan, memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses
untuk memperoleh keuntungan.
2. Locus of control adalah keyakinan bahwa seseorang atau keadaan mempengaruhi dan menjadi kendali atas terjadinya sesuatu pada diri
individu, yaitu eksternal locus of control dan internal locus of control. 3. Goal Orientation adalah orientasi tujuan dalam belajar, yaitu mastery goal
orientation dan performance goal orientation. 6
(21)
4. Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah
mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta semester III dan V tahun ajaran 2010/2011.
Sedangkan perumusan masalahnya adalah:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan internal locus of control terhadap
cheating mahasiswa?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan eksternal locus of control terhadap
cheating mahasiswa?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan mastery goal orientation terhadap
cheating mahasiswa?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan performance goal orientation
terhadap cheating mahasiswa?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara locus of control dan goal orientation terhadap cheating mahasiswa?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan internal locus of control terhadap cheating mahasiswa.
2. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan eksternal locus of control terhadap cheating mahasiswa.
(22)
3. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan mastery goal orientation terhadap cheating mahasiswa.
4. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan performance goal orientation terhadap cheating mahasiswa.
5. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan interaksi antara locus of control dan goal orientation terhadap cheating mahasiswa.
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan penelitian ini dapat
memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi
pendidikan. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan
tentang perilaku cheating serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai referensi
yang dapat digunakan bagi pembaca pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya dalam menelaah dan memperhatikan lagi perilaku cheating yang terjadi pada pelajar-pelajar yang merupakan generasi harapan bangsa ini.
(23)
9
1.5.Sistematika Penulisan
BAB I: Pendahuluan: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II: Kajian Teori: cheating, locus of control, goal orientation, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
BAB III: Metode Penelitian: pendekatan dan jenis penelitian, konseptual dan
operasional variabel, populasi dan sampel (partisipan), teknik pengumpulan data,
prosedur penelitian, analisis data.
BAB IV: Hasil Penelitian: analisis deskriptif dan uji hipotesis.
(24)
BAB II
KAJIAN TEORI
Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Ada pun
subbab yang akan dipaparkan terdiri dari lima subbab yaitu subbab pertama
membahas tentang cheating dan faktor-faktor yang mempengaruhi cheating. Subbab kedua membahas tentang locus of control. Subbab ketiga membahas tentang goal orientation. Subbab keempat membahas tentang kerangka berpikir, dan dilanjutkan dengan subbab kelima membahas tentang hipotesis penelitian.
2.1 Cheating
Cheating dapat dilihat dari berbagai perspektif disiplin ilmu dan teori. Cheating
telah dipelajari di bidang pendidikan, sosiologi, filsafat, dan ekonomi (dalam
Anderman & Murdock , 2007). Cheating yang dibahas dalam penelitian ini adalah
cheating dalam bidang pendidikan. Beberapa penelitian ada yang menyebutkannya sebagai academic cheating atau academic dishonesty. Kecurangan akademis sering kali terjadi dalam institusi pendidikan. Kecurangan
dapat menjadikan bias penilaian pada pelajar dalam dua aspek, yaitu tingkat
pengetahuan pelajar dan feedback pengajar dalam perencanaan pembelajaran.
10
(25)
2.1.1 Pengertian Cheating
Pengertian mencontek menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah
mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, atau pekerjaan orang lain sebagaimana
aslinya. Menurut Ehrlich, Flexner, Carruth, dan Hawkins, cheating adalah perbuatan yang tidak jujur yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Sedangkan menurut Athanasou dan Olasehinde, cheating didefinisikan sebagai penggunaan bahan yang bukan haknya atau bantuan dalam pekerjaan akademis
atau aktivitas yang membahayakan proses pengukuran akademis (dalam
Anderman & Murdock, 2007).
Cheating dalam berbagai perspektif menurut Anderman & Murdock (2007) antara lain adalah:
1. Berdasarkan perspektif pembelajaran (learning), cheating merupakan sebuah strategi yang berfungsi seperti cognitive shortcut (membuat kita berpikir pendek). Hal ini menyebabkan cheating akan menghalangi pengguna pengaturan diri dan strategi kognitif yang kompleks dalam
pembelajaran efektif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelajar
yang memilih untuk cheating karena mereka tidak mengetahui bagaimana menggunakan strategi pembelajaran efektif atau sederhananya karena
mereka tidak ingin menghabiskan waktu untuk menggunakan strategi
tersebut.
2. Berdasarkan perspektif perkembangan, cheating dapat muncul dalam kuantitas dan kualitas yang berbeda tergantung dari level perkembangan
kognitif, sosial dan moral siswa. Miller, Murdock, Anderman, dan
11
(26)
Poindexte rmenemukan bahwa cheating cenderung sedikit muncul pada anak-anak daripada remaja, dikarenakan adanya perubahan pada
kemampuam kognitif siswa dan struktur sosial dari konteks pendidikan di
mana anak-anak dan remaja berinteraksi.
3. Berdasarkan perspekstif motivasi, cheating muncul karena adanya alasan tertentu dari pelajar yang bersangkutan. Beberapa pelajar melakukan
cheating karena mereka sangat fokus pada hasil ekstrinsik seperti ranking, pelajar lain yang juga cheating karena menjaga kesan untuk diri mereka sendiri atau untuk teman-teman mereka. Selain itu, pelajar melakukan
cheating karena kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan diri (self efficacy) dalam menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks atau juga karena sifat yang telah berkembang dalam diri mereka.
Menurut Bushway dan Nash (1997), cheating di kelas bentuknya bermacam-macam diantaranya, menggunakan tempat menyimpan catatan pada
saat ujian, mengopi jawaban dari teman, membiarkan yang lain mengopi lembar
tugas, plagiat, dan mengarang untuk orang lain.
Cizek dalam Anderman (2007) menyatakan bahwa perilaku cheating
terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Giving (memberi), taking (mengambil), or receiving (menerima)
information
2. Menggunakan materi (bahan) yang terlarang
12
(27)
3. Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk
memperoleh keuntungan
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi cheating
Anderman dan Murdock (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi cheating. Faktor-faktor tersebut digolongkan ke dalam empat karakteristik, yaitu:
1. Karakteristik Demographic
Perbedaan individual pada perilaku mencontek sisiwa telah dipelajari
dalam kaitannya dengan faktor demografik seperti:
a. Gender
Beberapa penelitian telah meneliti secara khusus perbedaan gender dalam
perilaku cheating. Kebanyakan dari penelitian ini mengoperasionalkan perilaku cheating berdasarkan self-report dari pelajar. Penelitian yang dilakukan oleh Calabrese dan Cochran, Davis et al., Michaels dan Miethe,
Newstead, Franklyn-Stokes, serta Armstead menemukan bahwa laki-laki
lebih banyak melakukan cheating dibandingkan perempuan. Penelitian Jacobson et al. mengemukakan bahwa perempuan lebih banyak melakukan
cheating daripada laki-laki. Terdapat juga penelitian yang tidak menemukan perbedaan perilaku cheating antara laki-laki dan perempuan seperti penelitian yang dilakukan oleh Haines et al.
13
(28)
b. Usia
Penelitian Jensen et al. menemukan bahwa pelajar yang lebih muda lebih
mungkin mencontek daripada pelajar yang lebih tua ketika perbandingan
ini dibuat antara siswa dan mahasiswa. Penelitian Franklyn-Stokes dan
Newstead, serta Haines et al. membandingkan tingkat yang lebih rendah
dengan tingkat yang lebih tinggi dan yang masih berkuliah dengan yang
sudah lulus, ditemukan bahwa cheating berkurang dengan bertambahnya usia.
c. Culture
Penelitian cross-culture dilakukan untuk menentukan bahwa tingkat
cheating menggambarkan tipe sistem pendidikan di mana pelajar belajar dan nilai-nilai sosial di mana pelajar dibesarkan. Secara umum, penelitian
ini mengemukakan bahwa cheating bersifat universal dan muncul di semua sistem pendidikan. Meski demikian, tingkat cheating tidak tetap dan persepsi terhadap kepelikan dan akibat dari cheating itu sendiri bervariasi sesuai dengan perbedaan kultur dan sosial.
d. Etnik
Calabrese dan Cochran meneliti cheating pada sekolah menengah atas. Penelitian ini menemukan bahwa siswa yang berasal dari etnik Caucasian
14
(29)
lebih berkemungkinan dalam mencontek dibandingkan dengan
teman-temannya yang berasal dari Hispanic atau Asian.
e. Status sosio-ekonomi
Calabrese dan Cochran juga meneliti cheating pada siswa berdasarkan status sosio-ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa
private school (sekolah swasta) yang memiliki status sosio-ekonomi tinggi lebih banyak melakukan cheating dibandingkan dengan siswa yang berasal dari public school (sekolah negeri).
f. Status pernikahan atau pekerjaan
Diekhoff dan kawan-kawan menemukan bahwa banyak dari pekerjaan
jam-an (freelance) tidak berhubungan dengan cheating. Penelitian Haines et al. juga menemukan bahwa pelajar yang belum menikah lebih banyak
melakukan cheating daripada pelajar yang telah menikah.
g. Agama
Terdapat bermacam-macam hasil penelitian mengenai cheating dan agama. Penelitian Rettinger dan Jordan yang dilakukan pada kelas religi
dan kelas liberal, menemukan bahwa kelas religi lebih sedikit melakukan
cheating dibandingkan kelas liberal. Penelitian lain tentang moral seperti penelitian Michaels & Miethe, serta Smith et al. menemukan bahwa tidak
ada hubungan antara agama dan cheating. Sutton dan Huba menemukan 15
(30)
bahwa pelajar yang religious lebih rendah kemungkinannya untuk
melakukan cheating dan juga lebih sedikit dalam membenarkan cheating. 2. Karekteristik Akademik
a. Ability
Newstead dan kawan-kawan menekankan pada kompleksnya hubungan
antara ability dan cheating. Para peneliti pada umumnya menunjukkan bahwa ability berhubungan dengan cheating, dan hal tersebut secara umum dipercaya bahwa siswa yang memiliki ability rendah lebih berkemungkinan melakukan cheating.
b. Area subjek
Bowers, Davis & Ludvigson, Newstead et al. menyatakan bahwa subjek
yang berada pada area sains, bisnis, dan mesin yang diidentifikasi sebagai
disiplin ilmu dengan indikasi tinggi adanya cheating jika dibandingkan dengan subjek yang berada pada area seni dan sosial.
3. Karakteristik Motivasi
a. Self-Efficacy
Peneltian Murdock et al. pada siswa sekolah menengah menemukan
bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik antara cheating dan self-efficacy. Menurut Finn dan Frone, self-efficacy memprediksi cheating
ketika tingkat prestasi mahasiswa telah dikontrol. Beberapa penelitian
16
(31)
seperti penelitian Calabrese & Cochran, Michaels & Miethe, serta
Malinowski & Smith menemukan bahwa pelajar mencontek lebih sering
ketika mereka memiliki self-efficacy rendah yang meliputi takut akan kegagalan, dan menurut Anderman et al., mencontek ditemukan pula pada
mereka yang khawatir akan performa.
b. Goal orientation
Studi mengenai cheating yang dikaitkan dengan teori achievement goal
menegaskan bahwa cheating sering muncul pada siswa yang tujuan belajarnya bukan pada pengusaan materi. Hubungan antara goal dan
cheating telah ditemukan pada siswa yang lebih muda. Penelitian Anderman et al., dan Murdock et al. pada siswa sekolah menengah
menemukan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara cheating
dan mastery goals.
4. Karakteristik Personality
a. Impulsivitas dan sensation-seeking
Impulsivitas dan sensation-seeking merupakan dua konstruk pada literatur psikologi kepribadian yang mungkin berhubungan dengan cheating.
b. Self-control
Grasmick, Tittle, Bursik, dan Arneklev menemukan bahwa self-control
dan persepsi terhadap kesempatan berhubungan dengan cheating. 17
(32)
c. Tipe kepribadian
Pada penelitian eksperimen Davis et al., ditemukan mahasiswa dengan tipe
kepribadian A lebih banyak melakukan cheating daripada mahasiswa dengan tipe kepribadian B.
d. Locus of control
Locus of control juga diteliti melalui penelitian eksperimen, hasil penelitiannya ditemukan lebih konsisten. Penelitian Forsyth et al.,
Karakbenick & Srull, serta Leming menemukan bahwa seseorang yang
memiliki eksternal locus of control lebih berkemungkinan melakukan
cheating.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi cheating yaitu, tekanan untuk nilai yang baik, stress siswa, penghindaran yang tidak efektif, ampunan guru, dan
kekurangan integritas akademis (dalam Puett, 2009).
2.2 Locus of Control
2.2.1 Pengertian locus of control
Locus of control (pusat kendali) adalah gambaran keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Locus of control merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku individu (dalam Ghufron & Rini, 2010).
18
(33)
Julian rotter (dalam Ghufron & Rini, 2010) mendefinisikan locus of control sebagai gambaran pada keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya.
Locus of control menurut Soemanto (2006) yaitu bagaimana individu merasa atau melihat garis atau hubungan antara tingkah lakunya dan akibatnya,
apakah ia dapat menerima tanggung jawab atau tidak atas tindakannya.
Locus of control merupakan ekspektansi yang umum dari individu yang berfokus dimana kontrol terletak pada peristiwa selanjutnya. Dengan kata lain,
siapa atau apa yang bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi. Locus of control dikisarkan pada teori ekspektansi value, yang menjelaskan perilaku individu ditentukan oleh persepsi mengenai kemungkinan munculnya peristiwa
pada perilaku yang dipertanyakan dan suatu nilai yang terletak pada peristiwa.
Dikutip dalam Schunk dkk (2008), locus of control dinyatakan sebagai sesuatu yang mempengaruhi pembelajaran, motivasi, dan perilaku.
Di dalam Ghufron dan Rini (2010) dijelaskan bahwa konsep locus of control berasal dari teori konsep diri Julian Rotter yang menggunakan empat konsep dasar locus of control, yaitu:
1. Potensi perilaku, yaitu setiap kemungkinan yang secara relatif muncul pada
situasi tertentu. Hal ini berkaitan dengan hasil yang diinginkan dalam
kehidupan seseorang.
2. Harapan merupakan suatu kemungkinan dari berbagai kejadian yang akan
muncul dan dialami oleh seseorang.
19
(34)
3. Nilai unsur penguat adalah pilihan terhadap berbagai kemungkinan penguatan
atas hasil dari beberapa penguat hasil-hasil lainnya yang dapat muncul pada
situasi serupa.
4. Suasana psikologis adalah bentuk rangsangan baik secara internal maupun
eksternal yang diterima seseorang pada suatu saat tertentu, yang meningkatkan
atau menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang sangat diharapkan.
2.2.2 Dimensi locus of control
Locus of control diklasifikasikan menjadi dua dimensi, yaitu:
1. Internal control, merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan keyakinan bahwa kendali utama mengenai masa depan terletak pada diri
seseorang (dalam Soemanto, 2006). Orang yang mempunyai LoC internal
mempunyai keyakinan bahwa apa yang terjadi pada dirinya, kegagalan dan
keberhasilannya karena pengaruh dirinya sendiri. Menurut Julian Rotter, orang
yang mempunyai pusat kendali internal memandang hubungan antara
perbuatannya dengan penguat atau reinforcement yang didapatkannya sebagai hubungan sebab akibat. Orang internal merasa yakin bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk mengendalikan penguat yang diterimanya (dalam Ghufron
dan Rini, 2010).
2. Eksternal control, menunjukan ekspektansi bahwa kontrol berada di luar diri seseorang, baik berada pada kekuasaan seseorang atau pada kesempatan (dalam
Soemanto, 2006). Orang yang mempunyai LoC eksternal mempunyai
20
(35)
anggapan bahwa faktor-faktor yang ada di luar dirinya akan mempengaruhi
tingkah lakunya, seperti kesempatan, nasib, dan keberuntungan (Ghufron dan
Rini, 2010). Kesimpulannya, orang yang mempunyai locus of control eksternal
memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik maupun buruk disebabkan
oleh faktor-faktor kesempatan, keberuntungan, nasib, dan orang lain yang
berkuasa serta kondisi-kondisi yang mereka tidak kuasai.
Locus of control mengacu pada derajat kendali yang diamati terhadap situasi tertentu yang diberikan. Orang yang berorientasi internal percaya bahwa
keputusan dan tindakan pribadi mempengaruhi hasil. Orang yang berorientasi
eksternal percaya bahwa hasil lebih ditentukan oleh keputusan dan keyakinan dari
orang lain atau ditentukan oleh nasib, kekuatan di luar dirinya (dalam Munandar,
2001).
Aspek yang dapat mempengaruhi locus of control seseorang adalah lingkungan fisik dan social. Lingkungan sosial yang pertama bagi seseorang
adalah keluarga. Di dalam keluarga inilah terjadi suatu interaksi antara orang tua
dan anak, termasuk di dalamnya penanaman nilai-nilai dan norma-norma yang
akan diwariskan kepada anak-anaknya. Penelitian Katkovsky dkk. menyatakan
bahwa interaksi antara orang tua dan anak yang hangat, membesarkan hati,
fleksibel, menerima, dan memberikan kesempatan untuk berdiri sendiri sewaktu
masih kecil akan menghasilkan anak yang orientasinya internal, bila dibandingkan
dengan orang tua yang menolak, memusuhi, dan mendominasi dalam segala
sesuatu (Ghufron & Rini, 2010).
21
(36)
2.3 Goal Orientation
2.3.1 Pengertian goal orientation
Menurut Printich, goal orientation adalah tujuan atau alasan yang digunakan dalam perilaku berprestasi. Goal orientation tetap fokus pada tujuan untuk tugas-tugas prestasi (dalam Schunk et al., 2008).
Goal orientation (orientasi tujuan) adalah pola kepercayaan tentang tujuan yang mengarah pada prestasi di sekolah. Goal orientation mengacu pada alasan mengapa seseorang mengejar tujuan dan standar yang digunakan untuk mengukur
kemajuan kearah tujuan (dalam Woolfolk, 2009).
2.3.2 Dimensi goal orientation
Goal orientation dibagi menjadi dua kategori, yaitu mastery orientation
dan performance orientation. Perbedaan yang sederhana antara konten goal orientation ini bahwa pelajar yang mastery goal fokus pada mempelajari materi dan menguasai tugas yang dibuatnya. Pelajar yang performance goal focus pada demonstrasi kemampuan mereka dan performance sebagai ukuran untuk prestasi lainnya (dalam Was, 2006).
1. Mastery goal orientation
Mastery goal orientation adalah suatu fokus dalam belajar, menguasai tugas berdasarkan self set standards atau self improvement, mengembangkan keterampilan-keterampilan baru, meningkatkan atau mengembangkan
kemampuan, mencoba untuk menyelesaikan sesuatu yang menantang dan
22
(37)
mencoba untuk mendapatkan pemahaman atau insight (dalam Schunk et al., 2008).
Di dalam literatur lebih dari 25 tahun yang lalu mastery goal diduga sebagai pendekatan yang tepat untuk mempertinggi pengetahuan, meningkatkan
self-efficacy, usaha dan ketekunan dalam goal orientation, yang mendorong penggunaan strategi metakognitif dan kognitif yang lebih efektif. Penelitian
Dweck dan Nicholls menggunakan istilah seperti learning goals dan task-involved goals untuk menjelaskan mastery goal orientation. Nicholls dan Miller menyebut pelajar task-involved adalah pelajar yang fokus pada penguasaan tugas, tidak untuk membandingkan performance dengan siswa lain (dalam Was, 2006).
Mastery goal adalah untuk mengembangkan diri, untuk belajar, tidak peduli betapa janggalnya jika dilihat orang lain. Pelajar yang menetapkan
mastery goal cenderung mencari tantangan dan tetap bertahan saat menghadapi kesulitan. Mereka fokus pada tugas yang ada di tangannya dan tidak
mengkhawatirkan tentang bagaimana kinerjanya dibandingkan dengan pelajar
yang lain. Selain itu, mereka lebih mungkin mencari bantuan yang tepat guna,
menggunakan strategi pemrosesan kognitif yang lebih mendalam, menerapkan
strategi belajar yang baik, dan secara umum mendekati tugas-tugas akademik
dengan lebih percaya diri (dalam Woolfolk, 2009).
2. Performance goal orietation
Performance goal orientation adalah fokus dalam menunjukkan kemampuan dan bagaimana kemampuan itu akan dinilai oleh orang lain.
Contohnya, mencoba untuk mengungguli standar performance umum, berusaha 23
(38)
untuk menjadi yang terbaik dari pada orang lain, menggunakan standar
perbandingan sosial, berjuang untuk menjadi yang terbaik dalam kelompok atau
kelas berkaitan dengan tugas, menghindari penilaian yang menganggap
rendahnya kemampuan atau terlihat bodoh dan mencari anggapan publik akan
performancenya yang tinggi (dalam Schunk et al., 2008).
Performance goal orientation merupakan dasar dalam mengukur kompetensi dibandingkan dengan orang lain. Performance goals mendorong siswa untuk berusaha menampilkan kemampuan atau untuk menghindar dalam
memperlihatkan ketidakmampuan ketika dibandingkan dengan orang lain.
Berlawanan dengan siswa yang mempunyai mastery goal orientation, siswa yang terbiasa dengan performance goals lebih cenderung menjadi frustasi dan defensif dalam menghadapi kegagalan serta menganggap bahwa kesuksesan dan
kegagalan itu terjadi karena faktor eksternal seperti keberuntungan atau kesulitan
tugas (dalam Was, 2006).
Menurut Wolters, Yu, dan Pintrich, pelajar dengan performance goal ingin mendemonstrasikan kemampuannya kepada orang lain. Mereka mungkin fokus
untuk mendapatkan skor tes dan nilai yang baik, atau lebih peduli untuk menang
dan mengalahkan pelajar-pelajar yang lain. Menurut Stipek, pelajar dengan
performance goal mungkin curang atau menempuh jalan pintas untuk menyelesaikan tugasnya, hanya mau bekerja keras pada tugas-tugas yang diberi
nilai, kesal, dan berusaha menyembunyikan kertas hasil tes dengan nilai rendah,
memilih tugas-tugas mudah, dan sangat tidak nyaman dengan tugas-tugas yang
kriterianya tidak jelas (dalam Woolfolk, 2009).
24
(39)
2.4 Kerangka Berpikir
Cheating pada umumnya pernah dilakukan hampir seluruh dari kita yang pernah duduk di bangku sekolah. Baik itu secara terang-terangan ataupun tersirat.
Biasanya dalam keadaan tertekan kita memilih jalan untuk curang atau
mencontek. Entah itu waktu yang mepet, soal yang dirasa tidak dapat dikerjakan,
kurangnya penguasaan akan materi pelajaran, tidak yakin akan jawaban sendiri
ataupun minat kita terhadap mata pelajaran yang diujikan tersebut.
Individu yang terbiasa merasa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya
adalah dikarenakan faktor lain di luar dirinya maka ia akan selalu bergantung pada
faktor luar dirinya tersebut di setiap kejadian atau peristiwa yang terjadi atas
dirinya, atau memiliki eksternal locus of control. Sebaliknya, seseorang yang memiliki internal locus of control yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi sekarang dan di masa depan dikendalikan atau ditentukan oleh dirinya sendiri
(terlepas dari keyakinan beragamanya). Seperti halnya dalam penelitian ini yang
membahas tentang cheating pada pelajar. Peneliti menduga bahwa pelajar yang memiliki eksternal locus of control akan berpengaruh pada perilaku cheatingnya, begitu pula dengan pelajar yang memiliki internal locus of control. Penelitian Forsyth et al., Karabenick & Srull, serta Leming menemukan bahwa seseorang
yang memiliki eksternal locus of control lebih mungkin melakukan cheating
(dalam Anderman & Murdock, 2007).
Selain melihat dari faktor locus of control, peneliti juga mencoba melihat dari faktor goal orientation individu. Seseorang yang berorientasi tujuan pada penguasaan akan materi pelajaran maka ia akan belajar dengan sungguh-sungguh,
25
(40)
tidak peduli pandangan orang lain akan prestasi yang akan ia raih, baginya yang
terpenting adalah penguasaannya akan materi yang ia dapat. Inilah yang disebut
dengan mastery goal orientation. Sedangkan seseorang yang tujuannya hanya pada performance, ia tidak peduli materi tersebut ia kuasai atau tidak, yang terpenting baginya performancenya terlihat baik di depan orang lain. Inilah seseorang yang dikatakan memiliki performance goal orientation. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, peneliti menduga bahwa akan ada pengaruh goal orientation pelajar terhadap perilaku cheating. Penelitian Anderman et al., dan Murdock et al., menemukan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara
cheating dan mastery goal (dalam Anderman & Murdock, 2007).
26
(41)
Eksternal
Internal
Performance Orientation
Mastery Orientation
C
H
E
A
T
I
N
G
Locus of Control
Goal Orientation
Bagan 2.1
Skema Kerangka Berpikir
27
(42)
28
2.5 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha1: Ada pengaruh yang signifikan internal locus of control terhadap cheating mahasiswa.
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan eksternal locus of control terhadap cheating mahasiswa.
Ha3: Ada pengaruh yang signifikan mastery goal orientation terhadap cheating mahasiswa.
Ha4: Ada pengaruh yang signifikan performance goal orientation terhadap
cheating mahasiswa.
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan antara locus of control dan goal orientation terhadap cheating mahasiswa.
(43)
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari enam sub bab. Sub bab tersebut adalah pendekatan dan jenis penelitian, konseptual dan operasional variabel, populasi dan sampel (partisipan), teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, analisis data.
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan penelitian
Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independent terhadap cheating. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan kuantitatif, dimana temuan penelitian merupakan hasil kesimpulan statistik beserta analisisnya.
3.1.2 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasi yaitu mencari hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti. Selanjutnya peneliti juga menggunakan disain kausal dimana berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Hasan, 2002).
29
(44)
3.2 Populasi dan Sample
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2010/2011.
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 orang mahasiswa (laki-laki dan perempuan) yang diambil melalui teknik purposive sampling dengan kriteria yaitu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester III dan V tahun akademik 2010/2011 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Identifikasi variabel
Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah cheating. Sedangkan variabel bebasnya (independent variable) adalah locus of control, dan
goal orentation.
3.3.2 Definisi konseptual 1. Cheating
Athanasou dan Olasehinde (dalam Anderman & Murdock, 2007) mendefinisikan cheating sebagai penggunaan bahan yang bukan haknya atau bantuan dalam bidang akademis atau aktivitas yang menjadikan bias dalam proses pengukuran akademis.
30
(45)
2. Locus of control.
Julian rotter (dalam Ghufron & Rini, 2010) mendefinisikan locus of control
sebagai gambaran pada keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya.
3. Goal Orientation.
Goal orientation (orientasi tujuan) adalah pola kepercayaan tentang tujuan yang mengarah pada prestasi di sekolah. Goal orientation mengacu pada alasan mengapa seseorang mengejar tujuan dan standar yang digunakan untuk mengukur kemajuan kearah tujuan (Woolfolk, 2009).
3.3.3 Definisi operasional
1. Cheating adalah skor yang diperoleh dari skala pengukuran perilaku
cheating berdasarkan dimensinya yaitu: memberi, mengambil, dan menerima informasi yang tidak diperbolehkan, menggunakan bahan-bahan atau materi yang tidak diperbolehkan, memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk memperoleh keuntungan.
2. Locus of control
Locus of control adalah skor yang diperoleh dari skala pengukuran locus of control berdasarkan dimensinya yaitu: eksternal locus of control dan
internal locus of control.
31
(46)
3. Goal orientation
Goal orientation adalah skor yang diperoleh dari skala pengukuran goal orientation, berdasarkan dimensinya yaitu: mastery orientation dan
performance orientation.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Skala untuk mengukur cheating
Untuk mengukur cheating, peneliti menggunakan model skala Likert dengan rentang nilai 1 – 4 dimulai dari tidak pernah, jarang, kadang-kadang, hingga sering. Skala terdiri dari sepuluh aitem yang pernyataan perilaku.
b) Skala locus of control
Untuk mengukur locus of control subjek penelitian, peneliti menggunakan model skala Likert dengan rentang nilai 1 – 4. Skala ini terdiri dari 17 aitem yang berupa pernyataan. Untuk aitem berupa pernyataan yang mewakili locus of control eksternal, rentang nilai 1 – 4 dimulai dari sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Sedangkan untuk aitem berupa pernyataan yang mewakili locus of control internal, rentang nilai 1 – 4 dimulai dari sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.
32
(47)
c) Skala goal orientation
Untuk mengukur goal orientation subjek penelitian, peneliti menggunakan model skala Likert dengan rentang nilai 1 – 4. Skala ini terdiri dari 15 aitem yang berupa pernyataan. Untuk aitem berupa pernyataan yang mewakili
mastery goal orientation, rentang nilai 1 – 4 dimulai dari sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Sedangkan untuk aitem berupa pernyataan yang mewakili performance goal orientation, rentang nilai 1 – 4 dimulai dari sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.
3.5 Uji Alat Ukur
Data yang diperoleh dari pelaksanaan uji coba kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan program SPSS 13 untuk mengetahui validitas dan reliabilitas pada masing-masing alat ukur. Pengukuran uji validitas menggunakan rumus pearson product moment dan pengukuran reliabilitas menggunakan teknik
cronbach alpha. Suatu konstruk variabel dikatakan reliabel bila memiliki nilai
cronbach alpha mendekati satu. 3.5.1 Uji validitas
Suatu aitem dikatakan valid apabila korelasi pearsonnya didapatkan ≥ 0.3. Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan, dari 20 aitem pada skala cheating
yang diuji coba terdapat 10 aitem yang valid. Untuk skala locus of control dari 30 aitem yang diuji coba terdapat 17 aitem yang valid, sedangkan untuk skala goal orientation dari 30 aitem yang diuji terdapat 15 aitem yang valid.
33
(48)
Tabel 3.1
Blue Print Skala Perilaku Cheating
Dimensi / Kategori No. Aitem
Giving, Taking, Receiving 1*, 2, 4, 5, 7, 13*, 20
Menggunakan bahan terlarang 3*, 11, 14*, 17*
Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk memperoleh
keuntungan
6*, 8*, 9*, 10, 12, 15*, 16*, 18, 19
Tabel 3.2
Blue Print Skala Locus of Control
Dimensi Sub dimensi No. aitem
Eksternal ‐ Kendali (kekuasaan)
‐ Tanggung jawab
‐ Kesempatan (situasi)
‐ 4*, 7, 9, 19, 29*
‐ 3, 8*, 14*, 20, 22
‐ 5, 10, 15, 21*, 28
Internal ‐ Kendali
‐ Tanggung jawab
‐ Kemampuan
‐ 1*, 13*, 16*, 23, 27*
‐ 6*, 12*, 17*, 24*, 26*
‐ 2, 11*, 18*, 25*, 30
34
(49)
Tabel 3.3
Blue Print Goal Orientation
Dimensi Sub dimensi No. Aitem
Mastery ‐ Fokus dalam belajar
‐ Menguasai tugas atau materi
‐ Mengembangkan keterampilan
‐ Meningkatkan kemampuan
‐ Mencoba menyelesaikan sesuatu yang menantang
‐ 9, 13, 21*
‐ 1, 18*, 20
‐ 6*, 17, 23
‐ 5*, 14, 19*
‐ 4*, 12, 22
Performance ‐ Fokus dalam menunjukan kemampuan
‐ Berjuang untuk menjadi yang terbaik dalam kelompoknya
‐ Menghindari anggapan rendah terhadap dirinya
‐ 8*, 10*, 25*, 29*, 30*
‐ 2, 7, 11, 16, 27
‐ 3*, 15*, 24*, 26, 28*
Keterangan:
*Aitem yang valid
3.5.2 Uji reliabilitas
Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 13 didapatkan nilai koefisien cronbach alpha pada skala cheating sebesar 0.779, sehingga alat ukur ini dapat dikatakan reliabel untuk mengukur perilaku cheating. Untuk skala locus of control didapat koefisien cronbach alpha sebesar 0.749, sehingga alat ukur ini dapat dikatakan reliabel untuk mengukur skala locus of control, dan untuk skala goal orientation didapat koefisien cronbach alpha
sebesar 0.765, sehingga alat ukur ini pun dapat dikatakan reliabel untuk mengukur skala goal orientation.
35
(50)
3.6 Analisis Data
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan masing-masing variabel terhadap cheating, peneliti menggunakan analisis statistika karena datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Berdasarkan hipotesis yang akan diukur, peneliti menggunakan teknik analisis regresi sederhana dan berganda (Pedhazur, 1982). Analisis regresi sederhana digunakan untuk menguji hipotesis yang hanya menggunakan satu independent variable sedangkan analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis yang menggunakan lebih dari satu
independent variable. Adapun persamaan umum untuk analisis regresi sederhana adalah :
Y = a + bX
Sedangkan persamaan umum untuk analisis regresi bergandanya adalah :
Y = a + b
1X
1+ b
2X
2+ …… + b
pX
p+ e
dimana :
Y : Dependent variable (DV) yang dalam hal ini adalah cheating
X1, X2, ..., Xp : Independent variable (IV) yang jumlahnya p
p : Jumlah independent variable (IV)
a : Intercept / konstan
b1, b2, ..., bp : Koefisien regresi untuk masing-masing IV
e : Residu / sisa (IV yang tidak termasuk dalam persamaan)
36
(51)
3.7 Prosedur Penelitian
Berikut akan dijelaskan prosedur penelitian secara umum, kemudian akan dijelaskan lagi prosedur pilot study dan prosedur field study.
3.7.1 Prosedur penelitian secara umum
Mula-mula subjek diminta untuk mengisi lembar kesediaan menjadi partisipan pada penelitian ini dan juga lembar data diri. Untuk pengisian nama, boleh menggunakan inisial saja jika subjek tidak bersedia mencantumkan nama asli.
Skala cheating, skala locus of control, dan skala goal orientation yang didahului oleh lembar petunjuk pengisian diberikan secara bersamaan kepada subjek setelah lembar kesediaan dan lembar data diri.
Setelah subjek mengisi semua aitem alat ukur, peneliti mengumpulkan kembali alat ukur penelitiannya dan terakhir mengucapkan terima kasih.
3.7.2 Prosedur pilot study
Untuk pilot study, peneliti menggunakan sampel mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester III dan V. Sample yang diambil untuk pilot study ini berjumlah 49 orang mahasiswa (laki-laki dan perempuan).
Setelah peneliti mendapatkan data dari pilot study, data tersebut akan diolah untuk diuji validitas dan reliabilitasnya.
37
(52)
38
3.7.3 Prosedur field study
Saat field study, peneliti memberikan alat ukur yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya kepada subjek penelitian, yaitu 86 orang mahasiswa (laki-laki dan perempuan) Psikologi semester III dan V.
Setelah data didapat, selanjutnya peneliti melakukan analisis data yang kemudian hasil analisis data tersebut digunakan untuk menguji hipotesis.
(53)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab ini terdiri dari dua subbab, yaitu analisis deskriptif dan hasil uji hipotesis.
4.1 Analisis Deskriptif
4.1.1 Analisis deskriptif berdasarkan jenis kelamin dan asal sekolah
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 86 orang mahasiswa. Tabel berikut akan memaparkan gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin dan asal sekolah.
Tabel 4.1 Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Laki-laki 12 14.0 14.0 14.0
Perempuan 74 86.0 86.0 100.0 Total 86 100.0 100.0
Berdasarkan tabel 4.1, terlihat bahwa sebagian subjek penelitian didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 74 orang (86%) dari jumlah keseluruhan subjek penelitian sedangkan laki-laki hanya 12 orang (14%) dari jumlah keseluruhan subjek penelitian.
39
(54)
Tabel 4.2
Persebaran skor cheating berdasarkan jenis kelamin
Kategori Laki-laki Persen Perempuan Persen
Tinggi 4 33,33% 6 8,11% Sedang 7 58,33% 58 78,38%
Rendah 1 8,34% 10 13,51%
∑ 12 100% 74 100%
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin subjek, persentase skor cheating
yang masuk kategori tinggi pada laki-laki (33,33%) dan pada perempuan hanya 8,11%, sedangkan skor cheating yang masuk kategori sedang pada laki-laki sebanyak 58,33% dan pada perempuan sebanyak 78,38%. Untuk skor cheating
yang masuk kategori rendah pada laki-laki sebanyak 8,33% sedangkan pada perempuan sebanyak 13,51%.
Untuk melihat jenis kelamin yang memiliki skor cheating lebih tinggi maka peneliti melihat dari nilai mean masing-masing jenis kelamin, seperti yang terlihat dari tabel:
Tabel 4.3
MeanCheating berdasarkan Jenis Kelamin
Group Statistics
12 19.25 3.793 1.095
74 18.09 3.315 .385
Jenis Kelamin laki-laki Perempuan Cheating
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
40
(55)
Tabel 4.4
Sifnifikansi Cheating berdasarkan perbedaan jenis kelamin
Independent Samples Test
1.460 .230 1.098 84 .275 1.155 1.052 -.937 3.248
.995 13.862 .337 1.155 1.161 -1.337 3.647 Equal variances assumed Equal variances not assumed Cheating F Sig.
Levene's Test for Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference t-test for Equality of Means
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa rata-rata skor cheating pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan, yaitu sebesar 19.25 sedangkan perempuan 18.09. Namun pada tabel 4.4 menyatakan bahwa perbedaan kedua skor untuk
cheating adalah tidak signifikan (0.275 > 0.05).
Tabel 4.5 Asal Sekolah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid sma 59 68.6 68.6 68.6
ma 17 19.8 19.8 88.4
ponpes 10 11.6 11.6 100.0 Total 86 100.0 100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek penelitian berasal dari Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 59 orang (68.6%) dari jumlah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan 19.8% berasal dari Madrasah Aliyah (MA) atau sebanyak 17 orang, dan sisanya sebanyak 11.6% berasal dari Pondok Pesantren (PonPes) atau sebanyak 10 orang dari 86 orang subjek penelitian.
41
(56)
Tabel 4.6
Persebaran skor cheating berdasarkan asal sekolah
Kategori SMA Persen MA Persen PonPes Persen
Tinggi 8 13,56% 2 11,76% 0 0%
Sedang 42 71,19% 14 82,35% 9 90%
Rendah 9 15,25% 1 5,88% 1 10%
∑ 59 100% 17 100% 10 100%
Berdasarkan tabel di atas, untuk kategori skor tinggi pada cheating
terbanyak adalah pada mahasiswa yang berasal dari Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 13,56%, sedangkan pada mahasiswa yang berasal dari Madrasah Aliyah (MA) adalah sebanyak 11,76% dan pada mahasiswa yang berasal dari Pondok Pesantren (Ponpes) adalah sebanyak 0% atau tidak ada. Untuk kategori skor sedang pada cheating adalah pada mahasiswa yang berasal dari Ponpes yaitu sebanyak 90%, kemudian MA yaitu sebanyak 82,35% dan yang berasal dari SMA yaitu sebanyak 71,19%. Sedangkan untuk kategori skor rendah pada cheating pada mahasiswa yang berasal dari SMA adalah sebanyak 15,25%, pada mahasiswa Ponpes adalah sebanyak 10%, dan pada mahasiswa MA adalah sebanyak 5,88%.
42
(57)
Tabel 4.7
Mean Cheating berdasarkan Asal Sekolah
Descriptives
Cheating
59 18.05 3.471 .452 17.15 18.96 12 27
17 19.35 3.552 .862 17.53 21.18 13 29
10 17.60 2.271 .718 15.98 19.22 13 20
86 18.26 3.386 .365 17.53 18.98 12 29
SMA MA PP Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum
Tabel 4.8
Signifikansi Cheating berdasarkan perbedaan asal sekolah
ANOVA
Cheating
27.242 2 13.621 1.194 .308
947.130 83 11.411
974.372 85
Between Groups Within Groups Total
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Dari tabel 4.7 di atas terlihat bahwa rata-rata skor cheating pada mahasiswa yang berasal dari MA adalah paling tinggi dari pada yang berasal dari SMA dan PonPes, yaitu sebesar 19.35, sedangkan pada mahasiswa yang berasal dari SMA adalah sebesar 18.05, dan yang berasal dari Ponpes sebesar 17.60. Namun pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa perbedaan skor cheating diantara ketiganya adalah tidak signifikan (0.308 > 0.05).
4.1.2 Analisis deskriptif berdasarkan locus of control
Di bawah ini akan dipaparkan persebaran skor cheating dilihat dari locus of control eksternal dan internalnya. Pada tabel 4.10 terlihat bahwa dari 86 subjek penelitian, 48 diantaranya adalah mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal dan 38 sisanya adalah mahasiswa yang memiliki locus of control internal.
43
(58)
Tabel 4.9
Mean Cheating berdasarkan Locus of Control
Group Statistics
48 18.52 3.427 .495
38 17.92 3.348 .543
Locus of Control LoCE
LoCI Cheating
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Tabel 4.10
Signifikansi Cheating berdasarkan Locus of Control
Independent Samples Test
.022 .884 .814 84 .418 .600 .737 -.865 2.065
.816 80.328 .417 .600 .735 -.862 2.062
Equal variance assumed Equal variance not assumed Cheating F Sig.
Levene's Test for Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
95% Confidence Interval of the
Difference t-test for Equality of Means
Dapat dilihat pada tabel 4.9 di atas bahwa rata-rata skor cheating lebih tinggi pada mahasiswa yang memiliki locus of control eksternal yaitu sebesar 18.52, sedangkan mahasiswa yang memiliki locus of control internal sebesar 17.92. Tetapi pada tabel 4.10 dipaparkan bahwa perbedaan antara kedua skor itu untuk cheating adalah tidak signifikan (0.418 > 0.05).
4.1.3 Analisis deskriptif berdasarkan goal orientation
Selanjutnya dipaparkan mean untuk skor goal orientation dan signifikansi cheating berdasarkan goal orientation. Dari jumlah subjek penelitian sebanyak 86 orang, 48 diantaranya adalah mahasiswa yang memiliki performance goal, dan 38 sisanya memiliki mastery goal.
44
(59)
Tabel 4.11
Mean Cheating berdasarkan Goal Orientation
Group Statistics
48 18.33 3.766 .544
38 18.16 2.881 .467
Goal Orientation GOP
GOM Cheating
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Tabel 4.12
Signifikansi cheating berdasarkan goal orientation
Independent Samples Test
2.156 .146 .237 84 .813 .175 .739 -1.295 1.646
.245 83.918 .807 .175 .717 -1.250 1.601
Equal varianc assumed Equal varianc not assumed Cheating F Sig.
Levene's Test for Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
95% Confidence Interval of the
Difference t-test for Equality of Means
Pada tabel 4.11 terlihat bahwa rata-rata skor untuk performance goal
sedikit lebih tinggi dibanding yang mastery goal, namun pada tabel 4.12 terlihat pula bahwa perbedaan kedua skor tersebut untuk cheating tidak signifikan (0.813 > 0.05).
45
(60)
4.2 Hasil Uji Hipotesis
4.2.1 Uji hipotesis pengaruh locus of control dan goal orientation terhadap
cheating
Tabel 4.13 di bawah ini memaparkan interaksi antara locus of control
(LoC) dan goal orientation (GO) terhadap cheating, dengan mengkoding kategori
LoC eksternal (1) dan LoC internal (0) menjadi dummy 1, performance goal (1) dan mastery goal (0) menjadi dummy 2, serta LoC dan GO menjadi dummy 3.
Tabel 4.13
Pengaruh Interaksi LoC dan GO terhadap Cheating
Model Summary
.130a .017 -.019 3.418 .017 .467 3 82 .706
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Dummy 3 (LOC * GO), Dummy 2 (Goal Orientation), Dummy 1 (Locus of control) a.
Dari tabel 4.13 di atas terlihat bahwa R square dari interaksi ini adalah 0.017, ini berarti 1.7% varian dari cheating dipengaruhi oleh LoC dan GO, tetapi angka signifikansinya adalah 0.706, ini berarti pengaruh LoC dan GO terhadap
cheating adalah tidak signifikan karena F change (0.706) > 0.05.
46
(61)
4.2.2 Uji hipotesis pengaruh locus of control internal terhadap cheating
Tabel 4.14
Pengaruh LoC Internal terhadap Cheating
Model Summary
.278a .077 .052 3.260 .077 3.022 1 36 .091
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Locus Of Control Internal a.
Dari tabel 4.14 di atas dapat dilihat taraf signifikansinya adalah 0.091 yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan LoC internal terhadap
cheating karena F change (0.091) > 0.05.
4.2.3 Uji hipotesis pengaruh locus of controleksternal terhadap cheating
Tabel 4.15
Pengaruh LoC Eksternal terhadap Cheating
Model Summary
.048a .002 -.019 3.460 .002 .106 1 46 .746
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), LOC Eksternal a.
Dari tabel 4.15 di atas dapat dilihat taraf signifikansinya adalah 0.746 yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan LoC eksternal terhadap
cheating karena F change (0.746) > 0.05.
47
(62)
4.2.4 Uji hipotesis pengaruh mastery goal terhadap cheating
Tabel 4.16
Pengaruh Mastery Goal terhadap Cheating
Model Summary
.117a .014 -.014 2.900 .014 .500 1 36 .484
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Goal Orientation Mastery a.
Dari tabel 4.16 di atas dapat dilihat taraf signifikansinya adalah 0.484 yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan mastery goal terhadap
cheating karena F change (0.484) > 0.05.
4.2.5 Uji hipotesis pengaruh performance goal terhadap cheating
Tabel 4.17
Pengaruh Performance Goal terhadap Cheating
Model Summary
.073a .005 -.016 3.797 .005 .245 1 46 .623
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change Change Statistics
Predictors: (Constant), GO Performance a.
Dari tabel 4.17 di atas dapat dilihat taraf signifikansinya adalah 0.623 yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan performance goal terhadap
cheating karena F change (0.623) > 0.05.
48
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Anderman, E. M., Tripp G, & Gloria W. (1998). Motivation and cheating during early adolescence. Journal of Educational Psychology, 90, 84-93.
Anderman, E. M. & Murdock, T. B. (2007). Psychology of academic cheating. (pp. 87-106). San Diego, CA, US: Elsevier Academic Press. Xix, 326 pp
Angell, L. R. (2006). The relationship of impulsiveness, personal efficacy, and academic motivation to college cheating.College Student Journal. New Tork Ariely, D. (2008). Predictably irrational. New York: HapperCollins publishers. Az-Zahrani, M. (2005). Konseling terapi. Jakarta: Gema Insani.
Bushway, A. & Nash, W. R. (tt). School cheating behavior. Diambil tanggap 8 Desember 2009 di http://www.jstor.org/pss/1170002
Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Kamus besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Echols, J. M. & Hassan S. (2000). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ghufron M. N. & Rini R. (2010). Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. (terj.Istiwidayanti & Soedjarwo, tt). Jakarta: Erlangga
Hartoto. (2009). Budaya cheating: penyakit dalam dunia pendidikan. Retrieved 21 Januari 2009. http://fatamorghana.wordpress.com/2009/01/21/248/ - _ftn1
Hasan, M. I. (2002). Pokok-pokok materi metodologi penelitian dan aplikasinya.
Bogor: Ghalia Indonesia
Indriasri, (2007), Masalah menyontek (cheating) di dunia pendidikan. Diambil tanggal 8 Dsember 2009 dari http://indriasri.blogspot.com/2007/06/masalah-menyontek-cheating-di-dunia.htm
Irawati, I. (2008). Budaya menyontek di kalangan pelajar. Retrieved 30 Juni 2008. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Budaya+Menyontek+di +Kalangan+Pelajar&dn=20080629221807
Jarvis, M. (2009). Teori-teori psikologi. Bandung: Nusa Media
McCabe, D. L. (tt). Diambil tangga 8 Desember 2009 di http://www.essay-911.com/essay-encyclopedia/Donald.htm
Makmun, A. S. (2005). Psikologi kependidikan. Bandung: PT Renaja Rosdakarya.
(2)
56
Monalisa, (2007), Cheating. Diambil tanggal 8 Desember 2009 di http://monalisaypk.blogspot.com/2007/07cheating.html
Munandar, A. S. (2001). Psikologi industry dan organisasi. Jakarta: UI Press
Nugroho, A. (2008). Melihat dari dekat persoalan menyontek (cheating), pendisiplinan, dan pencegahannya. Retrieved 12 November 2008.
http://jagadmuria.wordpress.com/2008/11/12/melihat-dari-dekat-persoalan-menyontek-cheating-pendisiplinan-dan-pencegahannya/
Pedhazur, E. J. (1973). Multiple regression in behavioral research, explanation and prediction. Second edition. New York: Holt, Renehart and Winston. Inc
Puett, R. A.. (2009). Cheating: What do elementary school children think? Retrieved 2009. http://clearinghouse.missouriwestern.edu/manuscripts/114.php
Schunk, D. H., Paul R. P., & Judith L. M. (2002). Motivation in Education: theory, research, and applications. Pearson Prentice Hall: USA.
Schab, F. (1991). Schooling without learning: Thirty years of cheating in high school. Adolescence, Vol. 26, No. 104
Smith, S. L. (tt). At what age do children start cheating?. Departement Of Psychology Missouri Western
Sumanto, W. (2006), Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Tasmara, T. (2001). Kecerdasan ruhaniah (transcendental intelligence). Jakarta: Gema Insani.
Utsman, A. (2005). Kiat mengatasi dusta. Jakarta: Najla Press.
Was, C. (2006). Academic achievement goal orientation: Taking another look.
Electronic Journal of Research in Educational Psychology, 10, vol 4(3), 529-550. USA: ISSN
Woolfolk, A. (2009). Educational psychology : Active learning edition (edisi kesepuluh). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Yahdillah. (2008). Studi: mayoritas remaja AS suka mencuri, berbohong dan menyontek. Retrieved 8 Desember 2008. http://www.ilmupsikologi.com/?p=216 Zito, N. (2009). Engaging middle school student in school work and its effec on
cheating. Disertation abstract intenational section A: Humanities and social sciences, vol 70 (2-A), pp. 437.
(3)
LAMPIRAN IV
Reliabilitas dan validitas
Tabel 3.4 Tabel 3.5
Reliabilitas skala cheating Reliabilitas skala Locus of Control
Reliability Statistics
.779 20
Cronbach's
Alpha N of Items
Reliability Statistics
.749 30
Cronbach's
Alpha N of Items
Tabel 3.6
Reabilitas skala Goal Orientation
Reliability Statistics
.765 30
Cronbach's
(4)
Validitas skala Cheating
Item-Total Statistics
32.6458 33.723 .353 .769
33.5833 35.780 .216 .777
32.9792 31.510 .596 .750
32.0208 34.702 .259 .776
32.8125 33.475 .298 .775
32.8542 32.595 .435 .763
33.7708 35.585 .203 .778
33.6250 32.963 .439 .763
33.8125 33.347 .513 .759
32.6875 33.964 .243 .780
33.4167 35.014 .246 .776
33.7083 35.020 .269 .775
32.3333 32.057 .563 .753
33.3125 32.390 .554 .755
33.9375 34.060 .499 .762
33.7292 35.180 .314 .772
33.5625 34.507 .312 .772
34.0833 37.312 .167 .779
34.0625 37.039 .144 .779
34.0417 36.849 .174 .778
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Keterangan: Valid > 0.3
(5)
Validitas skala Locus of Control
Item-Total Statistics
60.9184 43.202 .319 .740
60.6531 43.106 .239 .744
59.9388 46.059 -.095 .766
60.2449 41.772 .407 .734
60.2245 44.303 .115 .750
61.2653 41.324 .532 .728
60.0204 44.812 .017 .760
60.8571 40.458 .552 .725
60.0816 44.285 .093 .753
59.2245 48.511 -.356 .776
61.1224 41.610 .538 .729
60.9184 40.285 .622 .722
60.6531 40.315 .495 .727
60.9796 41.479 .351 .736
59.6939 45.050 .009 .758
60.5714 43.042 .404 .737
60.7755 42.011 .481 .732
60.6939 40.634 .656 .722
60.6735 43.099 .289 .741
60.1633 43.848 .132 .751
60.6122 40.784 .543 .726
60.0408 45.082 .025 .755
59.9796 45.270 .009 .755
60.8980 41.010 .532 .727
60.9184 41.952 .468 .732
60.6531 41.773 .421 .733
60.7755 41.469 .485 .730
59.3878 48.909 -.429 .776
60.7143 42.042 .323 .738
60.9184 43.785 .178 .747
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Keterangan: Valid > 0.3
(6)
Validitas skala Goal Orientation
Item-Total Statistics
77.4286 46.750 .268 .759
79.1837 47.070 .165 .764
78.2449 44.147 .507 .747
78.0000 44.667 .404 .752
77.8367 45.556 .352 .755
77.7347 45.741 .305 .757
78.7755 46.594 .158 .766
78.6939 45.342 .347 .755
78.1429 46.375 .189 .764
78.4490 45.211 .344 .755
79.0000 47.417 .104 .767
78.4286 47.750 .053 .771
78.1429 47.000 .208 .762
78.7551 48.064 .040 .770
78.5918 44.788 .328 .756
78.2041 45.457 .254 .760
78.1020 45.594 .270 .759
77.8367 45.973 .353 .756
78.0204 46.270 .314 .757
77.8163 45.861 .268 .759
77.7755 45.136 .449 .751
78.6939 46.425 .219 .761
78.3061 46.759 .151 .766
78.4286 44.375 .445 .750
78.8163 45.570 .301 .757
78.8980 47.427 .104 .767
78.8571 45.500 .300 .757
79.0612 45.809 .298 .757
78.0612 43.600 .442 .748
79.0816 45.285 .350 .755
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Keterangan: Valid > 0.3